Tugas Sektor Publik Nurul D

Deli Serdang,(M_Radio)-Kemajuan pembangunan bandara internasional Kuala Namu yang kini sudah
terealisasi 82,03 persen. Dengan demikian bandara tercanggih di tanah air dan terbesar ke dua setelah
Cengkareng ini akan selesai sesuai target.
Hal ini disampaikan pimpinan proyek pembangunan sisi terminal Bandara Kuala Namu PT Angkasa Pura II, Joko
Waskito saat menerima kunjungan rombongan sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia bersama
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, kamis (10/5).
Dengan realisai ini, pihaknya optimis bandara international ini dapat beroperasi pada 2013 mendatang. Dari
angka 82,03 persen ini, katanya, telah digabung dari pembangunan sektor publik yang terencana 90,29 persen
dan ternyata terealisasi 90,49 persen. Begitu juga sektor privat yang terencana 69,82 persen ternyata sudah
terealisasi 69,68 persen. "Jadi kalau digabungkan sesuai perencanaan kita, pembangunan diangka 81,97
persen ternyata sudah terealisasi dengan angka 82,03 persen," kata Joko saat dengan menunjukkan grafik dan
peta pembangunan Bandara Kuala Namu kepada Rombongan Setwapres dan Sekdaprov Sumut.
Joko juga menjelaskan kondisi lapangan saat ini hampir semuanya sudah 100 persen terlaksana Seperi
Gateway, Taxiway. Hanya saja yang masih belum rampung adalah pengerjaan Runway sepanjang 3.000x60 m
yang baru mencapai 41 persen. Namun demikian, tahun ini pembangunan runway akan diselesaikan, dimana
fokus yang dilaksanakan pada proses pembangunan struktur landasan. "Proses pembangunan runway memang
butuh waktu menunggu pengerasan tanah yang bisa mencapai berbulan-bulan, namun Juni nanti proses
pengaspalan sudah akan dimulai. Sedangkan terminal penumpang saat ini sudah rampung, tinggal pengerjaan
interior disainnya saja, dan pemasangan alat-alatnya terminal seperti Display sistem, sound sistem dan alat-alat
bagasi,"
ujarnya.

Disamping memberikan pemaparan dan laporan pembangunan Bandar Udara Kuala Namu dengan presentase
pekerjaan di ruang rapat Kantor Angkasa Pura II, Joko juga mengajak rombongan melihat langsung peninjauan
terminal keberangkatan dan kedatangan penumpang. Mulai dari pintu masuk hingga ke landasan udara.
Rombongan
juga
diajak
berkeliling
kawasan
bandara
dengan
menaiki
bus.
Pembangunan Bandar Udara Kuala Namu merupakan Bandara yang terbesar ke dua setelah Cengkareng di
Indonesia yang didanai oleh sumber daya lokal yaitu APBN Murni Depertemen Perhubungan di sektor publik
dan anggaran PT Angkasa Pura II disektor Privat.
Pekerjaan konstruksi yang dibagi 4 tahap yang investasinya disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat. Bandar Udara Kuala Namu ini akan mampu melayani kebutuhan 8 juta penumpang, 65 ribu ton
kargo, serta pesawat terbesar sejenis B747-400 dengan jarak penerbangan langsung terjauh untuk penerbangan
haji. "Bandara ini nantinya dapat menampung 33 pesawat dalam waktu yang bersamaan diantaranya dua
pesawat

jenis
B747-400
dan
selebihnya
sejenis
747,"
katanya.
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara H Nurdin Lubis SH MM mengharapkan pengerjaan
Bandara kuala Namu rampung sesuai dengan target. Bukti keseriusan pemerintah dalam menuntaskan
pembangunan dan pengerjaan bandara ini bahwa pihaknya melalui pemerintah daerah dan pemerintah pusat
selalu melakukan kordinasi baik dalam rapat-rapat maupun peninjauan langsung ke lokasi.
"Saat ini saya juga diperintahkan oleh Plt Gubsu H Gotot Pujo Nugroho ST untuk melihat langsung bagaimana
dan sampai dimana tahap pembangunan bandara yang kita impikan ini. Kemudian bersama juga ada tim dari
Setwapres yang juga meninjau langsung bandara ini," ujar Sekdaprov.
Tidak hanya kunjungan saat ini, lanjut Sekdaprov, pihaknya akan melakukan peninjauan pada awal Juni 2012
mendatang. Hal itu untuk melihat kembali sudah sejauh mana proses pembangunannya. "Kita dari Pemerintah
Provinsi Sumut benar-benar serius, dan kita harapkan Bandara Kuala Namu ini benar-benar selesai tepat waktu.
Jika bandara terealisasi, akan memberi dampak ikutan yang besar terhadap peningkatan perekonomian daerah,"
harapnya.


Sementara itu, Plt Asisten Deputi Infrastruktur dan Energi Setwapres RI Titin Lilis Surinda SE menyampaikan
bahwa kunjungan yang dilakukan adalah sebagai bentuk koordinasi dalam pembangunan Bandar Udara Kuala
Namu. "Mungkin ada hal-hal yang terlewat atau tidak di sampaikan dalam rapat, nah mungkin hal-hal itu bisa
disampaikan pada saat-saat seperti ini. Sehingga apa-apa yang menjadi kendala dalam upaya pelaksana
pembangunan Bandar Udara Kuala Namu ini dapat kita bicarakan," ujarnya.(r/c)
Pernyataan mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla terkait proses pembangunan Bandara Kualanamu,
mendapat tanggapan pejabat Departemen Perhubungan (Dephub). Direktur Bandara Dephub, Bambang
Cahyono mengatakan, tanpa ada yang marah pun, pembangunan bandara pengganti Polonia itu jalan terus dan
sudah sesuai schedule.
”Tak perlu ada yang marah. Saya pastikan bahwa target akan terkejar. Hingga saat ini masih on schedule,” ujar
Bambang Cahyono kepada Sumut Pos di Jakarta, kemarin (19/7).
Seperti diberitakan, saat pidato di acara pelantikan pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Sumut, Senin (18/7)
di Medan Club, Jusuf Kalla (JK) mengatakan, “Penyelesaian Bandara Kuala Namu bisa cepat selesai bila banyak
pihak yang marah.”
JK juga menceritakan, ketika menjabat sebagai Wapres sudah tiga kali mendatangi bandara tersebut.
Kehadirannya itu setiap enam bulan sekali. “Jadi kalau saya hitung, saya baru tiga kali marah bandara sudah
berdiri seperti itu,” katanya sembari tersenyum disambut tawa para undangan.
Bambang Cahyono menjelaskan, saat ini proses pembangunan sudah memasuki minggu ke-182. Dari data yang
ada, dari 11 paket pekerjaan di sektor publik, tujuh paket pekerjaan diantaranya sudah mencapai 100 persen
atau mendekati angka itu.

Paket pekerjaan yang sudah mencapai 100 persen antara lain, pekerjaan bangunan umum, bangunan
penunjang, bangunan operasional. Bangunan penunjang seperti control tower, operational building, general
workshop, fire station, emergency building, sub station building, ATC Radar, transmitter station, receiver station,
power house, ad bandara, dan general aviation. Pekerjaan bangunan umum seperti bangunan pemerintahan,
bangunan ad bandaran
bangunan perumahan, mushala, dan balai pengobatan.
Sedangkan untuk pekerjaan elektrik mekanik, sudah mencapai 90 persen. Pekerjaan navigasi udara sudah 63
persen, dan pekerjaan runway baru mencapai 8,9 persen. “Untuk sektor publik yang dibiayai APBN pekerjaan
sudah mencapai 82,4 persen. Selalu ada kemajuan, tidak terlambat, masih on schedulu,” terangnya.
Diakui, pekerjaan pembangunan runway tergolong paling lambat karena sempat ada masalah pasokan material
berupa pasir untuk pemadatan runway (landasan pacu). “Tapi sekarang masalah itu sudah beres, sudah
dibicarakan dengan bupati,” ujar Bambang.
Dia mengaku setiap saat selalu memantau data perkembangan pekerjaan. “Data selalu ada di meja saya. Jadi,
setiap saya bicara, selalu menggunakan data. Saya monitor terus perkembangannya,” ucapnya.
Bambang menjanjikan, usai lebaran nanti pekerjaan akan lebih dikebut lagi. Dikatakan, progres pembangunan
bandara Kualanamu baru saja dilaporkan dan dibahas di Kantor Wapres. “Terakhir, beberapa hari lalu di
Wapres, tak ada masalah. Target optimis, Nopember 2012,” ujar Bambang.
Namun, dia mengakui, ada persoalan lain yang akan mengganggu, yakni akses jalan masuk ke Kualanamu.
“Ada tanah yang masih dalam proses pembebasan,” katanya.
Kendala Masih Menghadang Bandara Kuala Namu

PENYELESAIAN pembangunan Bandar Udara (Bandara) Kuala Namu beserta fasilitas pendukungnya hingga
kini belum berjalan dengan mulus. Meski pertengahan tahun depan bandara tersebut ditargetkan bisa
beroperasi, namun sampai sekarang masih banyak masalah yang belum bisa diselesaikan.
Masalah utama yang menjadi kendala sehingga bandara tersebut tidak bisa diselesaikan sesuai target adalah
persoalan jalan (akses). Pembangunan jalan tol maupun non tol yang menghubungkan Kota Medan dengan

bandara tersebut hingga kini belum tuntas. Masih ada lahan yang belum berhasil dibebaskan sehingga jalan tol
maupun non tol yang menghubungkan Kota Medan dengan bandara itu belum selesai.
Salah satu alternatif untuk mengurangi persoalan akses ke Bandara Kuala Namu adalah melalui jalur kereta api.
Dengan terhubungnya Kota Medan melalui Stasiun Kereta Api Besar Medan ke Bandara Kuala Namu,
diharapkan akses menjadi lancar. Bukan itu saja, di stasiun ini nantinya akan dibangun City Airport Terminal
(CAT) sehingga calon penumpang bisa check in dan tidak khawaratir ketinggalan pesawat.
Sayangnya pembangunan CAT ini masih terkendala perizinan. Bangunan yang nantinya akan dipergunakan
sebagai tempat city check in sampai dengan saat ini masih belum memiliki Surat Izin Mendirikan Bangunan.
Wakil Kepala PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre Sumatera Joseph Ibrahim dalam Rapat Dengar Pendapat
dengan Komisi D DPRD Kota Medan, Rabu (16/5) mengakui pihaknya belum mengantongi SIMB meskipun
sudah menyampaikan permohonan sejak Februari 2012.
Pihak Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) sendiri mengakui mereka belum mengeluarkan SIMB
karena masalah perubahan peruntukan. Bangunan di mana city check in akan dibangun peruntukkannya untuk
warung kopi. Sikap ‘tegas’ Pemerintah Kota Medan melalui Dinas TRTB patut dihargai. Setiap bangunan yang

menyalahi peruntukan memang tidak bisa diberi SIMB begitu saja.
Tapi pada sisi lain kita juga patut mempertanyakan sikap ‘tegas’ Pemko Medan yang sebenarnya jelas-jelas
‘tidak tegas’. Kenapa Pemko Medan dikatakan ‘tidak tegas’? Saat ini dapat kita saksikan sendiri banyak kawasan
yang jelas-jelas peruntukkannya bukan untuk perumahan tapi dengan ‘mudahnya’ mendapat SIMB. Contoh
sederhana kawasan sepadan sungai yang harusnya merupakan jalur hijau sudah berubah menjadi perumahan.
Daerah resapan air yang harusnya tidak boleh didirikan bangunan sudah berubah menjadi perumahan.
Kenapa Pemko Medan (beserta DPRD Medan) dengan mudahnya mengubah peruntukan kawasan yang sangat
vital seperti sepadan sungai dan daerah resapan menjadi perumahan, sementara pada sisi lain sangat sulit
mengubah ‘warung kopi’ menjadi bangunan city check in? Padahal kita tahu mengubah ‘warung kopi’ menjadi
bangunan lain, secara fungsional tidak mengganggu apa-apa. Sementara mengubah kawasan resapan air
menjadi perumahan jelas-jelas mengganggu lingkungan hidup.
Harusnya Pemko Medan tidak hanya bertindak tegas terhadap perusahaan (badan usaha milik negara/BUMN)
saja, tetapi juga harus berani mengatakan, ‘tidak’ kepada siapapun yang melanggar aturan. Anehnya hal yang
sifatnya tidak prinsipil bahkan sangat penting untuk mendukung operasional Bandara Kuala Namu yang memang
sudah kita nantikan bersama-sama, malah tidak diberi izin. Ada apa ini?
Harus kita ingat pula bahwa pembangunan di Kota Medan khususnya gedung-gedung tinggi selama ini masih
terkendala karena keberadaan Bandara Polonia Medan. Artinya Bandara Polonia Medan secara tidak langsung
ikut ‘mengganggu’ pembangunan di kota ini. Maka sangat wajar jika Pemko Medan turut serta dalam upaya
mempercepat pembangunan bandara pengganti Polonia yakni Kuala Namu, bukan malah menghambat. Sebab
jika pembangunan Bandara Kuala Namu dan fasilitas pendukungnya terganggu sudah pasti kepindahan bandara

dari Polonia juga akan semakin lama.
Karena itu kita berharap semua pihak mendukung percepatan pembangunan Bandara Kuala Namu beserta

fasilitas pendukungnya dengan menghilangkan ego sektoral atau hal lain yang sebenarnya tidak terlalu prinsipil.
JAKARTA-Para petinggi Depertemen Perhubungan (Dephub) terus mengumbar optimisme bahwa
pembangunan bandara Kualanamu bakal kelar sesuai target. Setelah pada Selasa (19/7) Direktur
Bandara Dephub, Bambang Cahyono menyatakan keyakinannya bandara pengganti Polonia itu beres
November 2012, giliran Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Dephub, Tunjung Inderawan, juga
mengungkapkan optimismenya.
Sesuai bidang yang menjadi urusannya, Tunjung menyatakan, jalur kereta api dari stasiun Medan ke
bandara Kualanamu akan langsung operasional, begitu bandara Kualanamu sudah beroperasi. “Dari dulu
(jalur kereta api, red) sudah siap. Kita selaraskan saja dengan diberlakukannya bandara Kualanamu.
Begitu operasional bandara Kualanamu, maka kereta api siap mengangkut penumpang dari Medan ke
Kualanamu,” terang Tunjung Inderawan kepada Sumut Pos di kantornya, Rabu (20/7).
Dia menjelaskan, jalur untuk track kereta api sudah siap. “Tanah yang akan dilalui track sudah
dibebaskan,” terangnya. Untuk proyek ini, katanya, akan dikerjakan sendiri oleh PT KAI.
Namun dijelaskan, untuk tahap awal nantinya kereta api dari Medan hanya mengangkut calon
penumpang pesawat saja. Jadi, untuk tahap awal, tidak bisa langsung dilakukan check in calon
penumpang pesawat di stasiun Medan. “Arahnya nanti memang bisa check in di Medan. Tapi untuk
tahap pertama, mengangkut penumpang dulu,” terang Tunjung.

Bahkan, ke depan, kereta api dari stasiun Medan ke Kualanamu ini akan dijadikan kereta api listrik
(KRL)
yang selama ini baru ada di kawasan Jabodetabek saja. Tahapannya, tahun depan Dephub akan
melakukan studi kelayakan di lapangan. Sekaligus untuk menyiapkan track untuk KRL. “Mudahmudahan, pada 2013 bisa dilakukan perbaikan track.
Track yang kurang mantap diperbaiki, sehingga layak untuk jalur KRL,” terangnya.
Jika sudah dianggap layak, tidak langsung digunakan untuk jalur Medan-Kualanamu. Namun, untuk jalur
di perkotaan saja, yang dianggap padat penumpang. Program KRL di daerah ini, juga akan diterapkan di
sejumlah kota besar, seperti Bandung dan Surabaya.
Nah, nantinya jika sudah mantap, jalur Medan-Kualanamu juga dengan menggunakan KRL. “Nantinya
termasuk yang mengakses ke Kualanamu. Tapi itu untuk jangka panjang,” ulasnya.
Targetnya kapan Medan-Kualanamu akan mulai menggunakan KRL? “Kita lihat dulu bagaimana nanti
hasil survey lapangan,” jawabnya.
Sementara, Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk, mengaku sangat pesimis Bandara Kualanamu bisa
selesai Noveber 2012. Mantan anggota Komisi V DPR yang dulunya ikut mendorong cepat dimulainya
pembangunan Bandara Kualanamu ini mengatakan, target awal yang dicanangkan Jusuf Kalla yang
waktu itu masih Wapres, Kualanamu sudah siap di 2011. “Targetnya dulu 2011 sudah operasi. Tapi

sampai sekarang belum ada tanda-tanda yang kelihatan. Lantas ditarget ulang 2012. Ini pun tak
kelihatan signifikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan. Saya mencemaskan. Kita sangsikan bisa
2012,” terang Syarfi usai acara di Dephub, kemarin.

Syarfi cerita, dulu dia sebagai anggota komisi di DPR yang membidangi infrastruktur, paling ngotot agar
Bandara Kualanamu cepat dimulai pembangunannya, berapa pun anggaran harus disediakan. “Saya
juga yang minta agar Wapres Jusuf Kalla yang melakukan peletakan batu pertama, bukan menteri. Ini
untuk menunjukkan keseriusan pemerintah,” ujarnya. Kemarin, di sela-sela acara di Dephub, Sumut Pos
sempat mendengar obrolan Syarfi dengan Tunjung Inderawan. “Bapak ini yang dulu ngotot Bandara
Kualanamu cepat dimulai,” ujar Tunjung kepada Syarfi sambil berjabatan tangan. Syarfi sendiri cuman
senyum.
Lain Syarfi, lain pula tanggapan Kamaluddin Harahap. Wakil Ketua DPRD Sumut ini lebih menyoroti
kurang matangnya perencanaan awal pembangunan bandara sebagai penyebab kemungkinan molornya
jadwal penyelesaian proyek bandara.
Menurutnya, megaproyek sekelas Bandara Internasional Kualanamu haruslah mempertimbangkan
dengan matang dan presisi permasalahan yang akan timbul. Tentunya harus sudah ada solusi untuk
menanganinya. Bila itu dilakukan, tidak akan ada masalah seperti saat ini.
“Sangat terlihat kalau perencanaan proyek tersebut masih kurang matang. Ini juga imbas dari keinginan
wapres saat itu (Jusuf Kalla, Red) yang terlalu dipaksakan,” tegas Kamaluddin, kemarin.
Mengenai landasan pacu (runway) yang juga tak kunjung selesai, Kamaluddin mengutarakan, hal
tersebut sudah terjadi sejak 2009 lalu. “Masalah penimbunan runway itu sudah sejak lama ada. Jadi,
hingga saat ini belum selesai juga? Ini bukti kurang matangnya persiapan-persiapan untuk
menyelesaikan megaproyek ini,” tuturnya.
Andai saja proyek pembangunan Bandara Internasional Kualanamu ini konsisten didasari hasil studi,

tentunya tak akan banyak kendala yang terjadi seperti saat ini.
Selesai 75 Persen
Sementara itu, Humas Project implementation Unit (PIU) Satuan Kerja (Satker) Angkasa Pura (AP) II,
Wisnu, tetap menegaskan, kendala pembangunan runway Bandara Kuala Namu tidak mengubah
schedule penyelesaian proyek. Disebutkanya, progres pelaksanan pembangunan keseluruhan bandara
terhitung 26 Juni, sekitar 75 persen. Untuk sisi udara atau publik (runway, lampu navigasi, ATC ‘air
traffic contro’) sekitar 81 pesen dan Sisi darat atau privat (terminal penumpang, terminal kargo, jalan
lingkungan) sekitar 65 persen.
Untuk pelaksanan pembangunan kontruksi terminal mencapai sekira 90 persen. Pekerjaan tahun 2011
ini, dibidang kontruksi membangun avron kargo. Saat ini sedang berlangsung tender pengadaan dan
pemasangan sarana X-ray, CCTV , Pembangunan Terminal Kareta Api, fasilitas pakir, pemasangan
mekanikal elektrikal dan pemasangan alat pagasi sistem bargot (barcode) serta fenuter.

Bila tender berlangsung sesuai jadwal, diharapakan pembangunan terminal berbiaya Rp400 miliar akan
selesai awal 2012. Namun, bila pelaksana pekerjaan pengadan serta pemasangan peralatan di terminal
membutuhkan waktu 2-3 bulan diperkirakan pertengahan 2012 sudah tuntas. Pemasangan sarana
tersebut diperkirakan akan mengeluarkan biaya tambahan untuk perawatan serta pengamanannya.
Karena hingga saat ini pembangunan runway masih bermasalah.
“Saat ini pekerjan yang tertinggal sekitar 35 persen. Tetapi bila perlatan terpasang akhir tahun ini,
maka pekerjan tinggal perawatan,” katanya.

Bila pelaksana pemasangan peralatan segerah tuntas maka, diperkirakan ujicoba landasan dapat
dilakukan Desember 2010. Namun, bila permasalahan runway belum tuntas sampai bulan depan,
dipastikan tuntasnya pembangunan Bandara Kualanamu akan mundur sampai pertengahan bahkan
akhir tahun 2012.
Di sisi lain, saat ini kondisi Bandara Polonia yang berada di inti Kota Medan sudah mendesak untuk
dipindah. Pasalnya per tahunya bandar udara warisan Belanda itu menampung sekira 5,5 juta
penumpang. Sementara itu, Bandara Kualanamu bila beroperasi mampu menampung sekitar 8 juta
penumpang per tahunnya.

Bandar udara (Bandara) Kuala Namu dipastikan tidak dapat dioperasikan sesuai jadwal semula pada
2012, mengingat pengerjaan proyek lanjutan untuk pengerasan landasan pacu (run way) sudah terhenti
dalam beberapa bulan terakhir, meskipn bangunan terminal sudah rampung.
Kepastian ini disampaikan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut Bidang
Pemukiman, Pengembangan Kawasan dan Perhubungan, Dhody Thahir SE MBA kepada para wartawan
pada jumpa pers di Sekretariat Kadinsu Jalan Sekip Baru Medan, Rabu (20/7).
Dhody yang didampingi Komite Tetap Perhubungan Kadinsu, Ade Putra Nasution mengungkapkan,
pihaknya sudah menyaksikan langsung di lapangan atas terhentinya pembangunan Bandara Kuala Namu
tersebut beberapa hari lalu.
Hal ini dirasa perlu untuk diungkapkan kepada khalayak ramai, dengan harapan akan muncul dukungan
dari berbagai kalangan untuk mendesak percepatan penyelesaian pembangunan proyek Bandara Kuala
Namu.
"Pengoperasian Bandara Kuala Namu dipastikan akan memberikan dampak sangat positif terhadap
kemajuan pembangunan berbagai sektor di daerah ini, termasuk kemajuan dunia usaha dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, dengan tertunda-tundanya proyek raksasa yang
akan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia dan Sumut khususnya, dapat menjadikan daerah ini
akan semakin tertinggal dibandingkan provinsi lain," tegas Dhody.
Dua Faktor
Menurut Dhody, dari hasil peninjauan ke lapangan ada dua faktor yang menyebabkan pengerjaan
proyek Bandara Kuala Namu saat ini terhenti, yakni dikarenakan ketiadaan material dan akses
pendukungnya seperti pembangunan jalan tol tak kunjung jelas.
Baik Pimpinan Proyek (Pimpro) maupun Satuan Kerja (Satker) terkait mengaku saat ini tidak mampu
lagi menyediakan material seperti pasir dan batu untuk keperluan pengerasan landasan pacu,
dikarenakan harga tebusnya jauh lebih mahal sebagai dampak pemberlakuan perubahan Peraturan
Daerah (Perda) oleh Pemkab Deli Serdang untuk retribusi Galian C.

Berdasarkan Perda baru yang berlaku efektif per 1 Juni 2011 itu, Pemkab Deli Serdang mengenakan
retribusi pasir sebesar Rp7.000 dibandingkan sebelumnya hanya Rp300 per kubik, sementara retribusi
batu Rp35.000 dari Rp5.000 per kubik.
Kenaikan retribusi Galian C yang demikian tinggi, tentu saja sangat memberatkan pelaksana proyek dan
pada gilirannya terpaksa menghentikan pengerjaan akibat tidak mampu menyediakan kebutuhan
material dengan harus mengeluarkan dana tambahan yang cukup tinggi.
Mengejutkan
Menurut Dhody, kebijakan yang diambil Pemkab Deli Serdang ini secara kasat mata memang sangat
mengejutkan, tapi dapat dimaklumi karena selama ini sebagai ‘pemilik lahan’ merasa kurang
diikutsertakan dalam percepatan pelaksanan proyek pembangunan Bandara Kuala Namu yang nota
benenya merupakan proyek nasional.
"Pekerjaan awal proyek tentu lancar-lancar saja dikarenakan tanpa harus mengurus segala bentuk
perizinan kepada pemerintah daerah setempat, namun atas alasan merasa disepelekan Pemkab Deli
Serdang akhirnya berontak juga dengan melambungkan retribusi galian C, sehingga pihak pelaksana
proyek kelimpungan dan bahkan tak mampu mengadakan kebutuhan material pasir maupun batu bagi
kebutuhan pengerasan jalur pacu karena dana yang harus disediakan sudah di luar scedul tender yang
disepakati semula," ujar Dhody prihatin.
Namun, apa pun ceritanya terhentinya pembangunan Bandara Kuala Namu ini adalah menjadi kerugian
bagi semua pihak, untuk itu Kadinsu merasa terpanggil menjadi penengah guna mencari solusi terbaik
atas berbagai permasalahan atau kendala yang dihadapi.
Disebutkan, pihak Kadinsu sudah berusaha menghubungi instansi terkait di Pemkab Deli Serdang untuk
membicarakan agar suplai material bagi pembangunan/pengerasan run way Bandara Kuala Namu bisa
secepatnya dialirkan lagi sehingga proyek dapat berjalan kembali, tetapi sejauh ini belum berhasil.
Diinformasikan, mantan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla selaku penanggung jawab proyek Bandara Kuala
Namu, belum lama ini juga telah memanggil bupati Deli Serdang dan bupati Serdang Bedagai ke Jakarta
untuk membicarakan masalah terhentinya pengerjaan proyek ini, namun bupati Deli Serdang hanya
mengutus Kepala Bagian Hukum saja, akibatnya langkah penyelesaian menjadi cenderung
mengambang.
Untuk itu, Kadinsu menyatakan siap menjadi fasilitator untuk mengajak pihak-pihak terkait duduk satu
meja mencari solusi terbaik dalam mempercepat penyelesaian pembangunan Bandara Kuala Namu.
"Semua pelaksana proyek, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat harus bisa menyatukan
persepsi bahwa proyek Bandara Kuala Namu adalah milik dan untuk kepentingan bersama. Dengan
demikian, terhentinya pembangunan dinilai menjadi kerugian bersama pula," ujar Dhody seraya
bertanya siapa yang akan menanggung biaya pemeliharaan bangunan bila kondisi ini dibiarkan berlarutlarut.
Akhirnya Dhody berharap semua pihak kiranya berkenan memberikan dorongan agar Bandara Kuala
Namu bisa dioperasikan paling tidak 2013 setelah target 2012 dirasa sudah tidak mungkin lagi untuk
dipenuhi.
Humas PT KA Divre I Sumut-NAD Irwan menyampaikan, sampai saat ini rencana pemasangan kereta api
(KA) untuk mengangkut para penumpang pesawat dari Medan ke Bandara Kuala Namu masih kereta api
diesel (KRD).
"Jadi belum ada surat dari Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, kalau ke
Bandara Kuala Namu itu dengan kereta api listrik," ujar Irwan menjawab wartawan, Kamis (21/7).
Menurutnya, rencana pekerjaan dari awal tidak ada perubahan, namun yang menjadi persoalan

mengenai kesiapan pembangunan Bandara Kuala Namu yang hingga kini masih lewat dari jadual yang
tetapkan.
"Intinya PT KA sejak awal sudah siap, baik untuk pembangunan jaringan rel Aras Kabu-Kuala Namu,
terminal city check in, hingga penyediaan kereta jenis jenis diesel atau KRDI," katanya.
Ditambahka, angkutan KA Bandara Kuala Namu cukup menjanjikan untuk pendapatan PT KA. Pihaknya
yakin proyek ini akan cepat break even point (balik modal). Dari segi bisnis, pembangunan city check in
dan jalur rel KA ke Kuala Namu merupakan kesempatan bagus bagi PT KA Sumut-NAD, sebab
diperkirakan sedikitnya 25% dari calon penumpang akan menggunakan transportasi KA.
"Misalnya, diperkirakan jumlah penumpang yang diangkut pesawat mencapai 6 juta orang per tahunnya.
Kita mengestimasikan, sedikitnya 25% penumpang dapat kita angkut dengan KA. Jika kita mengenakan
tarif tiket KA sebesar Rp 20.000-Rp 25.000, maka total investasi sebesar Rp129 miliar akan kembali
dalam waktu 5 tahun," jelasnya.
Berbeda dengan kereta biasa, lanjutnya, kereta khusus bandara ini masuk dalam kategori kereta kelas
super eksekutif. Kereta ini akan memiliki dua kepala pada bagian ujung masing-masing kereta, sehingga
ketika berbalik arah, maka masinis tidak perlu melansir lokomotif.
Angkutan lebaran
Selain itu, katanya, dalam menghadapi kesiapan angkutan liburan puasa maupun Lebaran 2011 ini 7
petugas dari Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian RI hari itu telah melakukan
pengecekan kecakapan (sertifikasi) masinis di Sumut.
"Sebab yang memimpin perjalanan KA saat liburan puasa maupun Lebaran adalah masinis. Apalagi
jumlah perlintasan KA di Sumut cukup banyak, yakni sebanyak 372 perlintasan, dan hanya 98
perlintasan yang dijaga. Sisanya tidak dijaga. Jadi perlu dicek kecakapan para masinis," paparnya.
Terkait masalah calo, katanya, pihaknya telah bekerjasama dengan pihak kepolisian. Sesuai UU RI No.
23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian pasal 184; setiap orang dilarang menjual karcis KA di luar
tempat yang telah ditentukan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian. Kemudian pasal 208 ; setiap
orang yang menjual karcis KA di luar tempat yang telah ditentukan penyelenggara sarana
perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam pasal 184, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
bulan.
MEDAN – Meski memiliki kapasitas 900.000 penumpang per tahunnya, namun pada akhir 2010 lalu
tercatat sebanyak 6 juta penumpang angkutan udara berlalu-lalang menggunakan jasa Bandara
Internasional Polonia, Medan di Sumatera Utara. Ini salah satu hal yang seharusnya menjadi pemicu
percepatan realisasi Bandara Internasional Kuala Namu, Deli Serdang yang direncanakan mengganti
Polonia.
Akan tetapi, realisasi Kuala Namu yang sudah beberapa kali mangkir dari jadwal atau schedule, acap
kali dijadikan alasan terhadap minimnya pelayanan publik yang disuguhkan di Polonia. Alih-alih karena
penggunaan Polonia hanya tinggal menunggu realisasi Kuala Namu, sehingga akan mubazir bila
melakukan renovasi di Polonia. Kuala Namu sering dijadikan alasan mengapa Polonia tidak melakukan
upaya peningkatan pelayanan.
join_facebookjoin_twitter
Menyikapi hal ini, mantan Sekretaris Daerah Sumatera Utara (Sekdaprov Sumut), RE Nainggolan, hari
ini menyatakan, keberadaan Kuala Namu memang sudah sangat dinantikan, namun, selama proses
realisasinya masih berjalan, fasilitas dan kualitas pelayanan publik yang ada di Polonia juga harus
ditingkatkan.
“Sementara menunggu realisasi Kuala Namu, pihak Angkasa Pura II harus memaksimalkan pelayanan
publiknya. Terutama dengan menata berbagai lokasi, seperti lokasi kios-kios tempat berjualan di

bandara. Jangan sampai bandara semakin penuh dengan kios-kios, terutama di lokasi terminal
keberangkatan domestik, ini kan semakin menambah kesan semrawut di bandara, ini harus ditata,” urai
Nainggolan, kepada Waspada Online.
Mantan orang nomor 3 di Sumatera Utara ini menyarankan agar pihak Angkasa Pura II segera
melakukan penataan di Polonia, sehingga bandara berlevel internasional ini dapat menyesuaikan antara
kapasitas dan layanan publik yang diberikan kepada para pengguna bandara, terutama fasilitas umum.
Karena ini sangat berpengaruh bagi kenyamanan dan kenyamanan para pengguna bandara.
“Kita sadari betul kalau bandara Polonia sudah tidak sanggup lagi untuk menampung seluruh
penumpang yang lalu-lalang melalui bandara ini, dan ini kita maklumi. Tapi mengenai tanggung jawab
untuk memberikan pelayanan kepada pengguna bandara, ini kan kewajiban Angkasa Pura II, dan ini
harus dilakukan,” sebutnya.
Dikatakan Nainggolan, bukan hal yang mustahil untuk melakukan upaya perbaikan di Polonia, karena
baik dari sisi materi dan lokasi masih memungkinkan untuk merealisasikan hal itu. “Kan ada airport tax
(pajak bandara, red), yang alokasinya itu untuk pengelolaan bandara. Dan sebelum Kuala Namu
beroperasi Polonia ini kan masih bisa diperbagus, baik dari sisi kiri maupun kanan bandara. Begitupula
di jalur keluar-masuk bandara, sehingga kesan nyaman terasa sejak masuk hingga saat keluar bandara.
Tak akan mubazir lah, Polonia ini kan memberikan keuntungkan untuk Angkasa Pura.

Pemerintah berencana membangun bandar udara di wilayah Jakarta bagian timur, tepatnya di Kerawang
sebagai antisipasi kelebihan kapasitas Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Menurut Pengamat Perkotaan
dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, pembangunan Bandara Kerawang tersebut harus direalisasikan
pemerintah. Sebab akan banyak keuntungan dari proyek tersebut. Nantinya akan terintegrasi antara jalan tol
Trans Jawa jalur kereta api lintas utara jawa yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Cirebon, Jawa Tengah
hingga ke Jawa Timur, dengan pelabuhan udara.
Yayat menambahkan akan terpecahkan mobilitas orang maupun volume kendaraan yang selama ini menumpuk
menuju ke DKI Jakarta dan Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang. Kalau bandara ini (Bandara
Kerawang) dibangun, dampaknya akan terjadi kemacetan akibat kendaraan dan mobilitas orang terganggu,"
tuturnya". Dia juga mengungkapkan, keuntungan-keuntungan lain dibangunnya bandara tersebut, yaitu semakin
tumbuhnya kawasan industri di kawasan Kerawang, Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat, dan sekitarnya.
Tentunya tumbuh kembangnya industri kreatif yang menjadi program pemerintah turut terpacu.
Yayat menegaskan, dengan dibangunnya bandara tersebut pastinya akan terjadi pengembangkan wilayah baru
yang diprediksi juga ikut memangkas angka pengangguran. Seperti diketahui pemerintah berencana
membangun bandar udara pendukung Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang diprediksi akan mengalami
kelebihan kapasitas penumpang dua hingga tingga tahun mendatang.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S. Ervan pembangunan bandara
pendukung tersebut bertujuan untuk mengantisipasi Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang diperkirakan
hanya bertahan 2014-2015.
Kita sedang melakukan studi lokasi sebab paling tidak tahun 2013 bandara
pendukung ini sudah dibangun. Untuk lokasi badar udara Bambang mengungkapkan, terletak di wilayah
Kerawang tepatnya di mana lokasi itu masih didalami oleh tim pengkaji yang dibentuk pemerintah.

Waspadai Dampak Sosial Pembangunan Bandara Kualanamu
Lubukpakam, (Analisa). Keberadaan bandar udara (Bandara) internasional Kualanamu akan
menjadi maskot bagi Kabupaten Deliserdang yang menjadi pintu masuk dan keluar Sumatera
Timur. Potensi ekonomi baru bakal terbuka, tapi di sisi lain berdampak secara sosial yang
lebih perlu diwaspadai dan diatasi.
Demikian dikatakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN)
Mulfachri Harahap saat menghadiri pelantikan DPD PAN Deliserdang periode 2010-2015,
Jumat (11/11) di Lubukpakam.
Dampak sosial keberadaan bakal bandara Kualanamu yang diperkirakan akan beroperasi
akhir 2012 mendatang harus diwaspadai sehingga tidak menimbulkan masalah terutama bagi
masyarakat Deliserdang.

Pasalnya, bakal banyak pendatang baru yang akan merubah kultur (kebudayaan) dan cara
pandang masyarakat pasca beroperasinya bandara Kualanamu tersebut. "Jangan-jangan
masyarakat tidak siap dengan adanya bandara Kualanamu" ujarnya.
Mulfachri menilai, ketidaksiapan Deliserdang menyambut keberadaan bandara Kualanamu
pasca beroperasi akan menyebabkan kerugian bagi masyarakat Deliserdang sendiri.
Terlebih tambah Mulfachri, pihaknya sudah bertemu langsung pihak Angkasa Pura dan
menanyakan tentang dampaknya secara ekonomi bagi Deliserdang. Ternyata potensinya luar
biasa di sektor perekonomian.
Sebab, keberadaan bakal bandara Kualanamu tersebut akan menyumbangkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) senilai Rp40-60 per tahun miliar melalui berbagai sektor seperti pajak
dan lainnya.
Mulfachri berharap, keberadaan bakal bandara Kualanamu bisa menjadi cerita sukses
kepemimpinan Bupati Deliserdang Amri Tambunan yang akan tetap merasakan
keberadaannya jika akhir 2012 sudah beroperasi seperti yang direncanakan.
Pasti
Secara terpisah usai pelantikan, Bendahara DPD PAN Deliserdang Ir M Darbani Dalimunthe
yang juga anggota DPRD Deliserdang mengungkapkan keberadaan bakal bandara
internasional Kualanamu pasti akan memberikan dampak sosial bagi kehidupan rakyat.
Struktur sosial yang menjadi dampak keberadaannya harus segera disahuti Pemkab
Deliserdang. Pasalnya akan banyak sektor yang langsung dirasakan masyarakat sehingga
kesiapan mengantisipasi dampak sosial tersebut harus benar-benar dipikirkan.
Pertambahan jumlah masyarakat, semakin luasnya kawasan permukiman terhadap dampak
urbanisasi, infrastruktur dan tranportasi, perubahan karakter, ketahanan budaya, pola hidup,
sarana dan prasarana, kualitas SDM dan efek sosial lainnya bakal terjadi pasca beroperasi
bakal bandara internasional Kualanamu.
Jumlah transportasi misalnya, dari tahun ke tahun angka armada baik roda empat maupun dua
secara nasional terus bertambah sampai 400-500 persen. Sementara Infrastruktur jalan yang
ada tidak bertambah. "Pemkab Deliserdang harus siap dengan struktur dan infrastruktur yang
bakal berdampak secara sosial pasca beroperasinya bandara tersebut" tandasnya.
Darbani Dalimunthe menilai, mau tidak mau kesiapan itu harus segera dilakukan sehingga
efek sosial yang muncul dapat diantisipasi dan mampu meningkatkan kesejahteraan bagi
rakyat.

Sesuai dengan UURI No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Pasal 201
(1)Lokasi
bandar
udara
ditetapkan
oleh
Menteri.
(2)Penetapan lokasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat :
a.titik
koordinat
bandar
udara;
dan
b.rencana
induk
bandar
udara.

(3)Penetapan lokasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan
memperhatikan
:
a.rencana
induk
nasional
bandar
udara;
b.keselamatan
dan
keamanan
penerbangan;
c.keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait
di
lokasi
bandar
udara;
d.kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis
pembangunan,
dan
pengoperasian;
serta
e.kelayakan lingkungan.
Sudah hampir 10 Tahun pembangunan Bandar Udara Internasional Kualanamu.
Hingga saat ini pembangunan Bandar Udara tersebut baru mencapai 50 % dari
target yang su-dah di tentukan.
Tim Media Kajian & Informasi Tata Ruang Indonesia yang mempelajari hasil dari
pembangunan tersebut mensurey ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat
setempat yang berada di kawasan tersebut.
Banyak sekali persoalan-persoalan yang menyangkut pembangunan lapangan
terbang tersebut yang berdampak pada kehidupan para nelayan yang tergangu oleh
penimbunan lapangan terbang tersebut dengan menggunakan pasir yang ditambang
dari pantai Labu yang berada di sebelah timur Kualanamu.
Ada banyak janji yang diberikan oleh projek pembangunan itu yang tidak
terselesaikan kepada masyarakat sekitar sehingga terjadinya ketidakpuasan
masyarakat
terhadap
projek
dalam
pembangunan
tersebut.