Latar belakang pendidikan siswa dan hubungannya dengan prestasi belajar fiqih di MTS Nurul Ilmi Cikupa

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana PAI (S.Pd.I)

Oleh: SITI ROSMIATI NIM: 106011000179

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH

DI MTS NURUL ILMI CIKUPA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana PAI (S.Pd.I)

Oleh: SITI ROSMIATI NIM: 106011000179

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Drs. H. Aminudin Yakub, M.Ag 1971 0214 1997 031 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Siti Rosmiati NIM : 106011000179

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, November 2010 Penulis


(4)

ABSTRAKSI Nama : Siti Rosmiati

Nim : 106011000179

Judul : Latar Belakang Pendidikan Siswa dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajar Fiqih di MTs Nurul Ilmi Cikupa

Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian yang integral dari PAI, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan keperibadian siswa, tetapi secara substansial mata pelajaran Fiqih memberikan kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh para siswa yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Cukup banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa selama mempelajari pelajaran Fiqih ini, diantaranya adalah mampu memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikan dengan benar dalam kehidupan sehar-hari.

Siswa yang belajar pada Madrasah Tsanawiyah tentunya tidak semua berasal dari Madrasah Ibtidaiyah, terdapat pula beberapa siswa yang berasal dari Sekolah Dasar. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan di Indonesia berada di bawah naungan dua departemen yang berbeda, yaitu Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Pendidikan Agama.

Kedua Departemen tersebut tentu saja mempunyai kebijakan yang berbeda, seperti pada kebijakan kurikulum yang terdapat pada Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar tampak sedikit berbeda. Diantaranya adalah pada pengetahuan agama Islam. Pada Madrasah Ibtidaiyah pengetahuan agama Islam diberikan pada empat mata pelajaran, salah satunya adalah Fiqih. Sedangkan pada Sekolah Dasar pengetahuan agama Islam digabung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hanya diberikan dua jam pelajaran dalam satu minggu.

Maka, ada perbedaan pengalaman belajar yang mereka dapatkan pada masing-masing sekolah dan tentunya hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang akan mereka raih pada jenjang selanjutnya.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah memiliki/mendapatkan prestasi belajar Fiqih yang lebih baik dari pada siswa yang berasal dari Sekolah Dasar.


(5)

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta yang selalu memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang, untuk para keluarga, dan para sahabat-Nya.

Karya tulis ilmiah berupa skripsi ini ditujukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pdi).

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, baik moril maupun materil, serta pemikiran saran dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bahrissalim, M.Ag dan Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. H. Aminudin Yakub, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas bimbingan, nasihat, motivasi dan perhatiannya selama pembuatan skripsi ini, mudah-mudahan Allah SWT membalas semua kebaikan bapak. 5. M. Hidayat, S.Pd, selaku Kepala Sekolah MTs Nurul Ilmi Cikupa, terima


(6)

6. Seluruh guru-guru MTs Nurul Ilmi. Terima kasih banyak atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Emak dan abah tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya yang tak terhingga dan tak putus-putusnya memberikan doa dan semangat. Terima kasih atas pengorbanannya selama ini, mudah-mudahan Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada kalian.

8. Kakakku (Ahmad Turmudi) dan adik-adikku (Siti Salamah, Abdul Muhtadi, M. Ridwan, dan Habibah), terima kasih atas segala dukungan, semangat dan doanya.

9. Teman-teman kosan (Noor Noviana, Eksasanti Lestaluhu, dan Desty Eka Putri Sari) yang selalu memberikan semangat dan dukungannya setiap hari, mudah-mudahan tali silaturrahim kita tetap terjaga untuk selamanya.

10.Teman-teman Sains&Teknologi (Ika Dewi Pratiwi, Fatih Fuaduddin, Imamul Huda, Chery Dia Putra, Ahmad Syaugi, dan Aziera Putra) yang selalu memberikan semangat dan kebahagiaannya di hari-hariku, terima kasih atas kebersamaanya selama ini.

11.Teman- teman seperjuanganku (kelas E PAI), dan teman sepermainanku (Siti Qomariyah, Liszaenia dan Istiharoh), terima kasih atas doanya.

12.Kepada semua yang tidak penulis sebutkan, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI. ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL. ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR A. Deskripsi Teoritis. ... 7

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 7

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 8

a. Faktor Internal ... 9

b. Faktor Eksternal ... 12

c. Faktor Pendekatan Belajar. ... 13

3. Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah ... 13

a. Pengertian Fiqih ... 13

b. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Fiqih ... 16

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah ... 17

d. Materi Pokok Fiqih Kelas VIII MTs Semester 1 ... 17


(8)

a. Pengertian Pendidikan ... 18

b. Pendidikan Formal. ... 19

B. Kerangka Berfikir. ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 22

C. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 23

D. Populasi dan Sampel . ... 23

E. Metode Penelitian ... 24

F. Teknik Pengumpulan Data. ... 25

G. Teknik Analisa Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 30

1. Sejarah Singkat MTs Nurul Ilmi. ... 30

2. Visi, Misi, dan Strategi MTs Nurul Ilmi ... 31

a. Visi Sekolah. ... 31

b. Misi Sekolah. ... 31

3. Sarana dan Prasarana ... 34

4. Struktur Organisasi ... 34

5. Keadaan Guru dan Siswa. ... 37

a. Keadaan Guru ... 37

b. Keadaan Siswa ... 39

B. Deskripsi Data ... 41

C. Analisis Data. ... 59

D. Interpretasi Data. ... 66 BAB V PENUTUP


(9)

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1, kisi-kisi instrument latar beakang pendidikan siswa ... 23

2. Tabel 2, skor penilaian angket ... 27

3. Tabel 3, interpretasi angka “r” product moment ... 28

4. Tabel 4, sarana dan prasarana sekolah ... 34

5. Tabel 5, jumlah dewan guru MTs Nurul Ilmi Cikupa ... 37

6. Tabel 6, jumlah siswa kelas VII-IX MTs Nurul Ilmi tahun ajaran 2009-2010 ... 39

7. Tabel 7, data responden penelitian... 39

8. Tabel 8, menyukai pelajaran fiqih ... 42

9. Tabel 9, hadir pada pelajaran fiqih tepat waktu ... 43

10.Tabel 10, tidak tertarik membaca buku-buku fiqih ... 43

11.Tabel 11, mengambil posisi duduk di belakang pada pelajaran fiqih ... 44

12.Tabel 12, tidak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru ketika pelajaran fiqih berlangsung ... 45

13.Tabel 13, aktif belajar dan diskusi di kelas ketika pelajaran fiqih ... 45

14.Tabel 14, bertanya ketika kurang mengerti materi fiqih ... 46

15.Tabel 15, tidak pernah mengulang pelajaran fiqih ketika di rumah ... 47

16.Tabel 16, mencari tahu materi fiqih yang tidak diketahui ... 47

17.Tabel 17, mengerjakan tugas atau PR fiqih sampai tuntas ... 48

18.Tabel 18, tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guru fiqih... 49

19.Tabel 19, berusaha menjawab pertanyaan teman ... 49

20.Tabel 20, fiqih pelajaran yang sulit untuk dipahami ... 50

21.Tabel 21, saran dari guru fiqih membuat semangat dalam belajar ... 51

22.Tabel 22, orang tua tidak pernah membantu ketika mengalami kesulitan dalam belajar ... 51


(11)

24.Tabel 24, motivasi dari guru sangat membantu untuk menyukai

pelajaran fiqih ... 53

25.Tabel 25, mendapatkan nilai yang jelek pada ulangan harian fiqih ... 53

26.Tabel 26, mendapatkan nilai yang tinggi ketika UTS... 54

27.Tabel 27, mendapatkan nilai yang tinggi ketika uas ... 55

28.Tabel 28, nilai raport selalu tinggi pada pelajaran fiqih ... 55

29.Tabel 29, membiasakan menjalankan ibadah sunnah ... 56

30.Tabel 30, tidak melaksanakan shalat lima waktu kecuali disuruh orangtua... 57

31.Tabel 31, jarang membaca al-quran setelah selesai shalat lima waktu ... 57

32.Tabel 32, melaksanakan puasa ketika bulan suci ramadhan ... 58

33.Tabel 33, perhitungan variabel x (latar belakang pendidikan siswa) ... 60

34.Tabel 34, daftar nilai rapor kelas VIII semester 1 MTs Nurul Ilmi ... 62

35.Tabel 35, perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel x (latar belakang pendidikan siswa) dan variabel y (prestasi belajar fiqih) ... 64


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Bebarapa komponen ini harus berjalan secara seimbang agar tujuan pembelajaran yang diinginkan berlangsung secara optimal.


(13)

Dalam proses pembelajaran pun sangat dibutuhkan interaksi antara guru dengan murid, murid dengan guru dan antara murid dengan murid yang lainnya. karena pada umumnya interaksi ini hanya terjadi satu arah yakni antara guru dengan murid saja. Hal ini merupakan salah satu penyebab tidak sampainya aspirasi siswa, pada proses tersebut mungkin sebenarnya ada beberapa murid yang merasa kesulitan untuk mengerti terlebih lagi memahami apa yang disampaikan oleh gurunya. Inilah yang dinamakan dengan kesulitan belajar. Alisuf Sabri mengartikan kesulitan belajar sebagai “kesukaran siswa dalam menyerap atau menerima pelajaran di sekolah.”1

Selain faktor di atas, terdapat pula faktor lain yang menghambat sampainya informasi yang disampaikan oleh seorang guru kepada murid-muridnya. Faktor tersebut adalah latar belakang pendidikan siswa. Latar belakang pendidikan disini adalah jenjang pendidikan yang dilalui oleh siswa sebelum siswa tersebut masuk ke jenjang berikutnya. Pada penelitian ini ditujukkan pada pendidikan mereka sebelum mereka memasuki Madrasah Tsanawiyah. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yakni jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Sebagaimana kita ketahui, dalam dunia pendidikan di Indonesia seolah terjadi dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Secara struktural, sekolah-sekolah yang berciri khas Agama Islam berada di bawah naungan Kementerian Agama, tetapi dari segi anggaran terdapat perbedaan antara lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Agama dengan Kementerian Pendidikan Nasional.

Disebutkan oleh Hafiz Abbas sebagaimana dikutip oleh H.Haidar Putra Pulungan. Misalnya “anggaran tahun 1999/2000 biaya pendidikan per siswa MIN adalah Rp. 19.000,- sedangkan SDN Rp. 100.000,- MTSN Rp. 33.000,-


(14)

sedangkan SMPN Rp 46.000,-, untuk MA dibanding SMUN 1:3, untuk IAIN 1:3.”2

Namun, secara perlahan dikotomi tersebut mulai pudar, terutama setelah ditetapkannya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional (UUSPN), Peraturan Pemerintah No. 28 dan No.29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan Menengah serta diberlakukannya kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

Pada pelaksanaannya, di Sekolah Dasar pengetahuan-pengetahuan agama terangkum dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hanya diberikan satu kali dalam seminggu, itu berarti mereka tidak selalu mendapatkan materi Fiqih setiap minggunya. Sedangkan pada Madrasah Ibtidaiyah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dipisahkan menjadi beberapa mata pelajaran yakni al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam. Perbedaan pada jumlah mata pelajaran tentu saja berimbas pada alokasi jam pelajarannya dan hal tersebut akan berdampak pula pada perbedaan pengalaman belajar dan prestasi yang akan diperoleh siswa. Pengalaman belajar menunjuk kepada interaksi antara anak yang belajar dengan lingkungan di mana ia belajar. Lingkungan ini meliputi kehadiran guru, bahan pelajaran dan fasilitas-fasilitas yang lain. “Pengalaman belajar berarti apa yang benar-benar ia lakukan, berarti antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya akan berbeda pengalaman belajarnya.”3

Fiqih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang memberikan kemampuan memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikkan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.

2 H. Haidar Putera Daulay, Pendidkan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet Ke-1, h. 49.

3 Team Didaktik Metodik Kurikulum, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1995), Cet. Ke-5, h. 112.


(15)

Begitu banyaknya kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam mata pelajaran Fiqih, kesemuanya itu tentunya tidak secara keseluruhan dipelajari oleh siswa yang duduk di bangku Sekolah Umum khususnya Sekolah Dasar sebagai mata pelajaran yang tersendiri, karena keempat bidang pengetahuan Agama tersebut dapat terintegrasikan ke dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan tidak setiap minggu mereka mendapatkan materi Fiqih. Lain halnya dengan siswa yang duduk di bangku sekolah agama khususnya Madrasah Ibtidaiyah, mereka mendapatkan pengetahuan agama yang terbagi dalam empat mata pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran Fiqih yang diberikan satu kali dalam satu minggu.

Ketika siswa yang berasal dari Sekolah Dasar tersebut memasuki Madrasah Tsanawiyah, tak pelak lagi dia akan disuguhi mata pelajaran ini. Karena sedikitnya pengalaman belajar yang ia peroleh pada jenjang sebelumnya yakni Sekolah Dasar, maka dapat diasumsikan minatnya pada pelajaran Fiqih pun tidak terlalu besar. Sedangkan siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah kemudian masuk ke Madrasah Tsanawiyah tidak akan terlalu kesulitan dalam mata pelajaran ini karena mereka mendapatkan pengalaman belajar yang lebih dari pada siswa yang berasal dari sekolah umum. Hal inilah yang mungkin menyebabkan perbedaan prestasi yang diraih oleh siswa-siswa yang berbeda latar belakang pendidikannya tersebut.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal tersebut dan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi dengan judul : “LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH DI MTs NURUL ILMI CIKUPA”.


(16)

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka timbullah beberapa masalah yang diidentifikasikan antara lain sebagai berikut: 1. Latar belakang pendidikan siswa mempunyai hubungan dengan hasil/prestasi

belajar siswa.

2. Kesulitan siswa lulusan SD dalam memahami mata pelajaran Fiqih akibat perbedaan tingkat pemahaman antara siswa lulusan SD dan MI pada mata pelajaran Fiqih.

3. Terdapat perbedaan alokasi jam/jumlah mata pelajaran Fiqih (PAI) di SD dan MI yang berakibat pada pengalaman/prestasi belajar mereka.

4. Praktek pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah yang kurang memperhatikan pada aspek siswa.

5. Metode yang digunakan pada pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah kurang bervariatif.

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut serta untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka masalah hanya dibatasi pada prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Fiqih di MTs Cikupa berdasarkan latar belakang pendidikannya, yaitu:

a) Siswa yang mempunyai latar belakang pendidikan SD dan MI.

b) Siswa yang dijadikan responden adalah siswa kelas VIII MTs Nurul Ilmi Cikupa Tangerang.

2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah: “Apakah terdapat hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar Fiqih antara siswa yang berasal dari SD dan MI?”


(17)

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

Mengenai tujuan penelitian, ada beberapa hal yang penulis inginkan dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui prestasi siswa MTs Nurul Ilmi Cikupa dalam mata pelajaran Fiqih.

b. Untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan siswa akan berhubungan dengan prestasi belajar Fiqih yang mereka raih.

c. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran Fiqih di sekolah. d. Untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai perbedaan siswa

dari segi latar belakang pendidikannya.

e. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap mata pelajaran Fiqih berdasarkan latar belakang pendidikannya.

2.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh penulis dari penyusunan skripsi ini yaitu:

a. Dapat berguna bagi pihak pengelola pendidikan dalam mengembangkan kegiatan belajar-mengajar studi Fiqih demi peningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

b. Dapat berguna bagi guru Fiqih dalam menentukan proses pembelajaran yang efektif dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikannya. c. Dapat meningkatkan informasi pada orang tua murid agar

memperhatikan anaknya dalam belajar, terutama dalam masalah Fiqih dalam kehidupan sehari-hari.

d. Dapat menjadi bahan bacaan untuk kalangan umum yang menggeluti dunia pendidikan.


(18)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR

DAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoritis

1.

Pengertian Prestasi Belajar

Ungkapan ‘Prestasi Belajar’ terdiri dari dua kata, kata prestasi dan kata belajar. Kata ‘prestasi’ berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatik,4 kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “hasil usaha”.5 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, kata ‘prestasi’ adalah “hasil yang telah dicapai”.6 Sedangkan kata Belajar mengandung arti “berusaha berlatih supaya mendapat suatu kepandaian”.7

Pengertian lain disampaikan oleh Muhibbin Syah bahwa belajar adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

4 S. F. Haybeyg, Kamus Populer, (Jakarta: Centra, 1987), Cet. Ke-2, h. 2.

5 Zainal Arifin, Evaluasi Instrusional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 1990), h. 2.

6 W. J. S. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 2003), Cet. 1, h. 910.


(19)

melibatkan proses kognitif”.8 Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyebutkan bahwa “belajar itu membawa perubahan dalam bentuk kecakapan dan diperoleh dengan usaha”.9

Dalam bukunya berjudul Psikologi Pengajaran, W. S. Winkel menyebutkan bahwa “belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan ,lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan nilai serta sikap”.10

Sedangkan mengenai prestasi belajar, cukup banyak pendapat yang dikemukakan oleh kalangan pendidikan dan psikologi, diantaranya dikemukakan oleh Surtatinah Tirtonegoro, beliau megartikan Prestasi Belajar sebagai “penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.11 “Prestasi belajar merupakan sesuatu yang digunakan untuk menilai suatu hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa-siswanya dan dosen kepada mahasiswanya”. Itulah pengertian yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto.12

2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pada dasarnya cukup banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Beberapa ahli pendidikan dan ahli psikologi mengemukakakan beberapa aspek teknis yang berkaitan dengan faktor tersebut. Nana Sudjana

8 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-1, h. 64.

9 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 11, h. 32.

10 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-4, h. 53.

11 Surtatinah Tirtonegoro, Anak Supranormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 42.


(20)

membaginya menjadi dua, “yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal), dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau lingkungan (faktor eksternal)”.13

Ngalim Purwanto membagi faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar menjadi dua, yaitu:

a. Faktor dari dalam diri siswa, yang dikelompokan menjadi dua yakni faktor fisiologi dan faktor psikologi.

b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa yang juga dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan dan instrumental.14

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, eksternal dan faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.15

Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan eksternal dan faktor pendekatan belajar. Berikut ini penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan faktor tersebut.

a.

Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:16 1. Faktor Fisiologi

Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a) Keadaan Tonus Jasmani Pada Umumnya

13 Nana Sudjana, Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, (Jakarta: FE UI, 1991), h. 49. 14 NgalimPurwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1991), h. 106. 15 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 130.

16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), Cet. Ke-16, h. 235-236.


(21)

Keadaan tonus jasmani ini pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi aktifitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jamani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah; dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan.

1) Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya.

2) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk dan sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk menadapatkan perhatian dan pengobatan; akan tetapi dalam kenyataanya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar.

b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera

Baiknya fungsi pancaindera merupakan syarat agar belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara pancaindera yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga agar pencaindera anak didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif, seperti misalnya ada pemeriksaan dokter secara periodik, penyediaan alat pelajaran serta perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid secara baik di kelas, dan sebagainya.


(22)

2. Faktor Psikologis

Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar menyebutkan “yang termasuk ke dalam faktor psikologis di antaranya adalah: motivasi, minat bakat”.17 Apabila seseorang memiliki motivasi, minat dan bakat maka ia akan terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memilki semangat yang luar biasa untuk terus belajar. Akan tetapi apabila keadaan individualnya seperti kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.

Sedangkan dalam bukunya Psikologi Pendidikan ia juga menambahkan bahwa “yang termasuk faktor psikologis adalah inteligensi dan sikap siswa”.18 Inteligensi merupakan kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, walaupun peran otak lebih menonjol dari pada organ tubuh lainnya. Adapun sikap siswa merupakan kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tehadap objek orang, barang, dan sebagainya.

Arden N Frendsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju;

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;

17 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, h. 74.

18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-10, h.133,135.


(23)

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;

f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.19

b.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial ini dapat dirinci menjadi lingkungan sosial sekolah dan lingkungan sosial siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang baik positif maupun negatif. Misalnya, guru yang menunjukan sikap dan perilaku yang simpati dan memperlihatkan contoh yang baik seperti rajin membaca buku dan berdiskusi, maka hal itu akan menjadi daya dorong positif bagi kegiatan kegiatan belajar siswa. Kemudian, lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa tersebut di luar pendidikan formal. Namun, lingkungan sosial yang paling banyak berpengaruh pada siswa adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.

2. Lingkungan Non Sosial

Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), gedung sekolah dan letaknya,


(24)

alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat peraga), rumah tempat tinggal siswa dan letak rumah tersebut.

Semua faktor yang telah disebutkan di atas itu, dan juga faktor-faktor lain yang telah disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan pedagogis.

c.

Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar.

3.

Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah

a.

Pengertian Fiqih

Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, mengerti dan paham yang dimaksud disini adalah “kepahaman dalam masalah-masalah agama (syariat) yang sangat diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya”.20 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:


(25)

....



















“….Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama…” (Q.S. At-Taubah:122)21

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad bersabda:

ُﷲا ِدِﺮُﻳ ْﻦَﻣ

ِﻦْﻳﱢﺪﻟا ِﰱ ُﻪُﻬَﻘْﻔَـﻳ اًﺮْـﻴَﺧ ِﻪِﺑ

)

يرﺎﺨﺒﻟا ﺔﻳاور

(

“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya, niscaya diberikan kepadanya pemahaman yang mendalam dalam pengetahuan agama” (H.R Bukhari).22

Pengertian fiqih seperti tergambar dalam ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya mengalami penyempitan makna.

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Quraisy Syihab bahwa “fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, al-Quran dan Hadist, tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus mengenai pengetahuan tentang hukum agama saja”.23

Senada dengan pendapat di tersebut di atas, Fazlur Rahman mengatakan bahwa “pada awal islam, fiqih bukanlah nama suatu disiplin ilmu atau system objektif tertentu. Ia hanya merupakan nama atau suatu

21 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek

Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 1992), h. 4

22 A. Djazuli, Ilmu Fiqih, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), Cet. Ke- 5, h. 4


(26)

proses atau kegiatan mencari kesimpulan. Namun pada perkembangan selanjutnya identik dengan ilmu hukum”.24

Fiqih menurut istilah yaitu:

1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkenaan dengan perkataan dan perbuatan mukallaf (mereka yang telah terbebani menjalankan syari’at agama) yang diambil dari dalil yang bersifat terperinci, berupa nash al-Qur’an dan as-Sunah serta yang bercabang berupa ijma dan ijtihad.

2. Hukum-hukum syari’at itu sendiri menjadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama digunakan untuk mengetahui hukum-hukum (halal, haram, makruh atau lainnya) ditinjau dari dalil yang ada. Sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban atau sunnah-sunnah).25

Sedangkan menurut Ibnu Subki yang datang dari kalangan Syafi’iyah mendefinisikannya sebagai :

َا ْﻟ ِﻌ

ْﻠ ُﻢ

ِﺑ ْﺎ

َﻷ

ْﺣ

َﻜ

ِمﺎ

َﺸﻟا

ْﺮ ِﻋ ﱠﻴ

ِﺔ

ْا َﻌﻟ

َﻤ ِﻠ ﱠﻴ

ِﺔ

ْﻟا ُﻤ

ْﻜ َﺘ

َﺴ

ُﺐ

ِﻣ

ْﻦ

َأ ِد ﱠﻟ

ِﺘ َﻬﺎ

ﱠـﺘﻟا

ْﻔ

ِﺼ

ْﻴ ِﻠ ﱠﻴ

ِﺔ

“Pengetahuan tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan amal perbuatan yang digali dari satu persatu dalilnya”.26

Dalam definisi ini fiqih diibaratkan dengan ilmu, karena fiqih itu semacam ilmu pengetahuan. Dalam definisi di atas terdapat beberapa batasan atau asal yang menjelaskan hakikat dari hakikat fiqih itu. Sekaligus juga memisahkan arti kata fiqih itu dari yang bukan fiqih.

Saefuddin al-Amidiy, memberikan definisi fiqih yang berbeda dengan definisi di atas yaitu: “ilmu tentang seperangkat hukum, hukum

24 Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1984), h. 145

25 Azharudin Lathif, Fiqih Muamalat, (Uin Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 2 26 Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), Cet. Ke-1, h.4


(27)

syara yang bersifat furu’iyah, yang berhasil didapatkan melalui penalaran atau istidlal”.27

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa fiqih adalah pengetahuan hukum-hukum amalan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.

Dalam perkembangan selanjutnya fiqih dapat diartikan dengan sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalilnya yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad para ulama.

Fiqih merupakan ilmu yang harus dipelajari agar seorang muslim dapat mengetahui hukum dari apa yang dilakukannya, baik dalam masalah ibadah maupun dalam pebuatan sehari-hari. Karena dengan mempelajari fiqih, ibadah akan lebih sempurna dan tentu kita akan selamat dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.

b.

Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Fiqih

Fungsi mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk:

1) Penanaman nilai-nilai dan kecerdasan beribadah peserta didik kepada Allah Swt;

2) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan kedisiplinan dan rasa tanggungjawab sosial di Madrasah dan mayarakat;

3) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah ditanamkan terlebih dahulu dalam lingkungan keluarga; 4) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

lingkungan sosial melalui ibadah dan muamalah;

5) Perbaikan kesalahan, kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari;


(28)

6) Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.28

Pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan

benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan dalam menjalankan hukum Islam, disiplin dan tangung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.29

c.

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah

Tsanawiyah

Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

1) Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah, shalat fardu, salat sunnah dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

2) Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.30

28 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , (Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, 2009), Cet. Ke-1, h. 47

29 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar…, h. 90. 30 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar…, h. 92.


(29)

d.

Materi Pokok Fiqih Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah

Semester 1

Materi pokok Madrasah Tsanawiyah kelas VIII semester 1 yaitu: 1) Melaksanakan tata cara sujud di luar shalat, diantaranya:

menjelaskan ketentuan sujud syukur dan sujud tilawah, mempraktikkan sujud syukur dan tilawah.

2) Melaksanakan tata cara puasa, diantaranya: menjelaskan ketentuan puasa, menjelaskan macam-macam puasa.

3) Melaksanakan tata cara zakat, diantaranya: menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat maal, menjelaskan orang yang berhak menerima zakat, dan mempraktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan zakat maal.31

4.

Pendidikan Formal

a.

Pengertian Pendidikan

Cukup banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di bidang pendidikan. Ngalim Purwanto menyebutkan “pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.32

Tidak terlalu jauh juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto di atas, Redja mudyahardjo dalam bukunya Pengantar Pendidikan, menyebutkan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta

31 Peraturan Menteri Agama Repunlik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar…, h. 110-111.

32 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan (Teoritis dan praktis), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-8, h. 11.


(30)

didik agar dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.33

Ahli pendidikan Langeveld dalam Hasbullah mengatakan bahwa pendidikan adalah “setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri”.34 Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah juga mengatakan bahwa “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju bentuk keperibadian yang utama”.35

Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.

b.

Pendidikan Formal

Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata formal diartikan ‘resmi’, sesuai dengan kebiasaan atau peraturan yang ada. Sedangkan pendidikan formal diartikan “pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah atau badan pendidikan resmi”.36

Imam Barnadib dalam bukunya perbandingan pendidikan (persekolahan dan perkembangan masyarakat) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah “pendidikan yang melewati jalur persekolahan, berjenjang, bertingkat dari yang paling rendah sampai

33 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar

PendidikanpadaUmumnya dan Pendidikn di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. Ke-2, h. 11.

34 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), Cet. Ke-5, h. 2.

35 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan…, h. 3. 36 W. J. S. Poerdarminta , kamus umum…, h. 401.


(31)

dengan yang tertinggi. Dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi”.37 Kemudian, Combs dalam buku A. Muri Yusuf mengemukakan pendidikan formal adalah “pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang/tingkat, dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari Sekolah Dasar sampai ke Universitas, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan teknis dan profesional”.38

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Bab 1 pasal 1, ayat 11 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah “jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.39

Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (pasal 14). Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (pasal 17 ayat 2).40

Dari pengertian di atas, maka latar belakang pendidikan yang dimaksud adalah latar belakang pendidikan formal. Pada penelitian ini, latar belakang pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.

37 Imam Barnadib, Pendidikan Perbandingan (persekolahan dan perkembangan masyarakat), (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), Cet. Ke-3, h. 88.

38 A. Muri Yusuf, Pengantar ilmu pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), Cet. Ke-2, h. 62.

39 Tim Redaksi FokusMedia, UUSPN No. 20 Tahun 2003, (Bandung: FokusMedia, 2003), Cet. Ke-3, h.4.


(32)

B.

Kerangka Berfikir

Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh para siswa yang duduk di bangku madrasah Tsanawiyah. Cukup banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa selama mempelajari pelajaran fiqih ini, diantaranya adalah mampu memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa yang belajar pada Madrasah Tsanawiyah tentunya tidak semua berasal dari Madrasah Ibtidaiyah, terdapat pula beberapa siswa yang berasal dari Sekolah Dasar. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan di Indonesia berada di bawah naungan dua departemen yang berbeda, yaitu Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Pendidikan Agama. Raudhatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, dan Madrasah Tsanawiyah berada di bawah naungan Departemen Agama sedangkan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.

Kedua Departemen tersebut tentu saja mempunyai kebijakan yang berbeda, seperti pada kebijakan kurikulum yang terdapat pada Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar tampak sedikit berbeda. Diantaranya adalah pada pengetahuan agama Islam. Pada Madrasah Ibtidaiyah pengetahuan agama Islam diberikan pada 4 mata pelajaran, salah satunya adalah Fiqih. Sedangkan pada Sekolah Dasar pengetahuan agama Islam digabung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hanya diberikan dua jam pelajaran dalam satu minggu.

Maka ada perbedaan pengalaman belajar yang mereka dapatkan pada masing-masing sekolah dan tentunya hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang akan mereka raih pada jenjang selanjutnya.


(33)

C.

Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari hasil teori yang akan diujui lebih lanjut. Maka untuk itulah diperlukan penelitian. Dari kerangka berfikir di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Ho: tidak terdapat hubungan yang positif antara latar belakang pendidikan

siswa dengan prestasi belajar Fiqih.

2. Ha: terdapat hubungan yang positif antara latar belakang pendidikan siswa dengan prestasi belajar Fiqih.

Jelasnya, jika hipotesis alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesis nihil (Ho) ditolak, maka terdapat hubungan positif yang signifikan terhadap prestasi belajar Fiqih bagi siswa yang berlatar belakang pendidikan SD dan MI.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Ilmi Cikupa-Tangerang yang berlokasi di Jl. Raya Serang KM. 15 Cikupa Cikupa- Tangerang-Banten. Adapun waktu penelitian dari bulan Agustus sampai dengan selesai.

B.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. Dengan demikian dalam penelitian ini dikaji keterbukaan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat.

Dengan demikian, variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas atau Independent (X), yaitu Latar Belakang Pendidikan Siswa.

b. Variabel terikat atau Dependent (Y), yaitu Prestasi Belajar Fiqih.

Latar belakang pendidikan siswa adalah pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah atau badan pendidikan resmi. Pada penelitian ini, latar belakang pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.


(35)

Variabel X adalah siswa yang dijadikan responden yang datanya diperoleh dari sekolah. Sedangkan variabel Y diperoleh dari nilai raport siswa kelas VIII semester 1.

C.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Agar mendapatkan item pertanyaan yang valid, maka dibuatlah indikator variabel X yang disebutkan dalam tabel indikator penelitian:

Tabel. 1

Kisi-kisi Instrument Latar Belakang Pendidikan Siswa

Variabel X Indikator Nomor Pernyataan Jumlah

Positif Negatif Latar Belakang

Pendidikan Siswa (siswa yang berasal

dari MI dan SD)

a. Perasaan senang terhadap pelajaran

1,2 4,3 4

b. Perhatian terhadap pelajaran Fiqih

7,8,9 5,6 5

c. Pemahaman terhadap pelajaran Fiqih

10,12 11,13 4

d. Dorongan dari luar 14,17 15,16 4 e. Nilai yang diperoleh

siswa

19,20,21 18 4

f. Aplikasi siswa 22,25 23.24 4

D.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. Menurut Drs. S. Margono, populasi adalah “seluruh data yang menjadi


(36)

perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.41 Adapun populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs tahun pelajaran 2009-2010 yang berjumlah 360 siswa. Penulis memilih kelas VIII MTs karena jika responden diambil dari kelas VII MTs belum dapat diperoleh nilai yang dibutuhkan, dikarenakan kelas VII belum menghadapi ujian semester akhir (UAS). Hal ini juga dikarenakan supaya lebih terfokus dan lebih maksimal dalam memperoleh data-data.

2. Sampel

Sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti, yang dipilih, atau ditetapkan untuk keperluan analisa.42 Penulis mengambil sampel sebanyak 18% dari kelas VIII MTs yang berjumlah 360 siswa, yaitu 50 orang siswa masing-masing 25 siswa berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan 25 orang siswa berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random Sampling).

E.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan berupa metode survey dengan tekhnik korelasional. Dengan metode survey dapat diperoleh gambaran yang sesungguhnya mengenai variabel penelitian, sehingga dapat diketahui hubungan antara variabel tersebut. “Metode korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan variabel-variabel yang lain dan bertujuan pula melihat hubungan antara dua gejala atau lebih”.43 Metode ini diharapkan dapat

41 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 118 42 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. 12, h. 266


(37)

menemukan hubungan antara dua variabel yaitu: latar belakang pendidikan siswa (X) dan prestasi belajar Fiqih (Y).

F.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti.”44 Observasi ini dipakai dalam mengamati bagaimana proses kegiatan belajar mengajar khususnya bidang studi Fiqih dilakukan, keadaan gedung, guru, siswa, sarana prasarana, struktur organisasi dan kegiatan belajar mengajar di MTs Nurul Ilmi Cikupa Tangerang.

2. Dokumentasi

Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang keberhasilan belajar siswa MTs Cikupa-Tangerang yang berdasarkan pada nilai raport siswa, yaitu dengan melihat nilai mata pelajaran Fiqih kelas VIII semester 1.

3. Angket

Dalam mengumpulkan data, penulis juga menggunakan angket. Angket diberikan kepada 50 siswa kelas VIII MTs yang dijadikan responden dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu 25 siswa berasal dari SD dan 25 siswa berasal dari MI. Angket yang digunakan terdiri dari 25 pernyataan dengan 4 alternatif jawaban yang berhubungan dengan prestasi belajar Fiqih para siswa.

Jenis angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pernyataan disusun dengan

44 Nuraini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-3, h. 54.


(38)

disertai alternatif jawabannya, responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari alternatif yang sudah disediakan.

4. Wawancara

Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan interviewee yang mengetahui permasalahan yang diteliti sehingga diperoleh data dan informasi yang jelas. Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan kepala sekolah dan guru bidang studi Fiqih untuk mengetahui seberapa besar latar belakang pendidikan siswa mempengaruhi prestasi belajar Fiqih di MTs Cikupa-Tangerang. Bagaimana cara pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Fiqih tersebut, dan apa yang menjadi kendala dalam proses belajar-mengajar bidang studi Fiqih.

G.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh, data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Editing

Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan edit atau memilih/menyortir data sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah editing ini bertujuan untuk merapikan data agar bersih, rapi, dan tinggal mengadakan pengolahan lebih lanjut. Jika terjadi kesalahan dalam mengumpulkan data, maka hal yang dilakukan adalah melakukan penghitungan ulang terhadap data tersebut.

2. Skoring

Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis melakukan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket. Pernyataan


(39)

positif diberi skor 4, 3, 2, dan 1, sedangkan untuk pernyataan negatif sebaliknya.

Tabel. 2

Skor Penilaian Angket Alternatif Jawaban Bentuk Soal

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

3. Tabulating

Setelah diketahui skor setiap indikatornya maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui hasil penghitungannya.

Setelah data-data diolah, langkah selanjutnya menganalisis data. Teknik analisis data yaitu penulis berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitian. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh latar belakang pendidikan siswa terhadap prestasi belajar Fiqih, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Menggunakan perhitungan prosentase :

P =

x

100%

Keterangan:

P = Prosentase

F = Frekuensi yang dicapai prosentasenya

N = Number of Cases ( Jumlah Frekuensi atau banyaknya individu)


(40)

b. Mencari angka korelasi dengan rumus:

r

xy= .∑ (∑ ).(∑ )

( .∑ (∑ ) ).( .∑ (∑ ) ) Keterangan:

r

xy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

xy = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y ∑x = Jumlah skor x

y = Jumlah skor y.

c. Memberikan interpretasi terhadap

r

xy, yaitu:

Memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” product moment (

r

xy) pada umumnya sebagai berikut:

Tabel. 3

Interpretasi Angka “r” Product Moment Besarnya “r” Product

Moment (

r

xy) Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel x dan y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antar variabel x dan y)

0,20-0,40 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40-0,70 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70-0,90 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi


(41)

0,90-1,00 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat kuat dan tinggi

Setelah hasil ini dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment, baik pada taraf signifikansi 5% ataupun pada 1%, kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak.

Untuk memudahkan pemberian interpreasi angka indeks korelasi “r” product moment, caranya adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho) 2) Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah diajukan,

dengan cara membandingkan besarnya “r” Product Moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai (db) atau degree of freedom (df), adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

df = N – nr Keterangan:

Df = Degrees Of Freedom

N = Number Of Cases

Nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.

Selanjutnya untuk mengetahui dan mencari seberapa besar hubungan variabel X terhadap variabel Y dengan rumus sebagai berikut:

KD = r x 100%

KD = kontribusi variabel X terhadap variabel Y

r

= koefisien antara variabel X terhadap variabel Y


(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Sekolah

1.

Sejarah Singkat MTs Nurul Ilmi

Yayasan Nurul Ilmi berlokasi di Jl. Raya Serang KM.15 Cikupa Tangerang ini didirikan pada tahun 1976. Yayasan ini awalnya bernama Nurul Ulum yang merupakan tempat kajian para tokoh mayarakat sekitar yang diketuai oleh K.H. M. Syarif, H. Abdullah dan M. Nawawi S.Ag.

Sejak tahun 2000-2005 yayasan Nurul Ilmi dipimpin oleh H. M. Surman sebagai kepala sekolah, kemudian pada tahun 2006 sampai sekarang kepala yayasan Nurul Ilmi digantikan oleh M. Hidayat, S.Pd sebagai kepala sekolah. Dari tahun ke tahun jumlah murid yang berada di yayasan Nurul Ilmi mengalami kenaikan yang signifikan, serta mendapatkan akreditas unggulan A sejak tahun 2006.45


(43)

2.

Visi dan Misi MTS Nurul Ilmi

a. Visi Sekolah

Pendidikan harus memberikan keseimbangan antara kemampuan, keterampilan, serta kematangan jiwa yang berkaitan dengan etika dasar dan moral agar terhindar dari perilaku yang negatif.

Atas dasar ini MTs Nurul Ilmi membuat visi untuk diekspresikan kepada satu tujuan dan sasaran yang di cita-citakan. Visi yang dicanangkan yaitu: “Terdepan dalam ilmu pengetahuan dan teknlogi yang berwawasan agama dengan mendukung pembangunan Nasional serta berorientasi pada kepentingan masyarakat dan bangsa”. Adapun tujuannya yaitu “melahirkan generasi muda yang CANTIK (Cerdas, Aktif, Inovatif, Trampil dan Kreatif) di bidang Ilmu Pengetahuan dan Keagamaan.

b. Misi Sekolah

Misi adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut. Selanjutnya, dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya:

1) Mempersiapkan dan menciptakan PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

2) Menciptakan generasi muslim yang selalu GEMBROT (gembira dan berbobot) dalam penguasaan IPTEK dan IMTAQ.

Sangatlah jelas, bahwa untuk mencapai visi dan misi serta tujuan yang diinginkan tidaklah semata-mata tergantung pada kurikulum atau program pendidikan (curriculum and edicational programs) tapi akan ditentukan oleh berbagai faktor atau “Multitude Factors”, di mana masing-masing faktor menyumbang kontribusi yang signifikan.

Dari keunggulan yang diharapkan dalam misi tersebut, dijabarkan dalam aksi sebagai berikut:


(44)

1. Keislaman

a. Mengupayakan lingkungan sekolah yang islami, yaitu sekolah yang bersih, rapi, indah, sejuk dan ruangan yang edukatif, kata-kata mutiara khususnya ayat-ayat al-Quran dan hadis yang relevan dengan situasi belajar, serta kata-kata bijak dari para ilmuwan yang mendorong motivasi belajar.

b. Menumbuhkembangkan kepada anak didik sikap terpuji dan lingkungan yang bersikap kekeluargaan, tetap menjaga sopan-santun, saling menghargai dan menghormati serta ramah tamah terhadap sesama, baik dengan guru-guru maupun dengan sesama teman.

c. Dalam berpakaian baik guru, tenaga kependidikan dan siswa, hendaknya berpakaian yang sopan dan islami.

d. Melaksanakan shalat duha yang dilaksanakan oleh siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya.

e. Membiasakan berdo’a sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya dilakukan oleh siswa, tetapi para guru juga sudah terbiasa melakukan do’a bersama di kantor sebelum mengajar.

f. Membiasakan mengucapkan salam setiap bertemu dengan para guru dan bertegur sapa serta menimbulkan suasana keakraban.

2. Semangat kebangsaan dan cinta tanah air

a. Setiap siswa diikutsertakan dalam kegiatan LDKS untuk melatih sikap kepemimpinan, tanggungjawab serta kemandirian siswa.

b. Menjunjung tinggi martabat lembaga pendidikan serta berusaha mengharumkan nama baik sekolah.

c. Mengadakan bakti sosial, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

d. Aktif memperingati hari-hari besar 3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi


(45)

a. Mengadakan lomba mata pelajaran MIPA dan komputer dalam lingkungan sekolah

b. Memberikan bantuan beasiswa kepada siswa yang berprestasi dan siswa tidak mampu.

c. Meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan baik melalui penataran, seminar, workshop, dengan mendatangkan nara sumber yang kompeten di bidangnya.

d. Mengikuti lomba cerdas cermat yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah.

4. Menumbuh kembangkan seni dan olah raga

a. Juara umum dan tetap piala DPRD Kab. Tangerang dalam lomba cipta kreasi penggalang tahun 2008.

b. Juara 1 Kapolres Kab Tangerang dalam lomba cipta kreasi penggalang tahun 2008.

c. Juara harapan 1 lomba perkemahan SLTP se-Provinsi Banten tahun 2009. d. Juara favorit lomba ketangkasan pramuka penggalang di Mauk Tangerang

tahun 2009

e. Juara 1 semaphore Provinsi Banten tahun 2009.

f. Juara 1 cerdas cermat (MASCOUT) Provinsi Banten tahun 2009.

g. Juara 1 regu terbaik kreasi seni/ yeal lomba telepram galang IX di MAN Karawaci Tangerang tahun 2009.

h. Juara umum lomba kreatifitas se-jabodetabek HUT yayasan pondok pesantren modern Tarbiyatul Falah Ciampea Bogor Maret 2009.


(46)

Sebagai syarat yang mutlak, maka MTs Nurul Ilmi menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan. Sarana dan prasarana yang ada antara lain:

Tabel. 4

Sarana dan Prasarana Sekolah

No Deskripsi Jumlah

1 Ruang Kelas 22

2 Ruang Kepala Sekolah 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang TU 1

5 Ruang Osis 1

6 Perpustakaan 1

7 Musholla 1

8 Laboratorium Komputer 1

9 Lapangan Olah Raga 1

10 Toilet Guru 2

11 Toilet Siswa 4

4.

Struktur Organisasi

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan dan waktu dan perhatian) sedang kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan terbatasnya kemampuan dala melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggungjawab ini, maka terbentuklah kerjasama dan keterkaitan/formil dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini


(47)

maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.46

Organisasi dan koordinasi yang baik merupakan ha yang esensial untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan, karena sebaik apapun tujuan yang ingin dicapai akan sia-sia jika ltidak adanya organisasi dan koordinasi yang baik.

46 Hasibuan Malayu, Organisasi dan Motivasi, (Tangerang: Bumi Aksara, 1999), Cet. Ke-2, h. 23


(48)

STRUKTUR ORGANISASI MTS NURUL ILMI CIKUPA

Bidang kerjasama dengan Masyarakat Bidang

Kesiswaan

SISWA Wali Kelas /

Guru-guru Kepala Madrasah

M. Hidayat, S.Pd

Komite Sekolah

Hj. Surati, A.Ma, Pd

Urusan Tata Usaha

1. Siti Umrah, S.Pd 2. Siti Huliyah, SE

Bidang BP Bidang Kurikulum

1. Nana Suryana, S. Ag 2. Dadun Kamaludin, S.Pd


(49)

5.

Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan Guru

Tabel. 5

Jumlah Dewan Guru MTS Nurul Ilmi Cikupa No Nama Guru Tugas Mengajar Pendidikan Jabatan

1. M. Hidayat, S.Pd B. Indonesia S1 Kepsek

2. Suparto, a. Ma.Pd Kepsek D2 Guru

3. Slamet, S.Pd Olah Raga S1 Guru

4. Dadun Kamaludin, S.Pd

Penjas S1 Guru

5. Abdullah, S.Ag PAI S1 Guru

6. Tamami, S.Pd B. indo+Mulok S1 Guru

7. Fauziatul Iffah, BA Fiqih S1 Guru

8. Suwardi, SE Seni Budaya S1 Guru

9. Ardi Saryono, S.Pd IPS S1 Guru

10. Ridwanullah, S.Ag IPS S1 Guru

11. Sudirman, S.Ag B.Arab + A.Akhlak

S1 Guru

12. Budi Sulton, S.Pdi PAI S1 Guru

13 Aliyudin, S.Ag IPS+PPKn S1 Guru

14 Koko Arkom, Drs B. indonsia S1 Guru

15 Suharto, Drs Matematika S1 Guru

16 Nana suryana, S.Ag Fiqih S1 Guru

17 Ruli Naruliah, S.Pd B Indonesia S1 Guru 18 Ahmad Subhi, S.Ag Aqidah Akhlak S1 Guru

19 Istikomah, S.Ag Qur’an Hadist S1 Guru


(50)

Sumber diperoleh dari data rekapitulasi dewan guru tahun ajaran 2009-2010 21 Hj. Harom Huriah,

S.Ag

PAI S1

22 Ida Yuliani S.Ag Qur’an Hadist S1 Guru

23 Umi Naeliah, S.Ag Matematika S1 Guru

24 Firman Wahyudi, ST IPA S1 Guru

25 Tabrani, ST Mtk+IPA S1 Guru

26 Badru Salam, S.Pd PPKn S1 Guru

27 Hendra Saputra, S.Ag Mulok+IPA S1 Guru

28 Sri Daniyati, S.Pd B. inggris S1 Guru

29 Siti Linawati, Ama, Com.

Komputer D2 Guru

30 M. Aspani, S.Pd B Indonesia S1 Guru

31 Nurul Iman, S.Ag SKI+B. Arab S1 Guru

32 Sutriswono, SE Seni Budaya S1 Guru

33 Ahmad Nasrullah TU - TU

34 Titi Dwiyanti, S.Pd B. inggris S1 Guru

35 Ahmad Fauzi TIK - Guru

36 Hadi Rusdianto Penjaskes - Guru

37 Asmuga TU - TU

38 Kholid Mawardi, ST IPA S1 Guru

39 Rahmat Budiman, S.Pd B. Indonesia S1 Guru

40 Siti Huliah, SE. IPS S1 Guru+TU

41 Siti Umroh, S. Pd IPA S1 Guru

42 H. Takrim, S. Pd.I IPA S1 Guru


(51)

b. Keadaan Siswa

Siswa MTs Nurul Ilmi untuk tahun pelajaran 2010-2011 berjumlah 1042 siswa, terdiri dari 480 siswa laki-laki dan 562 siswa perempuan. Rinciannya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 6

Jumlah siswa kelas VII-IX MTs Nurul Ilmi Tahun Ajaran 2009-2010

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

7 8 9

178 154 148

192 206 360

370 360 321

Jumlah 480 562 1042

Sumber diperoleh dari data rekapitulasi siswa tahun ajaran 2009-2010

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa-siswi MTs Nurul Ilmi secara keseluruhan cukup banyak. Jumlah siswa dalam tiap kelasnya + 45 orang dengan jumlah gabungan kelas adalah sebanyak 22 kelas (kelas VII berjumlah 7 kelas, kelas VIII berjumlah 8 kelas dan kelas IX berjumlah 7 kelas).47

Tabel. 7

Data Responden Penelitian

No Nama Jenis kelamin Kelas

1 Iip Arifah P VIII a

2 Noor Noviana P VIII a

3 Ubaidillah L VIII a

4 Imamul Huda L VIII a

5 Ahmad Syauqi L VIII a

6 Ika Dewi P VIII a


(52)

7 Ratna Sri Wulandari P VIII a

8 Desty Eka P P VIII b

9 Eksa Santi P VIII b

10 Maryati P VIII b

11 M. Ridwan L VIII b

12 Fatih Fuadudin L VIII b

13 Suliyah P VIII b

14 M. Romli L VIII c

15 Siti Oktavianti P VIII c

16 Mulyanto L VIII c

17 Rizki Nugraha L VIII c

18 Sinta P VIII c

19 Pasha Maharia P VIII c

20 Eka Murdiawan L VIII d

21 Rifki al-Hanif L VIII d

22 Ahmad Syaifi L VIII d

23 Khairun Nisa P VIII d

24 Nova Rini P VIII d

25 M. Rifki L VIII d

26 Anwar Firdaus L VIII e

27 Nurlita P VIII e

28 Rahmatun Nazilah P VIII e

29 M. Fadzrin L VIII e

30 Ayuningtyas P VIII e

31 Amalia Putri P VIII e

32 Chandra T L VIII f


(53)

34 Syahrudin L VIII f

35 M. Barli L VIII f

36 Nurhalisa Melia P VIII f

37 Siti Nurazizah P VIII f

38 Azaria R P VIII f

39 Laras Widiyawati P VIII g

40 Yunita Dwima P VIII g

41 Riza Aeni L VIII g

42 Septia R P VIII g

43 Abdi Setia Putra L VIII g

44 Indah Gita Permana P VIII g

45 Sabrina P VIII h

46 Nurul Fatimah P VIII h

47 Ubaid Aji G L VIII h

48 Nadya Mulia P P VIII h

49 Muthia Amelinda P VIII h

50 Galih Darmayandi L VIII h

B.

Deskripsi Data

Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket. Angket yang disebarkan berjumlah 50 angket dibagikan kepada sampel 50 siswa dari 360 siswa kelas VIII MTs Nurul Ilmi Cikupa. Adapun angket yang penulis sebarkan yaitu tentang latar belakang pendidikan siswa yang semuanya berjumlah 25 item pertanyaan berbentuk pilihan yang harus dijawab siswa dengan memberikan tanda ( ),

Setelah dilakukan tahapan penelitian yang meliputi wawancara dan penyebaran angket, maka langkah selanjutnya adalah pendiskripsian data yaitu


(54)

gambaran dari semua data yang diperoleh dari hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan

Rumus : P = x 100%

Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan menganalisa data dari hasil penelitian tersebut, maka setiap item dibuatkan satu tabulasi, sehingga dengan demikian lebih fokus penjelasannya.

Tabel. 8

Menyukai Pelajaran Fiqih

Siswa dari MI Siswa dari SD

Berdasarkan analisis data di atas dapat diketahui bahwa 88% siswa dari MI setuju bahwa mereka menyukai pelajaran fiqih, sedangkan siswa yang berasal dari SD berkisar 80% juga menyukai pelajaran fiqih. Ini berarti baik siswa yang berasal dari MI ataupun SD semua menyukai pelajaran fiqih, walaupun sebagian kecil dari siswa lulusan SD, yaitu sebanyak 20% menyatakan mereka tidak setuju atau kurang tertarik dengan pelajaran fiqih. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fiqih, pada No Alternatif

Jawaban F %

1. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju

3 22 0 0

12% 88% 0% 0% 25 100%

No Alternatif

Jawaban F %

1. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju

0 20 5 0

0% 80% 20% 0% 25 100%


(55)

dasarnya semua siswa di sekolah ini menyukai pelajaran fiqih karena berhubungan dengan ibadah sehari-hari.48

Tabel. 9

Hadir Pada Pelajaran Fiqih Tepat Waktu

Siswa dari MI siswa dari SD

Berdasarkan analisa di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 52% siswa yang berasal dari MI dan 48% dari SD menyatakan setuju. Akan tetapi, sebagian kecil siswa lulusan SD menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 20%. Ini membuktikan bahwa tidak semua siswa lulusan SD mempunyai semangat yang tinggi untuk datang tepat waktu pada pelajaran fiqih.

Tabel. 10

Tidak Tertarik Membaca Buku-buku Fiqih

Siswa dari MI Siswa dari SD

48 Wawancara Pribadi dengan Fauzitul Iffah, BA, 25 September 2010

No Alternatif

Jawaban F %

2. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju 12 13 0 0 48% 52% 0% 0% 25 100%

No Alternatif

Jawaban F %

2. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju 8 12 5 0 32% 48% 20% 0% 25 100%

No Alternatif

Jawaban F %

3. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju 0 0 19 6 0% 0% 76% 24%

25 100%

No Alternatif

Jawaban F %

3. Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak- setuju 1 0 18 6 4% 0% 72% 24%


(1)

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian dan analisa data mengenai “Latar Belakang Pendidikan Siswa dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Fiqih di MTs Nurul Ilmi Cikupa” yang telah dibahas, maka pada bab ini akan penulis kemukakan kesimpulan dan saran-saran, sebagai berikut:

A.

Kesimpulan

1. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

r

xy (0,457) jauh lebih besar dari pada “r” tabel yang besarnya 0,273 pada taraf signifikansi 5%, dan 0,354 pada taraf signifikansi 1%. Karena

r

xy lebih besar dari pada “r” tabel, maka hipotesis nol ditolak, sedangkan hipotesis alternatif diterima. Ini berarti terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

2. Latar belakang pendidikan siswa (pendidikan formal yang mereka tempuh sebelum memasuki MTs) di MTs Nurul Ilmi Cikupa, secara umum dapat dikatakan cukup berpengaruh terhadap prestasi belajar fiqih. Hal ini dapat diketahui dengan memperhatikan besarnya

r

xy (yaitu 0,457) yang


(2)

besarnya bekisar antara 0,40–0,70, berarti korelasi antara variabel X dan Y ini termasuk korelasi yang sedang atau cukup.

3. Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, dapat disimpulkan:

a. Prestasi belajar fiqih yang diperoleh siswa yang berasal dari MI lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SD. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbedaan pemahaman yang mereka peroleh selama belajar. Siswa yang berasal dari MI sebanyak 56% menyatakan ‘tidak setuju’ bahwa Fiqih merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami. Sedangkan siswa yang berasal dari SD hanya sebanyak 28%. Ini membuktikan bahwa siswa yang berasal dari MI jauh lebih paham dari pada siswa yang berasal dari SD dikarenakan pengalaman belajar mereka yang berbeda sebelum memasuki MTs.

b. Pada tabel 15 dapat dilihat di mana siswa yang berasal dari SD tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru Fiqih prosentase sebesar 60%, sedangkan siswa yang berasal dari MI hanya sebesar 16%. Ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan antara siswa yang berasal dari MI dan SD cukup berbeda.

c. Dalam melaksanakan ibadah sunnah dan puasa wajib, siswa yang berasal dari SD lebih bersemangat. Hal ini dapat diketahui dengan melihat prosentase jawaban “sangat setuju” pada siswa dari SD lebih besar, yaitu sebanyak 44% pada pernyataan ‘ membiasakan menjalankan ibadah sunnah’, sedangkan dari MI hanya 12%. Dan pada pernyataan ‘melaksanakan puasa di bulan ramadhan’, prosentase jawaban “sangat setuju” dari SD sebanyak 88 %, dan siswa dari MI sebanyak 72%.


(3)

B.

Saran-saran

1. Pihak sekolah MTs harus lebih memperhatikan siswa yang daftar pada sekolah tersebut, terutama siswa yang berasal dari sekolah umum (SD), apakah siswa yang berasal dari sekolah umum tersebut sama banyaknya dengan siswa yang berasal dari madrasah (MI). Hal ini akan menentukan langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran, terutama bagi guru fiqih agar lebih mengetahui dan siap menghadapi siswa-siswi dengan latar belakang pendidikan yang berbeda.

2. Bagi guru fiqih hendaknya lebih memperhatikan murid-muridnya. Menghadapi anak dengan latar belakang pendidikan yang berbeda tentu akan berpengaruh terhadap pemahaman yang mereka dapatkan. Ini merupakan suatu tantangan bagi guru fiqih bagaimana caranya menyampakan materi tersebut agar dipahami oleh semua siswa.

3. Bagi wali murid hendaknya lebih memperhatikan anak-anaknya, terutama bagi anak yang dari SD kemudian sekolah di MTs. Peran serta orangtua dalam meningkatkan pemahaman bagi anaknya sangat dibutuhkan. Mendampingi mereka ketika belajar, menjawab pertanyaan yang mereka ajukan dalam kaitannnya tentang ibadah, membantu mereka menghafal doa-doa yang berhubungan dengan ibadah (shalat, puasa, dan thaharah), dapat membantu mereka agar lebih memahami fiqih.

4. Bagi siswa diharapkan lebih meningkatkan belajarnya dalam mempelajari fiqih dengan terus meningkatkan pemahaman mereka, dan menyadari betapa pentingnya mempelajari dan memahami fiqih, karena mempelajari fiqih merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Djazuli, Ilmu Fiqih, Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,

Jakarta: Prenada Media, Cet. 5, 2005..

Arifin, Zainal, Evaluasi Instrusional, Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 1990.

Banadib, Imam, Pendidikan Perbandingan (persekolahan dan masyarakat),

Yogyakarta: Andi Offset, Cet. 3, 1995.

Daulay, Haidar Putera, Pendidkan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2004.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 1992.

Effendi, Satria, M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2005.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. 3, 2003.

Haybeyg, S. F, Kamus Populer, Jakarta: Centra, Cet. 2, 1987.

Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan padaUmumnya dan Pendidikn di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. 2, 2002.

Karim, Syafi’I, Fiqh Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, Cet. 1, 1997 Lathif, Azharudin, Fiqih Muamalat, Jakarta: Uin Jakarta Press, 2005

Malayu, Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, Tangerang: Bumi Aksara, Cet. 2, 1999. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 5, 2003. M. Syihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992.

Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.


(5)

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, Cet. 1, 2009. Poerdarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,

Cet. 3, 2003.

Purwanto, Ngalim, Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Nisco, 1997. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja RosdaKarya, 1991. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan (Teoritis dan praktis), (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet. 6, 1993.

Rahim, Husni, Madrasah Dalam Politik Pendidikandi Indonesia, Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 2005.

Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, Cet. 2. 1996.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. 12, 2003.

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 1, Jakarta: Kencana, Cet.4, 2009.

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 2002.

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 11, 2002.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Pennelitian, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. 9, 1995.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 10, 2004.

Usman, Nuraini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, Cet. Ke-3.

Tirtonegoro, Surtatinah, Anak Supranormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: Bina Aksara, 1982.

Tim Redaksi FokusMedia, UUSPN No. 20 Tahun 2003, Bandung: FokusMedia, Cet. 3, 2003.


(6)

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grafindo Persada, Cet. 4, 1996. A. Yusuf, Muri, Pengantar ilmu pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet. 2 1986.