SEJUTA WARNA Halal Bihalal dan Toleransi

SEJUTA WARNA
Blog Tentang Bacaan Al Qur'an, Doa - Doa, Tata Cara Ibadah, Contoh Surat, Makalah,
Skripsi, Proposal, Pidato, Puisi, Kata Mutiara dan Artikel.
Search..

≡ Menu
 Beranda
 Contoh Surat Lamaran Kerja
 Contoh CV
 Contoh Surat Pengunduran Diri
 Ayat Kursi
 Doa Qunut
Home » Islami » Kehidupan » Pelajaran » Halal Bihalal dan Toleransi Beragama | Artikel
Islam

Rabu, 17 Februari 2016

Halal Bihalal dan Toleransi Beragama | Artikel Islam
By Rijal Habibulloh at 07.12

Halal Bihalal dan Toleransi Beragama

Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul
Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fthrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia,
dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam
pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang
akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya,
perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu
upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna
Idul Fitri.
Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul
Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fthrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia,
dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam
pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang
akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya.
Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari
dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana
asalnya. Itulah makna Idul Fitri. Dosa yang paling sering dilakukan manusia adalah
kesalahan terhadap sesamanya. Seorang manusia dapat memiliki rasa permusuhan,
pertikaian, dan saling menyakiti. Idul Fitri merupakan momen penting untuk saling
memaafkan, baik secara individu maupun kelompok.


Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-bihalal. Fenomena ini
adalah fenomena yang terjadi di Tanah Air, dan telah menjadi tradisi di negaranegara rumpun Melayu. Ini adalah refeksi ajaran Islam yang menekankan sikap
persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang.
Dalam pengertian yang lebih luas, halal-bihalal adalah acara maaf-memaafkan pada
hari Lebaran. Keberadaan Lebaran adalah suatu pesta kemenangan umat Islam yang
selama bulan Ramadhan telah berhasil melawan berbagai nafsu hewani. Dalam
konteks sempit, pesta kemenangan Lebaran ini diperuntukkan bagi umat Islam yang
telah berpuasa, dan mereka yang dengan dilandasi iman.
Menurut Dr. Quraish Shihab, halal-bihalal merupakan kata majemuk dari dua kata
bahasa Arab halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi)
(Shihab, 1992: 317). Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, sejauh yang saya
ketahui, masyarakat Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bihalal yang
merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu. Halal-bihalal, tidak lain, adalah hasil
pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara. Halal-bihalal
merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini.
Kata halal memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti 'diperkenankan'. Dalam
pengertian pertama ini, kata halal adalah lawan dari kata haram. Kedua, berarti
‘baik’. Dalam pengertian kedua, kata ‘halal’ terkait dengan
status kelayakan sebuah makanan. Dalam pengertian terakhir selalu dikaitkan
dengan kata thayyib (baik). Akan tetapi, tidak semua yang halal selalu berarti baik.

Ambil contoh, misalnya talak (Arab: Thalaq; arti: cerai), seperti ditegaskan Rasulullah
SAW: Talak adalah halal, namun sangat dibenci (berarti tidak baik). Jadi, dalam hal
ini,

ukuran

halal

yang

patut

dijadikan

pedoman,

selain

makna


‘diperkenankan’, adalah yang baik dan yang menyenangkan. Sebagai sebuah
tradisi khas masyarakat Melayu, apakah halal-bihalal memiliki landasan teologis?
Dalam Al Qur’an, (Ali 'Imron: 134-135) diperintahkan, bagi seorang Muslim yang
bertakwa bila melakukan kesalahan, paling tidak harus menyadari perbuatannya lalu
memohon ampun atas kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi,
mampu menahan amarah dan memaafkan dan berbuat kebajikan terhadap orang
lain.

Dari ayat ini, selain berisi ajakan untuk saling maaf-memaafkan, halal-bihalal juga
dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia untuk saling berinteraksi melalui
aktivitas

yang

tidak

dilarang

serta


mengandung

sesuatu

yang

baik

dan

menyenangkan. Atau bisa dikatakan, bahwa setiap orang dituntut untuk tidak
melakukan sesuatu apa pun kecuali yang baik dan menyenangkan. Lebih luas lagi,
berhalal-bihalal, semestinya tidak semata-mata dengan memaafkan yang biasanya
hanya melalui lisan atau kartu ucapan selamat, tetapi harus diikuti perbuatan yang
baik dan menyenangkan bagi orang lain.
Dan perintah untuk saling memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain
seharusnya

tidak


semata-mata

dilakukan

saat

Lebaran.

Akan

tetapi,

harus

berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Halal-bihalal yang merupakan tradisi
khas rumpun bangsa tersebut merefeksikan bahwa Islam di negara-negara tersebut
sejak awal adalah agama toleran, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun
dengan semua agama. Perbedaan agama bukanlah tanda untuk saling memusuhi
dan mencurigai, tetapi hanyalah sebagai sarana untuk saling berlomba-lomba dalam
kebajikan.

Ini sesuai dengan Firman Allah, “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) berbuat
kebaikan". (Q.S. 2:148). Titik tekan ayat di atas adalah pada berbuat kebaikan dan
perilaku berorientasi nilai. Perilaku semacam ini akan mentransformasi dunia
menjadi sebuah surga. Firman Allah (SWT), “Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafr (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang
meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan
menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, benar (imannya) ; dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa". (Q.S. 2:177)
Berangkat dari makna halal-bihalal seperti tersebut di atas, pesan universal Islam
untuk selalu berbuat baik, memaafkan orang lain dan saling berbagi kasih sayang
hendaknya tetap menjadi warna masyarakat Muslim Indonesia dan di negara-negara

rumpun Melayu lainnya. Akhirnya, Islam di wilayah ini adalah Islam rahmatan lil
‘alamiin.
Wallau a’lam.

Share on : Facebook Twitter Google+ Lintasme

Related Posts :

Zakat Fitrah, Besar Zakat, Waktu Zakat, Hikmah Zakat | Pendidikan Islam Zakat



Fitrah - Zakat Fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap orang dari
kaum muslimin, b…

Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qodar | Artikel islam Nuzulul Qur'an dan Lailatul



Qodar - Nuzulul Qur’an yang secara harfah berarti turunnya Al …

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM PUASA RAMADHAN | PENDIDIKAN ISLAM NILAI-




NILAI PENDIDIKAN DALAM PUASA RAMADHAN Sebagai umat yang beriman,
kehadiran bulan ramadha…

Makna Idul Fitri Bagi Seorang Muslim | Artikel Islam Makna Idul Fitri - Bagi



muslim yang diterima puasanya karena mampu menundukan hawa nafsu
duniawi …

Halal Bihalal dan Toleransi Beragama | Artikel Islam Halal Bihalal dan



Toleransi Beragama Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau
kemba…
Posting Lebih Baru

Posting Lama


Beranda

Artikel Terbaru
 Bacaan Niat dan Doa Sholat Witir Arab Latin dan Terjemahannya
 Bacaan Niat, Doa dan Tata Cara Sholat Tarawih Lengkap
 Bacaan Niat Puasa Ramadhan dan Doa Buka Puasa Arab Latin dan
Terjemahannya
 Contoh Teks / Naskah Pembawa Acara (MC) Kuliah Subuh Ramadhan 1437 H /
2016 M

 Contoh Teks / Naskah Pembawa Acara (MC) Buka Puasa Ramadhan Bersama
1437 H / 2016 M
 Contoh Pidato Puasa Ramadhan Kuliah Subuh 1437 H / 2016
 Puisi Ramadhan 1437 H / 2016 M | Puisi Islam
 Kata Kata Indah Ucapan Puasa Bulan Ramadhan 1437 H / 2016 M
 Contoh Pidato Sambutan Ketua Panitia Kegiatan Ramadhan 1437 H / 2016 M
 CONTOH PROPOSAL KEGIATAN BULAN RAMADHAN 1437 H / 2016 M

Artikel Menarik


 Teks Bacaan Surat Ar-Rahman Arab Latin Indonesia dan Terjemahannya
 Teks Bacaan Surat Al Waqi'ah Arab Latin dan Terjemahannya
 Tulisan 99 Asmaul Husna Arab Latin dan Artinya
 TEKS BACAAN SURAT YASIN ARAB LATIN DAN TERJEMAHANNYA
 Teks Bacaan Surat Al Mulk Arab Latin Indonesia dan Terjemahannya
 Contoh Pidato Sambutan Ketua Panitia Kegiatan Ramadhan 1437 H / 2016 M
 Teks Bacaan Surat Al Kahf Arab Latin Indonesia dan Terjemahannya

Tags Populer
Al Qur'an Asmaul Husna Ayat Kursi Ayat Seribu Dinar Bacaan Niat Bacaan Sholat
Contoh CV Contoh Surat Lamaran Kerja Contoh Surat Pengunduran Diri Doa Doa
Harian Doa Iftitah Doa Mandi Wajib Doa Nurbuat Doa Qunut Doa Selamat Doa
Setelah Sholat Doa Sholat Dhuha Doa Sholat Hajat Doa Sholat Istikharah Doa Sholat
Jenazah Doa Sholat Tahajud Doa Sholat Tarawih Doa Sholat Taubat Doa Sholat Witir
Doa untuk Orang Sakit Doa Wudhu Drama Dzikir / Wirid Golden Word Hukum IPA IPS
Islami Kehidupan Kesehatan Kewirausahaan Laporan Makalah Nama Bayi Pelajaran
Pendidikan Bahasa Indonesia Penjasorkes Pidato/Ceramah PKn Proposal Puisi
Sejarah Skripsi Surat Khusus TIK Tips-tips/Cara-cara Tugas kuliah

SEJUTA WARNA - About - Contact - Privacy Policy - Terms Of Service - Disclaimer Sitemap
Design by Maha Templates