PENYAKIT PRIMER gunawan jurnal DUNIA

“PENYAKIT PRIMER DUNIA”
I. PENDAHULUAN
Isu global merupakan persoalan lintas budaya dan bangsa yang sedang hangat
dibicarakan oleh masyarakat dunia. Isu ini tidak hanya dihadapi oleh satu negara saja,
melainkan dihadapi oleh berbagai negara di belahan dunia. Salah satu isu global yang
menyangkut tentang kemanusian adalah isu tentang penyakit-penyakit yang sedang
mewabah di beberapa negara.
Penyakit yang mewabah sekarang ini makin banyak dan beragam dan cepat sekali
menyebar menembus batas-batas wilayah dan negara. Penyakit yang sebelumnya hanya
melanda sebuah negara atau suatu kawasan dengan cepat menyebar ke negara dan
kawasan lain di bumi. Tepat kiranya jika sekarang ini terdapat istilah globalisasi
penyakit.
Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat karena dapat mengakibatkan sakit,
cacat, dan kematian. Wabah juga akan mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan
nasional. Penyakit dapat menurunkan tingkat produktivitas manusia dalam bekerja yang
bisa berpengaruh teradap pendapatan mereka.
II. PEMBAHASAN
1. DEFINISI PENYAKIT PRIMER DI DUNIA
A.

DEFINISI PENYAKIT

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya.
Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang
dokter.
Beberapa Pengertian Penyakit :

1. DR. Beate Jacob
Menurut Dr. Beate Jacob, penyakit merupakan sebuah penyimpangan dari kondisi
tubuh normal menuju ke ketidakharmonisan jiwa.

2. Thomas Timmreck
Menurut Thomas Timmreck, penyakit dapat diartikan sebagai sebuah keadaan
dimana terdapat gangguan terhadap bentuk ataupun fungsi salah satu bagian tubuh
yang menyebabkan tubuh menjadi tidak dapat bekerja dengan normal.
3. Elizabeth J. Crown
Menurut Elizabeth J. Crown, penyakit merupakan perihal hadirnya sekumpulan
respons tubuh yang tidak normal terhadap agen, yang mana manusia memiliki
toleransi yang sangat terbatas atau bahkan tidak memiliki toleransi sama sekali.
4. Kathleen Meehan Arias
Menurut Kthleen Meehan Arias, pengertian penyakit adalah suatu kesakitan

yang biasanya mempunyai setidaknya dua sifat dari beberapa kriteria berikut ini :
perubahan anatomi yang konsisten, telah diketahuinya agen atiologik, atau telah
teridentifikasinya beberapa tanda ataupun gejala tertentu.
5. George Pickett & John J. Hanlon
Menurut George Pickett & John J. Hanlon, penyakit merupakan sebuah fungsi
dari kekuatan agen penyebabnya dan sistem kekebalan tubuh manusia.
6. Munadjad Iskandar
Menurut Munajid Iskandar, penyakit merupakan sebuah proses alami yang normal
terjadi dalam tubuh manusia yang harus dihadapi dan tidak perlu dimusuhi.

7. Azizan Haji Baharuddin
Menurut Azizan Haji Baharuddin, penyakit dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang disebabkan oleh rusaknya keseimbangan fungsi tubuh dan beberapa bagian
badan manusia.

8. DR. Eko Dudiarto
Menurut Dr. Eko Dudiarto, penyakit merupakan jegalan mekanisme adaptasi suatu
organisme untuk beraksi secara tepat terhadap setiap tekanan ataupun rangsangan
yang menimbulkan gangguan pada fungsi ataupun struktur organ dan sistem di
dalam tubuh.

9. Wahyudin Rajab, M. Epid
Menurut Wahyudin Rajab, M. Epid, penyakit merupakan sebuah keadaan yang
bersifat objektif dan rasa sakit merupakan dampaknya yang bersifat subjektif.

B.

KLASIFIKASI PENYAKIT
1. Penyakit Menular
Penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menyerang tubuh manusia. Kuman
dapat berupa virus, bakteri, ameba, atau jamur. Penyakit menular adalah penyakit
yang dapat ditularkan atau berpindah dari orang yang sakit ke orang yang sehat
atau belum terkena penyakit menular tersebut. Penularan penyakit tersebut dapat
terjadi baik melalui perantara maupun secara langsung.
2. Penyakit Tidak Menular
Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya
problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit tidak
menular disingkat PTM juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari
orang ke orang. Penyakit tidak menular pada manusia mempunyai durasi panjang
dan perkembangan umumnya lambat. Penyakit tidak menular adalah penyakit
yang tidak dapat ditularkan kepada orang lain. Penyakit tidak menular biasnya

terjadi karena faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat. Meskipun kita
dekat atau kontak body dengan si penderita tetapi kita tidak akan tertular penyakit
tersebut.

3. Penyakit kronis
Penyakit yang berlangsung sangat lama. Beberapa penyakit kronis yang sering
menyebabkan kematian kepada si penderitanya. Penyakit kronis adalah penyakit
yang terjadi secara menahun atau status riwayat penyakit yang telah berlangsung
lama pengobatan yang dilakukan pun membutuhkan waktu yang panjang. Ada
berminggu minggu berbulan bulan bahkan ada yang diderita seumur hidup dan
Sebagian penyakit kronis mempunyai peluang untuk menjadi akut.
Menurut KBBI, KRONIS artinya adalah berlangsung dalam waktu lama/terus
menerus. Secara medis dapat diartikan adalah kondisi (penyakit) yang
berlangsung dalam waktu lama dan secara terus menerus.
4. Penyakit Akut
Penyakit akut merupakan jenis-jenis penyakit yang terjadi secara mendadak atau
secara tiba-tiba dan terkadang membutuhkan pertolongan segera seperti
pendarahan akut Atau penyakit lain nya. Tetapi sebagian penyakit akut ini juga
ada yang tidak memerlukan penangan secara darurat dan dan frekuensi resikonya
pun lemah.

Menurut KBBI, AKUT artinya adalah sesuatu yang timbul secara mendadak dan
cepat memburuk. Secara medis artinya adalah penyakit yang timbul secara
mendadak dengan kondisi yang cepat memburuk. Jadi tidak hanya mendadak,
namun juga kondisinya memburuk dengan cepat.
C. DEFINISI PENYAKIT PRIMER
Penyakit primer merupakan penyakit yang menyita banyak perhatian dunia. Hal ini
disebabkan karena korban jiwa yang direnggut cukup banyak dan diluar batas
normal. Tidak hanya satu wilayah kecil, namun mencakup wilayah yang cukup besar,
hingga antar negara.
2. JENIS DAN DAMPAK PENYAKIT PRIMER DI DUNIA

Ada beberapa jenis penyakit yang ada di dunia. Berikut jenis penyakit dilihat dari luas
penyebaran infeksi penyakit :
1. Endemik
1. Definisi
Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam
masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu. Endemik ialah mewabahnya
penyakit dalam komunitas / daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas
jumlah normal atau yang biasa. Sedangkan pandemik ialah endemik yang terjadi
dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang banyak di berbagai

daerah / negara di dunia.
Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi
penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata).
Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah
secara eksponsial, suatu infeksi tersebut dikatakan berada dalam keadaan tunak
endemik (endemic steady state). Suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu endemik
pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik, bergantung pada
sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit bersangkutan.
Dalam bahasa percakapan, penyakit endemik sering diartikan sebagai suatu
penyakit yang ditemukan pada daerah tertentu.
2. Dampak Endemik
Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi
penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata).
Dampaknya dimana suatu populasi tersebut akan mengalami infeksi penyakit yang
sama dalam wilayah tersebut. Dimana infeksi penyakit tersebut selalu ada pada
daerah tersebut.

2. Pandemi

1. Definisi
Pandemi merupakan epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan
mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah / negara di dunia. Pandemi atau
epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit
menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila
ketiga syarat berikut telah terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan.
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius.
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.
Pandemi adalah epidemi penyakit menular yang menyebar melalui populasi
manusia di kawasan yang luas, misalnya benua, atau bahkan di seluruh dunia.
Sebuah penyakit endemik luas yang stabil dalam hal yang membuat berapa banyak
orang yang sakit dari itu tidak pandemi.

2. Dampak Pandemi
Pandemi ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup

populasi yang banyak di berbagai daerah / negara di dunia. Dampak dari infeksi
penyakit pandemi yaitu masyarakat yang terkena meluas hinggake berbagai daerah
atau dunia.
3. Epidemi
1. Definisi

Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya
penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut
penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi adalah keadaan dimana didapat frekuensi
penyakit melebihi frekuensi biasa, atau dalam waktu yang singkat terdapat penyakit
yang berlebih.
Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari
bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata
lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.
Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu
disebut incide rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan
sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan

malapetaka.
2. Dampak Epidemi
Epidemi adalah keadaan dimana didapat frekuensi penyakit melebihi frekuensi
biasa, atau dalam waktu yang singkat terdapat penyakit yang berlebih. Dampak dari
epidemi sendiri yaitu wabah ini datang secara tidak diduga serta menular dengan
cepat di masyarakat.
4. Sporadik
1. Definisi
Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut
perubahan waktu. Sporadik juga termasuk jenis penyakit yang tidak tersebar merata
pada tempat dan waktu yang tidak sama, dan pada suatu saat dapat terjadi epidemik.
(Chandra, 1768).

2. Dampak Sporadik
Sporadik yang dimana merupakan penyakit yang ada di suatu wilayah yang
frekuensinya berubah ubah sesuai waktu mempunyai dampak yang lumayan buruk
karena sewaktu waktu dapat berubah menjadi epidemik.
3.JENIS-JENIS PENYAKIT PRIMER DI DUNIA DAN PENYEBARANNYA
1.


Endemi
Setelah mengetahui jenis penyakit primer dan dampaknya, berikut merupakan contoh
penyakit endemi.

a.

Malaria
Penyakit Malaria bukan hanya persoalan kesehatan secara nasional, namun
masalah ini juga terjadi di beberapa negara besar lainnya baik pada benua Eropa,
Amerika Latin, Timur Tengah dan benua Afrika. Penyakit Malaria salah satu
penyakit menular yang masih menjadi masalah masyarakat di dunia. Setiap
tahun, lebih 500 juta manusia terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya
meninggal dunia,” katanya. Kasus terbanyak yang ditemukan terdapat di benua
Afrika, namun juga melanda Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa
di benua Eropa.
Resiko penyakit malaria, kata dia, dapat mempengaruhi tingginya kematian bayi,
anak balita, wanita hamil dan dapat menurunkan produktivitas sumber daya
manusia.


b.

HIV/AIDS
AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses
yang sering disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV
AIDS sistem kekebalan tubuhnya akan menurun drastic. Virus AiDS menyerang
sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes. Tanda pertama
penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu

tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi
HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan
tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.
Sejak

pertama

kali

ditemukan

pada

1987,

angka

kasus

HIV/AIDS

diIndonesia yang dilaporkan hampir mencapai angka 100 ribu. Lebih dari itu,
risiko penyebarannya berpotensi mengalami peningkatan, sebagaimana data
yang disampaikan oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, bahwa tercatat
setidaknya 5.000 kasus baru HIV, dan 1.300 kasus AIDS yang terjadi sepanjang
Juli hingga September pada 2012 yang lalu.
Dari angka tersebut, untuk kasus HIV saja, hampir setengahnya didominasi oleh
kalangan dewasa berumur 25-40 tahun (sekira 75 persen). Hampir sama
buruknya untuk kasus AIDS, dengan jumlah penderitanya yang lebih banyak
berumur kisaran 20-40 tahun (sebanyak 69 persen).
HIV AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seks bebas, transfusi darah,
penggunaan jarum secara bergantian, dan penularan dari ibu pada calon
janinnya.
c.

Chikungunya
Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat
menularkan penyakit demam berdarah dengue). Penyakit chikungunya
disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya.
Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini memiliki
gejala yang seperti tubuh yang tiba – tiba mengalami demam diikuti dengan linu
di persendian, serta timbul juga rasa ngilu dan sakit pada tulang. Gejala yang
dialami sedikit mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit berbeda pada
hal – hal tertentu.

Dari sejarah diduga KLB Chikungunya pernah terjadi pada tahun 1779
di Bataviadan Kairo; 1823 di Zanzibar; 1824 di India; 1870 di Zanzibar; 1871 di
India; 1901 di Hongkong, Burma, dan Madras; 1923 di Calcuta. Pada tahun
1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah “dengue”, ini dapat diartikan bahwa
infeksi

Chikungunya

sangat

mirip

dengan

Dengue.

Istilah “Chikungunya” berasal dari bahasa suku Swahili yang berarti “Orang
yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya”,suku ini bermukim di
dataran tinggi Makonde Provinsi Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama
Tanganyika). Istilah Chikungunya juga digunakan untuk menamai virus yang
pertama kali diisolasi dari serum darah penderita penyakit tersebut pada tahun
1953 saat terjadi KLB di negara tersebut.
Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi.
Dari tahun 1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan
menyebar ke Amerika dan Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah
Asia Tenggara sejak tahun 1954. Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus
berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Burma. Tahun 1965
terjadi KLB di Srilanka. Di negara berkembang seperti Indonesia, angka
kematian penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena
banyak dipengaruhi faktor lingkungan dan perilaku hidup masyarakat. Terlebih
lagi dalam kondisi sosial ekonomi yang memburuk, tentunya kejadian kasus
penyakit menular memerlukan penanganan yang lebih serius, profesional, dan
bermutu. Indonesia juga menghadapi beban ganda dalam pembangunan
kesehatan atau yang dikenal dengan double burden.
d.

Flu Burung
Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama
unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi
virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi
unggas yang telah terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular
adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja

peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas
peliharaan rumahan.
Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember
2003 wabah flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE
mengumumkan Nigeria sebagai sebagai negara pertama yang memiliki kasus
positif flu burung di benua itu. Dua pekan kemudian, virus H5N1 ditemukan di
sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari perbatasannya dengan Nigeria.
Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.
Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang
disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya
di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan Vietnam), kasus ini dianggap unik
karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas.
Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189
kematian pada manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai
berikut: Indonesia 99 kasus dengan 79 kematian, Vietnam 93 kasus dengan 42
kematian, Mesir 34 kasus dengan 14 kematian, Thailand 25 kasus dengan 17
kematian, Cina 25 kasus dengan 16 kematian, Turki 12 kasus dengan 4
kematian, Azerbaijan 8 kasus dengan 5 kematian, Kamboja 7 kasus dengan 7
kematian,

Irak

3 kasus dengan 2 kematian, Laos

2 kasus dengan 2

kematian, Nigeria 1 kasus dengan 1 kematian, Djibouti 1 kasus tanpa kematian.
Keterangan: jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang
telah diverifikasi dengan hasil laboratorium.

2.

Pandemi
Berikut ini adalah beberapa contoh wabah besar yang pernah tercatat dalam sejarah:
a.

Kolera
Pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah
anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun

1820. Penyebarannya sampai ke Republik Rakyat China dan Laut Kaspia
sebelum akhirnya berkurang.
Pandemi kedua (1829–1851) mencapai Eropa, London pada tahun 1832, Ontario
Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika Utara
pada tahun 1834.
Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih
dari sejuta jiwa.
Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.
Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan
kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah.
Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut “kolera El Tor”
(atau “Eltor”) sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai
Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun
1966.
b.

Influenza
“Flu Asiatik”, 1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di
Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk
dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan
menyerang Amerika Utara pada bulan Desember 1889, Amerika Selatan pada
Februari–April 1890, India pada Februari–Maret 1890, dan Australia pada
Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus flu tipe H2N8 dan
mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat tinggi.
Flu Spanyol“, 1918–1919. Pertama kali diidentifikasi awal Maret 1918 di basis
pelatihan militer AS di Fort Riley, Kansas, pada bulan Oktober 1918 wabah ini
sudah menyebar menjadi pandemi di semua benua. Wabah ini sangat mematikan
dan sangat cepat menyebar (pada bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang
terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat mulainya, dan baru benar-benar
berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan, 25 juta orang tewas;

diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh dunia sebanyak dua kali
angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di India, 500.000 di Amerika
Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-baru ini
diselidiki di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti
jenazah yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut
diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.
Flu Asia, 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok pada
awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang
sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe
H2N2 dan memakan korban sebanyak satu sampai empat juta orang.

c.

Cacar (10.000 SM – 1979)
Cacar sudah menjadi pandemik sejak tahun 10.000 sebelum Masehi dan telah
menelan lebih dari 300 juta korban jiwa. Beberapa ahli percaya bahwa sebagian
besar penduduk Bumi pernah habis lenyap oleh karena penyakit yang satu ini.
Gejala: demam, sakit kepala, cepat lelah, batuk, diare, dan timbul bercak-bercak
pada kulit.

d.

Campak (Abad ke-7 SM – 1963)
Seperti halnya cacar, wabah campak juga sudah terjadi sebelum Masehi.
Campak sendiri menempati peringkat kedua dalam wabah paling mematikan
sepanjang sejarah karena telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa hingga 200
juta orang.
Gejala: demam, muncul ruam, batuk, sakit tenggorokan, dan mata menjadi
merah.

3.

Epidemik

Epidemi adalah keadaan dimana didapat frekuensi penyakit melebihi frekuensi biasa,
atau dalam waktu yang singkat terdapat penyakit yang berlebih.
Berikut Contoh epidemik:
a.

Penyakit jantung dan kanker
Penyakit jantung dan kanker di Indonesia terdapat dalam frekuensi yang lebih
besar daripada 30 tahun yang lalu. Dalam waktu 30 tahun telah terjadi banyak
hal, misalnya ahli diagnosis semakin banyak dan canggih, kebiasaan untuk
berobat ke dokter semakin baik, sehingga pencatatan penyakit lebih sempurna,
juga status sosial ekonomi masyarakat sudah banyak berubah. Maka data 30
tahun yang lalu tidak komparabel dengan tahun sekarang, atau tidak dapat
dibandingkan. Maka, perbandingan sebaiknya dilakukan terhadap data tiga-lima
tahun terakhir saja, kecuali perubahan dalam kurun waktu tadi yang sangat
besar.
Konsep epidemi sebagai prevalensi yang berlebih harus pula dibatasi oleh
waktu. Secara popular dapat dikatakan bahwa wabah itu ada, apabila didapat
prevalensi penyakit yang ‘banyak’ dalam waktu yang ‘singkat’. Istilah ‘banyak’
lebih akurat dinyatakan sebagai lebih banyak dari normal. Istilah ‘singkat’ dalam
definisi wabah tersebut sangat relatif mengingat banyak penyakit kronis, dan
tidak tampak kapan dimulainya, sehingga dapat saja ditemukan wabah yang
tidak akut tetapi kronis. (Soemirat, 2010).

4. Sporadik
Setelah mengetahui jenis penyakit primer dan dampaknya, berikut merupakan contoh
penyakit sporadik.
a.

Penyakit Poliomielitis
Contoh dari kejadian sporadik adalah penyakit poliomyelitis di Indonesia.
Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus. Agen pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV) yang masuk ke tubuh melalui mulut dan mengifeksi saluran
usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu,
Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke provinsi Banten, DKI
Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan
secara total terdapat 295 kasus polio 1 tersebar di 10 provinsi dan 22 kabupaten /
kota di Indonesia. (Widoyono, 2008).

4.

PENELITIAN TERDAHULU
1. Pandemi
 Paruh pertama abad ke-19 paling tidak terdapat tiga epidemic penyakit ganas yang
menimbulkan angka kematian penduduk Jawa di atas normal. Epidemic penyakit
tersebut adalah cacar, kolera dan demam tipus. Sementara itu fokus laporan
Kolonial Verslag setelah tahun 1855 dititikberatkan kepada beberapa epidemic
penyakit yang disebutnya sebagai the great killer in nineteenth century Java
penaykit tersebut adalah disentri, kolera, demam dan cacar.
 Dalam sebuah jurnal penelitian yg berjudul “WABAH KOLERA DI JAWA
TIMUR TAHUN 1918-1927” oleh Wisnu dikatakan bahwa Masa kolonial
Belanda sudah banyak terjadi berbagai macam penyakit di wilayah HindiaBelanda, salah satunya adalah penyakit Kolera. Penyakit kolera banyak ditemukan
ditemukan di wilayah Jawa Timur seperti halnya di Surabaya dan Madura. Jawa
Timur merupakan wilayah yang memiliki penderita kolera terbanyak sepanjang
tahun 1918-1923. Hal ini tentunya ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
wabah Kolera di Jawa Timur tahun 1918-1923.
Epidemi atau wabah penyakit merupakan salah satu faktor penyebab terbesar
kematian penduduk. Wabah dapat menyerang tanpa pandang bulu, dapat menimpa
anak-anak, orang tua, wanita, pria dan dari kalangan sosial manapun. Penyebab
terjangkitnya wabah yang menimbulkan kematian bisa disebabkan faktor alam,
manusia, maupun keganasan penyakit yang menyerang. Faktor alam dapat berupa
gunung meletus, banjir, dan kekeringan. Faktor manusia misalnya berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari seperti masalah pembuangan limbah rumah tangga
dan cara memperdayakan sumber daya alam.
Wisnu mengatakan bahwa timbulnya wabah dapat memberikan gambaran
buruknya kondisi kesehatan penduduk. Berbagai faktor yang mempengaruhi
kondisi masyarakat meliputi gizi atau nutrisi yang tidak baik, kurang dalam hal
menjaga kebersihan lingkungan dan penyediaan air bersih maupun pelayanan
kesehatan. Gambaran semacam ini umum terjadi di negara-negara miskin atau

sedang berkembang dengan pertumbuhan penduduk besar, hal ini juga menimpa
penduduk di pulau Jawa pada masa kolonial khususnya di daerah pedesaan.
Kolera merupakan suatu sindrom epidemiologik klinis yang disebabkan oleh
Vibrio cholerae. Dalam bentuknya yang berat, penyakit ini ditandai oleh diare
yang hebat dengan tinja menyerupai air cucian beras (rice water), yang dengan
cepat dapat menimbulkan dehidrasi. Ada dua perangai epidemiologik (pola
kesehatan dan penyakit serta faktor yang terkait di tingakat populasi) yang khas
dari kolera, yaitu (1) kecenderungannya untuk menimbulkan wabah secara
eksplosif atau cepat, dan (2) kemampuannya untuk menjadi pandemik yakni
terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang
luas yang secara progresif mengenai banyak tempat di dunia.
Angka kematian di Jawa pada tahun 1880 menunjukkan jumlah 525.101 jiwa dan
tahun 1916 angka kematian mencapai 586.757 jiwa dan penduduk Jawa tahun
1880 berjumlah 18.736.757 jiwa.3 Data kematian tidak seluruhnya menyebutkan
secara jelas penyebab kematian, tetapi salah satu penyebabnya adalah seringnya
muncul wabah penyakit di Jawa. Penyakit-penyakit yang banyak menyerang
penduduk adalah: pes, thypus, desentri, kolera, malaria, cacar, sipilis atau raja
singa, berbagai jenis penyakit kulit dan penyakit cacing tambang.

2. Endemi
 Seperti dalam jurnal penelitian yang berjudul “Malaria: Epidemiologi dan
Diagnosis” yang dilakukan oleh Lukman diakatakan bahwa Malaria adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk
Anopheles. Secara global, penyebarannya sangat luas yaitu di wilayah antara garis
bujur 60° di utara dan 40° di selatan, meliputi lebih dari 100 negara beriklim
tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sckitar
2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia.1 Setiap tahun jumlah kasus malaria
berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 s/d 2,7 juta kematian, terutama di
Afrika sub Sahara. Asia Selatan dan Asia Tenggara serta Amerika Tengah.
Wilayah yang kini sudah bebas malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian

besar Timur Tengah, sebagian besar Karibia, sebagian Amerika Selatan. Australia
dan Cina.
Laporan WHO tahun 2005 menyebutkan, di seluruh dunia jumlah kasus baru
malaria berkisar 300-500 juta orang dengan kematian 2,7 juta orang/tahun,
sebagian besar anak-anak di bawah lima tahun yang merupakan kelompok paling
rentan terhadap penyakit dan kematian akibat malaria; dengan jumlah negara
endemis malaria pada tahuin 2004 sebanyak 107 negara.
Di Indonesia yang merupakan negara tropis, malaria tetap menjadi salah satu
penyakit menular utama khususnya di beberapa wilayah yang dinyatakan masih
endemis terutama di luar Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena malaria masih
merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian pada kelompok
berrisiko tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu hamil dan secara langsung dapat
menurunkan produktivitas kerja. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus
malaria klinis, sedangkan tahun 2007 menjadi 1,75 juta kasus. Jumlah penderita
positif malaria (hasil pemeriksaan mikroskop positif terdapat kuman malaria)
tahun 2006 sekitar 350 ribu kasus, dan pada tahun 2007 sekitar 311 ribu kasus.
Penyakit Malaria di Indonesia semakin tinggu sejak tahun 2006 silam dengan
jumlah kasus yang ditemukan sekitar 2 juta kasus malaria klinis, kemudian
menurun pada tahun 2007 yang hanya menjadi 1,75 kasus.
Secara alamiah, penularan malaria terjadi karena adanya interaksi antara agent
(parasit Plasmodium spp), host de- finitive (nyamuk Anopheles spp) dan host
intermediate (manusia). Karena itu, penularan malaria dipengaruhi oleh
keberadaan dan fluktuasi populasi vektor (penular yaitu nyamuk Anopheles spp),
yang salah satunya dipengaruhi oleh intensitas curah hujan, serta sumber parasit
Plasmodium spp. atau penderita5 di samping adanya host yang rentan.6 Sumber
parasit Plasmodium spp. adalah host yang menjadi penderita positif malaria7 Tapi
di daerah endemis malaria tinggi, seringkali gejala klinis pada penderita tidak
muncul (tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus hidup di dalam tubuhnya.
Ini disebabkan adanya perubahan tingkat resistensi manusia terhadap parasit
malaria sebagai akibat tingginya frekuensi kontak dengan parasit, bahkan di
beberapa negara terjadinya kekebalan ada yang diturunkan melalui mutasi

genetik.8 Keadaan ini akan mengakibatkan penderita carrier (pembawa penyakit)
atau penderita malaria tanpa gejala klinis (asymptomatic), setiap saat bisa
menularkan parasit kepada orang lain, sehingga kasus baru bahkan kejadian luar
biasa (KLB) malaria bisa terjadi pada waktu yang tidak terduga.7 Selain
penularan secara alamiah, malaria juga bisa ditularkan melalui transfusi darah atau
trans plasenta dari ibu hamil ke bayi yang dikandungny.
Kejadian luar biasa (KLB) ditandai dengan peningkatan kasus yang disebabkan
adanya peningkatan populasi vektor sehingga transmisi malaria meningkat dam
jumlah kesakitan malaria juga meningkat. Sebelum peningkatan populasi vektor,
selalu didahului perubahan lingkungan yang berkaitan dengan tempat perindukan
potensial seperti luas perairan, flora serta karakteristik lingkungan yang
mengakibatkan meningkatnya kepadatan larva. Untuk mencegah KLB malaria,
maka peningkatan vektor perlu diketahui melalui pengamatan yang terus menerus
(surveilans).
Ketika parasit dalam bentuk sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles spp, kurang lebih dalam waktu 30 menit akan sampai
ke dalam sel hati. Selanjutnya akan melakukan siklus dalam sel hati dengan
berubah dari sporozoit menjadi schizon hati muda, kemudian tua dan matang.
Selanjutnya schizon hati yang matang akan melepaskan merozoit untuk masuk ke
dalam sistem sirkulasi.
Diagnose malaria diperlukan dalam pengobatan penderita malaria, karena itu
kemampuan teknis dalam diagnose malaria yang tepat sangat penting untuk
menentukan langkah selanjutnya dalam pengobatan penderita malaria penderita
lain. Diagnosis yang benar dan cepat, selain bisa dengan cepat mengobati
penderita juga akan bisa mengurangi bahkan menghentikan penularan lanjut
kepada orang lain. Diagnosis malaria, secara umum terdiri dari diagnosis
berdasarkan gejala klinis (symptom) serta diagnosis berdasarkan pemeriksaan
secara laboratorium. Diganosis malaria klinis atau clinical presumptive diagnosis
adalah diagnose malaria berdasarkan pada pemeriksaan penderita secara klinis,
pada umumnya terdiri dari pemeriksaan gejala demam (berkala), panas, tingkat
kesadaran, pusing dll gejaja khas malaria yang sering kali tidak sama antara satu

daerah dengan daerah lainnya.7 Pengalaman tenaga medis yang melakukan
diagnose sangat menentukan tepat atau tidaknya diagnose, sehingga diagnose
klinis tidak bisa dijadikan acuan utama dalam pengobatan malaria sebab tingkat
kesalahannya cukup tinggi.
Pemeriksaan parasit malaria berdasarkan mikroskopis, pada umumnya dilakukan
pada penderita dengan gejala klinis umum malaria yaitu panas dan demam
berkala. Dilakukan pada specimen darah yang diambil dari darah tepi, biasanya
dari ujung jari tangan atau jempol kaki. Spesimen darah dibuat preparat pada slide
glass dan dibuat bentuk lingkaran dengan diameter 1 cm, setelah kering
selanjutnya diwarnai dengan Giemsa dengan pewarnaan cepat atau lambat.
Setelah dicuci dengan air yang mengalir, selanjutnya diperiksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran 10 x 100 kali. Dianjurkan untuk membuat sediaan
darah tipis untuk melihat morfologi parasit dalam menentukan spesiesnya dan
tebal untuk menentukan kepadatannya. Pemeriksaan dilakukan paling sedikit 200
sampai 300 lapangan pandang dengan minyak emersi atau anisol sebelum
menyimpulkan negative, serta dilakukan pemeriksaan ulang 36 jam kemudian.
 Seperti dalam jurnal penelitian oleh Pratiwi pada tahun 2012 yang berjudul
”GANGGUAN IMUNODEFISIENSI PRIMER (PID)”, disebutkan bahwa
Gangguan immunodefisiensi

primer (PID) merujuk beragam gangguan yang

ditandai dengan berkurangnya atau tidak adanya salah satu atau lebih komponen
dari sistem kekebalan tubuh. Gangguan tersebut dapat bersifat kronis dan biasanya
merupakan gangguan yang cukup penting. IPD menyebabkan pasien tidak dapat
merespon secara kuat infeksi yang ada sehingga respon terhadap gangguan infeksi
tidak kuat.
 Seperti

yang

dikatakan

dalam

jurnal

penelitian

“KARAKTERISTIK

EPIDEMIOLOGI KASUS-KASUS FLU BURUNG DI INDONESIA JULI 2005 OKTOBER 2006” bahwa Pandemi akibat virus H5N1 dapat ter jadi sewaktuwaktu, terutama jika penularan antar manusia sudah terjadi dan meluas. Hal ini
menjadi alasan utarna perlunya pemantauan intensif dan investigasi lebih rinci
pada orang-orang di sekitar penderita, antara lain tetangga, perawat dan dokter

yang merawat, teman kerjalsekolah dan orang-orang yang berdekatan secara fisik
dengan kasus terkonfirmasi virus H5N 1. Adanya tanda-tanda yang mengarah
pada terjadinya penularan antar manusia secara luas, merupakan tanda bahaya
bagi terjadi- nya pandemi flu burung pada manusia di dunia. Selain itu, perlu
dilakukan berbagai penelitian yang mencakup penelitian epi- demiologis, klinis,
virologis dan biomole- kular, agar perjalanan penyakit alarniah H5N 1 dapat
diketahui, sehingga tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat dapat
dilakukan.
Dari kasus-kasus yang dilaporkan selama ini, tampak bahwa sumber penular- an
H5N1 utama adalah unggas yang sakitl mati, dan infeksi ini ditularkan kepada
manusia secara langsung, maupun tidak langsung. Cara langsung yang dimaksud
meliputi kontak langsung penderita dengan bulu, kotoran dan ayamlunggas itu
sendiri, sedangkan cara tidak langsung adalah me- lalui kotoran binatang tersebut
(pupuk). Sebagian kasus menyatakan adanya kontak langsung ataupun tidak
langsung dengan unggas yang hidup. Sedangkan sebagian kecil (19%) tidak dapat
diterangkan sum- ber infeksinya. Di antara mereka, kemung- kinan adanya
penularan dari manusia ke manusia masih perlu diwaspadai. Data memperlihatkan
bahwa kalaupun ada penularan seperti ini, yang terjadi masih terbatas pada
keluarga yang sedarah, yang mempunyai kontak lama dan erat dengan penderita.
Hingga saat ini. terapi Flu Burung yang dianjurkan WHO adalah derivat
amantadin (amantadin, rimantadin) atau inhibitor neuraminidase (oseltamivir,
zana- mivir). Di Indonesia, yang ada hanya oseltarnivir dengan nama Tamiflu.
Namun Tamiflu dianggap hanya bermanfaat bila diberikan ada 48 jam pertama
sejak onset P penyakit.
Hasil sequencing DNA virus yang berhasil diisolasi dari kasus-kasus manusia di
Indonesia menunjukkan jenis virus yang serupa dengan virus yang diisolasi dari
unggas di Indonesia. Sejauh ini disimpul- kan virus H5N1 yang menyerang
manusia di Indonesia mempunyai pola khusus asli Indonesia, yang berbeda
dengan virus dari negara-negara lain, seperti Vietnam, Kam- boja, maupun Hong
Kong. Virus H5NI yang ditemukan di Indonesia ini digolong- kan ke dalam clude
2 sub clade a.


DAFTAR PUSTAKA