Manusia dan Lingkungan ilmu sosi

1. Jelaskan secara detail (dengan memperhatikan ketentuan no A )

2. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan kebutuhan hidup kaitanya dengan
lingkungan
a. Jelaskan Teori Robert Malthus serta kenyataan sekarang ini, terkait dengan
perkembangan manusia dengan lingkungan (lihat ketentuan no 2)
Literatur :
Budiarto & Munir Rozi. 1986. Teori-Teori Kependudukan. Jakarta : PT.Bina Aksara
www.bps.go.id
Jawaban :
Malthus merupakan orang pertama yang berhasil mengembangkan suatu teori
kependudukan yang komperehensif dan konsisten dalam kaitannya dengan kondisi ekonomi.
Hasil karyanya sangat dipengaruhi oleh teori ekonomi maupun teori kependudukan. Ide
masalah kependudukan telah dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Essay on the
Prinsiple of Population” diterbitkan pertama kali tahun 1798.
Menurut Budiarto (1986:27) Malthus menyusun suatu formulasi yang menyebutkan
bahwa manusia hanya dapat melipat gandakan makanannya menurut deret hitung sedangkan
di lain pihak pertambahan jumlah penduduk selalu mengikuti deret ukur. Kepada para ahli
yang mempunyai pandangan optimis, Malthus memberikan jawaban bahwa kemapuan
manusia untuk meningkatkan sarana-sarana kehidupan ternyata jauh lebih rendah
dibandingkan dengan kemampuan mereka untuk memperbanyak jumlah jenisnya, selain itu


ditegaskan pula bahwa jumlah penduduk yang terlalu banyak dapat menimbulkan bahaya
yang cukup gawat, dan bahaya itu senantiasa tetap ada.
Menurut pendapat Malthus, sejarah kemanusiaan telah menunjukkan bahwa penduduk
selalu cenderung menuju ke arah batas-batas yang ditentukan oleh nafkah hidup, justru di
dalam batas-batas itulah akan timbul “kesengsaraan” dan “kepincangan” di dalam masyarakat
kecuali bila sesuatu perkawinan dapat ditunda.Malthus mengajukan dua proposisi yaitu
bahwa penduduk akan cenderung berlipat ganda dua kali dengan sendirinya dalam jangka
waktu 25 tahun, dan ini berarti mengikuti perhitungan deret ukur; sedangkan dilain pihak
dalam kondisi yang paling menguntungkan maka produksi pertanian hanya dapat bertambah
dalam jumlah yang tetap sama setiap 25 tahun dan ini berarti mengikuti perhitungan deret
hitung. Ia mengambil kesimpulan sebagai berikut:
“Di

seluruh

dunia

ini


manusia

akan

bertambah

menurut

perhitungan

1,2,4,8,16,32,64,128,256,... sedangkan produksi makanan hanya bertambah menurut
perhitungan 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan seterusnya. Dalam jangka waktu dua abad, perbandingan
antara jumlah penduduk dengan jumlah makanan akan menjadi 256 : 9 “
Malthus semula mengamati perkembangan kependudukan berdasarkan pada interkasi
dua kekuatan alamiah, yaitu antara “kecenderungan pertambahan penduduk yang diakibatkan
oleh daya tarik antar dua jenis kelamin (fertilitas)” dan “mekanisme pengendalian secara
positif terhadap proses kematian maupun kemandulan yang diakibatkan oleh kejadian yang
tidak terelakkan”. Kejadian-kejadian tak terelakkan tersebut berupa kelaparan, wabah
maupun peperangan.Pada pengamatan selanjutnya, Malthus mengungkapkan keterkaitan
masalah pertumbuhan penduduk dengan aspek pertumbuhan produksi. Dikemukakan bahwa

pada tingkat perkembangan ilmu dan teknologi pada saat itu belum semodern saat ini,
masalah sarana produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup di suatu negara secara

keseluruhan atau setidak-tidaknya secara dominan hanya ditentukan oleh sumber alam.
Sumber alam yang pada saat itu berlimpah ruah yang tidak mengkhawatirkan sebagaimana
saat ini dan untuk yang akan datang.
Berdasarkan pendapat Malthus yang dipaparkan secara keseluruan tersebut, saya
setuju karena teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan
pertambahan jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan makanan
menurut deret hitung. Teori Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung
lingkungan dan daya tampung lingkungan. Pada kenyataanya, sekarang ini teori dari Malthus
tersebut memang benar-benar terjadi. Ledakan jumlah penduduk yang menghantui negara
Indonesia makin terasa. Bukti bahwa laju pertumbuhan penduduk semakin besar dapat dilihat
pada grafik berikut :

Sumber : Badan Pusat Statistik Sensus Penduduk Tahun 2010
Berdasarkan grafik tersebut, jelas terlihat bahwa pertumbuhan penduduk semakin
bertambah dua kali lipat dari tahun ke tahun. Sementara potensi lingkungan alam dalam
menyediakan bahan makanan sangat terbatas. Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan
antara jumlah penduduk dengan potensi lingkungan alam. Malthus sudah tegas

mempersoalkan tentang kekeringan, banjir, bahaya kelaparan, wabah penyakit, yang disebut
positive checks, terjadi sebagai akibat ketidak-seimbangan pertambahan jumlah penduduk

dan lingkungan alam. Malthus yakin bahwa manusia akan tetap hidup miskin/melarat dan
berakhir dengan kematian, selama terjadi ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan daya
dukung lingkungan, khususnya ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan persediaan
bahan makanan. Sampai detik ini sudah berdampak besar bagi lingkungan kehidupan
terutama lingkungan fisik, lingkungan manusia, serta lingkungan buatan.
 Lingkungan fisik
Semakin bertambahnya penduduk, akan semakin banyak lahan yang dialihfungsikan
sebagai tempat tinggal manusia. Baik itu lahan persawaan maupun hutan.Tanah sebagai suatu
komponen lingkungan alam tidak mampu menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi
kebutuhan jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin banyak. Daya dukung tanah
sebagai komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang makin banyak. Jumlah
penduduk yang terus bertambah mencerminkan pula makin padat jumlah penduduk tiap 1
km2, dapat mempercepat eksploitasi sumberndaya alam dan mempersempit persediaan lahan
hunian dan lahan pakai. Sumber daya alam lainnya seperti air lama kelamaan akan
mengalami kekurangan. Setiap hari kita membutuhkan air bersih sebagai sumber kehidupan,
namun apalah daya jika air yang disediakan oleh alam diperebutkan oleh manusia setiap
harinya, betapa mirisnya kehidupan. Dari segi alam geografi, kepadtan penduduk

menyebabkan

penggundulan

dan

kerusakan

hutan

sehingga

menyebabkan

kelongsoran,banjir,pada daerah sekitar gunung atau daerah lainnya.
 Lingkungan Manusia
Lingkungan manusia mencakup kondisi sosial,ekonomi,budaya, dan sebagainya. Dari
teori Robert Malthus, menimbulkan dampak bagi kondisi sosial,ekonomi serta budaya. Dari
segi sosial terlebih dahulu, pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan
produksi bahan pangan akan menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi termasuk


kemiskinan, kejahatan yang semakin merajalela, tingkat pengangguran yang semakin
bertambah. Tingkat kemiskinan dapat dirincikan dala tebel berikut :

Dari sumber BPS, jumlah dan persentase kimiskinan dari tahun ke tahun semakin
bertambah, hal tersebut disebabkan adanya ketidakseimbangan antara kemampuan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang semakin bertambah.
 Hasil Karya Manusia
Berkaitan dengan teori Robert Malthus yang sudah saya paparkan diatas, saya
mengambil tekhnologi sebagai bentuk hasil karya manusia. Tekhnologi termasuk kebudayaan
yang diciptakan sengaja oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemajuan ilmu
dan teknologi pengelolaan sumberdaya alam yang masih sederhana ternyata sudah mulai
dirasakan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup bagi jumlah penduduk yang
kecenderungannya bertambah. Semakin bertambahnya penduduk, akan semakin banyak
tekhnologi yang berkembang di tengah pesatnya perkembngan zaman. Tekhnologi yang
sudah berkembang dengan penciptaan alat kontrasepsi yang diluncurkan oleh program
BKKBN, belum sepenuhnya berfungsi dengan baik. Terbukti adanya pertambahan laju
pertumbuhan penduduk yang terus menerus dari tahun ke tahun.

b. Bagaimana


pendapat

Anda

dengan

semakin

banyaknya

pembangunan

perumahan,hotel dan toko modern sampai di lingkungan pelosok pedesaan ?
Literatur :
Rustiadi

Ernan,Saefulhakim

Sunsun&R.Panuju


Dyah.2011.

Perencanaan

Dan

Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sensus Penduduk 1971, 1980 , 1990 , 2000 , 2010 dan Sensus Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 1995 BPS
Data Dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia, BPS
Jawaban :
Secara fisiologis, suatu proses pembangunan dapat diuraikan sebagai “upaya yang
sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan
berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik”.
Dengan kata lain, proses pembangunan yaitu proses memanusiakan manusia.
Menurut pendapat saya terkait semakin banyaknya pembangunan perumahan, hotel
dan toko modern sampai di lingkungan pelosok pedesaan sebenarnya tidak selalu berdampak
negatif. Banyak kalangan yang beranggapan bahwa membangun desa adalah mengubah desa
menjadi kota. Di sisi lain, ada yang beranggapan bahwa kemiskinan dan keterbelakangan

pedesaan merupakan kewajaran dan berpandang bahwa kemajuan hanya ada di kota.
Sebenarnya , pembangunan yang sampai pada pelosok desa itu tidak salah, hanya tergantung
semakin banyaknya pembangunan tersebut atau tidak. Saya akan menilai dampak positif pada
lingkungan fisik,manusia,serta lingkungan buatan pada desa.
Namun, jika terpacu kepada soal yang menanyakan semakin banyaknya, maka akan
cenderung ke dampak negatifnya. Menurut saya, penyebab dari adanya pembangunanpembangunan tersebut dikarenakan sudah tidak adanya lahan sebagai tempat tinggal dan

tempat berinvestasi di daerah perkotaan akibat semakin banyaknya jumlah penduduk tahun
demi tahun. Dalam hal tersebut, desa lah yang menjadi sasaran pembangunan. Seperti dilihat
dalam tabel laju pertumbuhan penduduk sebagai berikut :
Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi
Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun

Provinsi

1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 2010-2015 2
2.36 1

Aceh


2.93

2.72

1.46

Sumatera Utara

2.60

2.06

1.32

1.10

1.36

Sumatera Barat


2.21

1.62

0.63

1.34

1.33

Riau

3.11

4.30

4.35

3.58

2.62

Jambi

4.07

3.40

1.84

2.56

1.83

Sumatera Selatan

3.32

3.15

2.39

1.85

1.48

Bengkulu

4.39

4.38

2.97

1.67

1.71

Lampung

5.77

2.67

1.17

1.24

1.24

Belitung

-

-

0.97

3.14

2.22

Kepulauan Riau

-

-

-

4.95

3.11

DKI Jakarta

3.93

2.42

0.17

1.41

1.09

Jawa Barat

2.66

2.57

2.03

1.90

1.56

Jawa Tengah

1.64

1.18

0.94

0.37

0.81

DI Yogyakarta

1.10

0.57

0.72

1.04

1.19

Jawa Timur

1.49

1.08

0.70

0.76

0.67

Banten

-

-

3.21

2.78

2.27

Bali

1.69

1.18

1.31

2.15

1.23

Nusa Tenggara Barat

2.36

2.15

1.82

1.17

1.38

Nusa Tenggara Timur

1.95

1.79

1.64

2.07

1.70

Kalimantan Barat

2.31

2.65

2.29

0.91

1.66

Kalimantan Tengah

3.43

3.88

2.99

1.79

2.36

Kalimantan Selatan

2.16

2.32

1.45

1.99

1.84

Kepulauan

2.03

Bangka

Kalimantan Timur

5.73

4.42

2.81

3.81

2.64 4

Sulawesi Utara

2.31

1.60

1.33

1.28

1.15

Sulawesi Tengah

3.86

2.87

2.57

1.95

1.69

Sulawesi Selatan

1.74

1.42

1.49

1.17

1.12

Sulawesi Tenggara

3.09

3.66

3.15

2.08

2.18

Gorontalo

-

-

1.59

2.26

1.64

Sulawesi Barat

-

-

-

2.68

1.94

Maluku

2.88

2.79

0.08

2.80

1.81

Maluku Utara

-

-

0.48

2.47

2.18

Papua Barat

-

-

-

3.71

2.63

Papua

2.67

3.46

3.22

5.39

1.97

INDONESIA

2.31

1.98

1.49

1.49

1.38

Catatan:
Tidak Termasuk Timor Timur
1

Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 2000–2010 untuk Aceh dihitung dengan

menggunakan data Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) 2005 dan SP2010
2

Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Pertengahan tahun/Juni)

3

Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 2010–2014 untuk Kalimantan Timur merupakan

gabungan antara Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

Contoh : Di sebuah desa berbatasan dengan desa saya, yaitu Desa Somagede,Kecamatan
Somagede Kabupaten Banyumas, pada tahun 2016 dibangun sebuah perumahan-perumahan
elit yang sebenarnya saya tidak tau apa tujuannya. Yang jelas, pembangunan perumahan
tersebut mengalihfungsikan lahan persawahan. Persawahan yang biasanya dijadikan tempat
memanen padi, walaupun tidak seluruhnya, kini sudah diubah menjadi perumahan elit. Dari
segi lingkungan fisiknya, air menjadi tidak terserap dengan baik, polusi udara terjadi dimanamana akibat tidak ada lagi tanaman hijau,serta bencana banjir dan tanah longsor akan terjadi.

c. Apa pengaruh positif dan negatifnya (no 2 b) terhadap masyarakat (manusia) dan
lingkungan fisik,budaya sekitarnya?
Literatur :
Rustiadi

Ernan,Saefulhakim

Sunsun&R.Panuju

Dyah.2011.

Perencanaan

Dan

Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Dari segi positif, pembangunan perumahan,hotel,dan toko modern sampai pada
pelosok pedesaan dilihat dari segi sosial masyarakat yang berada di daerah plosok menjadi
sedikit mengenal kota,tidak selamanya masyarakat yang berada di daerah plosok sulit
bergaul,sulit berinteraksi. Dari segi lingkungan ekonomi, masyarakat yang tinggal di daerah
yang akan dibangun menjadi tenaga kerja dan mempunyai pekerjaan, baik pekerjaan pada
sata proses pembangunan maupun bekerja di hotel dan toko modern.
Dengan adanya perumahan,hotel,serta toko modern, menjadikan wilayah pelosok
tersebut lebih diperhatikan dalam hal pembangunanya oleh pemerintah. Dimulai dengan
pembangunan-pembangunan perumahan, pemerintah akan melihat pembangunan yang lain
untuk mempermudah transportasi seperti pembangunan jalan dan jembatan. Contohnya :
Tahun 2002, infrastruktur jalan di kawasan agropolitan Pacet Cipanas Cianjur misalnya
dibuat bagus sehingga banyak tanah-tanah di pinggir jalan yang sekarang ditawar untuk vilavila orang kota. Padahal dengan menerapkan konsep agropolitan yang benar, persoalan
pembangunan desa akan berimbang.
Sedangkan pengaruh positif pada lingkungan fisiknya, tanah di daerah pelosok desa
menjadi tertata dan mudah dilalui,karena pasti dibangun jalan beraspal untuk memudahkan
akses trensportasi dan distribusi barang ke hotel-hotel maupun toko-toko modern yang ada di
pelosok desa tersebut. Sedangkan pada lingkungan budayanya, masyarakat di sekitar desa
pelosok tersebut menjadi lebih terbuka kepada para pendatang yang tinggal di hotel tersebut.

Mereka menjadi mudah diatur dan terkendali. Akibat keterbukaan tersebut, maka masyarakat
mampu menerima perubahan sosial terkait pada makanan,tekhnologi, maupun alat-alat
modern yang masuk bebrengan pembangunan tersebut.
Sedangkan

dilihat

dari

segi

negatifnya,

dampak

pada

lingkungan

fisik

(alam,geografi.tanah, air,cuaca,dsg) yaitu perubahan musim yang tidak teratur, lingkungan
alam pedesaan yang dominan ditumbuhi dengan pepohonan-pepohonan yang rimba yang
berfungsi sebagai resapan air hujan kini telah berubah menjadi bangunan megah menjulang
tinggi. Dari segi geografi, daerah resapan air berkurang, sawah-sawah,perkebunan serta hutan
kini tidak berfungsi dengan baik. Penggundulan-penggundulan hutan yang dilakukan di
puncak untuk membangun hotel-hotel berbintang sangat merusak alam. Tanah gundul,air
menggenang dimana-mana sampai terjadi banjir dan tanah longsor akibat ulah manusia demi
mendapatkan tempat tinggal dan toko modern. Bagaimana bahan pangan tidak terkuras habis,
sementara sawah yang menghasilkan beras sebagai makanan pokok bangsa Indonesia kini
telah dialihfungsikan untuk pembangunan.
Dampak negatif bagi lingkungan manusia (kondisi sosial,ekonomi) mejadikan warga
masyarakat sekitar hidup konsumtif. Sedangkan dampak negatif pada lingkungan buatan
manusia yaitu semakin lunturnya kebudayaan-kebudayaan yang dari dahulu diyakini di
daerah pelosok desa tersebut. Contohnya : di desa saya sendiri yaitu Desa Klinting,
Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas, saat ini sudah banyak adana pembangunan toko
modern sehingga masyarakat lebih konsumtif.
d. Bagaimana solusinya ?
Literatur :
Fandeli, Chapid, 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.Liberty Offset:Yogyakarta
Suhardjo A.J.2008. Geografi Perdesaan Sebuah Antologi.Yogyakarta:Ideas Media

Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan jelas menyebutkan bahwa sumber daya
alam dan budaya merupakan modal dasar pembangunan. Sebagai arahan pembangunan jangk
apanjang, GBHN menyebutkan bahwa : Bangsa Indonesia menghendaki hubungan
selaras antara manusia dengan "Tuhan, dan antara manusia dengan lingkungan alam
sekitarnya. Maka, sumberdaya alam harus dimanfaatkan dengan sebaik-baaiknya.
Salah satu ciri penting pembangunan wilayah adalah upaya mencapai pembangunan
berimbang. Pembangunan berimbang adalah terpenuhinya potensi-potensi pembangunan
sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah/daerah yang jelas-jelas beragam. Solusi
dari adanya pembangunan-pembangunan sampai ke pelosok desa yaitu :


Melakukan AMDAL yang harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan
menimbulkan dampak penting bagi lingkungan fisik,manusia maupun lingkungan
buatan manusia, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan Pemerintah
maupun oleh Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak
karena adanya proyek& proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau
pemrakarsa akan melanggar

perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua

perizinan akan sulit didapat dan disamping itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka


pengadilan.
Memperhatikan asas yang dipergunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pembangunan diantaranya : asas kebutuhan masyarakat, asas swadaya, asas



edukatif,asas partisipasi,asas potensi, dan asas integral.
Mengurangi laju pertumbuhan penduduk dengan cara mengurangi jumlah penduduk.
Salah satu contoh pengurangan jumlah penduduk tersebut dapat dilakukan dengan
menjalankan program pemerintah dua anak lebih baik (program BKKBN) serta
menunda usia perkawinan.



Mengurangi pembangunan-pembangunan yang sampai pada pelosok desa, karena
pembangunan tersebut lebih cenderung menimbulkan dampak negatif bagi



masyarakat maupun lingkungan.
Meningkatkan penanganan masalah sosial kemasyarakatan khususnya kejahatan
perkotaan, tenaga kerja dan kemiskinan.

Contoh solusi : Pada tahun 2016, dilakukan analisis dampak-dampak teknologi dan
lingkungan yang ada di CV. Zafa Food yang memproduksi olahan antara lain saos, kecap dan
kerupuk. AMDAL tersebut bertujuan untuk mengetahui dampak positif-negatif bagi
lingkungan fisik, ekonomi dan lingkungan sosial masyarakat disekitarnya.
(https://faqoth12.wordpress.com/2016/01/02/contoh-proyek-amdal/)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan
a) Apa kesamaan dan perbedaan keduanya
Literatur : Rustiadi Ernan,Saefulhakim Sunsun&R.Panuju Dyah.2011. Perencanaan Dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Wibawa, Samodra. 1991. Pembangunan Berkelanjutan: Konsep dan Kasus. Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana Yogya.
Azhari Samlawi.1997.Etika Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta:
DIKTI.
Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta:LP3ES
Pembangunan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang
berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju
kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi

Menurut Ernan Rustiadi (2011:136) Pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan generasi yang akan
datang. Menurut Wibawa (1991:17) pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang
akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua
unsur, yang pertama adalah kebutuhan. Kedua, adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi
dan organisasi sosial harus memperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan..
Menurut Laporan dari KTT Dunia [2005]., menjabarkan bahwa pembangunan
berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling
bergantung dan memperkuat. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain,
karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab – akibat. Hubungan ekonomi dan sosial
diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable). Hubungan antara ekonomi
dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan (viable). Sedangkan hubungan antara sosial
dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek
ekonomi, sosial , dan lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable).

 Lingkungan fisik : Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem
bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai
berikut:

Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan dibumi
tetap terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara
dan seluruh kehidupan berkelanjutan.
 Lingkungan manusia : Aspek sosial, maksudnya pembangunan yang berdimensi pada
manusia dalam hal interaksi, interelasi dan interpendensi.
Jurnal : Mandala, Zeji . “Mixed Use Development sebagai Representasi Pembangunan Kota
Berkelanjutan (Sustainable City)” . Universitas Gajah Mada , Juni 2013.
Contoh pembangunan berkelanjutan yaitu : peningkatan pendidikan dengan menambah
fasilitas pendidikan pada sekolah.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Contoh : membuat hotel dan kawasan hiburan di tepi pantai, tetapi tidak merusak hutan
mangrove di sekitarnya.
Disebutkan dalam UULH pasal 1 angka 13 (Jayadinata 1992 lampiran 6) menyebutkan
“Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan
mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup”.
Persamaan dari pembangunan berkelanjutan dengan pembangunan berwawasan
lingkungan adalah keduanya sama-sama memprioritaskan kelestarian lingkungan hidup
dalam pembangunannya. Cara-cara yang mendukung kelestarian lingkungan diupayakan dan
digunakan agar dampak yang diakibatkan oleh pemanfaatan lingkungan dapat dimininalisir.

Selain itu, baik pembangunan berkelanjutan maupun pembangunan berwawasan lingkungan
sama-sama memperhatikan kemampuan lingkungan dalam menyediakan daya dukungnya
bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Keduanya sama-sama menghargai dan
menjaga ekosistem alami lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai oleh kedua model
pembanguna ini juga serupa, yaitu meningkatkan kesejahteraan manusia dengan
pembangunan dan pemanfaatan alam secara bijak.
Sementra perbedaan dari keduanya yaitu, pembangunan berwawasan lingkungan
menfokuskan pembangunan yang berupaya agar tidak mengganggu ekosistem alami
lingkungan, serta mencari cara alternatif agar dampak negatif terhadap lingkungan dapat
diminimalkan. Sedangkan, pembangunan berkelanjutan bukan sekedar menfokuskan pada
cara-cara yang tidak merusak lingkungan saja, tetapi juga menetapkan jangka waktu
pembangunan yang terus saling terkait dan berlanjut dari waktu ke waktu, mulai saat ini
hingga generasi berikutnya.
b) Jelaskan tahapan keduanya dengan teori Rostow
Literatur : Rustiadi Ernan,Saefulhakim Sunsun&R.Panuju Dyah.2011. Perencanaan Dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia
http://teacherweb.ftl.pinecrest.edu/
https://dokumen.tips/documents/aplikasi-teori-rostow-dalam-pembangunan-indonesia.html
Sebagai pakar ekonomi pembangunan berpendapat bahwa hakekat pembangunan
secara sederhana adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pendekatan sejarah
pertumbuhan negara-negara di dunia, Rostow (1960) mencetuskan suatu model tahapan
pertumbuhan ekonomi (the stages of economic gowth). Menurut Rostow proses
pertumbuhan/pembangunan ekonomi dapat dibedakan ke dalam lima tahap dan setiap negara
atau wilayah dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahapan tersebutPembahasan

Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses tranformasi suatu masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern merupakan proses yang multidimensional.
Pembangunan ekonomi bukan berarti hanya perubahan struktur ekonomi suatu
Negara tetapi juga ditunjukan oleh peranan sector pertanian dan peranan sector industry .
Mmenurut Rostow pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu proses yang
menyebabkan antara lain : 1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi , politik , dan social
yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi keluar. 2.
Perubahan pandangan masyarakat menganai jumlah anak dalam keluarga yaitu dari
menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil. 3. Perubahan dalam kegiatan investasi
masyarakat, dari melakuakn investasi yang tidak produktif (menumpuk emas , membeli
rumah dan sebagainya) menjadi investasi yang produktif. 4. Perubahan sikap hidup dan adat
istiadat yang terjadi , merangsang pembangunan ekonomi ( misalnya penghargaan terhadap
waktu , penghargaan terhadap prestasi perorangan) Proses pembangunan ekonomi menurut
W.W Rostow bisa dibedakan dalam 5 tahap.
Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rostow
Prof. WW. Rostow melihat pertumbuhan ekonomi dengan suatu pendekatan historis. Menurut
Rostow, ada 5 tahap pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1.

Masyarakat Tradisionil (The Traditional Society)
Sistem masyarakat tradisional merupakan kondisi pada tahap awal pertumbuhan

dimaana struktur perekonomian berkembang dalam fungsi produksi terbatas yang didasarkan
pada tekhnologi,ilmu pengetahuan dan sikap masyarakat seperti sebelum masa Newton
dengan ciri-ciri antara lain : sistem produksi yang relatif primitif, berdasarkan kehidupan
yang tidak rasional,struktur sosial sangat hirarkis,serta pusat kekuatan politik berada pada
tangan tuan.

Jika dilihat dari aspek lingkungan fisik, maka masyarakat tradisonal hidupnya masih
tergantung pada cuaca serta kondisi geografis. Mereka mencari makanpun bergantung
pada hasil alam, tunduk kepada alam dan belum bias menguasai alam akibatnya
produksi sangat terbatas. Jika dilihat dari aspek lingkungan manusia, dari segi sosialekonominya, sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah
pertanian, dengan cara-cara bertani yang tradisional.Sementara dari segi sosial,
struktur sosial masyarakat yang hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah.
Lingkungan buatanya pun masih sangat sederhana. Tidak ada teknologi canggih.
Karena menolak perubahan.
Contoh : Suku Baduy di Jawa Barat.
Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di
wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh
penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para
peneliti Belanda yang

agaknya

mempersamakan

mereka

dengan

kelompok Arab

Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Bahasa yang mereka
gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk
luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan
pengetahuan tersebut dari sekolah.
Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal budaya tulis. Menurut kepercayaan yang
mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa
atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi
Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan
keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita)
untuk menjaga harmoni dunia.

2.

Pra-syarat Lepas Landas (The Pre-Condition for Take Off)
Tahapan ini merupakan suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan

dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan
untuk terus berkembang. Ciri-ciri dari tahap ini yaitu : terciptanya kerangka landasan struktur
sosial,ekonomi dan politik yang siap menunjang lepas landas, sektor pertanian memegang
peranan penting, pengembangan prasarana umum oleh pemerintah,serta terciptanya elite
kepemimpinan baru yang bereaksi secara positiv.
Dari lingkungan fisik, pemerintah sudah mulai menata pembangunan-pembangunan
jalan serta prasarana umum yang memadai, sehingga wilayah tersebut siap menunjang
lepas landas. Dari segi lingkungan manusia (sosial-ekonomi) sektor pertanian
memegang peranan penting hingga mencapai swasembada dan mendorong munculnya
industri

pemasok

input

dan

pengolah

hasil

pertanian.

Urbanisasi

mulai

dilakukan.Serta dari lingkungan buatan manusia, sudah terciptanya elite pemimpin
yang bereaksi secara positif terhadap tekakanan atau kritikan yang datang dari luar
maupun dari dalam.
Contoh : Seperti yang terjadi di Jepang tahun 2010 ,dengan di bukanya masyarakat ini pada
saat itu terjadi nya peningkatan tabungan masyarakat ,kemudian tabungan itu dipakai untuk
melakukan

investasi

pada

sector-sektor

produktif

yang

menguntungkan,misalnya

pendidikan ,investasi yang dilakukan baik perorangan maupun oleh Negara , maka
terbentuklah Negara tradisional yang sentralistis . Singkatnya, usaha dalam meningkatkan
produksi mulai bergerak pada saat itu.
3.

Tahap Lepas Landas (The Take Off)
Pada tahap ini sudah terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam masyarakat,

seperti revolusi politik,terciptanya inovasi-inovasi baru,peningkatan penanaman modal dan

pertumbuhan pendapatan wilayah melebihi pertumbuhan penduduk. Tahapan ini dicirikan
dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik utama dari pertumbuhan ekonomi
ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang tidak membutuhkan dorongan
dari luar.
Contohnya : Industri tekstil di Inggris, beberapa industri dapat mendukung pembangunan.
Secara umum “tinggal landas” terjadi dalam dua atau tiga dekade terakhir. Misalnya, di
Inggris telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-17 atau di Jerman pada akhir abad ke17.
Analisis lingkungan fisiknya yaitu kondisi alam yang sudah berubah karena semakin
modernnya tekhnologi dan daya pikir manusia, dari yang bergantung pada
alam,sekarang sudah lepas dari alam. Morfologi alamnya pun berubah total dengan
semakin banyaknya pembangunan-pembangunan Industri. Dari lingkungan sosialnya,
kondisi perekonomian sudah sangat maju, didominasi oleh kelas wirausaha.
Sedangkan dari lingkungan buatan yaitu modernisasi serta investasi modal
meningkat.Berbagai peralatan modern serta inovasi-inovasi diciptakan untuk
memenuhi hasrat manusia.
4.

Gerak Ke Arah Kedewasaan (The Drive to Maturity)
Merupakan masa dimana masyarakat sudah menggunakan teknologi modern pada

sebagian besar faktor-faktor produksi dan sumberdaya alam.Dalam tahap ini dan selanjutnya
perekonomian terus berkembang Leading sector baru muncul segera berbagai pengganti
leading sector pada tahap lepas landas yang telah mengalami kemunduran. Ciri-ciri gerakan
ke arah kedewasaan ini adalah terjadinya transformasi struktural yang nyata sehingga peranan
relatif sektor industri jauh lebih tinggi, sifat kepemimpinan dalam perusahaan semakin
ditentukan oleh manager profesional.

Analisis lingkungan sosial yaitu semakin matangnya perekonomian,semakin
banyaknya urbanisasi, peningkatan kelas profesional dan ahli. Sementara dari
lingkungan buatan yaitu terjadinya penekanan teknologi berakibat terciptanya
teknologi yang semakin canggih. Berakibat fatal bagi lingkungan fisiknya seperti
pencemaran udara,air serta tanah.
Contoh : Industry berkembang dengan pesat, Negara menetapkan posisinya dalam
perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di impor sekarang di produksikan didalam
negari, impor baru menjadi kebutuhan, jadi untuk mengimbangi barang impor maka barangbarang ekspor harus berkualitas. Misalnya saja ekspor dan impor batik di Indonesia, batik di
indonsia mempunyai potensi dan kualitas yang bagus jika dibandingkan dengan impor batik
yang ada di Indonesia, kebanyakan dari Negara Malaysia dan Negara Srilanka, jadi ekspor
batik
5.

Indonesia

lebih

berkualitas

dari

impor

batik

yang

ada

di

Indonesia.

Masa Konsumsi Massa yang Tinggi (The Age of High Mass Consumption)
Pada tahap ini, perhatian masyarakat sudah tidak ditekankan pada produksi, tapi pada

konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat saling berkompetisi mendapatkan
sumberdaya dan sokongan politik untuk memperbesar kekuasaan, distribusi pendapatan lewat
perpajakan

yang

progresif,mempertinggi

tingkat

konsumsi

masyarakat

seperti

makanan,pakaian dsg.
Contoh :Pengguna sepeda motor yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan mobil, setiap
kenaikan satu juta kiloliter berarti menambah subsidi Rp1,9 triliun. Karena itu, pemerintah
akan mengarahkan kebijakan penghematan subsidi BBM bagi pengendara sepeda motor.
Analisis lingkungan alam pencemaran lingkungan yang merusak lingkungan.
Lingkungan sosialnya muncul kelas menengah baru,perubahan kawasan pinggiran

kota, stabilisasi kesejahteraan penduduk serta peningkatan barang-barang konsumsi
meningkat.
c) Bagaimana pengetrapannya di Indonesia ?
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1982. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT.Gunung Agung.
Siahaan, N. H. T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan.Jakarta: Erlangga.
Salim, Emil. 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : LP3ES.
Menurut Siahaan (2004:57) konsep pemikiran Rostow pernah mempengaruhi
pemikiran ekonomi Indonesia dan diterapkan pada awal Orde Baru di bawah Presiden
Soeharto. Para pakar ekonomi seperti Widjojo Nitisastro, Frans Seda, Emil Salim, Saleh
Afiff, Batara Simatupang, dan lain-lain, belajar di California dan setelah pulang ke tanah air,
menerapkan ilmunya, termasuk menguji teori Rostow. Pada saat itu terdapat perbaikan yang
berarti, berupa mulai berfungsinya pasar, perbaikan infrasturktur, dan pemulihan lainnya
dalam ekonomi.
Pada awal periode Orde Baru, banyak orang mengira negeri itu sedang bergerak
dengan tekad bulat menuju dunia modern dan kesejahteraan ekonomi. Tahap-tahap
pertumbuhan ekonomi yang dikemukakam oleh ahli ekonomi berpengaruh, WW. Rostow,
sangat populer pada waktu itu dan memberikan legitimasi intelektual yang diperlukan para
teknokrat agar dapat meluncurkan rencana pembangunan lima tahun mereka yang pertama
pada tahun 1967. Stabilitas politik, serta pemerataan dan pertumbuhan ekonomi
diperjuangkan melalui slogan baru, yakni “Trilogi Pembangunan”, untuk menggantikan
slogan “Pembangunan Bangsa” dari Soekarno.
Menurut Tjokroamidjojo (1982:84-85) titik berat pembangunan Indonesia diletakkan
pada pembangunan ekonomi. Secara bertahap dilakukan prioritas-prioritas pembangunan
sebagai berikut:

Repelita pertama : meletakkan titik berat pada sektor pertanian dan industri yang
mendukung sektor pertanian.
Repelita kedua: meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
Repelita ketiga: meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri
yang megolah bahan baku menjadi barang jadi.
Repelita keempat : meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan
industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun
industri ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya.
Emil Salim (1986: 177) menyatakan bahwa dalam PELITA III, sektor pertanian
diusahakan menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah bahan
baku menjadi barang jadi. Dan dalam PELITA IV titik berat diletakkan agar sektor pertanian
melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang
dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Menurut saya, bahwa upaya-upaya melaksanakan pembangunan berkelanjutan telah
diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintahan saat itu.
Pembangunan berkelanjutan di Indonesia juga mengacu pada teori pembangunan yang
dikemukakan oleh WW. Rostow, yaitu pembangunan yang terjadi dengan sebuah proses yang
bertahap. Dalam Repelita Indonesia, tahap perkembangan tersebut dapat terlihat dari titik
berat Repelita yang semakin berkembag dari waktu ke waktu. Semula mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku, kemudian Repelita selanjutnya mengolah bahan baku menjadi
bahan jadi, lalu pada Repelita yang berikutnya yang diharapkan mampu mengelola industri
sendiri. Hal tersebut merupakan pembangunan yang bertahap yang mengadopsi teori Rostow.

Analisis lingkungan manusia yaitu kemauan politik muncul sebagai reaksi dari
kenyataan bahwa di samping kemajuan pesat yang telah dicapai untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat selama Pelita I hingga Pelita VI.Analisis
lingkungan fisik yaitu telah terjadi pula kemunduran kemampuan sumberdaya alam
yang terbarui sebagai penyangga kehidupan seperti tanah, air, flora, fauna berikut
ekosistemnya dan terkurasnya sumberdaya alam yang tidak terbarui seperti minyak
dan mineral. Oleh karenanya, kemunduran kualitas udara, sumberdaya tanah, air,
keberadaan flora dan fauna beserta ekosistemnya, yang kurang serasi, selaras,
seimbang pemanfaatannya dalam suatu pola pemanfaatan yang terstruktur. Analisis
lingkungsn buatan manusia yaitu semakin bertahapnya berkembangan teknologi.
d) Apa permasalahan dan solusinya bagi negara kita ?