KARYA ILMIAH Perspektif Al Quran Tentang

KARYA ILMIAH
TENTANG
PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN SAINS

DI SUSUN OLEH :
Nama : Rona Nidihu
Nim

: (160301011)

Jurusan : PAI
Semester : III

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
AMBON
2018

1

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Adanya persepsi yang keliru pada berbagai kalangan tentang pemanfaatan Al-Qur’an
sebagai sumber sains. Hal ini dapat terungkap pada berbagai diskusi yang pernah dilakukan
dengan beraneka kelompok ,dalam bentuk suatu anggapan dari orang-orang tertentu bahwa
untuk mengembangkan sains kita cukup membaca ayat-ayat kauniyah di dalam Al-Qur’an
saja. Dengan demikian, maka mereka itu menilai kegiatan ‘’mempelajari dan
mengembangkan sains melalui penelitian ‘’sebagai usaha yang tak ada gunanya,
memboroskan uang, membuang waktu. Anggapan semacam itu mungkin timbul sebagai
akibat pernyataan-pernyataan yang mengemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber
segala ilmu. Memang tidak seorang pun dapat menyangkal bahwa di dalam Al-Qur’an tidak
hanya diletakkan dasar-dasar peraturan hidup manusia dalam hubungannya dengan tuhan
sang pencipta, dalam interaksinya dengan sesama manusia dan dalam tindakannya terhadap
alam di sekitarnya, tetapi juga dinyatakan untuk apa manusia diciptakan. Al-Qur’an
menyebutkan juga tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya,
tentang penciptaan makhluk hidup, termasuk manusia yang di dorong hasrat ingin tahunya,
dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada di sekitar kita. Meskipun
demikian, kitab suci itu bukan buku pelajaran kosmologi, atau biologi, atau sains pada
umumnya. Ayat-ayat yang menuntun manusia kearah kebahagiaan ukhrowi maupun yang
membimbingnya menuju kesejahteraan duniawi, sebenarnya memberikan garis-garis besar

saja yang harus kita cari kelengkapannya agar kita dapat memahaminya secara utuh. Kalau
rincian itu tidak dapat kita temukan dalam ayat-ayat yang lain di dalam Al-Qur’an, maka ia
harus di cari di dalam sunnah Rasul bagi hal-hal yang menyangkut masalah ubudiyah serta
muamalah, atau di alam semesta bagi ihwal yang mengenai peristiwa-peristiwa alamiah
sebab gejala-gejala alam itu di dalam Al-Qur’an sendiri dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah.
Dengan membaca ayatullah dalam Al kaun itu, kita berharap akan menemukan rincian dari
garis-garis besar yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang bersangkutan. Sebagai
contoh dapatlah di kemukakan misalnya perintah untuk shalat lima waktu; tidak ayat di
dalam Al-Qur’an yang memberikan petunjuk bagaimana shalat itu harus dilaksanakan dan
berapa banyak raka’atnya untuk masing-masing waktu itu.Kita hanya dapat menjalankan
shalat dengan benar karena Rasulullah saw. Memerintahkan agar kita melakukannya
sebagaimana kita melihat beliau melaksanakannya. Begitu pula ungkapan Al-Qur’an tentang
penciptaan langit dan bumi seperti yang terdapat dalam surah Al Anbiya’ ayat 30 yang
menyatakan sebagai berikut:
‘’Dan tidaklah orang-orang kafir itu mengetahui bahwa langit dan bumi itu
keduanya dahulu sesuatu yang padu,kemudiaan kami pisahkan mereka itu keduanya.’’
Dalam contoh ini kita justru melihat betapa sia-sia usaha mereka yang ingin
menyusun sains dari membaca Al-Qur’an saja.Karena apa yang mereka hasilkan akan banyak
mengandung hal-hal yang bertentangan dengan kenyataan; sebab mereka menggunakan


2

konsepsi mereka yang salah, yang tidak di dukung oleh observasi dan pengukuran. Ketika
mereka kemudiaan menyebar luaskan sains mereka itu atas nama Agama, dan mengatakan
bahwa apa yang mereka kembangkan itu adalah ‘'Ajaran Agama yang mereka gali dari kitab
suci,padahal mereka menggunakan konsepsi mereka sendiri yang tidak benar dan tidak
dilandasi oleh fakta nyata, maka masyrakat akan mengatakan bahwa Agama mereka kolot
dan mengajarkan hal-hal yang tidak benar.Inilah bahaya yang saya sebutkan diatas. Akan
tetapi jika mereka tidak hanya membaca tetapi mau juga melakukan apa yang di perintahkan
Allah S.W.T. di dalam Al-Qur’an, maka mereka akan menemukan kebenaran-kebenaran yang
dapat di pergunakan dalam pemahaman serta penafsiran Al-Qur’an. perintah-perintah
tersebut adalah misalnya apa yang dikemukakan dalam ayat 101 surah Yunus: ‘’katakanlah
(wahai Muhammad):periksalah (dengan nazhor atau intizhor) apa-apa yang ada dilangit
dan di bumi’’.
Yang mendorong manusia untuk mengadakan pengamatan pada langit, bumi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi disana .Observasi ini tentunya harus disertai dengan
pengukuran terhadap besaran-besaran yang penting; sebab dalam ayat 49 surah Al- Qamar
di nyatakan:
‘’ sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran ‘’.


B.RUMUSAN MASALAH
1.Mengetahui Alam Semesta, Pandangan Klasik dan Modern
2.Memahami Anjuran Pengembangan Sains dalam AL-Qur’an
3.Konsep-Konsep Kosmologi dalam AL-Qur’an

3

BAB II
.

PEMBAHASAN

PERSPEKTIF AL-QUR’AN TENTANG SAINS DAN TEKNOLOGI

1.Alam Semesta, Pandangan Klasik dan Modern
a. Pandangan Klasik
Abu Raihan Al bairuni, ia adalah seorang ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-X
dan ia juga rajin mengukur berat jenis berbagai benda, kemudian ia juga merupakan seorang
ilmuwan yang pertama kali mengatakan universalitas hukum alam, dengan mengatakan
bahwa model alam plolemaeous, yang geosentris ,secara fisis tidak masuk akal karena langit,

yang begitu besar, dengan bintang yang katanya menempel padanya dinyatakan berputar
mengelilingi bulan sebagai pusat.ia bahkan menyebutkan kemungkinan besar adanya orbit
yang eliptik pada planet dalam komunikasinya dengan ibnu sina.ketika enam abad kemudian
Johann kepler berhasil menemukan hubuhan antara waktu edar planet-planet dengan sumbu
utama elips masing- masing, maka muncullah dalam abad ke-XVII karya Isac Newton
‘’principia’’ yang berisi teori gravitasinya.Sejak itu orang mengetahui apa kendala yang
mengekam planet-planet tata surya untuk bergerak mengitari matahari.Kemudian
bagaimanakah konsepsi astro- fisika tentang penciptaan alam dan pemikiran apa yang
melandasinya.Jadi di dalam konsepsi ini akan selalu berubah-ubah sepanjang sejarah,
bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat dan sarana observasiny, dan bergantung pada
tingkat kemajuan fisika itu sendiri.Dalam dasawarsa-dasawrsa pertama abad ini para ahli
fisika mempunyai konsepsi bahwa, sesuai dengan hasil penelitian, langit atau ruang alam tak
terbatas dan besarnya tidak berhingga;sebab kalau ia terbatas,otomatis bintang dan galaksi
yang ada di tepi merasakan gaya tarik gravitasi dari satu sisi saja,yaitu kearah pusat alam
semesta, sehingga lama-kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul disekitar pusat
tersebut. Karena kecenderungan semacam itu dapat dilihat bahwa hal semacam itu tidak
pernah tampak pada pengamatan, maka orang berkesimpulan bahwa ruang alam itu tidak
terbatas.Namun tidak hanya itu konsepsinya; alam menurut para ilmuwan fisika tidak hanya
tak berhingga besarnya dan terbatas,akan tetapi juga tak berubah status totalitasnya dari
waktu tak berhingga lamanya yang telah lampau sampai waktu tak berhingga lamanya yang

akan datang. Sebab menurut para fisikawan dilaboratorium, materi itu kekal adanya. Apapun
reaksinya yang dialami , kimiawi dan fisis, massanya tak pernah hilang atau paling akan
berubah menjadi energi yang setara .Dengan demikian, maka materi alam yang ada ini juga
tak pernah tiada.Konsepsi bahwa ala mini kadim dan kekal, nyata tak pernah mengakui
adanya penciptaan alam.Sudah barang tentu gagasan semacam itu tidak sesuai dengan ajaran
Islam sebagaimana ia terkandung dalam AL-Qur’an.Adapun pandangan para ilmuwan itu
berasal dari Newton, ia mengemukakan konsepsi tersebut sekitar abad ke- XVIII; namun
kekekalan massa ditegaskan oleh Lavoisier sekitar akhir abad yang ke-XVII, dan kemudian
diperluas oleh Einstein dalam abad ini menjadi kekekalan massa dan energy atau secara
singkat:kekekalan materi.Dalam dasawarsa kedua abad ke-XX ini saja Einstein masih

4

percaya pada kebenaran konsepsi klasik itu.Adapun dari prinsip-prinsip dasar ia dapat
membuat suatu rumusan matematis yang ia harapkan akan dapat melukiskan alam yang
sesuai dengan pengertian para ilmuwan pada waktu itu; namun salah seorang ilmuwan
fisikawan yang bernama Friedman mengungkapkan bahwa model ini tidak melukiskan alam
statis, yang menjadi konsensus para astronom- kosmolog, melainkan jagad raya yang
dinamis. Hal ini tidak berkenaan dengan hati Einstein akhirnya ia merasa kecewa dan dengan
hati yang kecewa ia mulai mengadakan perubahan pada perumusannya dengan ia

menambahkan bilingan konstan,sehingga hasil matematisnya memenuhi selera sang genius;
ia ternyata melukiskan alam yang statis. Akhirnya Einstein pun merasa puas dengan apa
yang di inginkannya. Meskipun alam semesta dalam fikiran para ilmuwan itu bukan alam
menurut ajaran islam, yakni yang diciptakan pada suatu waktu dan akan di tiadakan pada
saat yang lain; melainkan alam semesta yang tidak pernah diciptakan, yang kadim dan
langgeng, sesuai dengan konsensus yang didasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai
hasil analisis yang kritis terhadap berbagai data yang diperolehnya dari dari pengukuran
dan pengamatam. Al-Qur’an yang ayat-ayatnya diturunkan sekitar 14 abad yang lalu
mengandung uraian-uraian secara garis besar tentang penciptaan alam semesta ini, namun
umat yang masih awam belum mengetahui maknanya yang secara jelas. Karena sebab
rincian dari scenario kejadian itu terdapat dalam Al kaun sebagai ayatollah yang harus
‘’dibaca’’, dan umat tidak mampu membacanya; karean ilmu fisika dan sains pada umumnya,
telah melepaskan nya enam abad yang lalu.
b. Pandangan Modern
Pada tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal pergeseran
pandangan dilingkungan para ahli tentang penciptaan alam, yang mengubah secara radikal
tentang konsepsi para ilmuwan mengenai munculnya alam semesta. Sebab pada tahun itu
seorang ilmuwan yang bernama Hubble, yang mempergunakan teropong bintang terbesar di
dunia, melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita,yang menurut analisis terhadap spectrum
cahayanya tampak menjauhi galaksi dengan kalajuan galasksi yang sebanding dengan

jaraknya dari bumi; yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita .Kejadian ini
merupakan pukulan berat bagi Einstein, karena penelitian hubble itu menunjukan bahwa
alam semesta ini tidak statis melainkan merupakan alam yang dinamais seperti freidman.
Dengan kecewa ia menerima kekliruannya itu dan kembali pada modelnya yang terdahulu,
karena penelitian medorong para ilmuan untuk berkesempulan bahwa alam yang kita huni ini
mengembang., volume ruang jagat raya ini bertambah besar setiap saat. Ketika oang
berbicara tentang jagat raya yang berekspansi, dengan mereka bingung tidak mengerti apa
atritnya., sebab di mana-mana terdapat ruang alam. Kemudian jagat raya ini melakukan
ekspansi, kemana lagi harus di cari ruang yang akan menampunhg pengembangannya dan
tidak hanya sejauh ini saja kejutan itu di rasakan. Menurut Gamou, alfher dan herman,
mereka berpendapat bahwa pada saat itu bahwa terjadi ledakan yang sangat dasyat yang
dapat melemparkan materi seluru jagat raya kesemua arah, yang kemudian membentuk
bintang-bintang dan galaxy. Karena tidak mungkin materi seluruh alam itu berkumpul di
suatu tempat dalam ruang tanpa meremas diri dengan gaya gravitasinya yang sangat kaut,
sehingga volumenya mengecil menjadi titik, maka di simpulkan bahwa ‘dentuman besar’ ini

5

terjadi ketika seluruh materi kosmos terlempar denga kecepatan yang sangtat itnggi keluar
dari keberadaannya dalam volume yang sangat kecil. Adapun alam semesta ini lahir dari

sebuah singularitas denga keadaan ekstrem. Kenyetaan di sini bahwa fisikawan akhirnya
mengakui bahwa semua alam tiada tetapi kemudian, sekitar 15 miliar tahun yang lalu,
tercipta dari ketiadaan., sebab fakta-fakta dari hasil penelitian yang menelorkan kesimpulan
itu tidak dapat di sangkal. Kemudian keterpaduan runag dan materi seperti dinyatakan dalam
ayat Al-Qur’an hanya dapat kita pahami jika keduaanya berada di suatu titik., singularitas
fisis yang merupakan volum yang berisi seluruh materi. Selanjutnya, mengenai ekspansi alam
semeta ini, yang menaburkan materi paling tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang masingmasing berisi rata-rata 100 milyar bintang itu kekuatan yang di libatkan dalam pembangunan
ala mini dan yang mampu melemparkan kira-kira 10.000 milyar milyar bintang yang masingmasing massanya sekita masa matahari di seluruh pelosok alam itu, tentu saja tidak dapat kita
bayangkan. Kemudian dari pembandingan semacam ini dapat kita mengetahui bahwa pada
akhirnya, fisika yang di kembangkan untuk mencari kebenaran, samapai juga pada fakta yang
di tujukan oleh Al-Qu’an. Kenyataan ini menggusarkan para ilmuwan fisikawan pada
umumnya karena penciptaan alam raya dari ketiadaan memrlukan adanya Sang Pencipta
Yang Maha Kuasa; suatu kejadian yang mereka ingin menghindari. Karena mereka hanya
membicarakan apa-apa yang dapat di indrakan atau di deteksi dengan peralatan saja. Oleh
karenanya, maka beberapa para pakar fisika mencoba menggelakkan penciptaan alam ini
dengan melontarkan teori-teori tandingan seperti teori alam yang berosilasi, yaitu alam
semesta yang berkembang- kempis, yang meledak
dan berekspansi untuk kemudian
kembali lagi mengecil berulang-ulang tanpa awal tanpa akhir; namun kosmos yang
berkelakuan seperti itu tidak dapat di benarkan secara termodiamis. Adapun usaha lain ialah

dengan mengemukakan teori alam yang ajeg, yang mengatakan bahwa galaksi-galaksi boleh
terbang ke seberang sana tetapi ruang yang di tinggalkannya akan terisi lagi oleh materi baru;
namun, teori ini dapat menjadi tidak laku setelah pada tahun 1964 Willson dan Penzias dalam
melakukan penelitiannya kesegenap penjuru alam menemukan sisa kilatan dentuman besar
yang terjadi sekitar 15 tahun yang lalu. Meskipun telah jelas fakta-fakta yang di ungkapkan
oleh sang pencipta, dan para pakar fisika, dapat menangkap dan mengetahuinya, namun
terdapat perbedaan besar, antara ajaran ilmu fisika atau sains dengan ajaran agama. Kalau
dalam ilmu fisika filsafat ilmu itu mendorong para pakar-pakarnya untuk menghindar dari
tindakan melibatkan Tuhan Yang Maha Esa dan menyatakan bahwa alam tercipta dengan
sendirinya maka dalam ajaran agama justru Allah Swt yang menjadi peran utama dalam
menciptakan universum ini.
2. Anjuran Pengembangan Sains Dalam Al-Qur’an
Dalam bahasa arab, seingat saya fisika dinamakan ilmu ‘’thobi’ah ‘’ atau disebut ilmu
watak , mengapa sehingga di sebut ilmu watak karena pada waktu kejayaan ummat islam,
ilmu tersebut,yang memang pada dasarnya berusaha mengungkapkan sifat dan kelakuan alam
di sekitar kita, ini pada kondisi- kondisi tertentu, di sadari seperti menyatakan bahwa
kelakuan yang diperlihatkan itu menunjukkan watak alam itu sendiri. Jadi ingatan itu dapat
membawa saya kembali mengingat ke zaman Imam Ghazali , ketika berbagai ilmu
pengetahuan dipelajari dan dikembangkan dengan giat dilingkungan umat sesuai dengan


6

dorongan AL-Qur’an dan Sunnah Rasul.Begitulah watak alam dan kemauannya; begitulah
kata ahli ilmu tabiat yang pada zaman itu disebut filosof, karena memang cabang ilmu itu
telah digolongkan sebagai ilmu filsafati pada saat itu.Kemudian dalam menghadapkan
pemikiran yang melandasi segenap usaha, serta berbagai konsepsi, dalam lingkup fisika
pada ajaran AL-Qur’an, kita akan mempergunakan beberapa ayat yang relevan dengan
mengembangkan ilmu fisika itu sendiri . Kemudian disamping itu kita perlu mengingat
bahwa fisika, bidang sains lainnya,yang berusaha mengungkapkan kelakuan alam pada
kondisi tertentu; misalnya dengan melihat respons atau reaksi dari sebagian dari sebagian
alam di sekeliling kita, jika kita bertindak terhadapnya.Air yang keadaannya panas tampak
mengeluarkan uap , udara tertutup yang dipaksa dengan memperkecil volumenya
menunjukan kenaikan tekanan, dan sebagainya.Jadi usaha-usaha itu dapat kita maklumi,
karena manusia di tunjuk oleh Allah SWT menjadi khalifah di muka bumi , sebagaimana
terdapat di dalam (QS.Surah Al-An’am: ayat 165)
                
     
165. Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Di dalam surah Al-An’am ini telah menjelaskan bahwa hendaknya Allah
menciptakan khalifah di muka bumi ini agar ia menjadi seorang pemimpin atau penguasa
yang mempunyai rasa tanggung jawab ,manusia tak dapat berbuat lain kecuali harus
mengahlikan diri dalam alam sekitarnya.sedangkan untuk memperoleh kemampuan itu harus
mengenal alam lingkungannya dengan sebaik baiknya manusia sering mengamati alam
disekitarnya, serta mengingat-ingat gejala-gejala yang ia lihat pada pengamatan itu.
Marilah kita kaji satu demi satu apa yang mendasari kegiatan fisika dan
membandingkannya dengan ajaran islam yang terkandung dalam kitab suci al-quran.
Sebagaimna kita ketahui unsur pertama dalam kegiatan fisika yang penting adalah observasi
atau pengamatan terhadap bagian alam yang kita ketahui sifat dan kelakuannya pada kondisi
tertentu. Tidaklah d benarkan dalam kegiatan fisika penggantian pengamatan dengan
pengkhayalan tentang kelakuan alam itu,kecuali apabila khayalan tersebut di dukung oleh
hasil perhitungan matematika yang dijabarkan dari kelakuan-kelakuan lain yang telah
diketahui. Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekelilingnya
dengan baik, maka Allah SWT memerintahkan dalam ayat 101 surah Yunus;
               

7

101. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman".
Agar manusia mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam disekitarnya, yang akan
menjadi tempat tinggal disumber bahan serta makanan selamat hidupnya. Di sini saya
pergunakan kata memeriksa degan nazhor atau intizhoruntuk kata-kata ‘’unzuhur’’karena
pengertian saya akan ayat tersebut ialah bahwa perintah untuk melihat itu tidaklah sekedar
untuk melihat degan pikiran yang kosong,melainkan dengan perhatian pada kebesaran dan
kekuasaan Tuhan yang maha Esa,dan makna dari gejal-gejala yang teramati. Hal ini tampak
lebih jelas lagi jika kita ikuti teguran-teguran Allah SWT dalam ayat 17-20 surah Al
Ghasyiysh yang berikut:
‘’Maka apakah mereka tidak melakukan nazhor dan memperhatikan onta ,bagaimna ia
diciptakan . dan langitbagaimna ia di angkat . dan gunung-gunung ,bagaimna mereka
ditegakkan .dan bumi,bagaimna ia dibentangkan.’’
Dari lima ayat yang saya sebutkan terakir ini nyata bahwa Allah S.W.T. memberikan
bimbinganya lebih lanjut dalam Al-Qur’an ,bagaimna caranya manusia memahami ayat-ayat
yang berkaitan dengan alam semesta,yang secara garis besar melukiskan poroses-porose yang
alamiah yang terjadi di dalamnya. Dan ini pulalah yang dilakukan orang dalam fisika,atau
pengembangan sains pada umunya; melakukan observasi dengan penuh perhatian untuk dapat
menjawab pertanyaan’’bagaimna prose itu terjadi’’. Memeriksa alam semesta dapat diartikan
‘’membaca ayatullah’’yang dapat merinci dan menguraikan erta menerangkan ayat-ayat
didalam Al quran yang merupakan garis besar; sebab didalam kitab suci itu sendiri ,alam
semesta serta proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat
Allah.
Setelah pengamatan unsur penting yang kedua dalam pengembangan fisika adalah
pengukuran. Kuantifikasi dilakukan semaksimal mungkin; sebab’segala sesuatu akan menjadi
kabur dalam fisika apa bila hanya dinyatakan secara kualitatif saja. Kalau saya menimbulkan
kembali keaadan yang ada dalam pernyataan yang puitis itu saya akan angkat tangan,karena
saya tidak tahu ‘’ sepoi-sepoi basa’’ yang bagaimanakah yang Harus saya timbulkan.
Sedangkan untuk pernyataan yang kedua, tiap mahasiswa akan dapat memproduksinya dalam
laboratorium.Memang fisika adalah ilmu yaqng kuantitatif; seperti halnya sains pada
umumnya. Kemudian besaran-besaran yang dapat di ukur itu di namakan besaran fisika atau
besaran fisis.Kalau besarab-besaran fisis yang tampil dalam suatu proses alamiah dalam
hubungan antara satu dengan yang lain, maka hubungan antara itu dapat di rumuskan dalam
bentuk matematis.dalam bentuk ini,perhitungan-perhitungan yang di perlukan dalam
penerapannya dapat dilakukan dengan mudah.Adapun unsur penting yang ketiga dalam
pengembangan fisika,adalah analisis terhadap data yang terkumpul dari berbagai
pengukuran atas besaran- besaranfisis yang terlibat, yang dilakukan melalui proses
pemikiran yang kritis, yang kemudian dilanjutkan dengan penalaran yang sehat untuk
mencapai kesimpulan yang rasional;terakhir ini merupakan unsur yang sangat penting .jika
kita menguasai fisika, atau sains pada umumnya, kita akan mengetahui bagaimana alam akan

8

bertingkah laku pada kondisi tertentu; dengan ilmu pengetahuan kealaman yang ia miliki,
manusia dapat menimbulkan kondisi yang ia pilih
3. Konsep-Konsep Kosmologi Dalam Al-Qur’an
Sebelum saya membicarakan tentang apa yang menjadi tema pembahasan,terlebih
dahulu saya akan mengatakan bahwa ketika kita akan menggali konsep-konsep kosmologis
yang ada di dalam AL-Qur’an sebenarnya merupakan suatu pekerjaan yang tiada habishabisnya.Mungkin hanya Allah SWT jualah yang megetahui makna ayat-ayat di dalam kitab
suci ini.Manusia hanya dapat mencoba memahaminya sesuai kemampuannya, yang
sebenarnya sangat terbatas.Telah banyak kitab suci yang telah di tuliskan oleh para ulama
yang mansyhur untuk menafsirkan ayat-ayat suci AL-Qur’an yang mana secara garis-garis
besar ajaran Agama Islam itu, dengan mempergunakan ayat-ayat lain di dalam AL-Qur’an,
yang merupakan garis-garis besar ajaran agama islam itu, dengan mempergunakan sebagai
bandingan dan penjelasan.Namun,di dalam Al-Qur’an sendiri, ciptaan tuhan di seluruh jagad
raya ini secara jelas disebutkan sebagai ayat-ayat Allah; misalnya di dalam Qs. Ali
Imran,3:190
           



Artinya ‘sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan
siang, terdapat ayatollah bagi orang yang berakal (dapat menalar).’
Jadi didalam Qs Ali Imran telah menjelaskan bahwa sesungguhnya allah menciptakan
langit dan bumi baik malam dan siang kemudian terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang
bagaimana orang-orang yang berakal (dapat menalar). Oleh karenanya maka sebagai pedanan
untuk mendapatkan arti ayat-ayat tersebut di dalam Al-Qur’an yang menyangkut Al-Kaun
dapat di gunakan juga Ayatollah yang berada di dalam alam semesta ini. Dalam ajaran agama
Islam di kenal adanya ilmu Kauniyah yang sudah ada sejak 14 abad yang lalu. Namun
manusia masih terlalu bodoh untuk bisa memahami seluruhnya karena ayat-ayat ini
diturunkan jauh sebelum ‘ilmu pengetahuan’di kembangkan. Setelah 14 abad kemudian
orang memahaminya, setelah ‘ilmu pengetahuan’. Yang merupakan kelanjutan warisan ilmu
umat Islam, dapat kita menemukan gejala-gejala ilmiah yang bersangkutan dan ternyata
cocok dengan apa yang di nyatakan oleh ayat-ayat tersebut.
Mengingat ayat-ayat tersebut di atas maka janganlah kita heran apabila ketepatan
dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi koonsep-konsep kauniya sangat berfariasi,
bergantung pada pengetahuan mufassir alam semesta itu sendiri. Untuk memberikan contoh
yang real, marilah sama-sama kita menelaah ayat-ayat di bawa ini: (QS. Al Anbiya,21:30)
                  
 

9

30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi yang telah saya bahas pada pembahasan diatas, untuk itu saya
mengambil satu kesimpulan bahwa, ternyata perspektif Al-Qur’an tentang sains dan
Teknologi.Sangatlah bermanfaat untuk kita mempelajarinya karena dari uraian-uraian materi
yang telah saya baca bahwa ketika berbicara mengenai alam semesta, kemudian pandangan
klasik atau pandangan modern. Bukan suatu hal yang mudah untuk di pahami, karena banyak
hal yang bisa saja dapat di duga oleh para ilmuwan fisikawan, mereka selalu membicarakan
hal yang menjadi suatu penelitian bagi mereka, padahal bisa saja hal tersebut, masih
bertentangan dengan pemikiran mereka.

11

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Achmad Baiquni M.Sc,. Ph.D ‘’Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi’’ PT Dana
Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta

12