Random Notes Tentang negeriku dunia dan
Random Notes
Tentang negeriku, dunia dan manusia di dalamnya
Skip to content
Home
About Me
Publication
Apakah Jawa Itu?
February 21, 2008 / ari3f
Rate This
Artikel pertama kali ditulis tanggal 5 Januari 2006.
Pada minggu lalu, di tengah lamunan dalam sebuah bus, saya bertanya
mengenai sesuatu yang primordialistik: bagaimana rasanya menjadi orang
Jawa yang hidup di negara-kota macam Singapura? Tak menjawab
“bagiamana rasanya?”, saya alih-alih tergugah akan identitas diri sebagai
orang Jawa: hidup dalam kultur yang rumit, lahir di tengah tata krama
Jawa, berbicara hanya Jowo Ngoko (bahasa Jawa kasar), memakai batik –
beskap – belangkon – Keris dalam acara adat, membaca prosesi pernikahan
Jawa dari buku seorang Indonesianis (Clifford Geertz), tak bisa membaca
Ha-Na-Ca-Ra-Ka (alfabet Jawa), tak bisa main gamelan dan tak tahu
bagaimana menikmati pertunjukan Wayang. Sama halnya dengan teman
seumuran saya, sepertinya saya hanya tahu yang dasar-dasar saja mengenai Jawa.
Jadi, seberapa Jawakah seharusnya saya? Apakah “Jawa” itu?
***
Pulau Jawa. Jawa, pulau terpadat di Indonesia, berisi hal-hal menarik dan sumber ke-gumun-an:
kopi, candi, keraton, gunung berapi, bahasa, Wayang, pernikahan yang rumit, sinkretisme agama,
kekuasaan otoriter, tata krama, rokok kretek, sastra, gamelan, strata sosial, dan seterusnya.
Budaya Jawa biasanya dicatat oleh orang-orang Barat (atau orientalis – karena mereka
mempelajari Jawa sebagai bagian dari budaya Timur atau oriental), seperti Clifford Geertz [1],
Denys Lombard [2], Christine Jordis [3], John Pamberton [4], dan lainnya.
Bahasa Jawa. Saya lumayan terkejut dengan fakta berikut: tahun 2004, data statistik
mengatakan bahwa 90 juta orang Indonesia adalah orang Jawa. Ini berarti bahwa 40 persen orang
Indonesia mengerti bahasa Jawa (batas bawah mengerti adalah pembicara pasif). Bahasa Jawa
mempunyai tiga tingkatan (Ngoko, Ngoko Alus dan Kromo Inggil). Kategorisasi ini didasarkan
pada tingkat umur dan strata sosial pembicara atau yang diajak bicara; tapi biasanya jika ada
orang asing yang bertanya mengenai kategorisasi itu saya dengan malas hanya menjawab “Itu
maksudnya basic, intermediate dan advanced“. Bahasa Jawa memakai alfabet Jawa dalam
penulisan (turunan bahasa Sansekerta – mirip dengan bahasa Thai atau Hindi). Namun, generasi
muda (saya misalnya) jarang sekali bisa mengerti tulisan Jawa.
Orang Jawa. Tidak semua pulau Jawa dihuni orang Jawa: orang Jawa awalnya bermukim di
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta – Jawa Barat dan Jakarta awalnya dihuni oleh orang
Sunda, Badui dan Betawi. Mungkin agak stereotip, tapi model orang Jawa umumnya adalah
kalem, penuh tata krama, halus tutur kata, sawo matang, bermata kecil dan tidak terlalu tinggi
(ya pendek lah!). Imtip Patajotti [5] dalam bukunya “Journey to Java by Siamese King” mencatat
bahwa orang Jawa itu pandai tapi lamban. Tata krama Jawa, seperti ditulis Christine Jordis [3],
dibentuk oleh sikap pendiam, senyum, kompromi, harmoni, bisa dipercaya, tidak terlalu
munafik, tidak memaksakan pendapat, bercukur supaya rapi (untuk jaga penampilan) dan filsafat
yang kompleks di balik sikap tenang.
Agama. Kejawen bisa dibilang agama budaya yang berakar pada animisme, Hinduisme atau
Buddhisme. Orang Kejawen berdoa menggunakan bahasa Jawa kuno dan membakar dupa.
Orang Kejawen kadang mencampur ritualnya dengan ritual Islam. Ini yang mungkin disebut
sinkretisme agama. Sebagian orang Jawa ada yang memeluk Kristen, Katolik, Buddha dan
Hindu. Pengaruh Hindu dan Buddha dapat dilihat ketika menonton wayang Jawa, yang berisi
epik India, misal: Mahabharata dan Ramayana. Diyakini bahwa cepatnya penyebaran Islam juga
menggunakan wayang sebagai alat untuk mentransfer wahyu-wahyu. Kelompok musik gamelan
biasanya mengiringi pertunjukan wayang itu. Wali Songo adalah sembilan wali yang
menyebarkan Islam lewat asimilasi budaya dan tasawuf.
Mungkin saya mengerti Jawa hanya yang dasar-dasar saja, dan saya mendapatkannya dari
referensi berbahasa Inggris. Namun demikian, Jawa adalah budaya dimana saya menemukan
sebuah “rumah” untuk kembali, seberapa jauhnya saya merantau.
Teman-teman Jawa-ku, seberapa “Jawa”-kah anda?
—[1] Clifford Geertz, Religion of Java, Univ. of Chicago Press, 1976.
[2] Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Gramedia, 1996.
[3] Christine Jordis, Bali, Java, in My Dreams, The Harvill Press, 2001.
[4] John Pamberton, On the Subject of “Java”, 1994.
[5] Imtip Patajotti-Suharto adalah wanita Thailand yang menikah dengan seorang profesor di
Institut Teknologi Bandung. Beliau adalah penulis Journey to Java by Siamese King – 2001,
sebuah buku harian King Mongkut ketika melakukan kunjungan diplomatik ke Jawa pada awal
abad 20. Beliau kini tinggal di Bandung.
About these ads
Share this:
Facebook1
Related
Apakah "Jawa" Itu?In "Etnografi"
Jawa KunoIn "Etnografi"
Orang Jawa di SingapuraIn "Etnografi"
Etnografi
Post navigation
← Menjejaki Orang Jawa di Singapura
Mpu Gandring →
15 thoughts on “Apakah Jawa Itu?”
1.
tuti
February 22, 2008 at 12:34 am
selamat ya untuk dimuatnya artikel orang jawa di singapura di berita harian (21/2)…
bangga euy..mulai sekarang punya kegiatan baru jd jurnalis ;)
Reply
2.
boaz
February 23, 2008 at 12:06 am
tulisannya sangat bagus… terimaskasih…
^_^
Reply
3.
Putie
February 25, 2008 at 12:13 pm
Wah wah.. hebat..
bbrp hari yang lalu diliatin juga artikelnya ama mas weby..
Reply
4.
ari3f
February 26, 2008 at 2:10 am
suwun … suwun :D
sejak saat itu, tiap minggu kirim artikel ke Berita Harian … ketagihan soalnya hehe. Tp
gak tau bakal dimuat lagi atau nggak :p
Reply
5.
.\Gojo
March 1, 2008 at 1:21 am
Teman-teman Jawa-ku, seberapa “Jawa”-kah anda?
malu aku. Memiliki nama asli yang sangat njawi, tapi tidak paham budaya jawa. Bahasa
Jawa pun tak mampu. Bahkan ‘ngoko’ pun tidak… hahaha, parah…
Imtip Patajotti-Suharto
istri dari Prof DS-nya MS kah?
Reply
6.
ari3f
March 1, 2008 at 8:16 pm
Gojo – setidaknya sampeyan masih punya nama Jawa hehehee …. Yak betul, dia ini istri
Pak DS – Mesin; dan dengar2 anaknya (yg katanya cakep itu) ada di Singapura hehehehe
Reply
7.
DIYANA
March 1, 2008 at 8:58 pm
salam
saya seorang pelajar yang sedang membuat kertas kerja tentang masyarakat jawa
singapura dan konsep eling lan waspada. saya perlu berhubungan dengan persatuan jawa
singapura dan sebagainya. bolehkah anda membantu? pertolongan anda amat diperlukan
dan dihargai.
wassalam
diyana
Reply
8.
ari3f
March 1, 2008 at 9:50 pm
Diyana,
Anda bisa menghubungi:
Persekutuan Jawa Al Masakin
5001 Beach Road Golden Mile Complex #06-54 Singapore 199558
Reply
9.
.\Gojo
March 1, 2008 at 10:19 pm
Mas Arief,
Wah, ternyata anak Pak DS terkenal sampe ke PN hehe. Dulu aku jadi ‘tukang parkir’ di
nikahannya lohhh… *hihihi, bangga gak jelas… btw, sepanjang pengetahuanku, anaknya dah pulang lagi ke indo.
Reply
10.
ari3f
March 2, 2008 at 11:59 am
Gojo,
Tukang parkir pas mlm pertama? he he …
Sebenernya Pak DS ini yang ngirim aku ke Singapore 5 tahun lalu … he he he
Reply
11.
DIYANA
March 12, 2008 at 11:32 pm
terima kasih tuan arief yang budiman.
ari3f: sama-sama cik diyana
Reply
12.
sugest
March 14, 2008 at 6:35 pm
Saya pernah membaca buku jawa tulisannya campuran, antara latin sebagai pengantarnya
dan huruf jawa sebagai referensinya.
ternyata isinya sangat dalam sekali.
buku tersebut berjudul:WEDATAMA WINARDI
Penulisnya : R.Soerjonoredjo.
dengan penuh perjuangan saya membacanya,… sebagaian besar,… tidak mengerti he..hee
ada yang sudah membacanya dan Paham? saya minta penjelasannya,…terimakasih.
Reply
13.
Haider
June 5, 2008 at 3:04 pm
Kepriye kabare kabeh..
saya anak Jawa Singapura yang durung Jawa. sedang mempelajari bahasa Jawa secara
sendiri menggunakan kamus Jawa-Inggeris. artikel Tuan Arief sungguh berinformasi.
kalau Tuan Arief ada kelapangan dan ada account Facebook, sudilah mampir dan
menanggotai group Javanese Singaporeans dan Orang Jawa di Singapura.
Matur nuwun
Reply
14.
bambang purwadi
November 9, 2008 at 12:09 pm
saya dikit-dikit tahu karena saya orang yogya
Reply
15.
M Rahim
December 29, 2008 at 9:43 pm
Saya ingin menghubungi teman lama saya Encik Mistri Watiman. Pernah saya nonton di
tv beliau menjadi Presiden Assosiasi Jawa Singapore (maaf kalau tersilap). Saya kenal
beliau waktu saya menjadi Bendahara Kelab bola sepak Darul Alfiah.
Kalau teman2 ada kontak beliau mohon di email ke saya nomber telephone yang boleh
saya hubungi.
Wasalam
Reply
Leave a Reply
Search for:
Bottom of Form
February 2008
M T W T F S S
« Jan
Mar »
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29
Recent Posts
Di Tepi Laut Merah
Dewa Budjana dan Negarakretagama
Review 2013
Gus Dur
Handphone
Categories
Archives
May 2014
January 2014
December 2013
November 2013
October 2013
September 2013
August 2013
July 2013
June 2013
May 2013
March 2013
February 2013
January 2013
December 2012
October 2012
September 2012
August 2012
July 2012
May 2012
April 2012
February 2012
January 2012
December 2011
November 2011
August 2011
July 2011
May 2011
April 2011
March 2011
February 2011
January 2011
December 2010
November 2010
October 2010
September 2010
August 2010
July 2010
June 2010
May 2010
April 2010
March 2010
February 2010
January 2010
December 2009
November 2009
October 2009
September 2009
April 2009
March 2009
February 2009
January 2009
December 2008
November 2008
October 2008
September 2008
August 2008
July 2008
June 2008
May 2008
April 2008
March 2008
February 2008
January 2008
December 2007
November 2007
October 2007
September 2007
August 2007
July 2007
June 2007
March 2007
January 2007
October 2006
June 2006
March 2006
February 2006
January 2006
July 2005
June 2005
May 2005
March 2005
Recent Comments
Alpino on Mpu Gandring
hery on Mpu Gandring
prabowo96 on Di Tepi Laut Merah
junkhaer on Dewa Budjana dan Negarakr…
Devinswf on Mundurnya PM Hatoyama
Blog Stats
191,062 hits
Blog at WordPress.com. | The Hemingway Rewritten Theme.
Follow
Follow “Random Notes”
Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com
Tentang negeriku, dunia dan manusia di dalamnya
Skip to content
Home
About Me
Publication
Apakah Jawa Itu?
February 21, 2008 / ari3f
Rate This
Artikel pertama kali ditulis tanggal 5 Januari 2006.
Pada minggu lalu, di tengah lamunan dalam sebuah bus, saya bertanya
mengenai sesuatu yang primordialistik: bagaimana rasanya menjadi orang
Jawa yang hidup di negara-kota macam Singapura? Tak menjawab
“bagiamana rasanya?”, saya alih-alih tergugah akan identitas diri sebagai
orang Jawa: hidup dalam kultur yang rumit, lahir di tengah tata krama
Jawa, berbicara hanya Jowo Ngoko (bahasa Jawa kasar), memakai batik –
beskap – belangkon – Keris dalam acara adat, membaca prosesi pernikahan
Jawa dari buku seorang Indonesianis (Clifford Geertz), tak bisa membaca
Ha-Na-Ca-Ra-Ka (alfabet Jawa), tak bisa main gamelan dan tak tahu
bagaimana menikmati pertunjukan Wayang. Sama halnya dengan teman
seumuran saya, sepertinya saya hanya tahu yang dasar-dasar saja mengenai Jawa.
Jadi, seberapa Jawakah seharusnya saya? Apakah “Jawa” itu?
***
Pulau Jawa. Jawa, pulau terpadat di Indonesia, berisi hal-hal menarik dan sumber ke-gumun-an:
kopi, candi, keraton, gunung berapi, bahasa, Wayang, pernikahan yang rumit, sinkretisme agama,
kekuasaan otoriter, tata krama, rokok kretek, sastra, gamelan, strata sosial, dan seterusnya.
Budaya Jawa biasanya dicatat oleh orang-orang Barat (atau orientalis – karena mereka
mempelajari Jawa sebagai bagian dari budaya Timur atau oriental), seperti Clifford Geertz [1],
Denys Lombard [2], Christine Jordis [3], John Pamberton [4], dan lainnya.
Bahasa Jawa. Saya lumayan terkejut dengan fakta berikut: tahun 2004, data statistik
mengatakan bahwa 90 juta orang Indonesia adalah orang Jawa. Ini berarti bahwa 40 persen orang
Indonesia mengerti bahasa Jawa (batas bawah mengerti adalah pembicara pasif). Bahasa Jawa
mempunyai tiga tingkatan (Ngoko, Ngoko Alus dan Kromo Inggil). Kategorisasi ini didasarkan
pada tingkat umur dan strata sosial pembicara atau yang diajak bicara; tapi biasanya jika ada
orang asing yang bertanya mengenai kategorisasi itu saya dengan malas hanya menjawab “Itu
maksudnya basic, intermediate dan advanced“. Bahasa Jawa memakai alfabet Jawa dalam
penulisan (turunan bahasa Sansekerta – mirip dengan bahasa Thai atau Hindi). Namun, generasi
muda (saya misalnya) jarang sekali bisa mengerti tulisan Jawa.
Orang Jawa. Tidak semua pulau Jawa dihuni orang Jawa: orang Jawa awalnya bermukim di
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta – Jawa Barat dan Jakarta awalnya dihuni oleh orang
Sunda, Badui dan Betawi. Mungkin agak stereotip, tapi model orang Jawa umumnya adalah
kalem, penuh tata krama, halus tutur kata, sawo matang, bermata kecil dan tidak terlalu tinggi
(ya pendek lah!). Imtip Patajotti [5] dalam bukunya “Journey to Java by Siamese King” mencatat
bahwa orang Jawa itu pandai tapi lamban. Tata krama Jawa, seperti ditulis Christine Jordis [3],
dibentuk oleh sikap pendiam, senyum, kompromi, harmoni, bisa dipercaya, tidak terlalu
munafik, tidak memaksakan pendapat, bercukur supaya rapi (untuk jaga penampilan) dan filsafat
yang kompleks di balik sikap tenang.
Agama. Kejawen bisa dibilang agama budaya yang berakar pada animisme, Hinduisme atau
Buddhisme. Orang Kejawen berdoa menggunakan bahasa Jawa kuno dan membakar dupa.
Orang Kejawen kadang mencampur ritualnya dengan ritual Islam. Ini yang mungkin disebut
sinkretisme agama. Sebagian orang Jawa ada yang memeluk Kristen, Katolik, Buddha dan
Hindu. Pengaruh Hindu dan Buddha dapat dilihat ketika menonton wayang Jawa, yang berisi
epik India, misal: Mahabharata dan Ramayana. Diyakini bahwa cepatnya penyebaran Islam juga
menggunakan wayang sebagai alat untuk mentransfer wahyu-wahyu. Kelompok musik gamelan
biasanya mengiringi pertunjukan wayang itu. Wali Songo adalah sembilan wali yang
menyebarkan Islam lewat asimilasi budaya dan tasawuf.
Mungkin saya mengerti Jawa hanya yang dasar-dasar saja, dan saya mendapatkannya dari
referensi berbahasa Inggris. Namun demikian, Jawa adalah budaya dimana saya menemukan
sebuah “rumah” untuk kembali, seberapa jauhnya saya merantau.
Teman-teman Jawa-ku, seberapa “Jawa”-kah anda?
—[1] Clifford Geertz, Religion of Java, Univ. of Chicago Press, 1976.
[2] Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Gramedia, 1996.
[3] Christine Jordis, Bali, Java, in My Dreams, The Harvill Press, 2001.
[4] John Pamberton, On the Subject of “Java”, 1994.
[5] Imtip Patajotti-Suharto adalah wanita Thailand yang menikah dengan seorang profesor di
Institut Teknologi Bandung. Beliau adalah penulis Journey to Java by Siamese King – 2001,
sebuah buku harian King Mongkut ketika melakukan kunjungan diplomatik ke Jawa pada awal
abad 20. Beliau kini tinggal di Bandung.
About these ads
Share this:
Facebook1
Related
Apakah "Jawa" Itu?In "Etnografi"
Jawa KunoIn "Etnografi"
Orang Jawa di SingapuraIn "Etnografi"
Etnografi
Post navigation
← Menjejaki Orang Jawa di Singapura
Mpu Gandring →
15 thoughts on “Apakah Jawa Itu?”
1.
tuti
February 22, 2008 at 12:34 am
selamat ya untuk dimuatnya artikel orang jawa di singapura di berita harian (21/2)…
bangga euy..mulai sekarang punya kegiatan baru jd jurnalis ;)
Reply
2.
boaz
February 23, 2008 at 12:06 am
tulisannya sangat bagus… terimaskasih…
^_^
Reply
3.
Putie
February 25, 2008 at 12:13 pm
Wah wah.. hebat..
bbrp hari yang lalu diliatin juga artikelnya ama mas weby..
Reply
4.
ari3f
February 26, 2008 at 2:10 am
suwun … suwun :D
sejak saat itu, tiap minggu kirim artikel ke Berita Harian … ketagihan soalnya hehe. Tp
gak tau bakal dimuat lagi atau nggak :p
Reply
5.
.\Gojo
March 1, 2008 at 1:21 am
Teman-teman Jawa-ku, seberapa “Jawa”-kah anda?
malu aku. Memiliki nama asli yang sangat njawi, tapi tidak paham budaya jawa. Bahasa
Jawa pun tak mampu. Bahkan ‘ngoko’ pun tidak… hahaha, parah…
Imtip Patajotti-Suharto
istri dari Prof DS-nya MS kah?
Reply
6.
ari3f
March 1, 2008 at 8:16 pm
Gojo – setidaknya sampeyan masih punya nama Jawa hehehee …. Yak betul, dia ini istri
Pak DS – Mesin; dan dengar2 anaknya (yg katanya cakep itu) ada di Singapura hehehehe
Reply
7.
DIYANA
March 1, 2008 at 8:58 pm
salam
saya seorang pelajar yang sedang membuat kertas kerja tentang masyarakat jawa
singapura dan konsep eling lan waspada. saya perlu berhubungan dengan persatuan jawa
singapura dan sebagainya. bolehkah anda membantu? pertolongan anda amat diperlukan
dan dihargai.
wassalam
diyana
Reply
8.
ari3f
March 1, 2008 at 9:50 pm
Diyana,
Anda bisa menghubungi:
Persekutuan Jawa Al Masakin
5001 Beach Road Golden Mile Complex #06-54 Singapore 199558
Reply
9.
.\Gojo
March 1, 2008 at 10:19 pm
Mas Arief,
Wah, ternyata anak Pak DS terkenal sampe ke PN hehe. Dulu aku jadi ‘tukang parkir’ di
nikahannya lohhh… *hihihi, bangga gak jelas… btw, sepanjang pengetahuanku, anaknya dah pulang lagi ke indo.
Reply
10.
ari3f
March 2, 2008 at 11:59 am
Gojo,
Tukang parkir pas mlm pertama? he he …
Sebenernya Pak DS ini yang ngirim aku ke Singapore 5 tahun lalu … he he he
Reply
11.
DIYANA
March 12, 2008 at 11:32 pm
terima kasih tuan arief yang budiman.
ari3f: sama-sama cik diyana
Reply
12.
sugest
March 14, 2008 at 6:35 pm
Saya pernah membaca buku jawa tulisannya campuran, antara latin sebagai pengantarnya
dan huruf jawa sebagai referensinya.
ternyata isinya sangat dalam sekali.
buku tersebut berjudul:WEDATAMA WINARDI
Penulisnya : R.Soerjonoredjo.
dengan penuh perjuangan saya membacanya,… sebagaian besar,… tidak mengerti he..hee
ada yang sudah membacanya dan Paham? saya minta penjelasannya,…terimakasih.
Reply
13.
Haider
June 5, 2008 at 3:04 pm
Kepriye kabare kabeh..
saya anak Jawa Singapura yang durung Jawa. sedang mempelajari bahasa Jawa secara
sendiri menggunakan kamus Jawa-Inggeris. artikel Tuan Arief sungguh berinformasi.
kalau Tuan Arief ada kelapangan dan ada account Facebook, sudilah mampir dan
menanggotai group Javanese Singaporeans dan Orang Jawa di Singapura.
Matur nuwun
Reply
14.
bambang purwadi
November 9, 2008 at 12:09 pm
saya dikit-dikit tahu karena saya orang yogya
Reply
15.
M Rahim
December 29, 2008 at 9:43 pm
Saya ingin menghubungi teman lama saya Encik Mistri Watiman. Pernah saya nonton di
tv beliau menjadi Presiden Assosiasi Jawa Singapore (maaf kalau tersilap). Saya kenal
beliau waktu saya menjadi Bendahara Kelab bola sepak Darul Alfiah.
Kalau teman2 ada kontak beliau mohon di email ke saya nomber telephone yang boleh
saya hubungi.
Wasalam
Reply
Leave a Reply
Search for:
Bottom of Form
February 2008
M T W T F S S
« Jan
Mar »
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29
Recent Posts
Di Tepi Laut Merah
Dewa Budjana dan Negarakretagama
Review 2013
Gus Dur
Handphone
Categories
Archives
May 2014
January 2014
December 2013
November 2013
October 2013
September 2013
August 2013
July 2013
June 2013
May 2013
March 2013
February 2013
January 2013
December 2012
October 2012
September 2012
August 2012
July 2012
May 2012
April 2012
February 2012
January 2012
December 2011
November 2011
August 2011
July 2011
May 2011
April 2011
March 2011
February 2011
January 2011
December 2010
November 2010
October 2010
September 2010
August 2010
July 2010
June 2010
May 2010
April 2010
March 2010
February 2010
January 2010
December 2009
November 2009
October 2009
September 2009
April 2009
March 2009
February 2009
January 2009
December 2008
November 2008
October 2008
September 2008
August 2008
July 2008
June 2008
May 2008
April 2008
March 2008
February 2008
January 2008
December 2007
November 2007
October 2007
September 2007
August 2007
July 2007
June 2007
March 2007
January 2007
October 2006
June 2006
March 2006
February 2006
January 2006
July 2005
June 2005
May 2005
March 2005
Recent Comments
Alpino on Mpu Gandring
hery on Mpu Gandring
prabowo96 on Di Tepi Laut Merah
junkhaer on Dewa Budjana dan Negarakr…
Devinswf on Mundurnya PM Hatoyama
Blog Stats
191,062 hits
Blog at WordPress.com. | The Hemingway Rewritten Theme.
Follow
Follow “Random Notes”
Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com