Skripsi Bahasa dan Sastra Arab. docx
AMR DALAM KITAB MAHFŪẒĀT LIṬHALABAH AL-SANAH ALRĀBI‘AH KARYA TIM MANHAJ AL-DIRĀSĪ PONDOK MODERN
DARUSALAM GONTOR PONOROGO
(Kajian Ilmu Balāgoh Ma’ānī)
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora di
Fakultas Adab dan Humaniora
Oleh :
Ratnasari
NIM. 1135020116
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018 M/ 1438 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanyalah milik Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW panutan
semua umat yang telah membawa umat manusia dari gulita kebodohan dan
kekufuran kepada pelita cahaya bertabur ilmu dan iman.
Atas rahmat-Nya pula Skripsi ini dapat disusun dan siselesaikan, meski
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi
ini diajukan untuk memenuhi salah satu sayarat mendapatkan gelar
Sarjana Humaniora di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sepenuhnya penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu penulis meminta maaf atas kesalahan dan kekurangan
yang terjadi pada skripsi ini, baik secara teknis penulisan atau pun kata. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Januari 2018
1
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian...................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................7
F. Kerangka Pemikiran........................................................................10
G. Langkah-Langkah Penelitian.............................................................17
BAB II SYAIR DAN AMR DALAM BALAGAH MA’ANI................................20
2
A. Sastra dalam Kehidupan Manusia......................................................20
B. Ontologi dan Epistimologi Syair........................................................23
C. Amr dalam Ilmu Balāgah Ma’āni.......................................................31
D. Prespektif Sastra tentang Syair..........................................................41
BAB III BENTUK DAN MAKNA AMR DALAM KITAB MAHFŪZĀT..........47
A. Profile Pondok Modern Darusalam Gontor..........................................47
B. Tentang kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.............48
C. Bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya
Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo......50
D. Makna Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya
Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo......62
E. Pesan dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.............77
BAB IV PENUTUP...............................................................................................84
A. Kesimpulan.................................................................................... 84
B. Rekomendasi..................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................87
3
ABSTRAK
Ratnasari. Amr dalam Kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya
Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo (Kajian Ilmu
Balāgoh Ma’ānī).
Syair merupakan karya sastra, sungguh banyak tokoh besar dalam islam
yang terkenal dengan syair-syairnya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang
khusus memiliki diwan atau kumpulan syair-syair mereka. Berbeda dengan kitab
Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo berbagai tokoh-tokoh besar dalam islam
seperti Imam Syafi’i dan lain sebagainya. Penelitian dini dilatarbelakangi karena
amr dalam sebuah syair dalam buku yang secara khusus disusun untuk
mengajarkan filosofi hidup seharusnya mayoritas memiliki makna irsyad atau
ta’bir namun yang ditemukan adalah mayoritas makna iltimas. Maka dari itu
penelitian ini penting untuk dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk amr, makna amr
dan juga pesan yang terkandung dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah AlRābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo ikatan ilmu ma’ānī’. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah liblary research.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: 1) bentuk amr dalam
kitabMahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini terdapat 30 amr yang mana
bentuk amer tersebut terdiri dari 28 berbentuk fi’il amr dan 2 lainnya berbentuk
isim fi’il amr. Bentuk mudhari’ majzum dan mashdar tidak ditemukan; 2) Makna
amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah ini mengandung 20
makna iltimās, 1 makna ikrām, 7 makna irsyad dan 2 makna dawwām. Mayoritas
makna iltimās digunakan karena penyair memposisikan diri sebagai orang yang
setara dengan calon pembacanya; dan 3) mayoritas pesan yang terkendung dalam
kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini adalah motivasi menjalani hidup
yang baik dan meraih keberhasilan.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul :
Amr dalam Kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘Ah Karya Tim Manhaj
Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo
(Kajian Ilmu Balāgoh Ma’ānī).
Oleh :
Ratnasari
NIM. 1135020116
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Edi Komarudin, M. Ag.
NIP. 19661214 199301 1 001
Rohanda WA., M. Ag.
NIP. 19710405 200701 1 042
Mengetahui,
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Rohanda WS, M. Ag.
NIP. 1971045 200701 1 042
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap syair yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah AlRābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo ini terkandung nilai-nilai dan filosofi kehidupan yang sangat baik untuk
dipahami dan ditanamkan dalam diri. Dan hampir dalam setiap syair terdapat Amr
yang secara jelas menunjukan bahwa pembaca syair harus berbuat apa dalam
hidup,
dengan demikian menunjukan bahwa Amr dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo ini adalah kunci pengambilan makna dan nilai-nilai
filosofi untuk ditanamkan dalam hidup. Maka kajian Amr dan maknanya dalam
kitab ini sangat perlu untuk dilakukan.
Setiap sastra tentu memiliki makna, dan makna tersebut akan didapat dari
sebuah rangkaian kata. Begitu pun dengan bahasa arab yang setiap katanya
memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Salah satunya adalah kajian Amr dalam
insya ṭalabī. Kajian ini memiliki empat derivasi bentuk dan 18 makna yang
berbeda sesuai dengan konteksnya. Apabila ditijau secara teoritik, sastra dapat
dikategorikan menjadi dua genre yaitu imajinatif dan non imajinatif. Sastra
imajinatif atau biasa kita kenal dengan karya sastra fiksi terbagi menjadi tiga yaitu
prosa diantaranya adalah cerpen, novel dan roman kemudian yang ke dua adalah
puisi dan yang ke tiga yaitu drama. Sedangkan sastra non imajinatif atau non fiksi
merupakan karya sastra yang ditulis tanpa menggunakan daya khayal pengarang,
sehingga cerita dalam karya sastra non imajinatif merupakan cerita yang ditulis
berdasarkan cerita yang nyata.
Pondok ini tidak lupa dengan para ulama muslim yang pernah
mengharumkan kejayaan islam. Kata mahfuzot berasal dari kata hafaza yang
artinya menjaga. Dalam kajian Amr insya thalabi mengatakan bahwa setiap
1
bentuk amr terdapat makna. Amr terdapat empat bentuk yaitu: fiil amr, isim fi’il
amr, mudhari’ majzum, dan ,mashdar. Seperti contoh berikut:
المعنى
صيغة
المأر
اللتماس
فعل
المأر
الكارام
إسم
فعل
المأر
الدوام
فعل
المأر
اللتماس
فعل
المأر
الرإشاد
فعل
المأر
بيت الشعر
ن
جد ر ف
عو س ض
س
ضاَ ع س م
ساَففرر ت س ف
م ر
ه#
ته س
فاَرفقه ه
ب فسإ م س
ي
و س ان ر س
شف ف
ن لذ في رذ س العسي ر ف
ص ر ف
ب
ص ف
الن س س
ع سل سي ر س
ماَ
ن ك فل سي رهف س
ك ب فب فرر ال س
وال فد سريــ ف
#
س
وسب فرر ذ سوفير ال ه
قررسبــى وسب فرر السباَ ف
عد ف
ج
ست سعر ف
م وسل ست سرر ه
وسفباَللهف سفاَ ر
صــ ر
غ سي رسرهه #
وسل س ت س ه
جاَ ف
حد ف
ه بف س
مــاَفء ع سن ر ه
ك فباَلن سعر س
مك رهرورهف ط سررفس س
ك
ن ال س
وس غ ه م
ض عس ف
ب#
جت سن ف ر
سوا ر
س
س ر
ل
م ف
ك بف س
أسذىَ ال س
جاَرف سوا ر
ست س ر
حب ر ف
مد ف
حاَ ف
م س
ال س
عـاَ س
فاَ #
ك إ فل م ت سك سل ل ض
مررهء ل سي سرر س
إ فسذا ال س
س
فــاَ
س س
ه وسل ست هك رث فرر ع سل سي رهف ت سأ ل
فسد سع ر ه
Tabel 01. contoh bentuk dan makna Amr dalam kitab mahfudzat
Makna iltimas merupakan makana yang terkandung dalam Amr yang mana
makna ini memberikan konteks pemberi perintah kepada yang diberi perintah
menjadi sejajar kedudukannya. Tanpa ada rasa segan atau pun takut tanpa ada
kesan dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Makna iltimas sebagai mana
berikut:
اللتماس ،إذا صدرت من رفيق لرفيق أو مــن نــد
لنده لم يرد بهاَ اليجاَب واللزام لمن يساَويك.
“jika dikeluarkan dari teman ke temannya, dia tidak menanggapi secara
”positif dan mewajibkan Anda kepada seseorang yang setara dengan Anda.
2
“Ambilkan pulpen itu untukku!” kata ambilkan memberikan kesan setara
dengan yang disuruh, “Sabarlah dalam menghadapi musibah!” kata ‘sabarlah’
pula memberikan kesan penyamarataan meski pun konteks pembicaraanya
mengarah kepada irsyad atau memberikan bimbingan. Berbeda dengan makna
isryad, makna ini mengharuskan yang diberi perintah untuk terikat dengan sesuatu
atau terdapat sebab akibat dari pemberian perintah itu. “apabila kamu ingin
menyelesaikan skripsi dengan baik datanglah kepada dosen pembimbingmu
dengan serius”. Kata ‘datanglah’ disini memiliki makna irsyad (bimbingan).
Contoh lain adalah “apabila kamu hendak berhutang kepada siapapun maka
tulislah seseorang diantara kamu teman yang adil” kata perintah ‘tulislah’ dalam
konteks ini memiliki makna irsyad yaitu membimbing yang diberikan perintah
untuk melakukan sesuatu jika hendak melakukan sesuatu. Hal ini sejalan sebagai
mana definisi dari makna irsyad berikut:
إذا كاَن المتكم يقصد إلى إلزامــه بشــيء،الرإشاد
"إذا تداينتم بدين إلى أجــل مســمى:– كقوله تعاَلى
.(۲۸۲:فاَكتبوه وليكتب بينكم كاَتب باَلعدل" )البقرة
“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu”
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap sastra tentu memiliki
makna, dan makna tersebut akan didapat dari sebuah rangkaian kata. Setiap kata
dalam bahasa arab memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Begitupun dengan
bentuk Amr dalam insya ṭalabī. Inti dari makna yang terdapat dalam syair dapat
diambil dan diamalkan secara to the point tertulis dalam bentuk amr. Dengan
bantuk Amr seakan-akan penulis syair menyuruh langsung untuk berbuat sesuatu
dalam hakikat kehidupan yang ditulis dalam bentuk Amr (sama rata), salah
satunya seperti contoh berikut:
َضا
جد ر ف
عوس ض
تس ف
ه
ته س
فاَرفقه ه
ساَففرر
س#
ن
عس م
م ر
3
ن ل سذ في رذ س
ب فسإ ف م
ص ر
وسان ر س
ب
ص ف
ي الن س س
شف ف
العسي ر ف
Pergilah! Niscaya engkau akan
mendapatkan ganti dari apa
yang engkau tinggalkan
Dan
bekerja/
berusahalah!
Sesungguhnya nikmatnya hidup itu
terdapat pada bekerja (hasil usaha
sendiri)
س
ف
ت وهقهور س
ي سرأي ر ه
إ فن ر ر#
ماَفء ي ه ر
ف ف
سد هه ه
ال س
Aku melihat genangan air yang
diam merusak dirinya sendiri
ل س
ساَ س
ن
ب وسإ ف ر
طاَ س
اف ر
ن س
ب
م يس ر
جرف ل س ر
لس ر
م ي سط ف ف
Apabila air itu mengalir maka
baiklah air itu, dan apabila air itu
tidak mengalir maka air itu adalah
air yang tidak baik
“Pergilah! Niscaya engkau akan mendapatkan ganti dari apa yang engkau
tinggalkan” kata ‘pergilah’ merupakan kata perintah yang memiliki makna
kesetaraan, tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa kalimat ini dikeluarkan
dari seorang atasan kepada bawahan atau pun sebaliknya. Maka dapat
disimpulkan bahwa penyair tidak meninggikan derajatnya sebagai orang yang
berilmu melainkan menyamaratakan derajatnya dengan pembaca sebagai orang
yang menerima kata perintah tersebut. “Dan bekerjalah/ berusahalah!
Sesungguhnya nikmatnya hidup itu terdapat pada bekerja (hasil usaha sendiri)”
sebagai mana contoh pertama, kalimat yang mengandung bentuk amr ini memiliki
makna iltimas atau penyerataan. Kemudian makna amr yang terkandung dalam
contoh berikut:
س
فعس ه
َما
م تس ر
ب نس ر
ساَ إ فسذا س
وسط ف ر
د سفع المياَ س# م
ف ض
ل س
حك س س
تس س
شـاَهء
ضاَهء
القس س
Tinggalkanlah hari dan berlakulah
sebagaimana yang kau kehendaki
Dan perbaikilah dirimu meskipun
takdir telah menentukan
4
“Tinggalkanlah hari dan berlakulah sebagaimana yang kau kehendaki”
sebagai mana contoh pertama dan kedua, kata ‘tinggalkanlah’ memiliki makna
penyamarataan antara pemberi perintah dan yang diberi perintah. Tinggal kan
disini berarti jangan menghiraukan hari dan berbuatlah sesuai dengan apa yang
diinginkan. “Dan perbaikilah dirimu meskipun takdir telah menentukan” Amr
dalam kalimat ini pun jelas tidak ada keterangan siapa berbicara kepada siapa,
maka dengan ini telah terbukti jelas bahwa penyair merendahkan kedudukannya
sebagai orang yang berilmu agar sejajar dan setara dengan pembaca agar maksud
dari apa yang dipesankan dalam syair dapat diterima dengan mudah.
Pada bait pertama jelas terdapat kata سافرyaitu Amr dengan bentuk فعل المر
kemudian kata انصبdalam bentuk yang sama. Pembaca akan dapat dengan mudah
mengambil kesimpulan atau inti makna yang terkandung dalam syair tersebut
dengan memahami makna Amr tersebut. Berbeda dengan bait kedua, pada bait ini
tidak terdapat Amr yang mana apabila tidak terdapat bait pertama dengan bentuk
Amr pembaca akan kesulitan mengambil makna apa yang terkandung dalam bait
tersebut. Maka dalam syair Imam Syafi’i ini mengandung makna “hijrah” atau
bergerak dari tempat tinggal. Maka kalimat dalam bait kedua “Aku melihat
genangan air yang diam merusak dirinya sendiri” air itu adalah manusia yang
tidak mau beranjak dari tempat tinggalnya sendiri. Dan “Apabila air itu mengalir
maka baiklah air itu, dan apabila air itu tidak mengalir maka air itu adalah air
yang tidak baik” apabila manusia berani peranjak dari tempat tinggalnya untuk
menggapai maksud dan tujuan tertentu maka dia telah melakukan kebaikan untuk
dirinya sendiri.
Kajian Amr ini memiliki empat derivasi bentuk dan 18 makna yang berbeda
sesuai dengan konteksnya. Sebagai mana yang telah diketahui dari semua derivasi
bentuk Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo
tersebut yang berjumlah 30 Amr dalam bentuk yang berbeda-beda, makna Amr
yang terkandung dalam kitab kumpulan syair ini adalah 20 makna iltimas
(kesetaraan), 2 makna dawam (terus menerus), 1 makna ikrom (penghormatan),
5
dan 7 makna irsyad (bimbingan). Kitab Mahfūẓāt yang seharusnya memiliki
makna irsyad, ikrom dan i’tibar lebih banyak, kenapa dalam kumpulan syair ini
dapat dikatakan 80% Amr-nya memiliki makna iltimas?,
maka untuk dapat
mengetahui makna Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo
tersebut, penelitian ini sangat perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Secara umum dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan untuk
mengungkapkan makna-makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo, maka dari masalah pokok tersebut secara spesifik
dapat disajikan dengan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bentuk Amr apa saja yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo?
2. Apa makna Amr yang terkandung dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo?
3. Pesan apa yang terdapat dalam Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk:
6
1. Mengetahui bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo.
2. Mendeskripsikan makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
3. Mengambil pesan universal yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan kesusastraan Arab khususnya pada kajian Amr dalam ilmu
Balagoh ma’ānī. Sedangkan secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:
1. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, hasil penelitian ini diharapkan menjadi
sumbangan pemikiran tentang perkembangan ilmu kesusastraan arab
khususnya tenteng informasi amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo melalui kajian Amr dalam ilmu Balāgoh ma’āī.
2. Bagi akademisi kesusastraan Arab, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran dan informasi tentang contoh bentuk dan
makna Amr dalam ilmu Balāgoh ma’ānī’ dengan objek penelitian yang
diambil yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
7
3. Untuk Pendidik atau pengajar kitab ini, diharapkan dapat menambah
wawasan, rujukan, bahkan menjadi pedoman bagi para pengajar kitab
Mahfūẓāt tengang urgensi mengambilan makna dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo, khususnya bertolak dari bentuk
bentuk Amr yang ada dalam kajian penelitian ini.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang menggunakan kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo sebagai objek penelitiannya belum ditemukan. Sesuai dengan rumusan
masalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Amr yang
terkandung dalam bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo. Kebanyakan penelitian terdahulu yang menggunakan pendekatan Amr
menggunakan al-Qur’an sebagai objek penelitian. Berdasarkan penelitian
pendahulu yang telah dilakukan, ditemukan beberapa yang membahas tentang
Amr, diantaranya:
1. Terakhir adalah Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Shodiq
Amin pada tahun 2014 dengan judul :
النشــاَء الطلــبى فــي قصــة أحمــر لورهــاَن بــاَموق
()دراسة عن علم المعاَنى
Fokus kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Shodiq ini adalah
Insya Thalabi. Dalam insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu Amr,
nahyi, istifham, tamanni dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan
kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Aldirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan قصة أحمر
لورهان باموقMeskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini sama
8
dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek kajian
dalam penelitian ini sangat berbeda.
2. Masih karya tesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini ditulis
oleh Nuri Nur Latifah pada tahun 2013 dengan judul :
النشاَء الطلبى فى أسطورة كليلة ودمنة لبن
المقفع
Pada tahun 2013 ini ditemukan hanya satu penelitian tentang amr. fokus
kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuri ini adalah Insya
Thalabi. Dalam insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu Amr, Nahyi,
Istifham, Tamanni dan Nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan kitab
kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Aldirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan أسطورة
كليلة ودمنة لبن المقفعMeskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini
sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek
kajian dalam penelitian ini sangangat berbeda.
3. Selanjutnya pada tahun 2012 ada karya ilmiah thesis UIN Sunan Gunung
Djati Bandung karya Cecep Ahmad Roja dengan judul:
فعل المــر والنهــي فــي كتــاَب تعليــم المتعلــم لــي
.الشيخ برهاَن الدين الزرنوجي دراسة نحوية
Sekali lagi penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu
menggunakan amr sebagai fokus kajiannya, tidak hanya amr namun juga
dengan kajian nahyi. Objek penelitian yang dipilih adalah kitab Ta’lim
Al-mutala’allim karya Syaikh Burhanuddin Al-Jurjani bukan kitab
Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
9
4. Selanjtnya Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Lukman
Hakim pada tahun 2011 dengan judul :
النشاَء الطلبى فــي ســورة العــراف )دراســة عــن
(علم المعاَنى
Judul penelitian ini telah jelas menjelaskan bahwa fokus kajian dalam
penelitian yang dilakukan oleh Lukman ini adalah Insya Thalabi. Dalam
insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu amr, nahyi, istifham, tamanni
dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan namun kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan Al-Quran sebagai objek
kajiannya yaitu surah Al-A’raf. Meskipun salah satu kajiannya dalam
penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr,
namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.
5. Skripsi Hamdan Faturohman, mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN
Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2008. dengan judul “Al-amr
wa Nahyu Fill Quranil Kariim Dirasah Maaniyah A’surat Al-imran”.
Sekali lagi penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu
menggunakan amr sebagai fokus kajiannya, tidak hanya amr namun juga
dengan kajian nahyi. Objek penelitian yang dipipilih adalah al-Quran
yaitu surah Ali Imran.
6. Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Nur Hasanah pada
tahun 2007 yang berjudul :
النشاَء الطلبى فــي القــرآن الكريــم )دراســة علــم
(م
المعاَنى عن جزء ع م
Hampir sama denengan yang dilakukan oleh Asep Abdurrohman pada
tahun yang sama, dengan menggunakan insya thalabi sebagai fokus
kajiannya. Namun objek kajian dalam penelitian Nur Hasanah ini adalah
Juz 30. Maka jelas juga dalam penelitian ini tidak menjadikan kitab
10
Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo sebagai objek kajiannya.
7. Asep Abdurrohman pada tahun 2007, skripsi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung dengan judul :
"النشاَء الطلــبى فــي ســورة النســاَء )دراســة عــن
"(علم المعاَنى
Judul penelitian tersebut menjelaskan bahwa fokus kajian dalam
penelitian yang dilakukan oleh Asep ini adalah Insya Thalabi. Dalam
insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu amr, nahyi, istifham, tamanni
dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan Al-Quran sebagai objek
kajiannya yaitu surah An-Nisa. Meskipun salah satu kajiannya dalam
penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr,
namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.
8. Ummu Shofiah pada tahun 2001, seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra
Arab, UIN sunan Kalijaga, Yogyakarta, skripsi dengan judul “bentuk
Amr dalam surah al-A’rof”. Telah jelas tertera dalam judul penelitian
tersebut bahwa fokus kajiannya terdapat pada bentuk Amrnya. Dan
Ummu memilih Al-Quran sebagai objek kajiannya yaitu surah Al-A’rof.
Meskipun pendekatan penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan
dilakukan, namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.
Adapun persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti
Amr dengan kajian ilmu Ma’āni, sedangkan perbedaannya yaitu peneliti
terdahulu menggunakan al-Qur’an sebagai objek penelitiannya, dalam
penelitian ini menggunakan kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo. Meskipun penelitian tentang insya thalabi telah banyak
11
dilakukan, namun Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo belum
pernah dijkaji melalui pendekatan ilmu ma’ani khususnya dalam kajian
Amr pada insya ṭalabī.
F. Kerangka Pemikiran
Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat
sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi
mencakup satuan yang kecil seperti sajak, pantun dan balada (Sutarno, 2008: 64).
Sebagai makhluk yang penuh imaji, manusia mampu mengapresiasikan berbagai
imaji dengan cara yang paling mesra, karenanya karya puisi lahir dengan
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, realitas kehidupan yang
bisa memberikan kepuasan estetis dan intelektual melalui medium bahasa
(Anshoriyah, 2004: 203).
Nadzom dapat disebut juga dengan Syair. Menurut Ahmad Asy-Syayib,
syi’ir atau puisi Arab atau yang dapat disebut juga dengan diwān adalah ucapan
atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya
lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur
ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. Definisi ini
lebih baik ketimbang para ahli sastra arab lainnya, termasuk di dalamnya para
penulis kamus dan buku-buku sastra Arab modern. Adapun menurut Muhammad
al-Kuttani dengan mengutip pendapat al-‘Aqqad yaitu ekspresi bahasa yang indah
yang lahir dari gejolak jiwa yang benar (Sukron Kamil, 2009: 10-11).
Syair dalam bahasa Arab ialah “syi’ir” yang menurut bahasa berasal dari
kata “Sya’ara” artinya mengetahui atau merasakan. Menurut istilah syair ialah
perkataan yang sengaja disusun menggunakan irama atau wazan Arab. Syair Arab
adalah seni puisi yang dikembangkan bangsa Arab sepanjanh sejarah mereka,
sejak zaman pra-islam hingga dewasa ini. Syair Arab tidak timbul sekaligus dalam
bentuk yang sempurna, tetapi sedikit demi sedikit berkembang menuju
kesempurnaa, yaitu mulai dari bentuk ungkapan kata yang bebas (mursal) menuju
sajak, dan dari sajak menuju syair yang berbahar rajaz. Mulai dari sinilah Syair
12
Arab dianggap sempurna dan berkembang membentuk qasidah yang terikat
dengan wazan dan qafiyah (Nawawi dan Wardhani, 2010: 18).
Balaghoh mendatangkan makna yang agung dan jelas, menggunakan
ungkapan yang fasih dan berkesan di lubuk hati sesuai dengan situasi dan kondisi
yang diajak bicara. Secara ilmiah balaghoh merupakan suatu disiplin ilmu yang
berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan
kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub(ungkapan).
Kebiasaan mengkaji balaghoh merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat
kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam. Dan untuk
mencapai tingkatan itu diharapkan seseorang mampu memperbanyak bahan-bahan
bacaan untuk menghasilkan sebuah analisis yang akurat dan akuntabel. Adapun
unsur-unsur balāghoh adalah kalimat, makna, dan susunan kalimat yang
memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa, dan keindahan (Ali al-jarim dan
Amin, 1994: 6).
Teori balāghoh merupakan teori tradisional dalam pengkajian sastra Arab di
Indonesia. Meskipun tidak sama persis balāgah hampir sebanding dengan
stilistika,yaitu
ilmu
yang
mengkaji
cara
sastrawan
memanipulasi
atau
memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang
ditimbulkan oleh penggunanya (Kamil, 2009: 140).
Ilmu balāgah adalah salah satu ilmu kesusastraan Arab yang memiliki peran
penting dalam salah satu upaya kemahiran berbahasa Arab. Balāghoh memiliki
fungsi mempercanti suatu frasa atau kalimat sehingga dapat terdengar indah saat
di ucapkan. Istilah ilmu balāghoh terdiri atas dua kata, yaitu: ilmu dan balāghoh.
Secara etimologi ilmu berasal dari kata العلمyang merupakan bentuk mashdar
dari علم – يعلمdengan bentuk jamak العلوم, sedangkan secara terminologi ilmu
adalah :
إدراك الشيء بحقيقة اليقين و المعروف
“Mengetahui sesuatu dengan keyakinan dan pengetahuan yang sebenarbenarnya”. (Ma’luf, 2000: 527)
13
Secara etimologi balāgah berasal dari kata يبلغ- بلغyang berarti sampai atau
ujung. Sedangkan secara terminologi balāgah didefinisikan oleh para ahli di
bidang balāgah dengan definisi yang beragam, diantaranya adalah:
Menurut Abdullah Syahhatah: Definisi yang tepat dalam term balāgah
adalah keberhasilan pembicara dalam menyampaikan pembicaraannya pada
pendengar dengan tepat mengena pada sasaran yang ditandai dengan
kepuasan akal dan perasaannya (Syahhatah, 2001: 81).
Menurut Fadhil Hasan ‘Abbas: Balāgah adalah yang memungkinkan
pembicara untuk memikat lawan bicara ketika menembus pernyataan dan
gaya bahasa pikirannya dan hati mereka (Abbas, 1997 : 13).
Salah satu pembahasan dalam ilmu ma’āni adalah insya’, yang dimana
insya’ terbagi menjadi dua bagian yaitu insya’ thalabi dan insya’ ghiairu thalabi.
Insya’ thalabi merupakan kalimat-kalimat yang digunakan untuk menghendaki
keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan.
sedangkan insya’ ghairu thalabi adalah yang tidak digunakan unuk menghendaki
terjadinya sesuatu. Dalam insya’ thalabi ada yang berupa amr (kata perintah),
nahyi (kata larangan), istifham (kata tanya), tamanni (kata untuk mengharapkan
sesuatu yang sulit terwujud) dan nida’ (kata yang didahului dengan seruan).
Penelitian ini membahas tentang salah satu dari insya’ thalabi yaitu Amr.
وهو طلب الفعل على وجه الستعلء: المر
“Amr adalah tuntutan untuk melakukan sesuatu atau pekerjaan oleh pihak
yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah” (Nashif, dkk, , 2006:
107).
Abu Hasbullah mendefinisikan amr sebagai berikut:
المر هو لفظ يطلب به العلى ممن هــو أدنــى منــه
فعل
“Amr ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi
kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya”.
المر عند علماَء البلغةهو طلـب الفعــل علــى وجـه
الستعلء واللزام
“Amr menurut ‘ulama balāghoh adalah tuntutan untuk melakukan sesuatu
kepada yang lebih rendah disertai paksaan” (Akkawi, 2006: 216).
14
Menurut Ahmad Hasyimi (1960:78) Terdapat empat bentuk amr sebagai
berikut:
.۱فعممل المأممر -كقــوله تعــاَلى " :يــاَ يحيــى خــذ
الكتاَب بقوة"
.۲المضمممارإع المجمممزوم بلم المأمممر -كقـــوله
سبحاَنه وتعاَلى"لينفق ذو سعة من سعته"
.۳اسم فعل المأممر -نحــو" :عليكــم أنفســكم ل
يضركم من ضل إذا اهتديتم"
.٤المصممدرإ النممائب عممن فعممل المأممر -كقــوله
تعاَلى" :وباَلوالدين
Hafidz (2009:22-26) menambahkan tentang makna amr yang terbagi
menjadi 18 makna sebagai mana mengutip dari Hamid (1996: 66-72) dalam
Kemudian Hasyimi (1960:77-79) sebagaimana berikut:
معــاَنى المــر وقــد تخــرج صــيغ المــر عــن معناَهــاَ
الصلى وهو "اليجاَب واللزام" إلــى معــاَن أخــرىَ.
وتكــون صــيغة المــر ليــس بمعنــى الوامــر حســب
سياَق الكلم وقرائن الحوال :
الدعاء ،هو الطلب على سبيل التضرع ويكون فــى
صيغة المر إذا صدرت من أدنى إلـى أعلــى منزلـة,
مثل قوله تعاَلى :ومنهم من يقول ربناَ آتناَ فى الدنياَ
حسنة وفى الخرة حسنة وقناَ عذاب الناَر )البقــرة:
.(۲۰۱
“permintaan untuk permohonan dan dalam bentuk perintah jika
”dikeluarkan dari yang terendah ke status yang lebih tinggi
15
اللتماس ،إذا صدرت من رفيق لرفيق أو مــن نــد
لنــده لــم يــرد بهــاَ اليجــاَب واللــزام لمــن يســاَويك
كقولك -أعطنى القلم أيهاَ الخأ.
“jika dikeluarkan dari teman ke temannya, dia tidak menanggapi
secara positif dan mewajibkan Anda kepada seseorang yang setara
”dengan Anda.
الرإشاد ،إذا كاَن المتكم يقصد إلى إلزامــه بشــيء
– كقوله تعاَلى" :إذا تداينتم بدين إلى أجــل مســمى
فاَكتبوه وليكتب بينكم كاَتب باَلعدل" )البقرة.(۲۸۲:
”“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu
التهديد ،يكون فى مقاَم عدم الرضى باَلمأمور به
كقوله تعاَلى" :اعلمــوا ماَشــئتم ,إنــه بمــاَ تعملــونبصير" )فصلت.(٤۲ :
“menjadikan dalam posisi ketidakpuasan dengan orang yang
”disuruh
التعجيز ،المر فى مقاَم إظهــاَر عجــز مــن يــدعو
قدرته علــى فعــل أمرمــاَ .وليــس فــى وســعه ذلــك
كقوله "فأتوا بسورة من مثله" )البقرة.(۲۳ :
Dalam konteks menunjukkan ketidakmampuan orang-orang yang
membutuhkan kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu namun
dia tidak bisa melakukan itu
الباحة ،تكــون فــى مقــاَم تــوهم المخــاَطب عــدم
جواز فعل الشىء .فيدفع التوهم بأنه مباَح ولجــرح
فيه -كقوله تعاَلى" :وكلوا واشربوا حتى يتبين لكــم
الخيــط البيــض مــن الخيــط الســود مــن الفجــر"
)البقرة .(۱۸٦ :نحو :اجلس كماَ تشاَء.
16
Menjadikan orang yang tidak diperbolehkan melakukan sesuatu,
kemudian dalam situasi lain larangan tersebut mengarah pada fakta
bahwa dia diperbolehkan melakukan hal yang awalnya dilarang.
التسوية ،تكون فى مقــاَم تــوهم المخــاَطب فيــه
رجحــاَن أحــد المريــن علــى الخــر كقــوله تعــاَلى –
كقوله تعاَلى "اصبرو أو لتصبروا".
Menjadikan orang yang disuruh atau kondisi lawan bicara lebih berat
salah satu dari kedua perintan yang diberikan
الكارام ،هو طلب يحمــل علــى الكــرام "ادخلوهــاَ
بسلم آمنين" )الحجر.(٤٦ :
Memberikan perintah untuk meminta sebuah kemuliaan.
المأتنان ،وهو يراد به أن يعطى المر شــيئاَ إلــى
المأمور .كقــوله تعـاَلى "فكلــوا ممــاَ رزقكــم اللـه"
)النخل.(۱٤٤:
dimaksudkan untuk memberikan sesuatu kepada yang disuruh
الهإانة ،كون فى مقاَم عــدم العتــداد باَلمخــاَطب
وقلة المبــاَلة بــه .كقــوله تعــاَلى "كونــوا حجــاَرة أو
حديدا" )السراء.(۵۰:
Berada dalam posisi tidak diterimanya orang yang tertib dan kurang
peduli
الدوام ،أمر يراد به أن يوصل المأمور ماَ أمر بــه
المــر مــن قبــل .كقــوله تعــاَلى "اهــدناَ الصــراط
المستقيم" )الفاَتحة.(٦:
Perintah yang dimakusdkan untuk disampaikan kepada yang
disuruhnya sebelum ia meminta sesuatu
التمنممى ،هــو طلــب المــر المرغــوب فيــه الــذىَ
ليرجى وقــوعه إمــاَ لكــونه مســتحيل كقــول امــرئ
17
القيس "أل أيهاَ الليــل الطويــل أل انجلــي بصــبح
."وماَ الصباَح منك بأمثل
Perintah dimaksudkan kepada yang diperintah untuk berbuat sesuatu
yang mustahil untuk dilakukan
يراد به يأخذ المــأمور عــبرة وتعليمــاَ مــن،العتبارإ
" "انظـروا الـى ثمـرة إذا أثمـر:المر كقوله تعـاَلى
.(۹۹:)النعاَم
Hal ini dimaksudkan untuk orang yang disuruh dapat mengambil
pengalaman dan pelajaran dari apa yang diperintahkan kepadanya
. أمر يراد به أن يوجب دعوة داع،الذإن
." "ادخل:كقولك لمن طرق الباَب
.1
Yang dimaksudkan untuk mewajikan menjawab panggilan. Seperti
kata-kata seseorang kepada orang yang mengetuk pintu
أمر يراد به ليدل الناَس كيف خلق اللــه،التكوين
: كقوله تعاَلى "كن فيكون" )البقرة.الخلق كماَ شاَء
.(۱۱۷
Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada orang-orang
bagaimana Tuhan menciptakan ciptaan seperti yang Dia inginkan
أن يطلب من المخــاَطب أن يختــاَر بيــن،التخيير
تــزوج: نحــو.َأمرين مع المتناَع عــن الجمــع بينهمــا
.َهندا أو أختها
Dimaksudkan kepada orang yang disuruh untuk memilih antara dua
hal dan menahan diri untuk tidak menggabungkannya
َ أمر يراد به أن يؤدب المر المأمور تأديبا،التأديب
." كل مم يليك:حسناَ نحو كقوله
18
dimaksudkan untuk mendisiplinkan orang yang diberi perintah untuk
bersikap baik
أمر يرد به ليرىَ الدهشــة إلــى المــأمور،التعجب
كقــــوله تعــــاَلى "انظــــر كيــــف ضــــربوا لــــك
.(٤۸ :المثاَل")السراء
Orang yang diberikan perintah dimaksudkan untuk melihat
kedasyatan sesuatu yang diperintahkan kepadanya.
Berikut ini skema penelitian yang akan dilakukan:
Teori Amr dalam Insya
thalbi
(kajian balaghoh
ma’ani)
Gambar 1. Skema penelitian
G. Langkah-Langkah Penelitian
Agar penelitian ini dapat selesai dengan baik, maka perlu ditentukan
langkah-langkah penelitian guna menyelesaikan penelitian ini dengan baik,
berikut langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini:
19
1. Metode Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
kualitatif
dengan
menggunakan metode studi pustaka/ liblary research. Metode ini dilakukan
dengan menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis
data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap objek penelitian yang
diambil yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj
Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
bilāgiyah, atau dengan menggunakan pendekatan ilmu balāgah Ma’ānī.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengupas sebuah teks melalui pendekatan makna
didalam teks. Salasatu kajian dalam balāghoh Ma’ānī ini terdapat kajian tentang
insya thalabī, dan dalam kajian tersebut terdapat pembahasan tentang Amr.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bentuk Amr yang terdapat
dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Aldirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo. Sedangkan sumber data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informasi-informasi yang
memuat tentang Profile syaikh Syarafuddīn Yahya bin Badruddīn Mūsā bin
Ramaḍān bin Umairah.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah
Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo. Sedangkan sumber sekundernya adalah artikel, journal, bukubuku dan lain sebagainya.
20
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yaitu proses pengumpulan data yang
diperoleh dari daokumen-dokumen berupa buku, catatan, arsip, surat, majalah,
surat kabar, jurnal, laporan penelitian yang didapatkan secara langsung atau pun
dari media elektronik seperti jaringan internet, televisi dan lain sebagainya untuk
mendukung validitas data yang dianalisis dalam penelitian ini. Dalam konteks
penelitian ini, data yang akan dicari dengan menggunakan teknik ini adalah
Bentuk amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
5. Analisis Data
Untuk menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi
suatu data yang teratur, tersusun dan terarah sesuai dengan rumusan masalah maka
perlu adanya analisis data. Proses analisis merupakan usaha menentukan jawaban
atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah :
a. Memilih objek penelitian yang jelas, yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah
Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo.
b. Menentukan bentuk Amr yang terdapat dalam teks kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
c. Membuat tabulasi data dengan menentukan bentuk Amr yang telah
ditemukan dengan mencantumkan teks kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo yang terdapat Amr secara lengkap.
21
d. Membuat analisis data dengan mendeskripsikan data yang diperoleh
dengan tafsir logika yang disesuaikan dengan teori kesusastraan Arab
dalam konteks kajian iqtibās dalam ilmu balāghoh ma’ānī.
e. Membuat kesimpulan dari hasil pembahasan yang disesuaikan dengan
rumusan penelitian yaitu tentang bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo kemudian interpretasi makna yang
terkandung dari bentuk Amr yang ditemukan.
6. Sistematika Penulisan
Sistematiak penulisan yang digunakan dalam
penelitian mengguanakan
sistematika penulisan pada umumnya yang berlaku di lingkungan civitas
akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung khususnya pada Fakultas Adab dan
Humaniora dengan menggunakan lima bab pembahasan yang berisi pembahasan
yang berbeda, berikut ini pembahasan dari setiap bab yang akan dibahas :
a. Bab kesatu: merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang
masalah;
Identifikasi
dan
perumusan
masalah;
tujuan
dan
kegunaan/manfaat Penulisan; tinjauan pustaka; kerangka berfikir;
metode dan langkah penelitian; dan sistematika pembahasan.
b. Bab kedua: Landasan Teori yaitu pembahasan tentang landasan teoritis
yang meliputi diwān, ilmu Balāgah, Ilmu Ma’ānī, sejarah ilmu Ma’ānī,
Kalam Insya’ Tholaby, Jenis-jenis kalam Insya’Tholaby, dan Amr.
c. Bab ketiga: berisi profil tim penulis dan Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo dan analisis data yang mencakup amr dan maknanya
dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
d. Bab empat: berisi penutup dari rangkaian kegiatan penelitian yang
mencakup simpulan dan saran atau rekomendasi.
22
23
BAB II
SYAIR DAN AMR DALAM BALAGAH MA’ANI
A. Sastra dalam Kehidupan Manusia
Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam
peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah
peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima
sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai
sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah
dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi
intelektual di samping konsumsi emosi (M. Atar Semi, 1990: 1).
Sastra bukan sesuatu yang jatuh dari langit, ia memang ada bersama
pengalaman hidup manusia. Bagaimana mungkin sastra tidak mengacu kepada
realitasnya? Memang, tidak tiap ungkapan penyair merupakan realitas hidupnya
yang dihadirkan kembali di dalam karyanya. Tetapi, membaca karya sastra tiada
lain membaca sebuah dunia, membaca realitas alam maupun budaya. Justru sebab
membaca realitas, kita juga membaca “dunia yang hidup”. Karenanya, kita digoda
mengetahui lebih lanjut apa di balik yang tampak dicitrakan di dalam karya sastra
itu. Ibarat di dalam sebuah rumah, kita ingin tahu sesuatu di luar, maka kita perlu
jendela dan pintu. Dalam sastra “jendela dan pintu” itu kita dapatkan dari
ungkapan-ungkapan sastrawan di luar karya sastranya, seperti melalui wawancara,
dan esai-esainya sekalipun hal itu tidak seluruhnya dapat dijadikan “alat bantu”
untuk memaknai karya sastra yang ia tulis (Abdul Wachid, 2005: 21).
Setiap kesusastraan yang baik memberi pencerahan kepada manusia,
terutama pembacanya. Sekalipun hal itu pencerahan
DARUSALAM GONTOR PONOROGO
(Kajian Ilmu Balāgoh Ma’ānī)
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora di
Fakultas Adab dan Humaniora
Oleh :
Ratnasari
NIM. 1135020116
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018 M/ 1438 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanyalah milik Allah SWT karena hanya dengan limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW panutan
semua umat yang telah membawa umat manusia dari gulita kebodohan dan
kekufuran kepada pelita cahaya bertabur ilmu dan iman.
Atas rahmat-Nya pula Skripsi ini dapat disusun dan siselesaikan, meski
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi
ini diajukan untuk memenuhi salah satu sayarat mendapatkan gelar
Sarjana Humaniora di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sepenuhnya penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu penulis meminta maaf atas kesalahan dan kekurangan
yang terjadi pada skripsi ini, baik secara teknis penulisan atau pun kata. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Januari 2018
1
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian...................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................7
F. Kerangka Pemikiran........................................................................10
G. Langkah-Langkah Penelitian.............................................................17
BAB II SYAIR DAN AMR DALAM BALAGAH MA’ANI................................20
2
A. Sastra dalam Kehidupan Manusia......................................................20
B. Ontologi dan Epistimologi Syair........................................................23
C. Amr dalam Ilmu Balāgah Ma’āni.......................................................31
D. Prespektif Sastra tentang Syair..........................................................41
BAB III BENTUK DAN MAKNA AMR DALAM KITAB MAHFŪZĀT..........47
A. Profile Pondok Modern Darusalam Gontor..........................................47
B. Tentang kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.............48
C. Bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya
Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo......50
D. Makna Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya
Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo......62
E. Pesan dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.............77
BAB IV PENUTUP...............................................................................................84
A. Kesimpulan.................................................................................... 84
B. Rekomendasi..................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................87
3
ABSTRAK
Ratnasari. Amr dalam Kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya
Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo (Kajian Ilmu
Balāgoh Ma’ānī).
Syair merupakan karya sastra, sungguh banyak tokoh besar dalam islam
yang terkenal dengan syair-syairnya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang
khusus memiliki diwan atau kumpulan syair-syair mereka. Berbeda dengan kitab
Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo berbagai tokoh-tokoh besar dalam islam
seperti Imam Syafi’i dan lain sebagainya. Penelitian dini dilatarbelakangi karena
amr dalam sebuah syair dalam buku yang secara khusus disusun untuk
mengajarkan filosofi hidup seharusnya mayoritas memiliki makna irsyad atau
ta’bir namun yang ditemukan adalah mayoritas makna iltimas. Maka dari itu
penelitian ini penting untuk dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk amr, makna amr
dan juga pesan yang terkandung dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah AlRābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo ikatan ilmu ma’ānī’. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah liblary research.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: 1) bentuk amr dalam
kitabMahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini terdapat 30 amr yang mana
bentuk amer tersebut terdiri dari 28 berbentuk fi’il amr dan 2 lainnya berbentuk
isim fi’il amr. Bentuk mudhari’ majzum dan mashdar tidak ditemukan; 2) Makna
amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah ini mengandung 20
makna iltimās, 1 makna ikrām, 7 makna irsyad dan 2 makna dawwām. Mayoritas
makna iltimās digunakan karena penyair memposisikan diri sebagai orang yang
setara dengan calon pembacanya; dan 3) mayoritas pesan yang terkendung dalam
kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini adalah motivasi menjalani hidup
yang baik dan meraih keberhasilan.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul :
Amr dalam Kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘Ah Karya Tim Manhaj
Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo
(Kajian Ilmu Balāgoh Ma’ānī).
Oleh :
Ratnasari
NIM. 1135020116
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Edi Komarudin, M. Ag.
NIP. 19661214 199301 1 001
Rohanda WA., M. Ag.
NIP. 19710405 200701 1 042
Mengetahui,
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Rohanda WS, M. Ag.
NIP. 1971045 200701 1 042
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap syair yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah AlRābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo ini terkandung nilai-nilai dan filosofi kehidupan yang sangat baik untuk
dipahami dan ditanamkan dalam diri. Dan hampir dalam setiap syair terdapat Amr
yang secara jelas menunjukan bahwa pembaca syair harus berbuat apa dalam
hidup,
dengan demikian menunjukan bahwa Amr dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo ini adalah kunci pengambilan makna dan nilai-nilai
filosofi untuk ditanamkan dalam hidup. Maka kajian Amr dan maknanya dalam
kitab ini sangat perlu untuk dilakukan.
Setiap sastra tentu memiliki makna, dan makna tersebut akan didapat dari
sebuah rangkaian kata. Begitu pun dengan bahasa arab yang setiap katanya
memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Salah satunya adalah kajian Amr dalam
insya ṭalabī. Kajian ini memiliki empat derivasi bentuk dan 18 makna yang
berbeda sesuai dengan konteksnya. Apabila ditijau secara teoritik, sastra dapat
dikategorikan menjadi dua genre yaitu imajinatif dan non imajinatif. Sastra
imajinatif atau biasa kita kenal dengan karya sastra fiksi terbagi menjadi tiga yaitu
prosa diantaranya adalah cerpen, novel dan roman kemudian yang ke dua adalah
puisi dan yang ke tiga yaitu drama. Sedangkan sastra non imajinatif atau non fiksi
merupakan karya sastra yang ditulis tanpa menggunakan daya khayal pengarang,
sehingga cerita dalam karya sastra non imajinatif merupakan cerita yang ditulis
berdasarkan cerita yang nyata.
Pondok ini tidak lupa dengan para ulama muslim yang pernah
mengharumkan kejayaan islam. Kata mahfuzot berasal dari kata hafaza yang
artinya menjaga. Dalam kajian Amr insya thalabi mengatakan bahwa setiap
1
bentuk amr terdapat makna. Amr terdapat empat bentuk yaitu: fiil amr, isim fi’il
amr, mudhari’ majzum, dan ,mashdar. Seperti contoh berikut:
المعنى
صيغة
المأر
اللتماس
فعل
المأر
الكارام
إسم
فعل
المأر
الدوام
فعل
المأر
اللتماس
فعل
المأر
الرإشاد
فعل
المأر
بيت الشعر
ن
جد ر ف
عو س ض
س
ضاَ ع س م
ساَففرر ت س ف
م ر
ه#
ته س
فاَرفقه ه
ب فسإ م س
ي
و س ان ر س
شف ف
ن لذ في رذ س العسي ر ف
ص ر ف
ب
ص ف
الن س س
ع سل سي ر س
ماَ
ن ك فل سي رهف س
ك ب فب فرر ال س
وال فد سريــ ف
#
س
وسب فرر ذ سوفير ال ه
قررسبــى وسب فرر السباَ ف
عد ف
ج
ست سعر ف
م وسل ست سرر ه
وسفباَللهف سفاَ ر
صــ ر
غ سي رسرهه #
وسل س ت س ه
جاَ ف
حد ف
ه بف س
مــاَفء ع سن ر ه
ك فباَلن سعر س
مك رهرورهف ط سررفس س
ك
ن ال س
وس غ ه م
ض عس ف
ب#
جت سن ف ر
سوا ر
س
س ر
ل
م ف
ك بف س
أسذىَ ال س
جاَرف سوا ر
ست س ر
حب ر ف
مد ف
حاَ ف
م س
ال س
عـاَ س
فاَ #
ك إ فل م ت سك سل ل ض
مررهء ل سي سرر س
إ فسذا ال س
س
فــاَ
س س
ه وسل ست هك رث فرر ع سل سي رهف ت سأ ل
فسد سع ر ه
Tabel 01. contoh bentuk dan makna Amr dalam kitab mahfudzat
Makna iltimas merupakan makana yang terkandung dalam Amr yang mana
makna ini memberikan konteks pemberi perintah kepada yang diberi perintah
menjadi sejajar kedudukannya. Tanpa ada rasa segan atau pun takut tanpa ada
kesan dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Makna iltimas sebagai mana
berikut:
اللتماس ،إذا صدرت من رفيق لرفيق أو مــن نــد
لنده لم يرد بهاَ اليجاَب واللزام لمن يساَويك.
“jika dikeluarkan dari teman ke temannya, dia tidak menanggapi secara
”positif dan mewajibkan Anda kepada seseorang yang setara dengan Anda.
2
“Ambilkan pulpen itu untukku!” kata ambilkan memberikan kesan setara
dengan yang disuruh, “Sabarlah dalam menghadapi musibah!” kata ‘sabarlah’
pula memberikan kesan penyamarataan meski pun konteks pembicaraanya
mengarah kepada irsyad atau memberikan bimbingan. Berbeda dengan makna
isryad, makna ini mengharuskan yang diberi perintah untuk terikat dengan sesuatu
atau terdapat sebab akibat dari pemberian perintah itu. “apabila kamu ingin
menyelesaikan skripsi dengan baik datanglah kepada dosen pembimbingmu
dengan serius”. Kata ‘datanglah’ disini memiliki makna irsyad (bimbingan).
Contoh lain adalah “apabila kamu hendak berhutang kepada siapapun maka
tulislah seseorang diantara kamu teman yang adil” kata perintah ‘tulislah’ dalam
konteks ini memiliki makna irsyad yaitu membimbing yang diberikan perintah
untuk melakukan sesuatu jika hendak melakukan sesuatu. Hal ini sejalan sebagai
mana definisi dari makna irsyad berikut:
إذا كاَن المتكم يقصد إلى إلزامــه بشــيء،الرإشاد
"إذا تداينتم بدين إلى أجــل مســمى:– كقوله تعاَلى
.(۲۸۲:فاَكتبوه وليكتب بينكم كاَتب باَلعدل" )البقرة
“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu”
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap sastra tentu memiliki
makna, dan makna tersebut akan didapat dari sebuah rangkaian kata. Setiap kata
dalam bahasa arab memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Begitupun dengan
bentuk Amr dalam insya ṭalabī. Inti dari makna yang terdapat dalam syair dapat
diambil dan diamalkan secara to the point tertulis dalam bentuk amr. Dengan
bantuk Amr seakan-akan penulis syair menyuruh langsung untuk berbuat sesuatu
dalam hakikat kehidupan yang ditulis dalam bentuk Amr (sama rata), salah
satunya seperti contoh berikut:
َضا
جد ر ف
عوس ض
تس ف
ه
ته س
فاَرفقه ه
ساَففرر
س#
ن
عس م
م ر
3
ن ل سذ في رذ س
ب فسإ ف م
ص ر
وسان ر س
ب
ص ف
ي الن س س
شف ف
العسي ر ف
Pergilah! Niscaya engkau akan
mendapatkan ganti dari apa
yang engkau tinggalkan
Dan
bekerja/
berusahalah!
Sesungguhnya nikmatnya hidup itu
terdapat pada bekerja (hasil usaha
sendiri)
س
ف
ت وهقهور س
ي سرأي ر ه
إ فن ر ر#
ماَفء ي ه ر
ف ف
سد هه ه
ال س
Aku melihat genangan air yang
diam merusak dirinya sendiri
ل س
ساَ س
ن
ب وسإ ف ر
طاَ س
اف ر
ن س
ب
م يس ر
جرف ل س ر
لس ر
م ي سط ف ف
Apabila air itu mengalir maka
baiklah air itu, dan apabila air itu
tidak mengalir maka air itu adalah
air yang tidak baik
“Pergilah! Niscaya engkau akan mendapatkan ganti dari apa yang engkau
tinggalkan” kata ‘pergilah’ merupakan kata perintah yang memiliki makna
kesetaraan, tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa kalimat ini dikeluarkan
dari seorang atasan kepada bawahan atau pun sebaliknya. Maka dapat
disimpulkan bahwa penyair tidak meninggikan derajatnya sebagai orang yang
berilmu melainkan menyamaratakan derajatnya dengan pembaca sebagai orang
yang menerima kata perintah tersebut. “Dan bekerjalah/ berusahalah!
Sesungguhnya nikmatnya hidup itu terdapat pada bekerja (hasil usaha sendiri)”
sebagai mana contoh pertama, kalimat yang mengandung bentuk amr ini memiliki
makna iltimas atau penyerataan. Kemudian makna amr yang terkandung dalam
contoh berikut:
س
فعس ه
َما
م تس ر
ب نس ر
ساَ إ فسذا س
وسط ف ر
د سفع المياَ س# م
ف ض
ل س
حك س س
تس س
شـاَهء
ضاَهء
القس س
Tinggalkanlah hari dan berlakulah
sebagaimana yang kau kehendaki
Dan perbaikilah dirimu meskipun
takdir telah menentukan
4
“Tinggalkanlah hari dan berlakulah sebagaimana yang kau kehendaki”
sebagai mana contoh pertama dan kedua, kata ‘tinggalkanlah’ memiliki makna
penyamarataan antara pemberi perintah dan yang diberi perintah. Tinggal kan
disini berarti jangan menghiraukan hari dan berbuatlah sesuai dengan apa yang
diinginkan. “Dan perbaikilah dirimu meskipun takdir telah menentukan” Amr
dalam kalimat ini pun jelas tidak ada keterangan siapa berbicara kepada siapa,
maka dengan ini telah terbukti jelas bahwa penyair merendahkan kedudukannya
sebagai orang yang berilmu agar sejajar dan setara dengan pembaca agar maksud
dari apa yang dipesankan dalam syair dapat diterima dengan mudah.
Pada bait pertama jelas terdapat kata سافرyaitu Amr dengan bentuk فعل المر
kemudian kata انصبdalam bentuk yang sama. Pembaca akan dapat dengan mudah
mengambil kesimpulan atau inti makna yang terkandung dalam syair tersebut
dengan memahami makna Amr tersebut. Berbeda dengan bait kedua, pada bait ini
tidak terdapat Amr yang mana apabila tidak terdapat bait pertama dengan bentuk
Amr pembaca akan kesulitan mengambil makna apa yang terkandung dalam bait
tersebut. Maka dalam syair Imam Syafi’i ini mengandung makna “hijrah” atau
bergerak dari tempat tinggal. Maka kalimat dalam bait kedua “Aku melihat
genangan air yang diam merusak dirinya sendiri” air itu adalah manusia yang
tidak mau beranjak dari tempat tinggalnya sendiri. Dan “Apabila air itu mengalir
maka baiklah air itu, dan apabila air itu tidak mengalir maka air itu adalah air
yang tidak baik” apabila manusia berani peranjak dari tempat tinggalnya untuk
menggapai maksud dan tujuan tertentu maka dia telah melakukan kebaikan untuk
dirinya sendiri.
Kajian Amr ini memiliki empat derivasi bentuk dan 18 makna yang berbeda
sesuai dengan konteksnya. Sebagai mana yang telah diketahui dari semua derivasi
bentuk Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo
tersebut yang berjumlah 30 Amr dalam bentuk yang berbeda-beda, makna Amr
yang terkandung dalam kitab kumpulan syair ini adalah 20 makna iltimas
(kesetaraan), 2 makna dawam (terus menerus), 1 makna ikrom (penghormatan),
5
dan 7 makna irsyad (bimbingan). Kitab Mahfūẓāt yang seharusnya memiliki
makna irsyad, ikrom dan i’tibar lebih banyak, kenapa dalam kumpulan syair ini
dapat dikatakan 80% Amr-nya memiliki makna iltimas?,
maka untuk dapat
mengetahui makna Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo
tersebut, penelitian ini sangat perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Secara umum dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan untuk
mengungkapkan makna-makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo, maka dari masalah pokok tersebut secara spesifik
dapat disajikan dengan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bentuk Amr apa saja yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo?
2. Apa makna Amr yang terkandung dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo?
3. Pesan apa yang terdapat dalam Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk:
6
1. Mengetahui bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo.
2. Mendeskripsikan makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
3. Mengambil pesan universal yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan kesusastraan Arab khususnya pada kajian Amr dalam ilmu
Balagoh ma’ānī. Sedangkan secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:
1. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, hasil penelitian ini diharapkan menjadi
sumbangan pemikiran tentang perkembangan ilmu kesusastraan arab
khususnya tenteng informasi amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo melalui kajian Amr dalam ilmu Balāgoh ma’āī.
2. Bagi akademisi kesusastraan Arab, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran dan informasi tentang contoh bentuk dan
makna Amr dalam ilmu Balāgoh ma’ānī’ dengan objek penelitian yang
diambil yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
7
3. Untuk Pendidik atau pengajar kitab ini, diharapkan dapat menambah
wawasan, rujukan, bahkan menjadi pedoman bagi para pengajar kitab
Mahfūẓāt tengang urgensi mengambilan makna dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo, khususnya bertolak dari bentuk
bentuk Amr yang ada dalam kajian penelitian ini.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang menggunakan kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo sebagai objek penelitiannya belum ditemukan. Sesuai dengan rumusan
masalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Amr yang
terkandung dalam bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo. Kebanyakan penelitian terdahulu yang menggunakan pendekatan Amr
menggunakan al-Qur’an sebagai objek penelitian. Berdasarkan penelitian
pendahulu yang telah dilakukan, ditemukan beberapa yang membahas tentang
Amr, diantaranya:
1. Terakhir adalah Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Shodiq
Amin pada tahun 2014 dengan judul :
النشــاَء الطلــبى فــي قصــة أحمــر لورهــاَن بــاَموق
()دراسة عن علم المعاَنى
Fokus kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Shodiq ini adalah
Insya Thalabi. Dalam insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu Amr,
nahyi, istifham, tamanni dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan
kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Aldirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan قصة أحمر
لورهان باموقMeskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini sama
8
dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek kajian
dalam penelitian ini sangat berbeda.
2. Masih karya tesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini ditulis
oleh Nuri Nur Latifah pada tahun 2013 dengan judul :
النشاَء الطلبى فى أسطورة كليلة ودمنة لبن
المقفع
Pada tahun 2013 ini ditemukan hanya satu penelitian tentang amr. fokus
kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuri ini adalah Insya
Thalabi. Dalam insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu Amr, Nahyi,
Istifham, Tamanni dan Nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan kitab
kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Aldirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan أسطورة
كليلة ودمنة لبن المقفعMeskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini
sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek
kajian dalam penelitian ini sangangat berbeda.
3. Selanjutnya pada tahun 2012 ada karya ilmiah thesis UIN Sunan Gunung
Djati Bandung karya Cecep Ahmad Roja dengan judul:
فعل المــر والنهــي فــي كتــاَب تعليــم المتعلــم لــي
.الشيخ برهاَن الدين الزرنوجي دراسة نحوية
Sekali lagi penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu
menggunakan amr sebagai fokus kajiannya, tidak hanya amr namun juga
dengan kajian nahyi. Objek penelitian yang dipilih adalah kitab Ta’lim
Al-mutala’allim karya Syaikh Burhanuddin Al-Jurjani bukan kitab
Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
9
4. Selanjtnya Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Lukman
Hakim pada tahun 2011 dengan judul :
النشاَء الطلبى فــي ســورة العــراف )دراســة عــن
(علم المعاَنى
Judul penelitian ini telah jelas menjelaskan bahwa fokus kajian dalam
penelitian yang dilakukan oleh Lukman ini adalah Insya Thalabi. Dalam
insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu amr, nahyi, istifham, tamanni
dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan namun kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan Al-Quran sebagai objek
kajiannya yaitu surah Al-A’raf. Meskipun salah satu kajiannya dalam
penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr,
namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.
5. Skripsi Hamdan Faturohman, mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN
Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2008. dengan judul “Al-amr
wa Nahyu Fill Quranil Kariim Dirasah Maaniyah A’surat Al-imran”.
Sekali lagi penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu
menggunakan amr sebagai fokus kajiannya, tidak hanya amr namun juga
dengan kajian nahyi. Objek penelitian yang dipipilih adalah al-Quran
yaitu surah Ali Imran.
6. Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Nur Hasanah pada
tahun 2007 yang berjudul :
النشاَء الطلبى فــي القــرآن الكريــم )دراســة علــم
(م
المعاَنى عن جزء ع م
Hampir sama denengan yang dilakukan oleh Asep Abdurrohman pada
tahun yang sama, dengan menggunakan insya thalabi sebagai fokus
kajiannya. Namun objek kajian dalam penelitian Nur Hasanah ini adalah
Juz 30. Maka jelas juga dalam penelitian ini tidak menjadikan kitab
10
Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī
Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo sebagai objek kajiannya.
7. Asep Abdurrohman pada tahun 2007, skripsi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung dengan judul :
"النشاَء الطلــبى فــي ســورة النســاَء )دراســة عــن
"(علم المعاَنى
Judul penelitian tersebut menjelaskan bahwa fokus kajian dalam
penelitian yang dilakukan oleh Asep ini adalah Insya Thalabi. Dalam
insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu amr, nahyi, istifham, tamanni
dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan Al-Quran sebagai objek
kajiannya yaitu surah An-Nisa. Meskipun salah satu kajiannya dalam
penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr,
namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.
8. Ummu Shofiah pada tahun 2001, seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra
Arab, UIN sunan Kalijaga, Yogyakarta, skripsi dengan judul “bentuk
Amr dalam surah al-A’rof”. Telah jelas tertera dalam judul penelitian
tersebut bahwa fokus kajiannya terdapat pada bentuk Amrnya. Dan
Ummu memilih Al-Quran sebagai objek kajiannya yaitu surah Al-A’rof.
Meskipun pendekatan penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan
dilakukan, namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.
Adapun persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti
Amr dengan kajian ilmu Ma’āni, sedangkan perbedaannya yaitu peneliti
terdahulu menggunakan al-Qur’an sebagai objek penelitiannya, dalam
penelitian ini menggunakan kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Alrābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor
Ponorogo. Meskipun penelitian tentang insya thalabi telah banyak
11
dilakukan, namun Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo belum
pernah dijkaji melalui pendekatan ilmu ma’ani khususnya dalam kajian
Amr pada insya ṭalabī.
F. Kerangka Pemikiran
Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat
sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi
mencakup satuan yang kecil seperti sajak, pantun dan balada (Sutarno, 2008: 64).
Sebagai makhluk yang penuh imaji, manusia mampu mengapresiasikan berbagai
imaji dengan cara yang paling mesra, karenanya karya puisi lahir dengan
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, realitas kehidupan yang
bisa memberikan kepuasan estetis dan intelektual melalui medium bahasa
(Anshoriyah, 2004: 203).
Nadzom dapat disebut juga dengan Syair. Menurut Ahmad Asy-Syayib,
syi’ir atau puisi Arab atau yang dapat disebut juga dengan diwān adalah ucapan
atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya
lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur
ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. Definisi ini
lebih baik ketimbang para ahli sastra arab lainnya, termasuk di dalamnya para
penulis kamus dan buku-buku sastra Arab modern. Adapun menurut Muhammad
al-Kuttani dengan mengutip pendapat al-‘Aqqad yaitu ekspresi bahasa yang indah
yang lahir dari gejolak jiwa yang benar (Sukron Kamil, 2009: 10-11).
Syair dalam bahasa Arab ialah “syi’ir” yang menurut bahasa berasal dari
kata “Sya’ara” artinya mengetahui atau merasakan. Menurut istilah syair ialah
perkataan yang sengaja disusun menggunakan irama atau wazan Arab. Syair Arab
adalah seni puisi yang dikembangkan bangsa Arab sepanjanh sejarah mereka,
sejak zaman pra-islam hingga dewasa ini. Syair Arab tidak timbul sekaligus dalam
bentuk yang sempurna, tetapi sedikit demi sedikit berkembang menuju
kesempurnaa, yaitu mulai dari bentuk ungkapan kata yang bebas (mursal) menuju
sajak, dan dari sajak menuju syair yang berbahar rajaz. Mulai dari sinilah Syair
12
Arab dianggap sempurna dan berkembang membentuk qasidah yang terikat
dengan wazan dan qafiyah (Nawawi dan Wardhani, 2010: 18).
Balaghoh mendatangkan makna yang agung dan jelas, menggunakan
ungkapan yang fasih dan berkesan di lubuk hati sesuai dengan situasi dan kondisi
yang diajak bicara. Secara ilmiah balaghoh merupakan suatu disiplin ilmu yang
berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan
kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub(ungkapan).
Kebiasaan mengkaji balaghoh merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat
kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam. Dan untuk
mencapai tingkatan itu diharapkan seseorang mampu memperbanyak bahan-bahan
bacaan untuk menghasilkan sebuah analisis yang akurat dan akuntabel. Adapun
unsur-unsur balāghoh adalah kalimat, makna, dan susunan kalimat yang
memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa, dan keindahan (Ali al-jarim dan
Amin, 1994: 6).
Teori balāghoh merupakan teori tradisional dalam pengkajian sastra Arab di
Indonesia. Meskipun tidak sama persis balāgah hampir sebanding dengan
stilistika,yaitu
ilmu
yang
mengkaji
cara
sastrawan
memanipulasi
atau
memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang
ditimbulkan oleh penggunanya (Kamil, 2009: 140).
Ilmu balāgah adalah salah satu ilmu kesusastraan Arab yang memiliki peran
penting dalam salah satu upaya kemahiran berbahasa Arab. Balāghoh memiliki
fungsi mempercanti suatu frasa atau kalimat sehingga dapat terdengar indah saat
di ucapkan. Istilah ilmu balāghoh terdiri atas dua kata, yaitu: ilmu dan balāghoh.
Secara etimologi ilmu berasal dari kata العلمyang merupakan bentuk mashdar
dari علم – يعلمdengan bentuk jamak العلوم, sedangkan secara terminologi ilmu
adalah :
إدراك الشيء بحقيقة اليقين و المعروف
“Mengetahui sesuatu dengan keyakinan dan pengetahuan yang sebenarbenarnya”. (Ma’luf, 2000: 527)
13
Secara etimologi balāgah berasal dari kata يبلغ- بلغyang berarti sampai atau
ujung. Sedangkan secara terminologi balāgah didefinisikan oleh para ahli di
bidang balāgah dengan definisi yang beragam, diantaranya adalah:
Menurut Abdullah Syahhatah: Definisi yang tepat dalam term balāgah
adalah keberhasilan pembicara dalam menyampaikan pembicaraannya pada
pendengar dengan tepat mengena pada sasaran yang ditandai dengan
kepuasan akal dan perasaannya (Syahhatah, 2001: 81).
Menurut Fadhil Hasan ‘Abbas: Balāgah adalah yang memungkinkan
pembicara untuk memikat lawan bicara ketika menembus pernyataan dan
gaya bahasa pikirannya dan hati mereka (Abbas, 1997 : 13).
Salah satu pembahasan dalam ilmu ma’āni adalah insya’, yang dimana
insya’ terbagi menjadi dua bagian yaitu insya’ thalabi dan insya’ ghiairu thalabi.
Insya’ thalabi merupakan kalimat-kalimat yang digunakan untuk menghendaki
keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan.
sedangkan insya’ ghairu thalabi adalah yang tidak digunakan unuk menghendaki
terjadinya sesuatu. Dalam insya’ thalabi ada yang berupa amr (kata perintah),
nahyi (kata larangan), istifham (kata tanya), tamanni (kata untuk mengharapkan
sesuatu yang sulit terwujud) dan nida’ (kata yang didahului dengan seruan).
Penelitian ini membahas tentang salah satu dari insya’ thalabi yaitu Amr.
وهو طلب الفعل على وجه الستعلء: المر
“Amr adalah tuntutan untuk melakukan sesuatu atau pekerjaan oleh pihak
yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah” (Nashif, dkk, , 2006:
107).
Abu Hasbullah mendefinisikan amr sebagai berikut:
المر هو لفظ يطلب به العلى ممن هــو أدنــى منــه
فعل
“Amr ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi
kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya”.
المر عند علماَء البلغةهو طلـب الفعــل علــى وجـه
الستعلء واللزام
“Amr menurut ‘ulama balāghoh adalah tuntutan untuk melakukan sesuatu
kepada yang lebih rendah disertai paksaan” (Akkawi, 2006: 216).
14
Menurut Ahmad Hasyimi (1960:78) Terdapat empat bentuk amr sebagai
berikut:
.۱فعممل المأممر -كقــوله تعــاَلى " :يــاَ يحيــى خــذ
الكتاَب بقوة"
.۲المضمممارإع المجمممزوم بلم المأمممر -كقـــوله
سبحاَنه وتعاَلى"لينفق ذو سعة من سعته"
.۳اسم فعل المأممر -نحــو" :عليكــم أنفســكم ل
يضركم من ضل إذا اهتديتم"
.٤المصممدرإ النممائب عممن فعممل المأممر -كقــوله
تعاَلى" :وباَلوالدين
Hafidz (2009:22-26) menambahkan tentang makna amr yang terbagi
menjadi 18 makna sebagai mana mengutip dari Hamid (1996: 66-72) dalam
Kemudian Hasyimi (1960:77-79) sebagaimana berikut:
معــاَنى المــر وقــد تخــرج صــيغ المــر عــن معناَهــاَ
الصلى وهو "اليجاَب واللزام" إلــى معــاَن أخــرىَ.
وتكــون صــيغة المــر ليــس بمعنــى الوامــر حســب
سياَق الكلم وقرائن الحوال :
الدعاء ،هو الطلب على سبيل التضرع ويكون فــى
صيغة المر إذا صدرت من أدنى إلـى أعلــى منزلـة,
مثل قوله تعاَلى :ومنهم من يقول ربناَ آتناَ فى الدنياَ
حسنة وفى الخرة حسنة وقناَ عذاب الناَر )البقــرة:
.(۲۰۱
“permintaan untuk permohonan dan dalam bentuk perintah jika
”dikeluarkan dari yang terendah ke status yang lebih tinggi
15
اللتماس ،إذا صدرت من رفيق لرفيق أو مــن نــد
لنــده لــم يــرد بهــاَ اليجــاَب واللــزام لمــن يســاَويك
كقولك -أعطنى القلم أيهاَ الخأ.
“jika dikeluarkan dari teman ke temannya, dia tidak menanggapi
secara positif dan mewajibkan Anda kepada seseorang yang setara
”dengan Anda.
الرإشاد ،إذا كاَن المتكم يقصد إلى إلزامــه بشــيء
– كقوله تعاَلى" :إذا تداينتم بدين إلى أجــل مســمى
فاَكتبوه وليكتب بينكم كاَتب باَلعدل" )البقرة.(۲۸۲:
”“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu
التهديد ،يكون فى مقاَم عدم الرضى باَلمأمور به
كقوله تعاَلى" :اعلمــوا ماَشــئتم ,إنــه بمــاَ تعملــونبصير" )فصلت.(٤۲ :
“menjadikan dalam posisi ketidakpuasan dengan orang yang
”disuruh
التعجيز ،المر فى مقاَم إظهــاَر عجــز مــن يــدعو
قدرته علــى فعــل أمرمــاَ .وليــس فــى وســعه ذلــك
كقوله "فأتوا بسورة من مثله" )البقرة.(۲۳ :
Dalam konteks menunjukkan ketidakmampuan orang-orang yang
membutuhkan kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu namun
dia tidak bisa melakukan itu
الباحة ،تكــون فــى مقــاَم تــوهم المخــاَطب عــدم
جواز فعل الشىء .فيدفع التوهم بأنه مباَح ولجــرح
فيه -كقوله تعاَلى" :وكلوا واشربوا حتى يتبين لكــم
الخيــط البيــض مــن الخيــط الســود مــن الفجــر"
)البقرة .(۱۸٦ :نحو :اجلس كماَ تشاَء.
16
Menjadikan orang yang tidak diperbolehkan melakukan sesuatu,
kemudian dalam situasi lain larangan tersebut mengarah pada fakta
bahwa dia diperbolehkan melakukan hal yang awalnya dilarang.
التسوية ،تكون فى مقــاَم تــوهم المخــاَطب فيــه
رجحــاَن أحــد المريــن علــى الخــر كقــوله تعــاَلى –
كقوله تعاَلى "اصبرو أو لتصبروا".
Menjadikan orang yang disuruh atau kondisi lawan bicara lebih berat
salah satu dari kedua perintan yang diberikan
الكارام ،هو طلب يحمــل علــى الكــرام "ادخلوهــاَ
بسلم آمنين" )الحجر.(٤٦ :
Memberikan perintah untuk meminta sebuah kemuliaan.
المأتنان ،وهو يراد به أن يعطى المر شــيئاَ إلــى
المأمور .كقــوله تعـاَلى "فكلــوا ممــاَ رزقكــم اللـه"
)النخل.(۱٤٤:
dimaksudkan untuk memberikan sesuatu kepada yang disuruh
الهإانة ،كون فى مقاَم عــدم العتــداد باَلمخــاَطب
وقلة المبــاَلة بــه .كقــوله تعــاَلى "كونــوا حجــاَرة أو
حديدا" )السراء.(۵۰:
Berada dalam posisi tidak diterimanya orang yang tertib dan kurang
peduli
الدوام ،أمر يراد به أن يوصل المأمور ماَ أمر بــه
المــر مــن قبــل .كقــوله تعــاَلى "اهــدناَ الصــراط
المستقيم" )الفاَتحة.(٦:
Perintah yang dimakusdkan untuk disampaikan kepada yang
disuruhnya sebelum ia meminta sesuatu
التمنممى ،هــو طلــب المــر المرغــوب فيــه الــذىَ
ليرجى وقــوعه إمــاَ لكــونه مســتحيل كقــول امــرئ
17
القيس "أل أيهاَ الليــل الطويــل أل انجلــي بصــبح
."وماَ الصباَح منك بأمثل
Perintah dimaksudkan kepada yang diperintah untuk berbuat sesuatu
yang mustahil untuk dilakukan
يراد به يأخذ المــأمور عــبرة وتعليمــاَ مــن،العتبارإ
" "انظـروا الـى ثمـرة إذا أثمـر:المر كقوله تعـاَلى
.(۹۹:)النعاَم
Hal ini dimaksudkan untuk orang yang disuruh dapat mengambil
pengalaman dan pelajaran dari apa yang diperintahkan kepadanya
. أمر يراد به أن يوجب دعوة داع،الذإن
." "ادخل:كقولك لمن طرق الباَب
.1
Yang dimaksudkan untuk mewajikan menjawab panggilan. Seperti
kata-kata seseorang kepada orang yang mengetuk pintu
أمر يراد به ليدل الناَس كيف خلق اللــه،التكوين
: كقوله تعاَلى "كن فيكون" )البقرة.الخلق كماَ شاَء
.(۱۱۷
Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada orang-orang
bagaimana Tuhan menciptakan ciptaan seperti yang Dia inginkan
أن يطلب من المخــاَطب أن يختــاَر بيــن،التخيير
تــزوج: نحــو.َأمرين مع المتناَع عــن الجمــع بينهمــا
.َهندا أو أختها
Dimaksudkan kepada orang yang disuruh untuk memilih antara dua
hal dan menahan diri untuk tidak menggabungkannya
َ أمر يراد به أن يؤدب المر المأمور تأديبا،التأديب
." كل مم يليك:حسناَ نحو كقوله
18
dimaksudkan untuk mendisiplinkan orang yang diberi perintah untuk
bersikap baik
أمر يرد به ليرىَ الدهشــة إلــى المــأمور،التعجب
كقــــوله تعــــاَلى "انظــــر كيــــف ضــــربوا لــــك
.(٤۸ :المثاَل")السراء
Orang yang diberikan perintah dimaksudkan untuk melihat
kedasyatan sesuatu yang diperintahkan kepadanya.
Berikut ini skema penelitian yang akan dilakukan:
Teori Amr dalam Insya
thalbi
(kajian balaghoh
ma’ani)
Gambar 1. Skema penelitian
G. Langkah-Langkah Penelitian
Agar penelitian ini dapat selesai dengan baik, maka perlu ditentukan
langkah-langkah penelitian guna menyelesaikan penelitian ini dengan baik,
berikut langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini:
19
1. Metode Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
kualitatif
dengan
menggunakan metode studi pustaka/ liblary research. Metode ini dilakukan
dengan menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis
data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap objek penelitian yang
diambil yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj
Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
bilāgiyah, atau dengan menggunakan pendekatan ilmu balāgah Ma’ānī.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengupas sebuah teks melalui pendekatan makna
didalam teks. Salasatu kajian dalam balāghoh Ma’ānī ini terdapat kajian tentang
insya thalabī, dan dalam kajian tersebut terdapat pembahasan tentang Amr.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bentuk Amr yang terdapat
dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Aldirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo. Sedangkan sumber data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informasi-informasi yang
memuat tentang Profile syaikh Syarafuddīn Yahya bin Badruddīn Mūsā bin
Ramaḍān bin Umairah.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah
Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo. Sedangkan sumber sekundernya adalah artikel, journal, bukubuku dan lain sebagainya.
20
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yaitu proses pengumpulan data yang
diperoleh dari daokumen-dokumen berupa buku, catatan, arsip, surat, majalah,
surat kabar, jurnal, laporan penelitian yang didapatkan secara langsung atau pun
dari media elektronik seperti jaringan internet, televisi dan lain sebagainya untuk
mendukung validitas data yang dianalisis dalam penelitian ini. Dalam konteks
penelitian ini, data yang akan dicari dengan menggunakan teknik ini adalah
Bentuk amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah
Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
5. Analisis Data
Untuk menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi
suatu data yang teratur, tersusun dan terarah sesuai dengan rumusan masalah maka
perlu adanya analisis data. Proses analisis merupakan usaha menentukan jawaban
atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah :
a. Memilih objek penelitian yang jelas, yaitu kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah
Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo.
b. Menentukan bentuk Amr yang terdapat dalam teks kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
c. Membuat tabulasi data dengan menentukan bentuk Amr yang telah
ditemukan dengan mencantumkan teks kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Alsanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern
Darusalam Gontor Ponorogo yang terdapat Amr secara lengkap.
21
d. Membuat analisis data dengan mendeskripsikan data yang diperoleh
dengan tafsir logika yang disesuaikan dengan teori kesusastraan Arab
dalam konteks kajian iqtibās dalam ilmu balāghoh ma’ānī.
e. Membuat kesimpulan dari hasil pembahasan yang disesuaikan dengan
rumusan penelitian yaitu tentang bentuk Amr dalam kitab Mahfūẓāt
Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok
Modern Darusalam Gontor Ponorogo kemudian interpretasi makna yang
terkandung dari bentuk Amr yang ditemukan.
6. Sistematika Penulisan
Sistematiak penulisan yang digunakan dalam
penelitian mengguanakan
sistematika penulisan pada umumnya yang berlaku di lingkungan civitas
akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung khususnya pada Fakultas Adab dan
Humaniora dengan menggunakan lima bab pembahasan yang berisi pembahasan
yang berbeda, berikut ini pembahasan dari setiap bab yang akan dibahas :
a. Bab kesatu: merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang
masalah;
Identifikasi
dan
perumusan
masalah;
tujuan
dan
kegunaan/manfaat Penulisan; tinjauan pustaka; kerangka berfikir;
metode dan langkah penelitian; dan sistematika pembahasan.
b. Bab kedua: Landasan Teori yaitu pembahasan tentang landasan teoritis
yang meliputi diwān, ilmu Balāgah, Ilmu Ma’ānī, sejarah ilmu Ma’ānī,
Kalam Insya’ Tholaby, Jenis-jenis kalam Insya’Tholaby, dan Amr.
c. Bab ketiga: berisi profil tim penulis dan Pondok Modern Darusalam
Gontor Ponorogo dan analisis data yang mencakup amr dan maknanya
dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim
Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.
d. Bab empat: berisi penutup dari rangkaian kegiatan penelitian yang
mencakup simpulan dan saran atau rekomendasi.
22
23
BAB II
SYAIR DAN AMR DALAM BALAGAH MA’ANI
A. Sastra dalam Kehidupan Manusia
Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam
peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah
peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima
sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai
sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah
dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi
intelektual di samping konsumsi emosi (M. Atar Semi, 1990: 1).
Sastra bukan sesuatu yang jatuh dari langit, ia memang ada bersama
pengalaman hidup manusia. Bagaimana mungkin sastra tidak mengacu kepada
realitasnya? Memang, tidak tiap ungkapan penyair merupakan realitas hidupnya
yang dihadirkan kembali di dalam karyanya. Tetapi, membaca karya sastra tiada
lain membaca sebuah dunia, membaca realitas alam maupun budaya. Justru sebab
membaca realitas, kita juga membaca “dunia yang hidup”. Karenanya, kita digoda
mengetahui lebih lanjut apa di balik yang tampak dicitrakan di dalam karya sastra
itu. Ibarat di dalam sebuah rumah, kita ingin tahu sesuatu di luar, maka kita perlu
jendela dan pintu. Dalam sastra “jendela dan pintu” itu kita dapatkan dari
ungkapan-ungkapan sastrawan di luar karya sastranya, seperti melalui wawancara,
dan esai-esainya sekalipun hal itu tidak seluruhnya dapat dijadikan “alat bantu”
untuk memaknai karya sastra yang ia tulis (Abdul Wachid, 2005: 21).
Setiap kesusastraan yang baik memberi pencerahan kepada manusia,
terutama pembacanya. Sekalipun hal itu pencerahan