CATATAN SEJARAH tentang tanam paksa dan

Nama: Anggik Aprilia
Kelas: XI.MIPA 6
CATATAN SEJARAH
A. Tanam paksa di indonesia
Tanam Paksa adalah Peraturan Mempekerjakan seseorang dengan paksa yang sangat
merugikan pekerja, dan tanpa diberi gaji dan tanpa istirahat.
1. Tokoh-tokoh penentang sistem tanam paksa
a. Dr. Eduard Douwes dekker (1820–1887)
Ia melakukan kritik terhadap praktek tanam paksa lewat karya bukunya yg berjudul "Max
Havelaar", ia menggunakan nama samaran Multatuli yg artinya saya menderita
b. Baront Van Hoevel (1812–1870)
Ia terkenal sbg pembela rakyat indonesia berjuang keras
menghapuskan sistem tanam paksa melalui parlemen Belanda, dgn pidato-pidatonya di depan
DPR belanda
c. Fransen van der Putte (1822-1902)
Fransen van der putte yang menulis 'Suiker Contracten' sebagai bentuk protes terhadap
kegiatan tanam paksa.
2. Latar belakang terjadinya sistem tanam paksa
Yang menjadi latar belakang atau motif utama pelaksanaan cuturstelsel adalah dikarenakan pada tahun
1830 pemerintahan Belanda hampir bangkrut yang diakibatkan dari perang jawa (Perang Diponegoro
1825-1830) di Indonesia dan perang Belgia (1830-1831) di negeri Belanda sehingga Gubernur Jendral

Van den Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem tanam paksa dengan tujuan utamanya
yaitu untuk mengisi kas pemerintahan Belanda yang kosong, Gubernur Jendral Van den Bosch
membuat peraturan yang mewajibkan rakyat untuk menyerahkan landrento.
3. Waktu berlakunya sistem tanam paksa
Politik sistem tanam paksa atau disebut dengan istilah cultuurstelsel merupakan salah satu hasil
kebijakan politik konservatif yang di terapkan oleh Pemerintah Hindiya Belanda terhadap bangsa
Indonesia. Sistem tanam paksa ini berlaku selama 40 tahun semenjak tahun 1830 s/d 1870.
4. Dampak tanam paksa bagi indonesia dan belanda
a. Dampak tanam paksa bagi rakyat indonesia
 banyak rakyat yang meninggal dan sakit terutama di cirebon, demak dan grobogan sehingga
jumlah penduduk dipulau jawa semakin berkurang
 Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam berbagai jenis tanaman baru.
 Rakyat Indonesia mengenal tanaman dengan kualitas ekspor
b. Dampak tanam paksa bagi pemerintah kolonial Belanda
 Pemerintah belanda memperoleh surplus keuangan yang dapat digunakan untuk menjalankan
pemerintahan hindia belandad dan membangun negeri belanda
 Badan usaha dagang belanda memperoleh keuntungan yang sangat besar setelah
mendapatkan hak monopoli perdagangan pengangkutan hasil tanam paksa.
B. Perang melawan kolonialisme di indonesia
1. Perang Padri

a. Waktu berlangsungnya Perang Padri
Perang Padri dimulai pada tahun 1803 hingga 1838 dan merupakan satu dari sekian banyak
perang yang terjadi saat Belanda menjajah Indonesia. Meski begitu, pada awalnya perang ini bukanlah
perang yang mulia, karena disebabkan oleh pertentangan dalam masalah agama antara adat.
b. Tokoh dan pemimpin Perang Padri
tokoh utama yaitu Tuanku Imam Bonjol
pemimpin dari Kaum Padri disebut sebagai Harimau Nan Salapan karena jumlah anggotanya delapan
orang, mereka adalah: Tuanku Nan Renceh, Tuanku Pasaman, Tuanku Rao, Tuanku Tambusai,
Tuanku Lintau, Tuanku Mansiangan, Tuanku Pandai Sikek dan Tuanku Barumun.

c. Latar belakang dan sebab-sebab terjadinya Perang Padri
 Latar Belakang Terjadinya Perang Padri
adalah diawali dari Kaum Adat di Minangkabau mempunyai kebiasaan yang kurang baik
yaitu minum-minuman keras, berjudi, dan menyabung ayam. Kebiasaan itu dipandang oleh
kaum Padri sangat bertentangan dengan agama Islam. Kaum Padri berusaha menghentikan
kebiasaan itu, tetapi Kaum Adat menolaknya maka kemudian terjadilah pertentangan antara
kedua golongan tersebut.
 Sebab-sebab terjadinya Perang Padri
1. Adanya perselisihan antara kaum adat dan kaum padri sebagai akibat dari usaha yang
dilakukan kaum padri untuk memurnikan ajaran Islam dengan menghapus adat kebiasaan

yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
2. Campur tangan belanda dengan membantu kaum adat .Pertempuran pertama terjadi dikota
lawas kemudian meluas ke daerah daerah lain. Sehingga muncul pemimpin pemimpin yang
mendukung gerakan kaum padri seperti Datuk Bandaro, Datuk Malim Basa (Imam Bonjol),
Tuanku pasaman, Tuanku Nan Rencek, Tuanku Nan. cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk.
d. Akhir Perang Padri
Akhirnya pada tahun 1837 Benteng Bonjol dapat dikuasai Belanda, dan Tuanku Imam Bonjol berhasil
ditangkap, tetapi peperangan ini masih berlanjut sampai akhirnya benteng terakhir Kaum Padri yang
terletakn di Dalu-Dalu , yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Tambusai jatuh pada 28 Desember
1838. Hancurnya benteng tersebut memaksa Tuanku Tambusai mundur, bersama sisa-sisa
pengikutnya yang pindah kenegeri sembilan semenanjung malaya dan akhirnya peperangan ini
dianggap selesai karena sudah tidak ada perlawanan yang berarti.
2. Perang Aceh
a. Waktu berlangsungnya Perang Aceh
Perang Aceh ialah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda berlangsung pada tahun 1873
sampai tahun 1904.
b. Tokoh Perang Aceh
1. Teuku umar
2. Cut nyak dien
3. Panglima polim

4. Sultan muhammad daud syah
5. Teuku imam lueng batta
c. Latar belakang dan sebab-sebab terjadinya Perang Aceh
Perang aceh dilatar belakangi oleh beberapa sebab, diantaranya yaitu:
a.

Belanda meduduki daerah Siak

b. Dibukanya Terusa Suez oleh Ferdinand de Lesseps, menyebabkan perairan Aceh menjadi
sangat penting untuk lalu lintas perdagangan.
c. Ditandatanganinya perjanjian Sumatera antara Inggris dan Belanda pada 1871 yang
melanggar isi Traktat London 1824.
d. Akibat perjanjian Sumatera, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul
Amerika, kerajaan Italia, kesultanan Usmaniah Singapura dan Turki Ustmani.
d. Akhir Perang Aceh
Akhirnya belanda meminta nasihat dari seorang pengamat rakyat aceh yakni snouck hurgronje untuk
menyelidiki kelemahan rakyat aceh. Dengan adanya bantuan dari snouck akhirnya pemerintah hindia
belanda dapat melaksanakan siasat licik untuk menaklukkan rakyat aceh dan ternyata hal tersebut

berhasil dan pada tahun 1903 sultan muhammad daud syah menyerah kepada belanda. Walaupun

akhirnya belanda mampu menguasai aceh dan mengikat sultan aceh dengan perjanjian, tapi perlawann
rakyat aceh kepada pihak belanda masih terus berlangsung selama awal abad ke-20.
3. Perang Diponegoro
a. Waktu berlangsungnya Perang Diponegoro
Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan sebutan Perang Jawa adalah perang besar dan
berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di Pulau Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa
pendudukannya di Nusantara, melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock yang
berusaha meredam perlawanan penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.
b. Tokoh Perang Diponegoro
1. Pangeran Diponegoro.
2. Kyai Mojo.
3. Sentot Ali Basah Prawirodirejo.
4. Pengeran Mangkubumi.
5. Surya Alam.
6. Kerta Ngalasan.
7. Kerto Dirjo.
8. Suriatmaja
9. Pangeran Serang.
10. Kyai Kasan Beshari.

c. Latar belakang dan sebab-sebab terjadinya Perang Diponegoro
Berikut ini sebab-sebab umum perlawanan Diponegoro.
1. Kekuasaan Raja Mataram semakin lemah, wilayahnya dipecah pecah.
2. Belanda ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan dan pengangkatan raja pengganti.
3. Kaum bangsawan sangat dirugikan karena sebagian besar sumber penghasilannya diambil alih
oleh Belanda. Mereka dilarang menyewakan tanah bahkan diambil alih haknya.
4. Adat istiadat keraton menjadi rusak dan kehidupan beragama menjadi merosot.
5. Penderitaan rakyat yang berkepanjangan sebagai akibat dari berbagai macam pajak, seperti pajak
hasil bumi, pajak jembatan, pajak jalan, pajak pasar, pajak ternak, pajak dagangan, pajak kepala,
dan pajak tanah.
Hal yang menjadi sebab utama perlawanan Pangeran Diponegoro adalah adanya rencana pembuatan
jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.
d. Akhir Perang Diponegoro
Akhirnya pada tahun 1837 Benteng Bonjol dapat dikuasai Belanda, dan Tuanku Imam Bonjol
berhasil ditangkap, tetapi peperangan ini masih berlanjut sampai akhirnya benteng terakhir Kaum
Padri, di Dalu-Dalu , yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Tambusai jatuh pada 28 Desember
1838. Hancurnya benteng tersebut memaksa Tuanku Tambusai mundur, bersama sisa-sisa pengikutnya
pindah kenegeri sembilan semenanjung malaya dan akhirnya peperangan ini dianggap selesai karena
sudah tidak ada perlawanan yang berarti.