Konvensi Internasional SOLAS Internasional SOLAS

Konvensi Internasional SOLAS
Konvensi Internasional SOLAS adalah perjanjian/konvensi paling penting
untuk melindungi keselamatan kapal dagang. Versi pertama diterbitkan
pada tahun 1914 sebagai akibat tenggelamnya kapal RMS Titanic. Dimana
diatur mengenai ketentuan tentang jumlah sekocirakit penolong dan
perangkat keselamatan lain serta peralatan yang dibutuhkan dalam
prosedur penyelamatan, termasuk ketentuan untuk melaporkan posisi
kapal melalui radio komunikasi.
Dan sejak pertama sekali ditetapkan dilakukan beberapa
perubahan/amandemen 1929, 1948, 1960, dan 1974
Konvensi Internasional SOLAS 1974 diratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia pada tanggal 17 Desember 1980 dengan Keputusan Presiden
Nomor 65 Tahun 1980. Kemudian pada tanggal 12 Desember 2002,
Konferensi Diplomatik yang dilaksanakan oleh Maritime Safety Committee
dari IMO mengadopsi amandemen Konvensi Internasional SOLAS yang
dikenal dengan sebutan International ship and Port Facility Security (ISPS)
Code, 2002.
Muatan SOLAS
• Pendahuluan
• Prosedur amandemen
• Ketentuan teknis

• Chapter I - Ketentuan umum
• Chapter II-1 - Konstruksi - Pembagian dan stabilitas, permesinan dan
instalasi listrik
• Chapter II-2 - Pelindungan kebakaran, deteksi kebakaran dan
pemadaman kebakaran
• Bab III - Perangkan pertolongan dan pengaturannya
• Chapter IV - Komunikasi Radio
• Chapter V - Keselamatan navigasi
• Chapter VI - Muatan barang

• Chapter VII - Muatan barang berbahaya
• Chapter VIII - Kapal Nuklir
• Chapter IX - Managemen keselamatan operasi kapal
• Chapter X - Ketentuan untuk kapal cepat
• Chapter XI-1 - Upaya kusus untuk meningkatkan keselamatan pelayaran
• Chapter XI-2 - Upaya kusus untuk meningkatkan keamanan pelayaran
• Chapter XII - Aturan tambahan untuk kapal curah
Keselamatan pelayaran
Keselamatan Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya
persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di

perairan dan kepelabuhan.
Terdapat banyak penyebab kecelakaan kapal laut; karena tidak
diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang berada di atas kapal untuk
diikat (lashing), hingga pada persoalan penempatan barang yang tidak
memperhitungkan titik berat kapal dan gaya lengan stabil.
Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal tidak dapat
disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian.
Kelaiklautan kapal
Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada
aturan yang harus dipatuhi, dan di dalam semua proses pelaksanaannya
selalu ada badan independen yang menjadi pengawasnya. Pada saat
kapal dirancang kemudian pemilihan bahan, dan selama proses
pembangunannya, selain pemilik kapal, pihak galangan kapal,dan pihak
pemerintah selaku administrator ada pihak Klasifikasi dalam hal ini di
Indonesia oleh Biro Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan
pengawasan dan pemberian kelas bagi kapal yang telah selesai dibuat,
hingga nanti setelah kapal beroperasi mereka juga akan melakukan survey
dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan yang harus

dipenuhi.

Penyebab kecelakaan pelayaran
Kedaruratan pelayaran dan penanganannya
Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta
benda terjadi silih berganti.
Ada beberapa penyebab yaitu
Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang antara lain
meliputi:
• Kecerobohan didalam menjalankan kapal,
• kekurang mampuan awak kapal dalam menguasai berbagai
permasalahan yang mungkin timbul dalam operasional kapal,
• secara sadar memuat kapal secara berlebihan
Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan didalam desain
kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan
kapal atau bagian-bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami
kecelakaan, terbakarnya kapal seperti yang dialami Kapal Tampomas
diperairan Masalembo
Faktor Alam
Faktur cuaca buruk merupakan permasalahan yang seringkali dianggap
sebagai penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang
biasanya dialami adalah badai,gelombang yang tinggi yang dipengaruhi

oleh musim/badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak
pandang yang terbatas.
Aturan international keselamatan pelayaran
Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara International diatur
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
• International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974,

sebagaimana telah disempurnakan: Aturan internasional ini menyangkut
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
o Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik,
perlindungan api, detoktor api dan pemadam kebakaran);
o Komunikasi radio, keselamatan navigasi
o Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan navigasi.
o Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan
keamanan pelayaran termasuk didalamnya penerapan of the International
Safety Management (ISM) Code dan International Ship and Port Facility
Security (ISPS) Code).
• International Convention on Standards of Training, Certification dan
Watchkeeping for Seafarers, tahun 1978 dan terakhir dirubah pada tahun
1995.

• International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.
• International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual
(IAMSAR) dalam 3 jilid
Perangkat keselamatan kapal
Sekoci
Perangkat keselamatan yang digunakan dalam evakuasi kapal dalam hal
terjadi kebakaran ataupun kapal tenggelam berupa:
• Baju pelampung
• Perahu sekoci
• Rakit penolong
Perangkat Komuniksi
Perangkat yang penting dalam komunikasi adalah sistem komunikasi yang
meliputi:
• Radio komunikasi antar kapal, kapal dengan pelabuhan, kapal dengan
radio pantai

• Telepon satelit
Jenis kecelakaan
• Bocor
• Hanyut

• Kandas
• Kerusakan Konstruksi
• Kerusakan Mesin
• Meledak
• Menabrak Dermaga
• Menabrak Tiang Jembatan
• Miring
• Orang Jatuh ke Laut
• Tenggelam
• Terbakar
• Terbalik
• Tubrukan

International Safety Management Code
International Safety Management Code adalah standar internasional
manajemen Keselamatan dalam pengoperasian Kapal serta upaya
pencegahan/pengendalian pencemaran lingkungan.
Sesuai dengan kesadaran terhadap pentingnya faktor Manusia dan
perlunya peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah
terjadinya Kecelakaan kapal, manusia, muatan barang/cargo dan harta

benda serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut, maka IMO
mengeluarkan peraturan tentang manajemen keselamatan kapal &
perlindungan lingkungan laut yang dikenal dengan Peraturan International
Safety Management (ISM Code) yang juga dikonsolidasikan dalam SOLAS

Convention.
Penaggung jawab ISM Code
Pada dasarnya ISM Code mengatur adanya manajemen terhadap
keselamatan (safety) baik Perusahaan Pelayaran maupun kapal termasuk
SDM yang menanganinya.
Perusahaan pelayaran
Untuk Perusahaan Pelayaran, harus ditunjuk seorang setingkat Manajer
yang disebut DPA (Designated Person Ashore/Orang yang ditunjuk di
darat). Ia bertanggung jawab dan melakukan pengawasan terhadap
keselamatan (safety) dari Perusahaan Pelayaran tersebut. Manajer
penanggung jawab ini harus bertanggung jawab dan mempunyai akses
langsung kepada Pimpinan tertinggi dari Perusahaan Pelayaran tersebut.
Kapal
Untuk kapal, disetiap kapal harus mempunyai system dan prosedur
penanggulangan dan pencegahan terhadap peristiwa gangguan terhadap

keselamatan (safety) dan dalam pelaksanaannya harus menunjuk seorang
Perwira yang bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap
keselamatan (safety) kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal.

Kegiatan Sertifikasi ISM-CODE
Sesuai dengan kesadaran terhadap pentingnya faktor manusia dan
perlunya peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah
terjadinya kecelakaan kapal, manusia, cargo dan harta benda serta
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut, maka IMO
mengeluarkan peraturan tentang manajemen keselamatan kapal &
perlindungan lingkungan laut yang dikenal dengan Koda International
Safety Management (ISM Code) yang juga dikonsolidasikan dalam SOLAS
Convention.

Penerapan dan pemenuhan ISM Code ini diberlakukan secara
internasional dengan jadwal sbb :
Tanggal Ukuran & Tipe Kapal
01 Juli 1998 • Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang dan Kapal
Penumpang Kecepatan Tinggi
• GT >= 500 untuk Kapal Tangki Minyak, Kapal Tangki Bahan Kimia, Kapal

Tangki Gas Cair, Kapal Muatan Curah, Kapal Barang Kecepatan Tinggi
01 Juli 2002 • GT >= 500 untuk Kapal Barang lainnya dan Mobile Offshore
Drilling Unit (MODU)
Pemerintah Indonesia yang meratifikasi Koda tersebut, menetapkan
penjadwalan penerapan ISM Code bagi kapal-kapal berbendera Indonesia
yang beroperasi secara internasional sesuai dengan jadwal tersebut diatas
dan bagi yang beroperasi secara domestik diberlakukan sbb :
Tanggal Ukuran & Tipe Kapal
01 Juli 1998 • Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang, Kapal Penumpang
Penyeberangan dan Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi
• GT >= 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)
• GT >= 500 untuk Kapal Tangki Kimia dan Kapal Cargo Kecepatan Tinggi
01 Juli 1999 • GT >= 500 untuk Kapal Tangki lainnya dan Kapal Tangki
Gas Cair
01 Juli 2000 • GT >= 500 untuk Kapal Muatan Curah
01 Juli 2002 • 100 = 500 untuk Kapal Peti Kemas
01 Juli 2003 • GT >= 500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)
01 Juli 2004 • GT >= 500 untuk Kapal Barang Lainnya
01 Juli 2006 • 150