Skala Psikologi sebagai Alat Ukur - Lanjutan1

  Skala Psikologi sebagai Alat Ukur - Lanjutan

  Faktor-faktor yang Melemahkan Validitas

  • Validitas : ketepatan dan kecermatan instrumen dalam menjalankan fungsi ukurnya.
  • Artinya validitas menunjuk pada sejauh mana skala itu mampu mengungkap dengan akurat dan teliti data mengenai atribut yang mana ia dirancang untuk mengukurnya.

  Beberapa faktor yang dapat mengancam validitas skala psikologi.

  Konsep Teoretik Tidak Cukup Difahami

  • Untuk mengukur “sesuatu” maka sesuatu

    itu harus dikenali terlebih dahulu dengan

    baik.
  • • Bila konsep mengenai atribut yang hendak

    diukur tidak dikenali dengan baik maka

    perancang skala mungkin hanya memiliki

    gambaran yang tidak komprehensif atau

    bahkan keliru mengenai atribut yang

  Aspek keperilakuan Tidak Operasional.

  • Kejelasan konsep mengenai atribut yang hendak diukur beserta konstraknya memudahkan dalam perumusan indikator- indikator keperilakuan yang juga jelas dan mudah difahami oleh penulis aitem.
  • • Indikator keperilakuan diciptakan berdasar

    bantuan konseptual mengenai atribut yang diukur menjadi rumusan operasional yang terukur (measurable).

  Penulisan Aitem Tidak Mengikuti kaidah

  • • Aitem yang sukar dimengerti maksudnya oleh fhak

    responden karena terlalu panjang atau karena

    kalimatnya tidak benar secara tata bahasa, aitem

    yang mendorong responden untuk memilih jawaban tertentu saja, aitem yang memancing reaksi negatif dari fhak responden, aitem yang mengandung muatan social desirablility tinggi dan aitem yang memiliki cacat semacamnya hampir dapat

    dipastikan adalah hasil dari proses penulisan aitem

    yang mengabaikan kaidah-kaidah penulisan yang standard.
  • Aitem-aitem seperti itu tidak akan berfungsi

  Administrasi Skala Tidak berhati- hati

  • Skala yang isinya telah dirancang dengan baik dan aitem-aitemnya sudah ditulis dengan prosedur yang benar namun disajikan atau diadministrasikan kepada responden dengan cara sembarangan dapat menghasilkan data yang tidak valid mengenai keadaan responden.

  Kehatian-hatian administrasi Penampilan skala (validitas tampang)

  • Dari segi penampilan, skala harus dikemas dalam bentuk yang berwibawa sehingga mampu menimbulkan respek dan apreasiasi dari fhak respondennya.
  • Sekalipun harus tetap tampil sederhana, namun skala psikologi perlu dikemas indah, dicetak jelas dengan pilihan huruf yang tepat dengan tata-letak (layout) yang

    menarik serta menggunakan desain lembar jawab yang

    dapat memudahkan subjek dalam memberikan jawaban.
  • Penampilan skala yang sederhana tapi anggun dapat lebih memotivasi subjek untuk memberikan jawaban dengan serius sehingga diharapkan akan dapat

  Situasi Ruang

  • Situasi ruang menunjuk pada kondisi di dalam tempat pelaksanaan penyajian atau administrasi skala. Ruang perlu

    dipersiapkan dengan baik, ruang harus

    cukup nyaman, cukup pencahayaan dan

    tidak bising. Sedapat mungkin masing-

    masing subjek duduk menghadap satu

    meja yang leluasa untuk membaca dan

    memahami isi skala dan meresponnya.

    Tidak boleh ada gangguan atau kehadiran orang ketiga yang dapat

  Kondisi subjek.

  • Skala psikologi hanya boleh disajikan pada subjek yang kondisinya baik secara fsik maupun psikologis memenuhi syarat. Jangan mengharapkan jawaban yang valid apabila responden harus membaca dan menjawab skala dalam keadaan sakit, lelah, tergesa-gesa, tidak berminat, merasa terpaksa dan semacamnya.

Pemberian Skor Tidak cermat

  • • Sekalipun disediakan kunci skor, namun

    kadang-kadang masih dapat terjadi kesalahan dari fhak pemeriksa dikarenakan salah dalam penghitungan skor atau keliru cara penggunaan kunci jawaban.
  • • Pada skala yang menggunakan konversi

    skor, kesalahan dapat terjadi sewaktu

    mengubah skor mentah menjadi skor derivasi karena salah lihat pada tabel

  Keliru Interpretasi

  • Penafsiran terhadap hasil ukur merupakan bagian penting dari proses diagnosis psikologi. Bagaimana pun bagusnya kualitas psikometrik skala yang digunakan apabila diinterpretasikan secara tidak benar tentu akan sia-sia dan kesimpulan diagnosisnya tidak tepat.

  Langkah-langkah dasar

Konstruksi

  • Awal kerja penyusunan suatu skala psikologi dimulasi dari melakukan identifkasi tujuan ukur yaitu memilih suatu defnisi, mengenali dan memahami dengan seksama teori yang mendasari konstrak psikologi atribut yang hendak diukur.
  • Kemudian dilakukan pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstrak yang didefnisikan oleh teori yang dipilih. Pembatasan domain tersebut dilakukan dengan cara menguraikan konstrak teoretik atribuat yang diukur menjadi beberapa rumusan dimensi atau aspek keperilakuan yang konsep keperilakuannya lebih jelas.

  • Dimensi keperilakuan, sekalipun sudah lebih jelas konsep keperilakuannya biasanya masih konseptual dan belum terukur sehingga perlu dioperasionalkan ke dalam bentuk keperilakuan yang lebih konkret sehingga penulis aitem akan memahami benar arah respon yang harus diungkap dari subjek.
  • Operasionalisasi ini dirumuskan ke dalam bentuk indikator keperilakuan

  • Himpunan indikator-indikator keperilakuan beserta dimensi yang diwakilinya kemudian dituangkan dalam kisi-kisi atau blue print yang setelah dilengkap dengan spesifkasi skala akan dijadikan sebagai acuan bagi para penulis aitem.
  • Penulisan aitem harus selalu memperhatikan kaidah-

  kaidah penulisan yang sudah ditentukan.

  • • Pada tahap awal penulisan aitem, umumnya dibuat aitem

    yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada jumlah yang

    direncanakan dalam skala spesifkasi skala yaitu sampai

    sekitar tiga kali lipat dari jumlah aitem yang anti akan digunakan dalam skala bentuk fnal.
  • Hal ini dimaksudkan agar nanti penyusun skala tidak kehabisan aitem akibat gugurnya aitem-aitem yang tidak memenuh persyaratkan.
  • Menurut pengalaman, bagi penulis-penulis aitem yang

    belum berada pada tahap kecakapan yang tinggi, angka

    mortalitas (mortality rate) aitem sangat besar. Hanya

    sebagian kecil saja aitem yang ditulis oleh penulis yang

  • Review pertama harus dilakukan oleh penulis aitem sendiri yaitu dengan selalu memeriksa setiap aitem yang barus saja ditulis apakah telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dan apakah juga tidak keluar dari pedoman penulisan aitem.

  • Apakah semua aitem telah ditulis, review dilakukan oleh beberapa orang yang

    berkompeten (sebagai panel). Kompetensi

    yang diperlukan dalam hal ini meliputi

    penguasaan masalah konstruksi skala dan

    masalah atribut yang diukur.
  • Selain itu pengusaan bahasa tulis standard sangat diperlukan. Semua aitem yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan harus

    diperbaiki atau ditulis ulang. Hanya aitem-

    aitem yang diyakini akan berfungsi dengan

    baik yang boleh diloloskan untuk mengukuti
  • • Ketentuan meloloskan aitem dalam tahap

    evaluasi kualitatif oleh panel para ahli tersebut adalah kesepakatan mereka

    (expert judgment) bahwa isi aitem yang

    bersangkutan adalah logis untuk mengungkap indikatornya (logical validity).
  • Sampai pada tahap ini, kerja sistematik yang dilakukan merupakan dukungan terhadap validitas isi (content validity)

    dan validitas konstrak (contruct validity)

  • Kumpulan aitem yang telah berhasil melewati proses review kemudian harus dievaluasi secara kualitatif lebih jauh yaitu diujicobakan pada sekelompok kecil responden guna mengetahui apakah kalimat yang digunakanan dalam aitem mudah dan dapat difahami dengan benar oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis aitem.

  • Reaksi-reaksi responden berupa pertanyaan mengenai kata-kata atau kalimat yang digunakan dalam aitem merupakan pertanda kurang komunikatifnya kalimat yang ditulis dan itu memerlukan perbaikan.
  • Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat apa yang sudah jelas bagi penulis aitem dapat saja belum cukup mudah untuk dimengerti oleh
  • Evaluasi terhadap fungsi aitem yang biasa dikenal dengan istilah analisis aitem merupakan proses pengujian aitem secara kuantitatif guna mengetahui apakah aitem

    memenuhi persyaratan psikometrik untuk

    disertakan sebagai bagian dari skala.
  • Parameter aitem yang diuji paling tidak adalah daya beda aitem atau daya diskriminasi aitem yaitu kemampuan aitem dalam membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang
  • Hasil analisis aitem menjadi dasar dalam seleksi aitem. Aitem-aitem yang tidak memenuhi

    persyaratan psikometrik akan disingkirkan atau

    diperbaiki lebih dahulu sebelum dapat menjadi

    bagian dari skala.
  • Sebaliknya, aitem-aitem yang telah memenuhi persyaratan pun tidak dengan sendirinya disertakan ke dalam skala.
  • Proses kompilasi akan menentukan mana diantara aitem tersebut yang akhirnya terpilih. Di samping memperhatikan parameter aitem, kompilasi skala harus dilakukan dengan mempertimbangkan proporsionalitas aspek
  • Komputasi koefsien reliabilitas sebagaimana

    estimasi terhadap reliabilitas skala dilakukan

    bagi kumpulan aitem-aitem yang telah terpilih yangbanyaknya disesuaikan dengan jumlah yang telah dispesifkasikan oleh blue-print.
  • Apabila koefsien reliabilitas skala ternyata belum memuaskan maka penyusun skala dapat kembali ke langkah kompilasi dan merakit ulang skala dengan lebih mengutamakan aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi sekalipun pernah sedikit mengubah proporsi aitem dalam setiap
  • Kumpulan aitem yang memiliki daya diskriminasi tinggi akan dapat meningkatkan koefsien reliabilitas skala secara proposional dengan (bilamana perlu) menurunkan sedikit kriteria selksi aitem asalkan sisa aitem masih cukup tersedia.
  • Hal tersebut dilakukan terutama bila jumlah seluruh aitem dalam skala belum begitu banyak. Secara umum, penambahan jumlah aitem akan

  • Validasi skala pada hakikatnya merupakan suatu proses berkelanjutan. Pada skala-skala yang hanya akan digunakan secara terbatas memang pada umumnya dicukupkan dengan validiasi isi yang dilakukan melalui proses review aitem oleh para ahli (expert

  judgement) namun sebenarnya semua skala psikologi harus teruji konstraknya.

  • Skala yang secara isi sudah sesuai dengan kisi-kisi indikator perilaku tetap perlu

    ditunjukkan secara empirik apakah konstrak

    yang dibangun dari teori semula memang

  • Format fnal skala dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan bagi

    responden untuk membaca dan menjawabnya.

  • Dalam bentuk fnal, berkas skala dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan mungkin pulalembar jawaban yang terpisah.
  • • Ukuran kertas yang digunakan perlu disesuaikan

    dengan panjangnya skala sehingga jangan

    sampai berkas skala tampak sangat tebal yang

    menyebabkan responden kehilangan motivasi.

  • Pemilihan ukuran huruf perlu juga mempertimbangkan usia responden jangan sampai memakai huruf berukuran terlalu kecil sehingga responden yang agak lanjut usia

  Terima kasih