MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FASE PERKEMBANGAN 41 - 60 TAHUN Tugas Kelompok (Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Dosen Pengampu Iyan Sofiyan, S.Pd, M,A) Oleh: Nurfitriyah 1400007025 Muhammad Karim 14000029 Mutmaina I

  

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

FASE PERKEMBANGAN 41 - 60 TAHUN

Tugas Kelompok

  

(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu Iyan Sofiyan, S.Pd, M,A)

Oleh:

Nurfitriyah 1400007025

  

Muhammad Karim 14000029

Mutmaina Ina Boleng 1400007037

Elsya Syara Pristikadara 1400007064

Efi Kurniasari 1400007068

  

Semester 4 | Pendidikan Fisika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

  

2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan

  perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Setengah baya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.

  Kalau posisi remaja merupakan masa peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanak-kanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “swalah tingkah”, canggung dan kadang-kadang bingung .

  Masa dewasa menurut beberapa para ahli psikologi perkembangan dibagi menjadi tiga yaitu dewasa awal (18-40) dewasa madya (41-60) serta dewasa akhir yang di sebut dewasa akhir yang disebut dengan usia lanjut pada rentang usia di atas 60 tahun adapun ciri khas perkembangan dewasa dini meliputi usia produktif (reproductife age) usia memantapkan letak kedudukan (settling down age) usia banyak masalah (problem age) usia tegang dalam emosi (emotional tension age).

BAB II PEMBAHASAN A. Dewasa Madya (41-60 tahun)

1. Aspek-aspek Perkembangan Fisik

  a. Rusaknya fungsi organ seksual

  Setelah usia 50 tahun, terjadi penurunan berangsur-angsur pada aktivitas gonad, walaupun pada usia 70 tahun dan 80 tahun pria masih bisa membuahi istrinya.

  b. Nafsu seksual menurun

  Menurunnya nafsu seksual seiring dengan menurunnya fungsi organ seksual. Ini merupakan akibat dari rusaknya fungsi gonad dan sebagian disebabkan oleh hal-hal yang bersifat psikologis, misalnya hubungan perkawian atau pkerjaan yang tidak serasi, kekhawatiran tentang masalah ekonomi atau rumah tangga.

  c. Penampilan kelelakian menurun

  Dengan menurunnya aktivitas gonad, pria kehilangan ciri kelelakiannya dan menampilkan beberapa cirri yag bersifat kewanitaan, misalnya intonasi suaramenjadi lebih tinggi, rambut di kepala dan ditubuh berkurang, tubuh menjadi lebih gemuk sedikit, terutama pada paha dan perut.

  d. Gelisah akan kepriaannya

  Laki-laki yang penampilan dan tingkah lakunya kurang maskulin akan lebih memperhatikan kejantanannya. Keadaan ini sering mengarah keinpoten.

  e. Ketidaknyamanan fisik

  Banyak pria usia madya mengeluh karena mengalami depresi, gelisah, lekas marah, sensasi yang sungguh menggelikan, kepala pusing, insomnia, gangguan pencernaan, ketegangan, rasa tidak menentu secara tiba-tiba letih dan masih banyak penyakit kecil-kecilan. Beberapa kondisi ini memang nyata namun beberapa lainnya hanyalah khayalan.

  f. Menurunnya Kekuatan dan daya tahan tubuh

  Kemunduran ini sebagian disebabkan kesehatan yang buruk dan sebagian lagi dari difesiensi gonad. karena nilai sosial yang tinggi yang ditaruh pad daya tahan tubuh dan kesehatan, pria pada umumnya merasa bahwa mereka telah kehilangan keperkasaan apabila kesehatan dan daya tahan tubuhnya mulai menurun.

  2. Aspek Perkembangan Kognitif

  Perkembagan Kognitif adalah Perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa. Pada masa dewasa perkembangan kognitif terjadi pada tahap operasional formal yang merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif menurut Piaget. Tahap ini dimulai pada umur 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa, tahap perkembangan kognitif ini ditandai dengan diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan nilai.

  3. Aspek Perkembangan Sosial-Emosional Penyesuaian sosial pada setiap tahap usia ditentukan oleh dua faktor.

  Pertama adalah sejauh mana seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang diharapkannya. Kedua ia memainkan salah satu peran penting dalam mengembangka tugas seseorang selama usia madya adalah untuk mencapai tanggung jawab sebagai warga Negara dan tanggung jawab sosial.

  a. Bahaya personal Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari itu semua, ada enam macam yang dianggap umum dan serius. 1) Diterimanya kepercayaan tradisional

  Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjad seiring dengna bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami menopause misalnya, seiring disebut sebagai “masa krisis” (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu, seperti dikatakan oleh parker. 2) Idealisasi anak muda

  Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan mungkin akan menolak untuk patuh mengikuti rese dokter tentang diet atau akaa menolak untuk membatasi kegiatan walaupun dengan alasan dengan kesehatan. Seperti anak yang menjelang usia akil baliq, mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang yang berusia madya, mereka juga tidak mau dibatasi perilaku dan perilakunya, tetapi masing-masing dari contoh tersebut mempunyai alasan yang berbeda. Sikap pemberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi yang seperti ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius. 3) Perubahan peran

  Merubah peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit. 4) Perubahan keinginan dan minat

  Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada masa usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tigkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu banyak. 5) Simbol status

  Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status ciri umum, yang dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial, apabila keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki symbol yang diinginkan. Dalam kasus seperti ini, ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan simbol tersebut. Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyedakan cukup uang untuk memperoleh status tersebut. Kedua, dia akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang. Ketiga, dia bisa juga berbuat sesuatu dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya. Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seseorang untuk memperoleh simbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulakn percekcokan dengan keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria menjawab dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh. 6) Aspirasi yang tidak realistis

  Orang berusia madya yang mepunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial, apabila kelak ia menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap tidak realistis ini sering merupakan faktor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini merupakan efek langsung bagi pria, sedang bagi wanita merupakan efek tidak langsung apabila suaminya atau tidak mampu untuk mencapai cit-cita yang diinginkan. 7) Perubahan kepribadian

  Sehubungan dengan hilangnya keperkasaan menyebabkan sejumlah orang usia madya berperilaku hamper sama dengan orang berusia muda yang sedang menunjukkan kejantanannya. periode ini bisa menjadi periode yang berbahaya bagi pria-pria, dimana ia masih mempunyai istri namun terlibat juga dalam urusan cinta dengan perempuan lain.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Implikasi Masa Lanjut Usia Dalam Pendidikan Proses pendidikan berlangsung secara terus menerus seumur hidup. Proses belajar juga berlangsung sepanjang hidup manusia (Lifelong learning). Implementasinya dalam program pendidikan sepanjang hidup melibatkan berbagai pertimbangan seperti filosofis, ekonomik, dan teknik pelaksaan. Dari segi teknik pelaksanaan, bersumber dari hasil penelitian tentang belajar

  dan ingatan pada lanjut usia Lehner & Hutsch (1983 : 463) memngusulkan beberapa hal sebagai berikut : a) Pantangan (pacing). jika mungkin berikan kesempatan kepada individu menyusun langkah mereka sendiri. Tugas atau metode pembelajaran b) yang mengikat atau menekan akan menyulitkan mereka.

  Memotivasikan dan kecemasan. Beberapa tahapan dari motivasi adalah kebutuhan untuk belajar. Tetapi lanjut usia mungkin menjadi terlalu termotivasi dan mengalami kecemasan dalam satu situasi belajar.

  Berikan individu kesempatan untuk menjadi akrab dengan situasi. Minimalkan peran kompetisi dan penilaian guna menghindari c) kecemasan.

  Kesulitan. Banyak tugas yang kompleks. Atur materi dari yang sederhana menuju ke yang kompleks untuk membangun rasa percaya diri d) Kesalahan. Bangun atau susun tugas yang menghindari kesalahan dan dan keterampilan. e) tidak dapat dipelajari.

  Praktek. Berikan kesempatan untuk mempraktekkan hal yang sama pada tugas yang berbeda. Beberapa praktek akan membantu untuk f) Umpanbalik (Feedblack). Berikan informasi yang memadai dari respon mengembangkan keterampilan. g) terdahulu.

  Materi ajar disajikan untuk mengimbangi atau sesuai dengan problem indera yang dihadapi oleh lanjut usia. Perhatian langsung tertuju pada aspek tugas yang relevan. Kurangi atau hindari informasi yang tidak h) relevan (cues).

  Organisasi. Belajar dan mengingat informasi sering dikelompokkan atau i) Relevansi dan pengalaman. Orang belajar dan mengingat apa yang berhubungan dengan beberapa cara. dirasa penting baginya. Usahakan agar tugas relevan dengan minat individual.

  Daftar Referensi

Arifin, Bambang Syamsul, Psikologi Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2008.

  Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta:Erlangga.

http://mnhmotivator.blogspot.com/2011/06/psikologi-perkembangan-masa-

tua.htm

Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.

Mujib, A. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Pt Raja Grafindo.

Santrock, J. W. 2002. Life Span Development, Jakarta : Erlangga.

www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE -

110k - diakses pada minggu, 27 April 2014.