Penelitian Orientasi Profesional terhadap Konflik peran

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH ORIENTASI PROFESIONAL TERHADAP KONFLIK PERAN DENGAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN ORIENTASI TUJUAN SISTEM SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(STUDI EMPIRIS PADA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN)

OLEH : ARDIN DOLOK SARIBU, SE., MSi

Dosen Tetap Fakultas Ekonomi LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

Abstract

Professionals working in Higher Education institutions when structural positions, then the faculty will have dual appointments. As a lecturer he should be oriented with the values of the profession are called professional orientation and as a manager, in this case should pay attention to the efficiency and achievement of organizational goals called goal orientation system. This study examines the effect of budget participation and goal orientation of the system as a variable moderating influence of professional orientation to role conflict. The population in this study is the dean, vice dean II, Kaprodi, sekprodi, chairman of the agency, and the head of the bureau. This penlitian samples were collected by questionnaire directly to the person concerned or through the Faculty Executive Board. Of the 74 questionnaires were given, only complains 40 who returned and can be used to test the hypothesis. The analysis technique used to test the hypothesis is multiple regression test tool is ujiregresi residual moderating variable. The results showed that high goal orientation system a negative effect on the role conflict. Variable budget participation can strengthen the influence of goal orientation toward conflict system while the role of goal orientation system can not strengthen the influence of goal orientation system to role conflict.

Keywords: Professional Orientation, Budgetary Participation, Orientation System Objectives and Role Conflict.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan penelitian ini tidak lepas dari pengorbanan dan bantuan dari banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Sabam Malau, selaku Rektor Universitas HKBP Nommensen besarta seluruh stafnya.

2. Bapak Prof. Dr. Monang Sitorus, MSi., selaku Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen beserta seluruh stafnya.

3. Bapak Dr. Ir. Parulian Simanjuntak, MA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen beserta seluruh stafnya.

4. Bapak Dr. Jadongan Sijabat, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen beserta seluruh stafnya.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen.

6. Kedua Orang Tua dan Istriku Jojor Delima Samosir, AMKeb. Dan Anakku Goldfried Rainhard Dolok Saribu serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi dengan penuh kasih sayang kepada penulis.

7. Seluruh pihak-pihak tidak disebutkan yang telah mendukung dan memberikan saran yang membangun kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna,

sehingga masih diperlukan masukan dan saran yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan, dan akhirnya harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Pebruari 2015

Ardin Dolok Saribu, SE., MSi.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang

PengelolaPerguruanTinggisebagianbesarmenetapkankebijakanbahwapimpin anpuncakhinggapimpinanmenengahdipegangoleh para professional yang merekamilikiyaitustafpengajar/dosen. Hal inidimotivasiolehkondisipersainganusaha yang semakinkompetitifuntukmeningkatkankualitas output yang dihasilkandarisuatuperguruantinggi, disampingitusebagaiupayauntukmeningkatkanefisiensidanefektivitasmanajemen.

Jikaseseorangdosenmendudukijabatanstruktural, makadosentersebutmemilikiperangandayaituperansebagaipimpinan di unit masing-masingdansebagaistafpengajar. Sebagaipimpinandosentersebutharusberdasarkanpadaefisiensidanpencapaiantujua norganisasidalammenjalankanaktivitasnya, dansebagaiseorangstafpengajar, dosentersebutharusberorientasidengannilai-nilaiprofesionalnyasecaraspesifik yang disebutdenganberorientasi professional. Keberhasilanseorangmanajersebagaiseorangpemimpin di unit masing- masingakandiukurantara lain denganpengendalianadministrasiataubirokratis yang salahsatunyadilakukanmelalui proses penganggaran. Menurut Hopwood (1976) pengendalianadministrasitersebutmencakupmekanismedanprosedursepertistruktur otorisasi, peraturan, kebijakan, proseduroperasistandar, anggarandan system Jikaseseorangdosenmendudukijabatanstruktural, makadosentersebutmemilikiperangandayaituperansebagaipimpinan di unit masing-masingdansebagaistafpengajar. Sebagaipimpinandosentersebutharusberdasarkanpadaefisiensidanpencapaiantujua norganisasidalammenjalankanaktivitasnya, dansebagaiseorangstafpengajar, dosentersebutharusberorientasidengannilai-nilaiprofesionalnyasecaraspesifik yang disebutdenganberorientasi professional. Keberhasilanseorangmanajersebagaiseorangpemimpin di unit masing- masingakandiukurantara lain denganpengendalianadministrasiataubirokratis yang salahsatunyadilakukanmelalui proses penganggaran. Menurut Hopwood (1976) pengendalianadministrasitersebutmencakupmekanismedanprosedursepertistruktur otorisasi, peraturan, kebijakan, proseduroperasistandar, anggarandan system

Berbagaistudipendahuluanmenunjukkanbahwaperangandainiberpotensiuntu kmenimbulkandapat yang merugikanbagiorganisasidengantimbulnyakonflikperan (Abernethy danStoelwinder, 1995). Konflikperantimbuljika para professional memandangbahwakesesuaiandengansalahsatuperanakanmengakibatkankesesuaian denganperan yang lain sulitdantidakmungkin. Dengan kata lain, pengharapan yang berhubungandenganperansebagai professional tampakmerupakankonfliklangsungdenganpengharapan yang berhubungandenganperanannyasebagaimanajer (Rizzo, 1970 dalamGregson, 1994).

Penganggaransebagaisuatubentukpengendalian formal dirancangberdasarkanprinsip-prinsippengendalianbirokratik. Berbagaistudiempirismenunjukkanbahwa para professional mengalamikonflikketikamerekadiharapkanberpartisipasidalambentukpengendalian ini (Scott, 1966; Hall, 1967; Copur, 1990; Raelin, 1991 dalamComerforddan Abernethy, 1999).

Adanyapotensiterjadinyakonflikperanataspenerapan proses penganggaranpadaorganisasi yang didominasikalanganProfesional, perlumendapatkanperhatiansaksama, karenaberbagaipenelitian yang dilakukansebelumnyamenyatakan, konflikperan yang terjadidalamsuatuorganisasitidakhanyamembawadampak yang Adanyapotensiterjadinyakonflikperanataspenerapan proses penganggaranpadaorganisasi yang didominasikalanganProfesional, perlumendapatkanperhatiansaksama, karenaberbagaipenelitian yang dilakukansebelumnyamenyatakan, konflikperan yang terjadidalamsuatuorganisasitidakhanyamembawadampak yang

Dalamstudi yang dilakukanpadasuatuorganisasi social (charitable organization) yang bersifatnirlaba, menyatakanbahwakonflikperantimbul bias menurunkankomitmenorganisasi (Collins, et.al., 1995). Selanjutnyastudi Abernethy danStoelwinder (1995) yang khususdilakukanpadaorganisasi yang didominasi professional, jugamenyatakanbahwakonflikperantersebutsecarasignifikanmenurunkantingkatke puasankerjadanmenurunkankinerja sub-unit organisasi. Dengandemikianpenelitian yang memfokuskanpadausaha-usaha yang menghilangkanataumenurunkankemungkinantimbulnyakonflikperanataspenerapa n proses penganggarantersebutlayakdilakukan.

Penelitiansebelumnya yang berdasarpada paradigm konsekuensiintegrasi professional padaorganisasibirokratik, menyatakanbahwakonflikperandapatdiminimalkanbila professional tidakdihadapkanataumenghindariketerlibatandalampengendalian administrative, karenapengendalian administrative membatasi para dosendalamaktivitas yang ditunjukkanuntukmengaturdirimerekasendiri (self-regulatory activities) (DerberdanSchawartz, 1991 dalamAbernthydanStoelwinder, 1995).

SementaramenurutComerforddanAbernthy (1999) menyatakanbahwakonflikperanndapatdihindaripadabentukpengendalian administrative. Merekamemandangbahwakonflikperan yang munculketika professional terlibatdalampenganggaran, dapatdiatasiolehtujuan system. Hasiltujuanmerekamendukungproposisibahwaindividu yang memilikiorientasi professional

yang yang

Di Indonesia penelitiantentangOrientasiProfesional, konflikperan, partisipasianggarandanpenggunaananggaransebagaievaluasikinerja di telitiolehHidayati (2001). Hasilnyamenunjukkaninteraksiantaraorientasi professional danpartisipasianggarantidakberpengaruhterhadapkonflikperan. Mutmainah (2000) menelititentangmanajemenkonflikperan professional- manajerialmelaluiorientasitujuan system dankeadilanpersepsian. Suatuupayameningkatkankinerjadankepuasankerja. Hasilnyamenunjukkanorientasitujuan system tidakmempengaruhihubunganorientasi professional dengankonflikperan professional manajerial. Keduahasilpenelitiantersebutberbedadenganpenelitian yang dilakukanolehComerforddan Abernethy (1999) yang menyatakanbahwakedua variable yaitu variable partisipasipenyusunananggarandanorientasitujuan system mempengaruhiorientasi professional dengankonflikperan.

Berdasarkan alas an tersebutdanketidakkonsistenanhasil di antara para peneliti, makadalampenelitianiniresponden yang akandiambildariUniversitas HKBP Nommensen, danakandikajiulanguntukmengetahuibagaimanapengaruhdanmemfokuskanpadaus aha-usaha yang dapatmenurunkanataumenghilangkankemungkinantimbulnyakonflikperanataspene rapan proses penganggaran yang mendukung professional agar Berdasarkan alas an tersebutdanketidakkonsistenanhasil di antara para peneliti, makadalampenelitianiniresponden yang akandiambildariUniversitas HKBP Nommensen, danakandikajiulanguntukmengetahuibagaimanapengaruhdanmemfokuskanpadaus aha-usaha yang dapatmenurunkanataumenghilangkankemungkinantimbulnyakonflikperanataspene rapan proses penganggaran yang mendukung professional agar

PenelitianiniberbedadenganComerforddan Abernethy (1999) dalamhal setting para dokterdanperawat yang bekerjapadasalahsaturumahsakitpendidikanterbesar di Australia. Adapundalampenelitianinidigunakan para professional yang bekerjapadaperguruantinggisebagairespondenyaitudosen yang merangkapjabatansebagaiWakilRektor II, Dekan, WakilDekan II, KetuadanSekretaris Program studi, Ketualembaga, dankepala biro terkait, denganalasanbahwapada level ini yang membidangitugas- tugasadministrasidankeuangan, lebihmemahamidanikutsertadalam proses penyusunananggaranbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsungsertadapatmerasaka npengaruhnyaterhadapperangandanyasebagaidosendanjugasebagaipejabatterkaitdi lingkunganUniversitas HKBP Nommensen.

1.2.PerumusanMasalah.

Berdasarkanlatarbelakang di atas, hasilpenelitian yang dilakukanolehComerforddan Abernethy (1999) menyatakanbahwakedua variable yaitupartisipasipenyusunananggarandanorientasitujuan system mempengaruhiorientasi professional dengankonflikperan. Hal iniberbedadenganpenelitianHidayati (2001) menyatakaninteraksiantaraorientasi professional danpartisipasianggarantidakberpengaruhterhadapkonflikperan, danhasilpenelitianMutmainah (2000) menunjukkanorientasitujuan system Berdasarkanlatarbelakang di atas, hasilpenelitian yang dilakukanolehComerforddan Abernethy (1999) menyatakanbahwakedua variable yaitupartisipasipenyusunananggarandanorientasitujuan system mempengaruhiorientasi professional dengankonflikperan. Hal iniberbedadenganpenelitianHidayati (2001) menyatakaninteraksiantaraorientasi professional danpartisipasianggarantidakberpengaruhterhadapkonflikperan, danhasilpenelitianMutmainah (2000) menunjukkanorientasitujuan system

Berdasarkanhaltersebut, makamasalah yang ditelitidapatdirumuskandalambentukpertanyaanpenelitiansebagaiberikut:

1. ApakahOrientasiProfesional yang tinggiberpengaruhterhadapkonflikperan?

2. ApakahOrientasiProfesional yang tinggiberpengaruhterhadapkonflikperandengan variable partisipasipenyusunananggaransebagai variable moderating ?

3. ApakahOrientasiProfesional yang tinggiberpengaruhterhadapkonflikperandengan variable orientasitujuansistemsebagai variable moderating ?

1.3.TujuanPenelitian

Sesuaidenganrumusanmasalah, makapenelitianinimempunyaitujuanadalahsebagaiberikut:

1. MengujidanmenganalisisOrientasiProfesional yang tinggiberpengaruhterhadapkonflikperan?

2. MengujidanmenganalisisOrientasiProfesional yang

tinggiberpengaruhterhadapkonflikperandengan variable partisipasipenyusunananggaransebagai variable moderating ?

3. MengujidanmenganalisisOrientasiProfesional yang

tinggiberpengaruhterhadapkonflikperandengan variable orientasitujuansistemsebagai variable moderating ?

1.4.ManfaatPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan, penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Diharapkandapatmemberikankontribusipadapengembanganteoriakuntansi, terutama yang berkaitandenganakuntansimanajemen.

2. Diharapkandapatmemberikanmanfaatpraktisbagiorganisasi yang banyakmemanfaatkantenaga professional, terutamastafpengajar/dosenpadalembagaperguruantinggiterutamamenghila ngkankemungkinantimbulnyakonflikperanataspenerapan proses penganggarandenganmengambangkankomitmenpemimpin, tanpamenghilangkankomitmenprofesional.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Latuheru

(2004) yang berjudul “PengaruhOrientasiProfesionalTerhadapKonflikPerandenganVariabel Moderating: PartisipasiPenyusunanAnggarandanOrientasiTujuanSistemStudiEmpirispadaPerg uruanTinggi Di Indonesia” di mana perbedaan penelitian ini terletak pada lokasi objek yang ditelitiyaitu diUniversitasHKBP Nommensen.Dimanapenelitiberargumenbahwafaktorwilayahdanbudayadapatmen gakibatkanperbedaanpersepsidarihasilpenelitiansebelumnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Konflik Peran

Teori peran menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik peran apabila ada dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada seseorang, sehingga apabila individu tersebut mematuhi satu diantaranya akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin mematuhi yang lainnya (Wolfe dan Snoke, 1962 dalam Albernethy dan Stoelwinder, 1995). Collins, et.al., (1995) menyatakan bahwa konflik peran terjadi jika individu mempunyai peran ganda yang bertentangan atau menerima berbagai penghargaan atas peran yang bertentangan atas jabatan tertentu. Jadi konflik peran terjadi jika individu harus menyandang dua peran yang berbeda pada saat yang sama.

Copur (1990) dalam Albernthy dan Stoelwinder (1995) menjelaskan dua hal yang dipandang sebagai penyebab timbulnya konflik peran pada para professional birokrat. Pertama tugas-tugas birokratis bersifat parsial dan pelatihan berlangsung singkat dan dilakukan dalam organisasi, sedangkan pekerjaan professional bersifat keseluruhan dan pelatihan memakan waktu yang lama di luar organisasi. Kedua, para birokrat loyal kepada organisasi dan melegatimasi tindakan mereka berdasar pada peraturan-peraturan organisasi, sedangkan professional menghendaki loyalitas pada profesi dan melegitimasi tindakan mereka berdasarkan kompetensi yang mereka lakukan. Pada birokrasi, kepatuhan Copur (1990) dalam Albernthy dan Stoelwinder (1995) menjelaskan dua hal yang dipandang sebagai penyebab timbulnya konflik peran pada para professional birokrat. Pertama tugas-tugas birokratis bersifat parsial dan pelatihan berlangsung singkat dan dilakukan dalam organisasi, sedangkan pekerjaan professional bersifat keseluruhan dan pelatihan memakan waktu yang lama di luar organisasi. Kedua, para birokrat loyal kepada organisasi dan melegatimasi tindakan mereka berdasar pada peraturan-peraturan organisasi, sedangkan professional menghendaki loyalitas pada profesi dan melegitimasi tindakan mereka berdasarkan kompetensi yang mereka lakukan. Pada birokrasi, kepatuhan

Abernethy dan Stoelwinder (1995) menaruh perhatian pada para professional di rumah sakit yang menggunakan tipe pengendalian output sebagai alat untuk memonitor dan mengukur kinerja unit klinik. Modelnya dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa para professional memandang usaha-usaha untuk mendukung pengendalian administrative seperti penganggaran akan mengancam nilai dan norma professional sehingga akan menimbulkan konflik peran jika dipertemukan dengan lingkungan pengendalian pada rumah sakit tersebut.

2.1.2. Konsep Profesi

Menurut para ahli sosiologi menyatakan bahwa masyarakat mengetahui power dan prestise profesi yang terkait dengan kebutuhan dan nilai-nilai sentral dari system social. Sebagai imbalan, masyarakat mengharapkan para professional untuk melayani masyarakat, melebihi dan di atas insentif-insentif material. Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dijalani seseorang sesuai dengan keahlian yang menuntut kesetiaan (Commitment), kecakapan (skill), dan tanggung jawab yang sepadan (Accountability), sehingga bukan semata-mata kegiatan mencari nafkah yang berupa materi belaka.

Sementara menurut pandangan fungsional, profesionalisme sebagai atribut individu yang penting dan sulit menerapkan diluar tradisi fungsional Sementara menurut pandangan fungsional, profesionalisme sebagai atribut individu yang penting dan sulit menerapkan diluar tradisi fungsional

Peneliti empiris memberikan bukti yang cenderung bertentangan dengan asumsi bahwa komitmen terhadap profesi dan organisasi bersifat mutually exclusive, karena timbulnya konflik manakala persyaratan atau tujuan organisasi dan profesi tidak sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu konflik juga dapat terjadi apabila para professional diarahkan oleh manajemen untuk mengambil tindakan yang melanggar aturan etika profesi (Calvert C. Gregor, 1989).

2.1.3. Orientasi Profesional dan Konflik Peran

Keterlibatan para professional dalam birokrat suatu organisasi, membawa implikasi dalam proses manajemen penganggaran. Sementara norma dan nilai yang dianut professional tidak selalu sejalan dengan model pengendalian birokratik, misalnya pengendalian para professional menekankan pada self control, sedangkan pengendalian birokratik menuntut loyalitas dan komitmen yang tinggi pada organisasi.

Kisaran konflik yang dialami professional tergantung seberapa tingginya mereka menjaga orientasi profesional dan mengintegrasikan dengan orientasi

tujuan system, nilai dan norma organisasi dimana mereka bekerja dengan kata lain semakin besar orientasi profesional yang dimiliki para pimpinan, semakin tinggi potensi konflik peran yang dialami. Namun penelitian ini menyatakan bahwa komitmen yang tinggi pada profesi tidak berarti komitmen pada organisasi akan rendah (Wallace, 1995). Artinya antara keduanya tidak saling menggantikan. Vandenberg dan Scarpello (1994) menyatakan bahwa masing-masing komitmen tersebut memiliki keunikan dan pengaruh tersendiri terhadap sikap dan perilaku kerja mereka. Lebih lanjut merek menyatakan bahwa kekuatan hubungan ini beragam sesuai dengan lingkungan kerja dan derajat keprofesionalannya. Perspektif ini mengungkapkan bahwa semakin besar nilai-nilai profesional pada suatu organisasi semakin kuat hubungan antara kedua komitmen tersebut. Ini berarti, semakin besar nilai profesional berpengaruh pada kelangsungan organisasi, semakin besar kecenderungan organisasi untuk membangun sistem nilai organisasi yang konsisten dengan sistem nilai profesi.

2.1.4. Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Konflik Peran

Menurut Kenis (1979) Manajemen penganggaran menyangkut berbagai aspek, yaitu partisipasi anggaran (budgeting participation), kejelasan sasaran anggaran (Budgeting goal clarity), umpan balik berdasarkan anggaran (budgeting feedback), evaluasi kinerja berdasarkan anggaran (Budget goal difficulty). Berbagai fungsi anggaran pada dasarnya merupakan konsep anggaran yang lebih luas yakni sebagai alat pengendalian yang mencakup pengarahan atau pengaturan Menurut Kenis (1979) Manajemen penganggaran menyangkut berbagai aspek, yaitu partisipasi anggaran (budgeting participation), kejelasan sasaran anggaran (Budgeting goal clarity), umpan balik berdasarkan anggaran (budgeting feedback), evaluasi kinerja berdasarkan anggaran (Budget goal difficulty). Berbagai fungsi anggaran pada dasarnya merupakan konsep anggaran yang lebih luas yakni sebagai alat pengendalian yang mencakup pengarahan atau pengaturan

Karena status keuangan dan karier para pimpinan dipertaruhkan, maka anggaran dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku mereka. Positif atau negatifnya pengaruh tersebut tergantung dari cara penggunaan anggaran. Perilaku positif terjadi bila tujuan dari setiap pimpinan sesuai dengan tujuan organisasi. Anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi, Milani (1975). Dampak fungsional dalam aspek anggaran menurut Cherrington (1973) meliputi perencanaan, koordinasi, implementasi, pengendalian, evaluasi terhadap kejadian, dan sebuah dasar pencapaian tujuan melalui penghargaan secara lebih baik.

Perilaku disfungsional merupakan perilaku individu yang memiliki konflik dasar dengan tujuan organisasi, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan di antara anggota organisasi (Hansen dan Mowen, 1999). Selain itu anggaran juga bias menimbulkan dampak lain yaitu ketidaknyamanan dan konflik. Untuk mengurangi berbagai dampak disfungsional, bawahan perlu diberi kesempatan berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Menurut Siegel dan Marconi (1989) menyatakan bahwa jika diterapkan secara tidak benar, partisipasi dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi. Umumnya profesional digambarkan sebagai seseorang yang menolak berhubungan dengan orientasi tujuan system. Profesional dilatih dan disosialisasikan sesuai dengan model kendali profesional dan mengembangkan orientasi yang kuat terhadap nilai dan norma profesional yang dianggap Perilaku disfungsional merupakan perilaku individu yang memiliki konflik dasar dengan tujuan organisasi, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan di antara anggota organisasi (Hansen dan Mowen, 1999). Selain itu anggaran juga bias menimbulkan dampak lain yaitu ketidaknyamanan dan konflik. Untuk mengurangi berbagai dampak disfungsional, bawahan perlu diberi kesempatan berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Menurut Siegel dan Marconi (1989) menyatakan bahwa jika diterapkan secara tidak benar, partisipasi dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi. Umumnya profesional digambarkan sebagai seseorang yang menolak berhubungan dengan orientasi tujuan system. Profesional dilatih dan disosialisasikan sesuai dengan model kendali profesional dan mengembangkan orientasi yang kuat terhadap nilai dan norma profesional yang dianggap

2.1.5. Orientasi Tujuan Sistem dan Konflik Peran

Orientasi tujuan system dan konflik peran bukan merupakan suatu yang dikotomi tetapi lebih merupakan fenomena yang terjadi dalam tingkat intensitas (Barley dan Tolbert, 1991). Artinya setiap organisasi mengalami masalah konflik peran, hanya derajat atau tingkat keseriusan permasalahannya yang berbeda. Karena orientasi tujuan system ini berimplikasi pada sikap dan perilaku profesional serta berpengaruh pula pada lingkungan kerja organisasi secara keseluruhan, maka manajemen berkepentingan untuk mengantisipasinya.

Penelitian yang dilakukan Abernethy dan Stoelwinder, 1995) menyatakan bahwa konflik peran dapat diminimalisir jika profesional tidak dihadapkan pada pengendalian administrastif, karena pengendalian administrative membatasi mereka dalam aktivitas yang ditujukan untuk mengatur diri sendiri. Dilain pihak konflik peran dapat dihindari bila profesional melapaskan orientasi profesional yang tinggi (Copur, 1990) dan mengubah orientasi mereka sesuai dengan nilai- nilai dan norma organisasi (Miller dan Wager, 1971).

Model yang dikembangkan oleh Abernethy dan Stoelwinder (1995) tidak memungkinkan bahwa konflik peran yang timbul ketika profesional terlibat dalam penganggaran, dapat dimoderatkan oleh orientasi tujuan sistem individual. Dengan demikian diakui bahwa mempertahankan orientasi profesional adalah kritis untuk manajemen kerja profesional yang efektif, namun sangat mungkin bahwa organisasi dapat menciptakan lingkungan yang membangkitkan para profesional untuk mengambil orientasi tujuan sistem tanpa melepaskan komitmen terhadap nilai-nilai profesional. Apabila demikian halnya, maka adopsi terhadap orientasi tujuan sistem dapat berfungsi sebagai alat untuk memoderatkan hubungan antara konflik peran, orientasi profesional.

2.2. Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian sebelumnya yang membahas hubungan profesional dan konflik peran, yang dikaitkan dengan partisipasi anggaran dan orientasi tujuan organisasi. Merchant (1985) meneliti tentang partisipasi anggaran, komunikasi dan birokrasi. Penelitian Abernethy dan Stoelwinder (1995) meneliti tentang partisipasi anggaran, ketidakpastian tugas dan orientasi tujuan di rumah sakit. Comerford dan Abernethy (1999) meneliti tentang orientasi profesional, orientasi tujuan system, partisipasi dalam penyusunan anggaran dan konflik peran di rumah sakit. Dengan demikian penelitian yang direplikasi dalam penelitian ini yaitu Latuheru (2004), meneliti tentang pengaruh orientasi profesional terhadap konflik peran dengan variable moderating: partisipasi penyusunan anggaran dan orientasi Banyak penelitian sebelumnya yang membahas hubungan profesional dan konflik peran, yang dikaitkan dengan partisipasi anggaran dan orientasi tujuan organisasi. Merchant (1985) meneliti tentang partisipasi anggaran, komunikasi dan birokrasi. Penelitian Abernethy dan Stoelwinder (1995) meneliti tentang partisipasi anggaran, ketidakpastian tugas dan orientasi tujuan di rumah sakit. Comerford dan Abernethy (1999) meneliti tentang orientasi profesional, orientasi tujuan system, partisipasi dalam penyusunan anggaran dan konflik peran di rumah sakit. Dengan demikian penelitian yang direplikasi dalam penelitian ini yaitu Latuheru (2004), meneliti tentang pengaruh orientasi profesional terhadap konflik peran dengan variable moderating: partisipasi penyusunan anggaran dan orientasi

Beberapa penelitian di atas merupakan referensi penting dan memberikan inspirasi bagi penyusunan kerangka pemikiran penelitian ini. Untuk memberikan gambaran ringkas tentang beberapa penelitian tersebut disajikan pada table 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1.

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

Variabel

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Penelitian

Hasilnya menyatakan bahwa Ferris

1 Aranya dan Profesional

Regresi.,

luasnya konflik yang dialami (1984)

organisasional

Multi

Konflik Peran

Variabel

para profesional tergantung seberapa tingginya mereka menjaga orientasi profesionalnya atau tergantung pada beralihnya orientasi profesional menuju nilai atau norma organisasi. Semakin besar orientasi para profesional tergantung seberapa tingginya mereka menjaga orientasi profesionalnya atau tergantung pada beralihnya orientasi profesional menuju nilai atau norma organisasi. Semakin besar orientasi

Menguji proporsional bahwa (1985)

2 Merchant Partisipasi

Regresi,

partisipasi akan mengurangi Komunikasi,

Anggaran,

Multi

tekanan untuk menciptakan Birokrasi

variable

kesenjangan anggaran yang disebabkan oleh adanya komunikasi yang positif antara atasan dan bawahan. Hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi anggaran secara negative berhubungan dengan kecenderungan manager menciptakan senjangan anggran.

Meneliti tentang budget, dan

3 Abernethy Partisipasi

Regresi,

ketidakpastian tugas, orientasi Stoelwinder

anggaran,

multivel

tujuan system dan bagian (1991)

ketidakpastian

variable

tugas, orientasi penilaian kinerja, hasilnya

tujuan

menyatakan bahwa penggunaan akuntansi yang efektif untuk mengukur kinerja subunit membutuhkan eksestensi menyatakan bahwa penggunaan akuntansi yang efektif untuk mengukur kinerja subunit membutuhkan eksestensi

4 Comerford Orientasi

Meneliti tentang penganggaran dan

Regresi,

dan manajemen konflik di rumah Abernethy

profesional,

Multi

sakit, hasilnya menyebutkan (1999)

orientasi

variable

tujuan system, bahwa konflik peran tidak dapat partisipasi

dihindarkan dalam lingkungan anggaran, dan

rumah sakit, namun dapat konflik peran

dikurangi. Konflik peran ini disebutkan bahwa profesional cenderung memiliki komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai profesional, tetapi memiliki komitmen yang rendah terhadap nilai-nilai manajerial, sehingga secara langsung melibatkan mereka dalam kendali keuangan, seperti penganggaran yang menyebabkan terjadinya konflik peran.

5 Siti, Orientasi Regresi Multi Meneliti tentang manajemen Mutmainah

konflik peran profesional- (2003)

Profesional,

variable

orientasi manajerial melalui orientasi tujuan system,

tujuan system dan keadilan keadilan

persepsi: suatu upaya persepsi,

meningkatkan kinerja dan konflik peran,

kepuasan kerja di KAP di kinerja, dan

Indonesia. Hasil menunjukkan kepuasan kerja

orientasi tujuan system tidak mempengaruhi hubungan orientasi profesional dengan konflik peran profesional- manajerial

Meneliti tentang pengaruh Hudayati

6 Ataina Orientasi

Regresi,

Profesional, multi variable aspek-aspek penganggaran (2001)

Konflik peran, terhadap konflik peran pada Partisipasi

perguruan tinggi. Hasilnya anggaran, dan

menunjukkan bahwa interaksi penggunaan

antara orientasi profesional dan anggaran

partisipasi anggaran tidak sebagai

berpengaruh terhadap konflik evaluasi

peran, tetapi interaksi orientasi

kinerja

profesional dan penggunaan profesional dan penggunaan

6 Belianus Orientasi Regresi Multi Meneliti pengaruh orientasi Patria

profesional terhadap konflik Latuheru

Profesional,

variable

Konflik Peran, peran dengan variable (2004)

Orientasi moderating: partisipasi Tujuan system,

penyusunan anggaran dan Partisipasi

orientasi tujuan system dengan penyusunan

hasil partisipasi penyusunan anggaran

anggaran sebagai variable moderating berpengaruh positif terhadap hubungan orientasi profesional dengan konflik peran. Sedangkan hubungan langsung orientasi tujuan system tidak berpengaruh terhadap konflik peran, dan orientasi tujuan system tidak dapat memoderating hubungan anggaran sebagai variable moderating berpengaruh positif terhadap hubungan orientasi profesional dengan konflik peran. Sedangkan hubungan langsung orientasi tujuan system tidak berpengaruh terhadap konflik peran, dan orientasi tujuan system tidak dapat memoderating hubungan

Penelitian ini menggunakan konflik peran sebagai variable terikat, orientasi profesional sebagai variable bebas, sedangkan partisipasi penyusunan anggaran dan orientasi tujuan system sebagai variable moderating. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan Latuheru (2004) dengan beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, apakah dengan menggunakan teori yang sama, tetapi dengan sampel yang berbeda akan memberikan haisl yang sama. Kedua, untuk menguji konsistensi hasilnya, maka dapat dijadikan sebagai pengembangan teori akuntansi manajemen di masa yang akan dating.

2.3. Kerangka Konseptual

2.3.1. Hubungan Profesional dan Konflik Peran

Keterliban profesional dalam birokrat menjadi problemik tersendiri, karena keinginan profesional tidak hanya terlibat dalam pengendalian proses pekerjaan, tetapi juga pengendalian tujuan (Barley dan Tolbert, 1991). Sementara itu organisasi enggan memberikan hak-hak istemewa pada profesional bila bertentangan dengan tujuan manajemen dan prinsip-prinsip manajemen birokrat. Keadaan ini diperkuat oleh Johnson (1991), yang lebih skeptis pada kalangan profesional, dimana para profesional ingin mendominasi dan otoritas dengan Keterliban profesional dalam birokrat menjadi problemik tersendiri, karena keinginan profesional tidak hanya terlibat dalam pengendalian proses pekerjaan, tetapi juga pengendalian tujuan (Barley dan Tolbert, 1991). Sementara itu organisasi enggan memberikan hak-hak istemewa pada profesional bila bertentangan dengan tujuan manajemen dan prinsip-prinsip manajemen birokrat. Keadaan ini diperkuat oleh Johnson (1991), yang lebih skeptis pada kalangan profesional, dimana para profesional ingin mendominasi dan otoritas dengan

Dilain pihak perhatian manajemen terhadap kebutuhan anggota organisasinya akan berpengaruh pada komitmen manajerial. Keadaan ini didukung oleh studi Aranya dan Ferris (1984) yang menyatakan bahwa kemampuan organisasi untuk memfasilitasi pemenuhan harapan profesional akan berpengaruh pada komitmen profesional pada tujuan-tujuan manajerial organisasi. Luas konflik yang dialami profesional tergantung seberapa tingginya mereka menjaga orientasi profesionalnya atau tergantung pada beralihnya orientasi profesional menuju nilai atau norma organisasi. Beberapa kelompok profesional seperti dokter, ahli hokum, dan akademisi mencerminkan kelompok yang memiliki orientasi profesional yang tinggi, semakin tinggi potensi konflik peran yang muncul.Namun demikian penelitian selanjutnya menentang asumsi tersebut. Penelitian Wallace (1995) menyatakan bahwa komitmen yang tinggi pada profesi tidak berarti bahwa komitmen pada organisasi rendah, dengan demikian antara keduanya tidak bersifat saling menggantikan.

Karena masih adanya temuan yang saling bertentangan, maka peneliti ingin menguji lagi apakah pengaruh orientasi profesional yang tinggi dimiliki seorang manajer bias menimbulkan konflik peran. Adapun model pertama penelitian yang akan dibangun tampak pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1. Model pengaruh orientasi profesional terhadap konflik peran.

Orientasi Konflik Profesional

Peran

Sumber: Latuheru (2004)

Adapun hipotesis pertama yang akan diuji sebagai berikut:

H1 : Orientasi profesional yang tinggi berpengaruh negatif terhadap

konflik peran.

Secara spesifik dapat diduga bahwa variable orientasi profesional akan mempengaruhi hubungan terhadap konflik peran. Konflik peran yang dialami responden, memiliki orientasi profesional lebih tinggi akan lebih besar disbanding konflik peran yang dialami responden yang memiliki orientasi profesional yang rendah. Dengan kata lain diduga ada hubungan negative antara orientasi profesional dan konflik peran. Semakin tinggi orientasi profesional yang dimiliki seseorang manajer akan berpengaruh negative terhadap konflik peran.

2.3.2. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran

Briers dan Hirst (1990) menemukan dampak disfungsional anggaran terhadap sikap dan perilaku, yaitu sikap agresi bawahan terhadap atasan serta menyebabkan ketegangan kerja. Selain itu anggaran juga bias menimbulkan Briers dan Hirst (1990) menemukan dampak disfungsional anggaran terhadap sikap dan perilaku, yaitu sikap agresi bawahan terhadap atasan serta menyebabkan ketegangan kerja. Selain itu anggaran juga bias menimbulkan

Comerford dan Abernthy (1999) menyatakan interaksi para profesional dalam proses penyusunan anggaran bias menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan para profesional cenderung mempunyai komitmen rendah pada nilai manajerial, kalangan profesional dapat menyusun anggaran semata-mata untuk memenuhi kepentingan profesinya dan bukan kepentingan organisasinya sehingga melibatkan mereka secara langsung dalam pengendalian keuangan seperti dalam penganggaran akan menimbulkan konflik peran.

Abernethy dan Stoelwinder (1995) melakukan penelitian terhadap dokter dirumah sakit dan dosen pada perguruan tinggi, hasilnya menunjukkan bahwa untuk kelompok profesional dosen, interaksi antara orientasi profesional dan dominasi pengendalian output dapat menimbulkan konflik. Sedangkan untuk kelompok profesional dokter, pengendalian output tidak menimbulkan konflik peran. Sementara Ataina Hudayati (2001) yang meneliti pengaruh aspek-aspek penganggaran terhadap konflik peran pada perguruan tinggi, menyatakan bahwa interaksi antara orientasi profesional dan penggunaan anggaran sebagai evaluasi kinerja tidak berpengaruh terhadap konflik peran.

Karena masih banyaknya penelitian yang saling bertentangan, maka peneliti ingin menguji kembali apakah pengaruh partisipasi para profesional dalam proses penganggaran yang dalam hal ini adalah partisipasi penyusunan Karena masih banyaknya penelitian yang saling bertentangan, maka peneliti ingin menguji kembali apakah pengaruh partisipasi para profesional dalam proses penganggaran yang dalam hal ini adalah partisipasi penyusunan

Gambar 2.2. Hubungan Orientasi profesional terhadap konflik peran dengan partisipasi penyusunan anggaran sebagai variable moderating.

Partisipasi Penyusunan anggaran

Orientasi Konflik Profesional

Peran

Sumber: Latuheru, (2004).

Adapun hipotesis ketiga yang akan diuji sebagai berikut:

H3 : Partisipasi penyusunan anggaran mempunyai hubungan positif

orientasi profesional terhadap konflik peran

Secara spesifik dapat diduga bahwa variable partisipasi anggaran akan mempengaruhi hubungan antara orientasi profesional terhadap konflik peran. Konflik peran yang dialami responden, memiliki orientasi profesional lebih tinggi akan lebih besar disbanding konflik peran yang dialami responden yang memiliki orientasi profesional rendah. Selanjutnya variable partisipasi anggaran akan memperkuat hubungan positif antara orientasi profesional terhadap konflik peran. Semakin tinggi partisipasi anggaran semakin tinggi hubungan positif antara orientasi profesional dan konflik peran.

2.3.3. Pengaruh orientasi tujuan sistem

Karena konflik peran ini berimplikasi pada sikap dan perilaku profesional yang berimbas pulu pada lingkungan kerja organisasi keseluruhan, maka manajemen berkepentingan untuk mengatasinya. Penelitian Comerford dan Abernethy (1999) dianggap memberikan alternative solusi yang berarti untuk mengatasi konflik peran profesional – manajerial. Riset sebelumnya yang mendasar pada paradigm konsekuensi integrasi profesional pada organisasi birokratik, menyatakan bahwa konflik peran dapat diminimalkan bila profesional tidak dihadapkan pada pengendalian administrative membatasi mereka dalam aktivitas yang ditujukan untuk mengatur diri mereka sendiri (Abernethy dan stoelwinder, 1995). Hasil penelitian lain menyatakan bahwa konflik peran dapat dihindari bila profesional tidak memelihara orientasi profesional yang tinggi (Copur, 1990) atau merubah orientasi mereka sesuai dengan nilai-nilai atau norma organisasi (Miller dan Wager, 1971). Hal ini berarti para profesional harus menyesuaikan diri dengan kepentingan organisasi untuk tidak mengabaikan orientasi manajerial.

Orientasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang mendorong profesional untuk menerima orientasi tujuan system, tanpa melepaskan komitmen mereka pada nilai-nilai profesional (Comerford dan Abernethy, 1999). Integritas ini mensyaratkan profesional untuk berpartisipasi dalam mengendalikan administrative formal seperti anggaran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses penganggaran yang partisipatif tidak berarti apapun dan bahkan berdampak negative pada kinerja dan kepuasan (Lindquist, 1995). Untuk mendukung hal ini Orientasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang mendorong profesional untuk menerima orientasi tujuan system, tanpa melepaskan komitmen mereka pada nilai-nilai profesional (Comerford dan Abernethy, 1999). Integritas ini mensyaratkan profesional untuk berpartisipasi dalam mengendalikan administrative formal seperti anggaran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses penganggaran yang partisipatif tidak berarti apapun dan bahkan berdampak negative pada kinerja dan kepuasan (Lindquist, 1995). Untuk mendukung hal ini

Berdasarkan temuan penelitian terdahulu, penelitian ini menguji kembali pengaruh orientasi tujuan system terhadap hubungan antara orientasi profesional dengan konflik peran profesional-manajerial, yang dinyatakan dalam bentuk hipotesis kedua yang akan diuji sebagai berikut:

H2 : Orientasi tujuan system mempengaruhi hubungan positif orientasi

profesional terhadap konflik peran.

Adapun model penelitian yang dapat disampaikan, dikemukakan dalam gambar

2.2. sebagai berikut:

Gambar 2.2. Hubungan Orientasi profesional terhadap konflik peran dengan orientasi tujuan system sebagai variable moderating.

Orientasi Tujuan sistem

Sumber: Latuheru (2004)

Secara spsesifik dapat diduga bahwa variable orientasi tujuan system akan mempengaruhi hubungan antara orientsi profesional terhadap konflik peran. Konflik peran yang dialami responden, memiliki responden, memiliki orientasi profesional lebih tinggi akan lebih besar disbanding konflik peran yang dialami responden yang memiliki orientasi profesional dan konflik peran. Selanjutnya variable orientasi tujuan system akan memperkuat hubungan positif antara orientasi profesional terhadap konflik peran.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah jenis penelitian survei (survey research) yaitu penelitian yang menjelaskan dan menguji hipotesis (explanatory). Dalam survei, informasi diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang datanya dikumpulkan dari responden atau populasi yang akan menjadi sampel penelitian. Pemberian kuesioner kepada responden dilakukan dengan cara: 1) datang langsung menemui responden, 2) snowball atau dengan bantuan kolega untuk menyampaikan kuesioner kepada responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang didasarkan pada tujuh skenario yang diberikan kepada responden. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data subyek, yaitu data yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi subyek penelitian (respondent). Sedangkan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya (Indriantoro dan Supomo, 1999).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui survei langsung kepada responden melalui kuesioner yang akan diberikan untuk Dosen-dosen

yang yang

Penelitian ini dilakukan mulai dari September 2014 sampai dengan Pebruari 2015, dimulai dari pemilihan masalah, pengumpulan data, analisis data serta penyusunan laporanpenelitian.

3.3. PopulasidanSampel

Populasi yang digunakandalampenelitianiniadalahWakilRektor II, WakilDekan II, Ketua Program Studi, Sekretaris Program Studi,Ketualembaga, danKepala Biro yang terkaitpadaUniversitas HKBP Nommensen. Lembagaperguruantinggidipilihsebabmenurut Abernethy danStoelwinder (1995) institusiinididominasiolehfungsionalnya yang sangatkuat.

Menurut literature akuntansimanajemen, sistempengendalianmanajemendirancangsebagaialatbagi top management untukmengendalikan level bawahdanmenengah. Karenaaspekpenganggaranmenyampaikanmaknabahwa yang berkepentinganlah yang sebaiknyamenyusunanggaran, dalamhalinididugaaspekpenganggaraninibelumsampaike level yang paling bawahyaitukepalalaboratoriumkarenabelumdiikutsertakan. Sehingga unit analisis yang digunakanyaituWakilRektor II, WakilDekan II, Ketua Program Studi, KetuaLembagadanKepala Biro terkaitdenganjumlahpopulasisebanyak 74 orang dosen.

Agar dosen yang dijadikansampelkompleksitassistempengendaliankeuangancukuptinggisertaaspekp engendalian yang dipergunakandalampenelitianinidirancangcukupbaik, makametodepenarikansampel yang digunakanadalahmetodesensusdimanasemuaDosen yang rangkaptugassepertiWakilRektor II, WakilDekan II, Ketua Program Studi, KetuaLembagadanKepala Biro terkait. Daftarpertanyaandiberikanlangsungataumelaluikolegaakandigunakansebagaisamp elpenelitianini..

3.4. DefenisiOperasionalVariabel

3.4.1. OrientasiProfesional

Salim (1991) mendefenisikanorientasisebagaidasarpemikiranuntukmenentukansikapdanarahans ecaratepatdanbenar. Dengandemikianorientasiprofesionaldalamhaliniberartidasarpemikiranuntukmene ntukansikapdanarahsecaratepatdanbenar yang harusdimilikiolehseorangprofesional. Menurut Abernethy danStoelwinder (1991) profesionaladalahseseorang yang memilikikeahlian yang diperolehmelaluipendidikankhususdalamjangkapanjangdenganmendasarkanpadas eperangkatpengetahuan (body of knowledge) danprofesionaltersebutlebihberorientasiuntukmenghasilkanjasa (service Salim (1991) mendefenisikanorientasisebagaidasarpemikiranuntukmenentukansikapdanarahans ecaratepatdanbenar. Dengandemikianorientasiprofesionaldalamhaliniberartidasarpemikiranuntukmene ntukansikapdanarahsecaratepatdanbenar yang harusdimilikiolehseorangprofesional. Menurut Abernethy danStoelwinder (1991) profesionaladalahseseorang yang memilikikeahlian yang diperolehmelaluipendidikankhususdalamjangkapanjangdenganmendasarkanpadas eperangkatpengetahuan (body of knowledge) danprofesionaltersebutlebihberorientasiuntukmenghasilkanjasa (service

Intrumentersebutterdiridaritujuh item yang memfokuskanpadanilai yang menunjukkanadanyaorientasiprofesional yang tinggi. instrumenttersebuttidakmengukurapakahseorangindividutersebutprofesional, tidak pula mengukurperilakuprofesional, tetapi instrument tersebutsebagaiproksinilai yang dipandangberhubungandenganorientasiprofesional (lawandariorientasimanajerial). Intrumentersebutdifokuskanpadatingkatpengetahuanakademik yang diperguanakn para profesionalsebagaialatuntukmeningkatkankeahliansehinggamereka bias memperolehdanmenjagaotonomiprofesionalnya.

3.4.2. PartisipasiPenyusunanAnggaran

Penyusunananggaranadalahluasnyamanajerterlibatdalampenyiapananggara ndanbesarnyapengaruhmanajerterhadapsasarananggaran unit organisasi yang menjaditanggungjawabnya (Kenis, 1979). Di Indonesia instrumeninipernahdigunakanolehHudayati (2001) dengancronbach alpha 0,61. Penggunaan instrument tersebutdimaksuduntukmengukurtingkatpartisipasi, Penyusunananggaranadalahluasnyamanajerterlibatdalampenyiapananggara ndanbesarnyapengaruhmanajerterhadapsasarananggaran unit organisasi yang menjaditanggungjawabnya (Kenis, 1979). Di Indonesia instrumeninipernahdigunakanolehHudayati (2001) dengancronbach alpha 0,61. Penggunaan instrument tersebutdimaksuduntukmengukurtingkatpartisipasi,

3.4.3. KonflikPeran

Gregson, et.al., (1994) mendefinisikankonflikperansebagaiketidaksesuaianpengahrapa yang berhubungandenganperan. Dalampenelitianinikonflikperan yang dimaksudadalahkonflikperan yang dialamiolehWakilRektor II, WakilDekan II, Ketua Program Studi, KetuaLembagadanKepala Biro terkait yang memilikiperangandabaiksebagaistafpengajarmaupunsebagaipejabat. Variable inidiukurdenganmenggunakandelapan item instrument yang dikembangkanoleh Rizzo (1970) dandipergunakanolehComerforddan Abernethy (1999) dengancronbach alpha sebesar 0,84 serta di Indonesia instrument inijugapernahdipergunakanolehPuspadanRiyanto (1999) dengancronbachsebesar 0,83. Lima point skalalikertdipergunakanuntukmengukurkonflikperan yang dialamiolehWakilRektor II, WakilDekan II, Ketua Program Studi, KetuaLembagadanKepala Biro terkait.

3.4.4. OrientasiTujuanSistem

Konstrukorientasitujuan system mencakupkomitmenindividupadatujuandannilai-nilaimanajerial (Comerforddan Abernethy, 1999). Hal inidirefleksikandalamperilaku yang Konstrukorientasitujuan system mencakupkomitmenindividupadatujuandannilai-nilaimanajerial (Comerforddan Abernethy, 1999). Hal inidirefleksikandalamperilaku yang

3.5. TeknikAnalisis

3.5.1. Statistika Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan demografi responden dan deskripsi dari variabel penelitian. Penelitian menggunakan tabel distribusi frekuensi yang menunjukkan angka rata-rata, median dan standar devisi.

3.5.2. Uji Reliabilitas dan Validitas Data

Uji realibilitas dan validitas data hanya dilakukan untuk instrumen variabel dependen dan independen yang merupakan variabel laten yaitu variabel yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati (Ghozali, 2005).

1. Uji Reliabilitas

Pada penelitian di bidang ilmu sosial seperti manajemen, psikologi, akuntansi bidang perilaku, variabel-variabel penelitiannya dirumuskan sebagai sebuah variabel latent atau un-observed atau konstruk, yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator yang diamati dengan menggunakan kuesioner atau angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat responden tentang suatu hal. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk itu perlu dilakukan uji reliabilitas. Pada umumnya suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpa lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2005). Pengujian reliabilitas data ini menggunakan program SPSS versus 20).

2. Uji Validitas.

Kesahihan (validity) suatu alat ukur adalah kemampuan alat ukur untuk mengukur indikator-indikator dari suatu objek pengukuran. Kesahihan itu diperlukan sebab pemrosesan data yang tidak sahih atau bias akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Untuk itu perlu dilakukan uji vailiditas dalam mengukur Kesahihan (validity) suatu alat ukur adalah kemampuan alat ukur untuk mengukur indikator-indikator dari suatu objek pengukuran. Kesahihan itu diperlukan sebab pemrosesan data yang tidak sahih atau bias akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Untuk itu perlu dilakukan uji vailiditas dalam mengukur

3.5.3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji pengaruh variable orientasi profesional terhadapvariabel konflik perandenganmenggunakananalisisregresiberganda. Uji regresi berganda digunakan untuk menentukan apakah varaiabel orinetasiprofesional memiliki pengaruh atau tidak terhadap konflikperan secara signifikan dengan variabel orientasi tujuan sistem dan partisipasi penyusunan anggaran sebagai variabel moderating.PendekataninidiadopsidariComerforddan Abernethy (1999), dengan model sebagaiberikut:

1. Hubunganlangsungorientasiprofesionalterhadapkonflikperan, dinotasikansebagaiberikut:

β 1 X1 + e ….…………………………………………….…...(1)

2. Hubunganorientasiprofesionaldanpartisipasipenyusunananggarandengank onflikperandinotasikansebagaiberikut:

M1 = a + b1X + e ………………………………………………..(2a)

[e] = a + b1Y ……………………………....………………..(2b)

3. Hubunganorientasiprofesionaldanorientasiprofesionaldengankonflikperan dinotasikansebagaiberikut:

M2 = a + b1X + e ………………………………………………..(2a) [e] = a + b1Y

……………………………....………………..(2b)

Keterangan:

Y = KonflikPeran

X = Orientasiprofesional

M2 = Orientasitujuan system

M1 = PartisipasiPenyusunananggaran β 0 = Konstanta

e = Error