FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD ULIN BANJARMASIN

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KANKER LEHER RAHIM DI RSUD ULIN BANJARMASIN

1 2 3 1,2,3

Darmayanti , Hapisah , Rita Kirana

  Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Email: mayadie01@yahoo.co.id

Abstract: Factors Associated With Incidence Of Cervical Cancer in Ulin of Banjarmasin Hospitals.

  

The purpose to analyze factors associated with incidence of cervical cancer. Method is the study was

analytic observational with cross-sectional approach. The collected record through interviews with

structured questions. Subject of the study was all women with a diagnosis of cancer female reproductive

organs who went to the hospital Ulin Banjarmasin with accidental sampling of 90 people. Unvariable

analysis used frequency distribution, bivariable used Chi-Square and multivariable used Logistic

Regression. The results showed the incidence of cervical cancer by 57.8%; the early age of sexual

intercourse by 52.2%; the number of marriages 2 times by 7.8%; parity >3 people at 26.8% and the use of

hormonal contraceptives > 5 years amounted to 62.1% Variables associated with cervical cancer is the

early age of sexual intercourse p=0.001 with OR=4.50; parity >3 people p=0.030 with OR=3.1 and

hormonal contraceptive use >5 years, p=0.000 with OR=26,3. Early age of sexual intercourse is the

dominant factor associated with cervical cancer.

  Keyword: Cervical Cancer

Abstrak: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kanker Leher Rahim di RSUD Ulin

Banjarmasin. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker

leher rahim. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional.

  

Pengumpulan data melalui wawancara dengan pertanyaan terstruktur Populasi penelitian adalah seluruh

wanita dengan diagnose kanker organ reproduksi wanita yang memeriksakan diri ke RSUD Ulin

Banjarmasin. Sampel diipilih secara accidental sampling berjumlah 90 orang. Analisis data menggunakan

analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariabel dengan uji Chi-Square dan analisis

multivariat dengan uji Regresi Logistik Ganda. Hasil penelitian didapatkan kejadian kanker leher rahim

sebesar 57,8%, umur awal melakukan hubungan seksual sebesar 52,2%, jumlah perkawinan 2 kali sebesar

7,8%, paritas >3 orang sebesar 26,8% dan menggunakan kontrasepsi hormonal >5 tahun sebesar 62,1%.

Variabel yang berhubungan dengan kanker leher rahim adalah umur awal melakukan hubungan seksual

p=0,001 dengan OR sebesar 4,5, paritas >3 orang p=0,030 dengan OR sebesar 3,1 dan penggunaan

kontrasepsi hormonal >5 tahun p=0,000 dengan OR sebesar 26,3. Umur awal melakukan hubungan

seksual merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan kanker leher rahim.

  Kata Kunci: Kanker Leher Rahim

  Kanker merupakan salah satu penyakit yang Negara, sedangkan penyakit ini dapat dicegah telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dengan deteksi dini lesi prakanker yang apabila dunia maupun di Indonesia. Di seluruh dunia kanker segera diobati tidak akan berlanjut menjadi kanker leher rahim merupakan jenis kanker kedua terbanyak leher rahim (WHO,2006). yang diderita perempuan (WHO,2006). Penelitian Penyebab kanker leher rahim adalah Human WHO 2005 menyebutkan terdapat lebih dari Papiloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui 500.000 kasus baru dan 260.000 kasus kematian hubungan seksual Samadi, 2010). Perempuan akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya terjadi biasanya terinfeksi HPV saat usia belasan tahun di Negara berkembang (Petignat & Roy, 2007). sampai tiga puluhan, tetapi kanker akan muncul 10- Diperkirakan insidens kanker leher rahim di 20 tahun sesudahnya. Faktor resiko terjadinya Indonesia sekitar 100 per 100.000 penduduk (Azis, infeksi HPV adalah hubungan seksual pada usia 2001). Setiap harinya terdapat 41 kasus baru kanker dini, berhubungan seks dengan berganti-ganti leher rahim dan 20 diantaranya meninggal dunia pasangan dan memiliki pasangan yang suka sehingga diperkirakan setiap satu jam seorang berganti-ganti pasangan. Ko-faktor yang perempuan meninggal karena kanker leher rahim memungkinkan infeksi HPV berisiko menjadi (Yuliatin, 2010). Seiring dengan meningkatnya kanker leher rahim antara lain status imunitas populasi, maka insidens kanker leher rahim juga (pasien HIV positif), jumlah paritas yang banyak, meningkat sehingga meningkatkan beban kesehatan merokok, ko-infeksi dengan penyakit menular

  Darmayani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kanker Leher Rahim 173

  Teknik Pengumpulan Data

  RSUD Ulin Banjarmasin merupakan rumah sakit pusat rujukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Saat ini sebagai Lembaga Teknis Daerah Propinsi Kalimantan Selatan dengan status Kelas A Pendidikan telah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 188.44/0456/Kum/2007 tanggal 27 Desember Tahun 2007.

  HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Gambaran Lokasi Penelitian

  variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian pra kanker leher rahim.

  Regresi Logistik Ganda dilakukan untuk mengetahui

  Analisis multivariat digunakan dengan Uji

  Square untuk mengetahui adanya hubungan variabel bebas dan variabel terikat.

  Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi

  Analisis univariat untuk memperoleh gambaran kanker leher rahim, umur awal hubungan seksual, jumlah perkawinan, paritas dan kontrasepsi hormonal dengan menggunakan distribusi frekuensi.

  Analisis Data

  Setelah mendapat persetujuan responden maka pengumpulan data melalui wawancara dengan pertanyaan terstruktur (terlampir).

  dengan diagnosa kanker organ reproduksi yang melakukan pemeriksaan di RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Agustus s/d September 2014 sebanyak 90 orang.

  seksual lainnya atau penggunaan jangka panjang (lebih dari 5 tahun) kontrasepsi oral (WHO,2006).

  sampling. Sampel penelitian adalah seluruh WUS

  Pemilihan sampel dengan teknik accidental

  Populasi penelitian adalah seluruh wanita usia subur (WUS) dengan diagnosa kanker organ reproduksi yang melakukan pemeriksaan di RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2014. Jumlah pasien wanita kanker organ reproduksi yang aktif berkunjung ke Poliklinik Kandungan dan Kebidanan RSUD Ulin Banjarmasin = 116 orang. Berdasarkan rumus besar sampel dengan d=0,05 maka perkiraan besar sampel sebanyak 90 orang.

  Populasi dan Sampel

  Penelitian bersifat observasional analitik yaitu mengkaji hubungan antara variabel dengan pendekatan cross-sectional.

  METODELOGI Rancangan Penelitian

  Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2014.

  Data RSUD Ulin Banjarmasin menunjukkan bahwa kasus kanker serviks pada 2 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 sebanyak 57 kasus dan pada tahun 2013 sebanyak 77 kasus, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

  Masalahnya 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada perempuan yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA (DepKes, 2005). Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan mampu melindungi kesehatan reproduksinya (Candraningsih, 2011). Sikap sangat berpengaruh terhadap prilaku wanita usia subur (WUS) dalam melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Hasil penelitian di Makasar tahun 2011 menunjukkan bahwa WUS menolak dilakukan pemeriksaan karena rasa malu membuka aurat dan tidak diizinkan suami (Sukanti, 2007).

  Deteksi dini kanker leher rahim meliputi program skrining yang terorganisasi dengan target pada kelompok usia yang tepat. Beberapa metode skrining yang dapat digunakan adalah pemeriksaan sitologi berupa tes pap smear, pemeriksaan DNA HPV dan pemeriksaan visual berupa inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) serta inspeksi visual dengan lugol iodine (VILI).

  WHO menggariskan 4 komponen penting dalam program penanganan kanker leher rahim nasional yaitu pencegahan primer, deteksi dini melalui peningkatan kewaspadaan dan program skrining yang terorganisasi, diagnosis dan tatalaksana serta perawatan paliatif untuk kasus lanjut (Yuliatin,2010). Penyebab masih tingginya insidens kanker leher rahim antara lain adalah belum adanya sistem pelayanan yang terorganisasi mulai dari deteksi dini sampai penanganan stadium lanjut, terbatasnya sarana prasarana termasuk belum meratanya tenaga ahli yang kompeten untuk penanganan kanker leher rahim (Petignat & Roy, 2007).

  Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Kandungan dan Kebidanan, Rg Edelwies (Rg. Kemoterafi) dan Rg Rawat Inap Obstetri Ginekologi (Cempaka). Pelayanan onkologi (termasuk kanker reproduksi wanita) di Poliklinik Kandungan dan Kebidanan dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu

  174 Jurnal Kesehatan , Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 172-177

  47

  Leher Rahim Ovarium Endometrium Chorion Myoma uteri

  52

  27

  7

  1

  3 57,8 30,0 7,8

  1,1 3,3 Total 90 100

  Karakteristik Jumlah F %

  Usia Kawin:

  a. <20 tahun

  b. 20-35 tahun

  c. >35 tahun

  41

  51,1 1,1 41,1 0,119

  2 52,2 45,6 2,2

  Jumlah Perkawinan:

  a. 1 kali

  b. 2-3 kali

  83

  7 92,2 7,8

  Total 90 100 Paritas Jumlah f %

  Nullipara (0 orang) Primipara (1 orang) Multipara (2-3 orang) Multipara (4-5 orang) Grandemultipara (>6 orang)

  8

  11

  46

  15

  10 8,9 12,2 51,1 16,7 11,1

  Kanker Jumlah f %

  Perkawinan 2-3 kali 1 kali 6,7

  pada hari Selasa dan Jumat dengan rata-rata kunjungan pasien 10-15 orang/hari. Pasien kanker yang datang ke Poliklinik setelah mendapatkan pemeriksaan oleh dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi akan mendapatkan tindakan antara lain:

  Responden yang menggunakan kontrasepsi sebesar 67,8% dan sebesar 95,1% menggunakan kontrasepsi hormonal dengan lama pemakaian >5 tahun sebesar 62,1%.

  a. Terapi dan hanya rawat jalan;

  b. Dirawat di ruang Edelweis: apabila dilakukan tindakan kemoterafi c. Dirawat inap di ruang Cempaka: apabila rencana operasi, perlu transfusi darah atau didapatkan hasil pemeriksaan leukosit rendah atau perlu terafi lainnya.

  Analisis Univariat Kanker Serviks Tabel 1. Kanker Organ Reproduksi Wanita Di RSUD Ulin Banjarmasin

  Sumber: Data Primer

  Status Perkawinan

  Pada saat wawancara tentang umur awal melakukan hubungan seksual semua responden menjawab usia menikah (kawin) pertama, sehingga pada penelitian ini variabel umur awal hubungan seksual adalah usia kawin pertama responden.

  Tabel 2. Status Perkawinan Responden

  Sumber: Data Primer Sebagian besar kawin diusia <20 tahun sebesar 52,2%, dan kawin 2 kali 7,8%.

  Paritas

  Responden kanker organ reproduksi wanita dengan paritas risiko kanker (>3 orang) sebesar 27,8%.

  Tabel 3. Paritas Responden

  Sumber: Data Primer

  Kontrasepsi

  Tabel 4. Kontrasepsi Responden Karakteristik Jumlah f %

  1 4,5 (1,8 – 10,9) Jumlah

  Kontrasepsi:

  a. Ya

  b. Tidak

  61

  29 67,8 32,2 Kontrasepsi Hormonal: a. Ya

  b. Tidak (IUD)

  58

  3 95,1 4,9 Lama Kontrasepsi Hormonal a. <5 tahun

  b. >5 tahun

  22

  36 37,9 62,1

  Analisis Bivariat Tabel 5. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim di RSUD Ulin Banjarmasin Variabel Kanker value OR CI (95%) Leher Rahim (%) Lainnya (%) Umur awal hubungan seksual: <20 tahun >20 tahun 38,9

  18,9 13,3 28,9 0,00

  Total 90 100

  Darmayani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kanker Leher Rahim 175 Paritas >3 orang <3 orang 21,1

  Kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit neoplastik yang paling sering diderita wanita di dunia. Sekitar 85% kejadian kanker leher rahim terjadi di negara berkembang. Penyakit ini merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita (Wittet, 2008).

  awal hubungan seksual <20 tahun ( 0,001), paritas

  2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kanker Leher Rahim Analisis bivariat menunjukkan bahwa umur

  IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan HOGI (Himpunan Onkologi Genekologi Indonesia) untuk dapat mulai diberikan pada remaja putri mulai usia 10 tahun. Pemeriksaan deteksi dini dan vaksinasi merupakan cara efektif untuk mencegah dan mengobati kanker leher rahim (Nuranna, 2010).

  untuk mencegah infeksi HPV onkogenik 16 dan 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di dunia. Oleh sebab itu vaksinasi telah direkomendasikan oleh

  Jika kanker leher rahim ditemukan pada tahap prakanker, maka peluang untuk sembuh sangat besar, untuk itu pentingnya pemeriksaan untuk mendeteksi kanker leher rahim. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan tes pap smear, IVA, kolposkopi atau tes HPV-DNA. Saat ini juga sudah ada vaksin

  memerlukan waktu 10-20 tahun. Kanker invasif terdiri dari stadium I, II, III dan IV (Dwipayono, 2003). Pasien dapat mengeluh nyeri yang berat, nyeri dapat dirasakan saat penderita melakukan hubungan seksual, adanya perdarahan abnormal pervagina saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan kanker leher rahim tingkat lanjut. Biasanya penderita dengan gejala kanker leher rahim seperti keluar darah sewaktu melakukan hubungan seksual sudah didiagnosa kanker leher rahim stadium IIIB dan yang lebih parah lagi pada stadium IVB sel kanker sudah menjalar ke otak dan paru-paru sehingga nyawa penderita akan semakin sulit untuk diselamatkan (Setiati, 2009).

  situ/ KIS). KIS berkembang menjadi kanker invasif

  Perjalanan penyakit kanker leher rahim sangat lambat yaitu dimulai pada tahap pra kanker (kanker leher rahim dini) terdiri dari displasia ringan, sedang, berat dan kanker stadium 0 (karsinoma in

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 pasien kanker organ reproduksi wanita yang melakukan pemeriksaan ke RSUD Ulin sebesar 57,8% menderita kanker leher rahim dan sebagian besar pada usia menopause (46-60 tahun) sebesar 51,1%, berpendidikan dasar sebesar 80,0% dan sebagian besar datang berobat pada stadium III B.

  Sebagian besar pasien kanker leher rahim datang berobat pada stadium lanjut, karena pada (Rauf, 2006) dan 50% kasus baru kanker leher rahim ter jadi pada pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA (DepKes, 2005).

  PEMBAHASAN

  36,7 6,7 35,6 0,030

  Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya 1 variabel yang bermakna memiliki hubungan dengan kejadian kanker leher rahim yaitu umur awal melakukan hubungan seksual.

  Logistik Ganda dibangun dengan memasukkan semua variabel yang berhubungan pada analisis bivariat yang bertujuan untuk melihat semua variabel yang diprediksi berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim.

  Keterangan: *) Signifikan <0,05 Analisis Multivariat dengan Uji Regresi

  Umur awal hubungan seksual: <20 tahun >20 tahun 0,02*) Paritas >3 orang <3 orang 0,243 Kontrasepsi Hormonal >5 tahun <5 tahun 0,574

  Analisis Multivariat Tabel 6. Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim di RSUD Ulin Banjarmasin Variabel Model 1 ( )

  yaitu umur awal hubungan seksual, paritas dan kontrasepsi hormonal.

  square didapatkan 3 variabel yang berhubungan

  Sumber: Data Primer Hasil analisis bivariat dengan uji pearson chi-

  0,000 23,6 (5,3 – 103)

  56,9 12,1 5,2 25,9

  3,1 (1,1 – 8,7) Kontrasepsi Hormonal >5 tahun <5 tahun

1. Kanker Leher Rahim

  176 Jurnal Kesehatan , Volume VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 172-177

  >3 orang ( 0,030) dan penggunaaan kontrasepsi hormonal >5 tahun ( 0,000) berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mhaske,et al., (2011) yang menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kanker leher rahim adalah umur kawin <17 tahun ( 0,05), melahirkan pertama <20 tahun ( 0,02) dan paritas >4 orang ( 0,02) .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur awal hubungan seksual <20 tahun ( 0,001) dan hasil analisis multivariat juga tetap menunjukkan hubungan yang bermakna ( 0,02). Penelitian Lusiana (2013) menunjukkan bahwa usia menikah <20 tahun berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim ( 0,04). Hubungan seksual yang dilakukan terlalu dini dapat berpengaruh pada kerusakan jaringan epitel serviks atau dinding rongga vagina. Kondisi tersebut dapat bertambah buruk mengarah pada kelainan sel dan pertumbuhan abnormal. Pasangan yang menikah idealnya adalah yang benar-benar siap dan matang. Jika tidak siap maka sel-sel mukosa yang belum matang akan mengalami perubahan dan dapat merusak sel-sel dalam mulut rahim (Rasjidi, 2008) .

  Salah satu penyebab kanker serviks adalah kawin di usia muda, terutama di bawah 17 tahun. Semakin muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus (Mhaske, 2011).

  Hasil penelitian selain umur awal hubungan seksual, paritas >3 orang juga memiliki hubungan yang bermakna ( 0,030). Penelitian Irvianty A (2011) menyimpulkan bahwa paritas >3 berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim ( 0,000). Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal. Para proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim sehingga terjadi robekan selaput serviks dan ada kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut (Wikjosastro, 2005). Pada kasus wanita yang melahirkan sering dan dengan jarak yang terlalu dekat, kerusakan jaringan epitel ini berkembang ke arah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas. Pada persalinan yang sering mempunyai kesempatan untuk terkontaminasi oleh virus yang menyebabkan infeksi. Bakteri tersebut ada karena kondisi higiene vagina yang tidak terawat sehingga dpat berkembang menjadi keganasan (Rasjidi, 2008).

  Hasil penelitian Abdullah, dkk (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker leher rahim ( 0,00). Demikian pula hasil penelitian ini menunjukkan kontrasepsi hormonal memiliki hubungan yang bermakna ( 0,000) Kontrasepsi hormonal berperan sebagai alat yang mempertinggi pertumbuhan neoplasma. Pada akseptor hormonal tidak jarang ditemukan displasia serviks (leher rahim), sehingga selama menggunakan kontrasepsi hormonal sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali. Hal ini di dukung teori Manuaba bahwa salah satu peningkatan risiko kanker serviks adalah pemakaian KB hormonal (Tira, 2008).

  Tidak ada hubungan jumlah perkawinan dengan kejadian kanker leher rahim ( 0,119). Hasil penelitian tidak sejalan dengan hasil penelitian Tira (2008) yang menyatakan kanker leher rahim lebih banyak ditemukan pada jumlah perkawinan hanya 1 kali dibandingkan perkawinan >1 kali ( 0,00). Setiap berhubungan seksual dengan satu pasangan baru, kesempatan untuk terkena penyakit akibat hubungan seksual semakin besar. Faktor yang paling mempengaruhi timbulnya kanker leher rahim adalah penyakit akibat hubungan seksual (Virus HPV). Hasil penelitian menunjukkan 7 orang dengan jumlah perkawinan 2 kali, hal ini disebabkan karena adanya norma sosial yang mengikat dalam lingkungan masyarakat yang masih menganggap tabu seseorang wanita untuk kawin >1 kali dan hasil penelitian tidak berhubungan dimungkinkan karena pasangan tidak mengidap virus HPV yang dapat menyebabkan kanker leher rahim.

  SIMPULAN

  Hasil penelitian terhadap 90 orang pasien kanker reproduksi wanita yang melakukan pemeriksaan pada bulan Agustus s/d September 2014 di RSUD Ulin Banjarmasin, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Kejadian kanker leher rahim sebesar 57,8%, sebagian besar responden dengan umur awal hubungan seksual <20 tahun sebesar 52,2%, responden yang jumlah perkawinan 2 kali sebesar 7,8%, paritas responden yang berisiko kanker leher rahim (>3 orang) sebesar 26,8% dan yang menggunakan kontrasepsi hormonal >5 tahun sebesar 62,1%. Ada hubungan umur awal hubungan seksual dengan kejadian kanker leher rahim (( 0,001; OR 4,5).

  Darmayani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kanker Leher Rahim 177

  2. Tidak ada hubungan jumlah perkawinan dengan kejadian kanker leher rahim (( 0,119).

  3. Ada hubungan paritas dengan kejadian kanker leher rahim (( 0,030; OR 3,1).

  5. Umur awal hubungan seksual (<20 tahun) merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim. Petignat P, Roy M, 2007. Diagnosis and Management of Cervical Cancer. BMJ.

  4. Ada hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker leher rahim (( 0,000; OR 23,6).

DAFTAR PUSTAKA

  Pengetahuan WUS tentang Kanker Serviks dengan Praktik Deteksi Dini Kanker Serviks di BPS IS Manyaran Semarang. dilihat Maret 2013. http;//ejournal.ac.id.

  September 2000. Rasjidi, I., 2008. Manual Pra kanker Serviks.

  Surabaya. Java Pustaka Group.

  Yuliatin, 2010. Cegah dan Tangkal Ca.Serviks.

  Millenium Development Goals. Bull World Health Organization 86 (6):488-491. World Health Organization (WHO), 2006, Comprehensive Cervical Cancer Control. A guide to Esensial Practice. Geneva.

  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo. Wittet S, Tsu, V., 2008. Cervical Cancer and The

  Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta.

  Abortus dan Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal terhadap Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelamonia Makasar Tahun 2006-2007. MKM Vol.3. No.1. Juni 2008.

  Tira, DS. 2008. Risiko Jumlah Perkawinan, Riwayat

  Pembunuh Wanita, Kanker Rahim, Kanker Indung Telur, Kanker Leher Rahim, Kanker Payudara. Yogyakarta: ANDI.

  Jakarta. FKM UI. Setiati, E. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas

  dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Kecamatan Makasar Tahun 2007. Skripsi.

  Samadi H.P. 2010 Kanker Serviks. Jakarta. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Sakanti A., 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

  Jakarta: CV.Sagung Seto. Rauf, Syarul. 2006. Penanggulangan Kanker Leher Rahim. WIDI Cabang Makasar. Edisi 4:14-17.

  Preventing Cervical Cancer in Low-Resources Settings. Outlook.Volume 18, number 1

  DepKes. 2005. Penanggulangan Kanker Serviks Dengan Vaksin HPV. Dwipayono B. 2003. Bahaya Kanker Serviks Bagi

  Abdullah, dkk. Hubungan Pemakaian Kontrasepsi

  Hormonal dan Non Hormonal dengan Kejadian Kanker Serviks di Ruang Datas BLU.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. E-Jurnal

  Keperawatan (e-Kp) volume 1 nomor 1 Agustus 2013. Azis MF.2001. Masalah Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta. Candraningsih. 2011. Hubungan Tingkat

  Journal of Community Medicine Vol 2 Issue 2. Juli-Sept 2011. Nuranna, L. 2010. Tersedia dalam www.detikhealth.com diakses 6 Pebruari

  Some Risk Faktor & Cervical Dysplasia / Cancer Among Rural Women. National

  Ubudiyah Banda Aceh. Mhaske, M, et all. 2011. Study of Association of

  RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Pada Tahun 2013. Skripsi D.IV Kebidanan Stikes

  Lusiana, A. 2013. Faktor Risiko Kanker Serviks di

  1 Januari 2010–31 Desember 2010. Prosiding SnaPP: Sain, Teknologi dan Kesehatan Vol.2 no.1.2011.

  Karakteristik Pasien dengan Kejadian Kanker Serviksyang Dirawat Inap di Bagian Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode

  Irvianty S & Wawang.S. 2011. Hubungan

  Wanita dilihat Maret 2013 http:///kesrepro.info.

  2010.