1 Prosedur Pemeriksaan Radiologi untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang
Radiologi
Untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan dan barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Prosedur Pemeriksaan
Radiologi
Untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang
Yuyun Yueniwati
UB
Press
Prosedur Pemeriksaan Radiologi Untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang
© 2014 UB Press Cetakan Pertama, Februari 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved
Penulis : Dr. dr. Yuyun Yueniwati P.W., M.Kes. Sp.Rad. Perancang Sampul
: Farid
Penata Letak
: Jerry Katon
Pracetak dan Produksi : Tim UB Press Penerbit:
UB
Press
Universitas Brawijaya Press (UB Press) Penerbitan Elektronik Pertama dan Terbesar di Indonesia Jl. Veteran, Malang 65145 Indonesia Telp. : 0341-551611 Psw. 376 Fax. : 0341-565420 e-mail : ubpress@gmail.com/ubpress@ub.ac.id http://www.ubpress.ub.ac.id
ISBN: 978-602-203-565-7 xxvi + 172 hlm, 15,5 cm x 23,5 cm
Dilarang keras memfoto kopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit
Kata Pengantar ahli
Oleh: dr. Bambang Budyatmoko, Sp.Rad. (K)
emeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan yang amat diperlukan dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai ilmu radiologi menjadi
salah satu mata pelajaran yang penting dalam pendidikan dokter. Terbitnya buku radiologi dalam bahasa Indonesia yang berjudul
“Prosedur Pemeriksaan Radiologi untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang” ini merupakan suatu hal yang amat menggembirakan karena akan sangat membantu bagi para mahasiswa, dokter maupun pekerja dalam bidang kesehatan lainnya. Selain itu, keberadaan buku pelajaran radiologi dalam bahasa Indonesia masih amat langka. Oleh karena itu, saya menyambut dengan gembira buku yang ditulis oleh dr. Yuyun ini dapat segera terbit. Saya merasa salut dan senang karena meskipun kesibukannya sangat menyita waktu, tapi ia masih tetap menyempatkan diri untuk menulis.
Kepada penulis dan UB Press yang membantu penerbitan buku ini, saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya semoga usaha yang mulia ini juga dapat ditiru dan dilanjutkan oleh insan radiologi lainnya.
Jakarta, Januari 2014
dr. Bambang Budyatmoko, Sp.Rad. (K)
Ketua Umum Persatuan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI) Pusat
Kata Pengantar ahli
Oleh: dr. Islana Gadis Yulidani, Sp.Rad. (K)
M Cedera Tulang Belakang” ini. Buku ini akan sangat bermanfaat bagi
erupakan sebuah kebanggaan bagi saya ketika diminta untuk memberikan kata pengantar buku yang berjudul “Prosedur
Pemeriksaan Radiologi untuk Mendeteksi Kelainan dan
para tenaga kesehatan, dokter umum, peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS), dokter spesialis radiologi, dan dokter spesialis lain yang terkait.
Buku ini merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan pemahaman mengenai modalitas radiologi pada tulang belakang karena materinya dipaparkan secara lengkap, mulai dari anatomi tulang belakang dan berbagai teknik imaging dari yang sederhana sampai yang canggih.
Penerbitan buku ini mempunyai andil yang besar terhadap pemahaman yang lebih baik mengenai modalitas radiologi pada tulang belakang. Oleh karena itu, kehadiran buku ini patut kita sambut dengan baik.
Malang, Januari 2014
dr. Islana Gadis Yulidani, Sp.Rad. (K)
Ketua Program Studi Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Kata Pengantar Penulis
K dari yang sederhana hingga yang canggih sehingga dapat ditentukan
elainan tulang belakang merupakan salah satu penyebab terbanyak kunjungan pasien ke dokter. Untuk keperluan ini maka digunakan berbagai macam modalitas radiologi, mulai
diagnosis untuk mengetahui penyebab kelainan tulang belakang. Buku ini kami susun dengan materi yang cukup lengkap dan padat.
Uraian tentang anatomi tulang belakang sangat diperlukan sebagai pengetahuan dasar yang sebaiknya dimiliki oleh seorang ahli radiologi. Penjelasan berbagai macam modalitas radiologi akan memberikan pengetahuan apa kelebihan dan kekurangan pada masing-masing alat. Berbagai teknik pemeriksaan pada masing-masing modalitas radiologi akan memberikan pengetahuan yang benar untuk menentukan jenis pemeriksaan radiologi yang sesuai dengan indikasi pasien. Kami berharap buku ini akan sangat berguna bagi para tenaga kesehatan, mahasiswa kedokteran, dokter umum, peserta program studi dokter spesialis (PPDS) radiologi, dokter spesialis radiologi, dan dokter spesialis lain yang terkait.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku ini, terutama kepada dr. Ari Eko Laksono dan dr. Dhanti Erma Widiasi yang sangat banyak membantu dalam pengumpulan materi dan penyempurnaan buku ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih tak terhingga kepada suami saya tercinta dr. Eko Arisetijono Sp.S. (K) atas saran dan dukungannya dalam penyusunan buku ini.
Kami sadar bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan buku ini kami terima dengan tangan terbuka. Semoga buku ini dapat berguna dan membantu siapa saja yang membaca dan membutuhkan informasi mengenai modalitas radiologi tulang belakang.
Malang, Januari 2014 Penulis
B ab 3 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN FOTO RONTGEN (RADIOGRAFI)
3.1 Prinsip Dasar Foto Rontgen
3.2 Teknik Foto Rontgen Servikalis
3.2.1 Posisi Lateral Servikalis
3.2.2 Posisi Anteroposterior Servikalis
3.2.3 Proyeksi AP Open Mouth Cervical
3.2.4 Posisi Anterior dan Posterior Oblique Cervical
3.2.5 Posisi Lateral Cervicothoracalis (Swimmer’s)
3.2.6 Posisi Lateral Hiperekstensi dan Hiperfleksi
3.3 Teknik Foto Rontgen pada Thorakalis
3.3.1 Posisi AP Thorakalis
3.3.2 Posisi Lateral Thorakalis
3.3.3 Posisi Oblique Anterior atau Posterior Thoracal
3.4 Teknik Foto Rontgen pada Lumbal
3.4.1 Posisi AP atau PA Lumbal
3.4.2 Posisi Oblique Posterior atau Anterior Lumbal
3.4.3 Posisi Lateral Lumbal
3.4.4 Posisi Lateral L5-S1
3.4.5 Proyeksi AP Aksial L5-S1
3.5 Teknik Foto Rontgen Tulang Sakrum dan Tulang Ekor
3.5.1 Proyeksi AP Aksial Sakrum
3.5.2 Proyeksi AP Aksial Tulang Ekor
3.5.3 Posisi Lateral Tulang Sakrum dan Tulang Ekor
3.6 Serial Skoliosis
3.6.1 Proyeksi PA (AP)
3.6.2 Posisi Lateral Erect
3.6.3 Proyeksi PA (AP) Metode Ferguson
3.6.4 Proyeksi AP (PA) Bending Kanan Kiri
3.7 Kelebihan dan Aplikasi Klinis Foto Rontgen
ab 4 B PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN MIELOGRAFI
4.1 Prinsip Dasar Mielografi .....................................................
xii
Prosedur Pemeriksaan Radiologi
4.2 Prosedur Pemeriksaan Mielografi
4.2.2 Pemeriksaan Mielografi
4.2.3 Perawatan Setelah Pemeriksaan
4.3 Kelebihan dan Aplikasi Klinis Mielografi
B ab 5
PEMERIKSAAN RADIOLOGI DENGAN COMPUTED TOMOGRAFI ..
5.1 Prinsip Dasar CT
5.2 Indikasi Pemeriksaan CT
5.2.1 Herniasi Diskus Intervertebralis
5.2.2 Fraktur dan Trauma Lain
5.2.3 Massa Intraspinal
5.3 Prosedur Pemeriksaan CT
5.4 Teknik Pemberian Kontras
5.4.1 Secara Intravena
5.4.2 Secara Intrathecal
5.5 Risiko Pemeriksaan CT Scan
5.6 Kelebihan dan Aplikasi Klinis Pemeriksaan CT Scan
5.7 Gambaran Normal CT Scan Tulang Belakang Lumbal
5.7.1 Potongan Aksial Sejajar Dengan Vertebral Endplate ( Soft Tissue Window)
5.7.2 Potongan Aksial Sejajar Dengan Vertebral Endplate ( Bone Window)
5.7.3 Potongan Transaksial Setinggi Diskus Vertebralis ..... L3-4
5.7.4 Potongan Transaksial Setinggi Sendi Faset L3-4
5.7.5 Potongan Transaksial Setinggi Pedikel VL4
5.7.6 Potongan Transaksial Setinggi Korpus VL5 (Mid Plane) ......................................................................
5.7.7 Potongan Aksial Setinggi Diskus Intervertebralis L4-5
5.7.8 Potongan Setinggi Diskus Intervertebralis L5–S1
5.7.9 Potongan Setinggi Korpus VL5 (Midplane)
5.7.10 Potongan Setinggi Foramen Intervertebralis L5–S1 .
5.7.11 Potongan Aksial Setinggi Korpus VL2 (Midplane)
5.7.12 Reformasi Midsagittal
5.7.13 Reformasi Parasagital
Daftar Isi
xiii
96
5.7.14 Lokasi Kunci
............................................................
97
5.7.15 Perjalanan Nervus L5
..............................................
6 B PEMERIKSAAN RADIOLOGI ab
99
DENGAN CT MIELOGRAFI
..................
6.1 Prinsip Dasar CT Mielografi
................................................
100
6.2 Dasar Anatomi
...................................................................
101
6.3 Indikasi CT Mielografi
.........................................................
102
6.4 Kontra Indikasi CT Mielografi
.............................................
103
6.4.1 Kontra Indikasi Penggunaan Imaging CT Mielografi 103
6.4.2 Kerugian Penggunaan Imaging CT Mielografi
.........
103
6.4.3 Keterbatasan Penggunaan Imaging CT Mielografi
..
104
6.5 Prosedur Pemeriksaan CT Mielografi
6.5.2 Prosedur Pemeriksaan
............................................
105
6.5.3 Perawatan Pasca Pelaksanaan
.................................
107
6.6 Efek Samping CT Mielografi ................................................ 107
6.7 Gambaran Radiologi CT Mielografi ..................................... 108
B ab 7 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DENGAN MAGNETIC RESONANCE IMAGING
.................................................
115
7.1 Prinsip Dasar MRI
...............................................................
117
7.2 Teknik Pemilihan Sequence MRI
........................................
118
7.3 Koil pada MRI
.....................................................................
121
7.3.1 Koil Gradien
............................................................
121
7.3.2 Koil Radio Frekuensi
................................................
122
7.4 Kontras Material pada MRI
................................................
122
7.5 Indikasi Pemeriksaan MRI
..................................................
123
7.6 Keuntungan dan Risiko Pemeriksaan MRI
..........................
124
7.6.1 Keuntungan Pemeriksaan MRI
................................
124
7.6.2 Risiko Pemeriksaan MRI
.........................................
126
7.7 Gambaran Normal Tulang Belakang pada MRI
...................
127
7.7.1 Gambaran MRI Tulang Belakang Servikalis
..............
128
7.7.2 Gambaran MRI Tulang Belakang Thorakalis
............
131
7.7.3 Gambaran MRI Tulang Belakang Lumbal
Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Gambar 3.10 Hasil foto Rontgen pada posisi: (a) anterior dan (b) posterior oblique cervical .................................. 49
Gambar 3.11 Hasil foto Rontgen pada posisi lateral cervicothora- calis ......................................................................... 49
Gambar 3.12 Posisi lateral: (a) hiperekstensi dan (b) hiperfleksi
50 Gambar 3.13 Hasil foto Rontgen pada posisi lateral: (a) hiper-
51 Gambar 3.14 Posisi AP thorakalis ................................................. 52 Gambar 3.15 Hasil foto Rontgen pada posisi AP thorakalis
fleksi dan (b) hiperekstensi
52 Gambar 3.16 Posisi lateral thorakalis ............................................ 53 Gambar 3.17 Hasil foto Rontgen pada posisi lateral thorakalis
53 Gambar 3.18 Posisi AP lumbal ...................................................... 54 Gambar 3.19 Hasil foto Rontgen lumbal AP
55 Gambar 3.20 Posisi oblique anterior (a) dan posterior (b) lumbal 55
Gambar 3.21 Hasil foto Rontgen pada posisi oblique posterior (a),
56 Gambar 3.22 Posisi lateral lumbal ................................................ 57 Gambar 3.23 Hasil foto Rontgen posisi lateral lumbal .................. 57 Gambar 3.24 Posisi lateral L5-S1 .................................................. 58 Gambar 3.25 Posisi pada proyeksi AP aksial L5-S1
anterior lumbal (b), dan scotty dog sign (c)
58 Gambar 3.26 Posisi pada proyeksi AP aksial sakrum .................... 59 Gambar 3.27 Film foto Rontgen pada posisi proyeksi AP aksial
sakrum .................................................................... 59 Gambar 3.28 Posisi pada proyeksi AP aksial tulang ekor
60 Gambar 3.29 Hasil foto Rontgen posisi AP aksial tulang ekor ....... 60 Gambar 3.30 (a) Posisi lateral tulang sakrum dan (b) foto pada
posisi lateral tulang sakrum .................................... 61 Gambar 3.31 (a) Posisi lateral tulang ekor dan (b) foto lateral
61 Gambar 3.32 Hasil foto Rontgen pada proyeksi PA (AP) ............... 62
tulang ekor
Daftar Gambar
xxi
Gambar 3.33 Hasil foto Rontgen pada posisi lateral erect ............ 62 Gambar 3.34 Hasil foto Rontgen pada proyeksi PA metode
Ferguson ................................................................. 63 Gambar 3.35 Posisi badan pada proyeksi AP (PA) bending kanan
kiri ........................................................................... 64 Gambar 4.1 Mielogram memerlukan penyuntikan kontras ke
saluran tulang belakang di bawah panduan sinar X 71 Gambar 4.2 Lokasi pungsi lumbal ............................................... 72 Gambar 4.3 Anak panah nomor (1) menunjukkan saraf tulang
belakang normal Anak panah nomor (2) menunjuk- kan terjadinya kelainan hernia ................................ 73
Gambar 4.4 Mielografi normal ................................................... 73 Gambar 4.5 Mielografi cut off pada VL4-5
74 Gambar 5.1 Pasien yang sedang melakukan CT scan
76 Gambar 5.2 Komponen CT scan ................................................. 77 Gambar 5.3 CT scan bone window dengan rekonstruksi koronal
dan sagital pada tulang punggung bawah ............... 80 Gambar 5.4 (a-i) CT scan potongan aksial paralel dengan verte-
85 Gambar 5.5 (a-g) CT scan potongan aksial paralel dengan verte-
bral endplate ( soft tissue window).
88 Gambar 5.6 Gambaran foto polos tulang belakang lumbal
bra endplate (bone window).
88 Gambar 5.7 CT scan potongan transaksial pada level setinggi
normal proyeksi AP/lateral
89 Gambar 5.8 CT scan transaksial setinggi sendi faset L3-4
diskus intervertebralis L3-4
89 Gambar 5.9 Potongan anatomik pada level yang sama dengan
Gambar 5.8 ............................................................. 90 Gambar 5.10 CT scan potongan transaksial setinggi puncak dari
pedikel L4 ................................................................ 90 Gambar 5.11 CT scan potongan transaksial setinggi midplane
corpus L4 ................................................................. 91
xi
Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Gambar 5.12 CT scan potongan transaksial setinggi diskus L5–S1 bagian dorsal
91 Gambar 5.13 CT scan tanpa dan dengan kontras potongan aksial
.........................................................
setinggi diskus intervertebralis L4-5 ........................ 92 Gambar 5.14 CT scan tanpa dan dengan kontras pada level dorsal
93 Gambar 5.15 CT scan tanpa dan dengan kontras pada level
aspect dari diskus interverebralis L5-S1
..................
midplane L5 ............................................................ 93 Gambar 5.16 CT scan tanpa dan dengan kontras pada level
setinggi foramen intervertebralis L5-S1 .................. 94 Gambar 5.17 CT scan tanpa dan dengan kontras potongan aksial
pada level setinggi midplane corpus vertebra L2 .... 94 Gambar 5.18 Reformat midsagital sebelum penambahan
kontras .................................................................... 95 Gambar 5.19 Reformat midsagital pasca penambahan kontras,
terlihat opasitas dari basivertebral vein .................. 95 Gambar 5.20 Reformat parasagital kanan memotong anterior
internal vertebral veins ........................................... 96 Gambar 5.21 Potongan setinggi tulang belakang lumbalis 5 ........ 96 Gambar 5.22 Seri CT scan yang memperlihatkan perjalanan
nerves lumbal 5 berasal sebagai nerve roots (R5) dari thecal sac ......................................................... 97
Gambar 6.1 (a) Peralatan CT scan dan (b) pelaksanaan mielo- grafi
........................................................................ 105 Gambar 6.2 Penyuntikan CT mielografi dapat dilakukan pada
L2-L3 ....................................................................... 106 Gambar 6.3 Hasil foto CT scan: (a) mielogram lumbal normal
dan (b) mielogram servikal proyeksi AP .................. 108 Gambar 6.4 (a) Gambaran CT normal pada tulang belakang:
(a) soft tissue windows dan (b) bone window ......... 109 Gambar 6.5 Hasil foto CT scan: (a) coronal refformated CT
myelogram dan (b) sagittal refformated CT myelogram .............................................................. 109
Daftar Gambar
xxiii
B ab 1
PENdaHUlUaN PENdaHUlUaN
Kerangka atau susunan tulang merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang mempunyai peranan sangat penting. Kerangka manusia
terdiri atas dua bagian utama, yaitu tulang badan batang dan tulang anggota badan. Tulang badan batang terbagi atas tiga bagian kerangka
tubuh yaitu tengkorak, tulang belakang (vertebra), dan rongga dada. Sementara itu, tulang anggota badan terdiri atas dua bagian kerangka tubuh yaitu anggota gerak atas dan anggota gerak bawah.
7 tulang belakang servikalis
12 tulang belakang thorakalis
5 tulang belakang lumbal
Tulang sakrum Tulang ekor
Sumber: http://www.southbendclinic.com
Gambar 1.1 Struktur tulang belakang pada tubuh manusia.
Pengetahuan tentang tulang belakang sering terabaikan karena kurangnya rasa ingin tahu terhadap tubuh kita sendiri, padahal keberadaannya sangat vital bagi tubuh kita. Tulang belakang terletak
2 Prosedur Pemeriksaan Radiologi 2 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Di tulang belakang juga terdapat saraf-saraf yang sangat vital bagi tubuh kita. Kadang kala karena kesalahan kita sendiri, hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan atau cedera di tulang belakang. Karena peranannya yang sangat penting, diperlukan pembahasan yang terperinci mulai dari anatomi hingga cara pemeriksaan dan penanganan yang tepat terhadap kelainan dan cedera tulang belakang.
Sumsum (saraf) tulang belakang
Serabut saraf tulang belakang
Saraf iskiadika
Sumber: http://purwatiwidiastuti.wordpress.com
Gambar 1.2 Susunan saraf di tulang belakang.
Dengan semakin luas dan rumitnya cakupan untuk memahami cedera/kelainan tulang belakang ini maka seorang ahli radiologi perlu memahami prinsip-prinsip dasar seperti embriologi, anatomi, fisiologi yang sangat diperlukan dalam melakukan diagnosa secara tepat. Berbagai macam pemeriksaan radiologi juga harus dikuasai oleh seorang ahli radiologi sehingga ia dapat menentukan jenis pemeriksaan
Bab 1 – Pendahuluan Bab 1 – Pendahuluan
INTISARI
Kerangka atau susunan tulang belakang merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang mempunyai peranan penting.
Dengan peranannya yang sangat penting tersebut maka kita perlu mengetahui anatomi juga cara pemeriksaan dan penanganan yang tepat terhadap kelainan dan cedera tulang belakang.
4 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
B ab 2
aNaToMi TUlaNg BElaKaNg aNaToMi TUlaNg BElaKaNg
mengetahui anatomi organ tubuh tersebut. Selain itu,
dengan mengetahui adanya kelainan tersebut, diharapkan kita dapat memberikan penanganan secara tepat dan harapan untuk kesembuhan menjadi lebih besar. Pada pembahasan berikut ini, akan diuraikan anatomi tulang belakang dan organ tubuh yang berhubungan dengannya.
2.1 Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang merupakan sebuah struktur yang lentur dan dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Di antara tiap dua ruas tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan.
Tulang belakang: Dens C2
Atlas C1
Prosessus 7 tulang belakang
spinosus servikalis
Aksis
Lengkung Lamina
vertebra Pedikel
12 tulang belakang
Prosessus spinosus
thorakalis
yang tumpang tindih dengan tulang belakang inferior
Kanal vertebra
Foramina intervertebral
5 tulang belakang
Prosessus lumbal
Diskus
intervertebral (IV)
spinosus Lengkung Lamina
vertebra
Tulang pinggul
Pedikel
4 tulang ekor
Sudut lumbosakral
Sumber: Moore, 2010
Gambar 2.1 Susunan kolumna vertebralis.
6 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57–67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah di
antaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebralis terdiri dari 7 tulang belakang servikalis, 12 tulang belakang thorakalis, 5 tulang belakang lumbal, 5 tulang sakrum, dan 4 tulang ekor (Ryan et al., 2004).
Jika dilihat dari samping, kolumna vertebralis memperlihatkan
4 (empat) kurva atau lengkung. Di daerah tulang belakang servikal melengkung ke depan, di daerah thorakal melengkung ke belakang, di daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang. Walaupun tiap daerah vertebra mempunyai perbedaan ukuran dan bentuk, tetapi semua memiliki persamaan struktur dasar. Tiap vertebra terdiri dari korpus, pedikel, lamina, prosessus tranversus, prosessus spinosus, prosessus artikularis superior dan inferior (Ryan et al., 2004).
Prosessus Prosessus
tranversus tranversus
Korpus
inferior Pedikel
Prosessus Prosessus
tranversus artikularis
posterior superior
Prosessus artikularis
inferior Lamina
Prosessus spinosus Sumber: http://drugline.org
Gambar 2.2 Struktur dasar tulang belakang.
2.1.1 Korpus Vertebra Korpus vertebra merupakan struktur yang terbesar, mengingat
fungsinya sebagai penyangga berat badan. Korpus vertebra berbentuk seperti ginjal dan berukuran besar, terdiri dari tulang korteks yang padat
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
Posterior aspect of epiphysial rim Saluran tulang belakang
Pedikel Saluran untuk vena
basivertebral Tulang kompak
Tulang spong Lamina Vertebral end plate inferior
Nukleus pulposus Anulus fibrosus
Superior vertebral “End plate”
Trabekula Ligamen longitudinal anterior
Ligamen longitudinal posterior
Foramen intervertebral Ligamentum flavum
Arkus tulang belakang
Tubuh tulang belakang
Sumber: Moore, 2010
Gambar 2.3 Struktur korpus vertebra.
Permukaan bagian atas dan bawah korpus vertebra disebut dengan end plate. End plate menebal di bagian tengah dan dilapisi oleh lempeng tulang kartilago. Bagian tepi end plate juga menebal untuk membentuk batas nyata, berasal dari epiphyseal plate yang berfusi dengan korpus vertebra pada usia 15 tahun. Korpus tulang belakang lumbal lebih besar daripada servikal dan thorakal dan yang terbesar pada L5 (Hosten, 2002).
2.1.2 Arkus Vertebralis Arkus vertebralis atau lengkung vertebra merupakan struktur yang
berbentuk menyerupai tapal kuda, terdiri dari lamina dan pedikel. Dari lengkung ini tampak tujuh tonjolan prosessus, sepasang prosessus artikularis superior dan inferior, prosessus spinosus, dan sepasang prosessus tranversus (Ryan, 2004).
8 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Pedikel berukuran pendek dan melekat pada setengah bagian atas tulang belakang lumbal. Lamina adalah struktur datar yang lebar, terletak di bagian medial processus spinosus. Lamina yang berada di antara processus artikularis superior dan inferior disebut pars interartikularis (terlihat jelas pada proyeksi oblique). Prosessus spinosus sendiri merupakan suatu struktur datar, lebar, dan menonjol ke arah belakang lamina. Prosessus transversus menonjol ke arah lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel. Prosessus transversus bersama dengan prosessus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamen-ligamen yang menempel kepadanya. Prosessus artikularis tampak menonjol dari lamina. Permukaan prosessus artikularis superior berbentuk konkaf dan menghadap ke arah medial dan sedikit posterior. Prosessus artikularis inferior menonjol ke arah lateral dan sedikit anterior dan permukaannya berbentuk konveks (Ryan, 2004).
Prosessus artikularis
superior
Prosessus transversus
Prosessus artikularis superior
Prosessus spinosus
Prosessus spinosus
Prosessus artikularis inferior
Sumber: Moore, 2010
Gambar 2.4 Struktur arkus vertebralis.
Cincin arkus vertebralis dan posterior korpus vertebra membentuk foramen intervertebralis. Foramen intervertebralis dalam susunan
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
2.2 Persendian pada Kolumna Vertebralis
Pada tulang belakang dewasa, terdapat 2 jenis persendian yaitu sinovial dan amfiartrodial. Persendian sinovial terdapat pada (1) sendi artikularis superior atlas dan condylus occipitalis, (2) sendi atlantoaksial, antara atlas dan aksis, (3) sendi apofiseal intervertebralis, (4) sendi costovertebra dan costotransverse, antara korpus tulang belakang thorakalis dan prosessus transversus dengan kosta, (5) sendi sakroiliaka antara sayap sakrum dengan os iliaka. Persendian amfiartrodial merupakan sendi dari fibrokartilagonus yaitu antara diskus intervertebralis dengan end plate vertebra (Ryan, 2004).
Ada dua jenis sendi mayor yaitu sendi antara dua korpus vertebra yang disebut diskus intervertebralis dan sendi antara prosessus artikularis yang disebut sendi apofiseal atau sendi zigapofiseal.
2.2.1 Sendi Zigapofiseal Sendi zigapofiseal disebut juga sendi faset dan merupakan sendi
yang khas. Sendi ini terbentuk dari prosessus artikularis dari vertebra yang berdekatan untuk memberikan sifat mobilitas dan fleksibilitas. Sendi ini merupakan true synovial joints dengan cairan sinovial (satu prosessus superior dari bawah dengan satu prosessus inferior dari atas). Sendi zigapofiseal berguna untuk memberikan stabilisasi pergerakan antara dua vertebra dengan adanya translasi dan torsi saat melakukan fleksi dan ekstensi karena bidang geraknya yang sagital. Sendi ini membatasi pergerakan fleksi lateral dan rotasi (Ryan, 2004).
10 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Korpus vertebra
Cakram
Korpus Cakram
vertebra
Sendi faset
Sumber: Hansberger et al., 2006
Gambar 2.5 Posisi sendi faset.
Permukaan sendi faset terdiri dari kartilago hialin. Pada vertebra lumbal, kapsul sendinya tebal dan fibrosanya meliputi bagian dorsal sendi. Kapsul sendi bagian ventral terdiri dari lanjutan ligamentum flavum. Ruang deltoid pada sendi faset adalah ruang yang dibatasi oleh kapsul sendi atau ligamentum flavum pada satu sisi dan pertemuan dari tepi bulat permukaan kartilago sendi artikuler superior dan inferior pada sisi lainnya. Ruang ini diisi oleh meniskus atau jaringan fibroadiposa yang berupa invaginasi rudimenter kapsul sendi yang menonjol ke dalam ruang sendi. Fungsi meniskus ini adalah untuk mengisi kekosongan sehingga dapat terjadi stabilitas dan distribusi beban yang merata (Ryan, 2004).
2.3 Diskus Intervertebralis
Diskus intervertebralis menyusun seperempat panjang kolumna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah servikal dan lumbal,
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
Nukleus pulposus terlihat seperti substansi gel yang terbentuk dari fibrin-fibrin kolagen dan tersuspensi pada mukopolisakarida. Nukleus pulposus pada orang yang masih muda mempunyai komposisi yang besar dan kemudian secara bertahap berkurang dengan perubahan degeneratif sejalan dengan proses penuaan. Anulus fibrosus terbentuk dari fibrokartilaginous lamelar yang tersusun konsentrik dan terlihat jelas pada 30° dari potongan diskus. Serabut-serabut yang berdekatan dengan lamela mempunyai susunan yang hampir sama, namun berjalan dengan arah yang berlawanan dengan serabut di nukleus pulposus. Serabut yang berada di sisi luar annulus melekat dengan korpus vertebra dan bercampur dengan serabut periosteal. Fibrocartilaginous end plate terbentuk dari tulang rawan hialin dan melekat pada sub kondral plate tulang dari korpus vertebra. Di sini terdapat perfusi dari vaskular kecil-kecil yang memberi nutrisi ke dalam diskus (Scott D. Haldeman, 2002).
Sumber: Courtesy Churchill-Livingstone (Saunders) Press
Gambar 2.6 Irisan memanjang tulang belakang lumbal yang menunjukkan ukuran dan morfologi diskus yang normal.
12 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Diskus mempunyai morfologi yang bervariasi. Pada regio cervical dan lumbal, diskus akan terlihat lebih tebal di sisi anteriornya dan hal ini menyebabkan posisi tulang belakang menjadi lordosis. Sementara itu, pada regio atas vertebrathorakal, diskus terlihat lebih tipis dan di regio lumbal terlihat lebih tebal. Secara keseluruhan, diskus terhitung ± 20% dari tinggi total colum vertebrae (Claudia Krisch, 2007).
Anulus fibrosus Anulus fibrosus
Nukleus pulposus
Lamela
Cincin apofisis End plate
Lamela
Nukleus pulposus
End plate
Anulus fibrosus
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.7 Struktur diskus intervertebralis.
Diskus intervertebralis merupakan struktur hidrodinamik elastik dan sebagai penghubung utama antara dua vertebra yang berurutan. Diskus intervertebralis merupakan jenis sendi amfiartrosis atau simfisis, yaitu sendi antara dua permukaan yang saling berhadapan dan diliputi oleh tulang rawan hialin. Diskus intervertebralis berfungsi sebagai sendi universal sehingga dapat menyebabkan pergerakan yang lebih
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
Korpus vertebra yang saling berdekatan dipersatukan oleh suatu diskus fibrokartilago yang bagian perifernya terdiri dari kira-kira selusin lapisan serabut konsentris yang bersilangan yaitu anulus fibrosis. Pusat diskus ini diisi dengan suatu bubur jaringan fibrogelatinosa yaitu nukleus pulposus yang berfungsi sebagai suatu bantalan atau peredam kejutan. Pada beberapa bagian vertebra, ketebalan diskus intervertebralis bisa berbeda. Bila diperlukan pergerakan di antara dua vertebra secara lebih bebas maka cakram antar ruas vertebra tebal, yakni di daerah servikalis dan lumbal, di mana kolom vertebral berbentuk cekung ke depan (Ryan, 2004).
Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang diletakkan di antara kedua telapak tangan. Bila suatu tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebra maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nukleus pulposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi, dan laterofleksi (Vitriana, 2001).
2.4 Ligamentum pada Tulang Belakang
Tulang belakang akan dihubungkan oleh serangkaian ligamentum longitudinal. Ligamentum yang paling penting dalam pandangan klinis adalah ligamentum longitudinal posterior yang menghubungkan antara korpus vertebra dan diskus intervertebralis pada sisi posterior, serta membentuk dinding anterior dari kanalis spinalis. Ligamentum flavum yang mempunyai komponen elastin yang tinggi, melekat di antara lamina vertebra dan membentang ke anterior capsule dari sendi zigapofiseal, dan melekat pada pedikel di sisi atas dan bawahnya, membentuk dinding posterior kanalis vertebralis dan bagian atap foramina lateral yang dilalui oleh serabut saraf. Selain itu, juga terdapat ligamen fibrous tebal yang menghubungkan prosessus spinosus dan prosessus transversus dengan beberapa ligamen lain yang melekat pada sisi bawah tulang belakang lumbal ke sakrum dan pelvis (Scott D. Haldeman, 2002).
14 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Ligamen Kostal faset tranversal longitudinal anterior
Ligamen kostotransversal lateral Kostal faset
inferior Ligamen intertransversal Ligamen
interartikuler Ligamen kostotransversal Kostal faset
superior superior
Ligamen tulang rusuk kepala radiat
Potongan lateral sebelah kiri
Artikular faset tulang rusuk kepala superior
Ligamen intra artikular Ligamen tulang rusuk
kepala radiat Rongga sinovial
Ligamen kostotransversal superior
Ligamen kostotranversal lateral
Ligamen kostotransversal
Potongan melintang superior
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.8 Posisi ligamen pada tulang belakang.
Terdapat beberapa ligamen pada tulang belakang yaitu seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
~ Ligamen longitudinal anterior, merupakan struktur fibrosa yang bermula dari bagian anterior basal tulang oksipital dan berakhir di bagian anterior atas sakrum.
~ Ligamen longitudinal posterior, terletak di belakang korpus vertebra dalam kanalis spinalis dari C2 hingga sakrum. ~ Ligamentum kapsular, melekat pada tepi prosessus artikularis yang berdekatan. Ligamen ini berkembang baik di tulang belakang lumbal, serabutnya tebal dan berhubungan erat, berjalan tegak lurus terhadap aksis sendi.
~ Ligamentum flavum, merupakan jaringan ikat yang elastis. Bagian atas melekat pada permukaan anterior lamina di atasnya dan bagian bawah melekat pada tepi posterior atas lamina di bawahnya.
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
~ Ligamen interspinosus, merupakan gabungan serabut-serabut yang berjalan dari dasar prosessus spinosus yang satu ke ujung prosessus spinosus selanjutnya.
~ Ligamen supraspinosus, merupakan struktur yang berkembang
baik, dari ujung tulang belakang C7 hingga krista sakralis median, melekat ke setiap prosessus spinosus.
~ Ligamentum intertransversal, berjalan dari prosessus transversus
ke prosessus transversus yang lainnya. ~ Ligamentum iliolumbal melekat pada prosessus transversus, menghubungkan dua tulang belakang lumbal bawah dengan krista iliaka sehingga akan membatasi pergerakan sendi sakroiliaka.
Ligamen Prosessus artikular superior longitudinal anterior
Prosessus transversus Lamina
Ligamen longitudinal
Badan vertebra L1 Prosessus artikular inferior posterior
Pedikel
Pedikel
Foramen intervertebral
Diskus intervertebral
Prosessus spinosus Ligamen interginous
Saraf spinal L2
Ligamen supraspinosus
artikular superior Prosessus faset Prosessus spinosus
Lamina Prosessus transversus
Badan vertebra L5
Prosessus artikular inferior
Ligamen flavum
Saraf spinal L5
Ligamen iliolumbal
Iliac crest
Permukaan sakrum artikular
Spina iliaka
posterior
Tulang kelangkang
superior
Tulang ekor
Spina iliaka
posterior
Potongan lateral sebelah kiri inferior
Ligamen sakroiliaka posterior
Greater sciatic foramen
Spina ischium Ligamen sakrospinous
Ligamen Ischial
Lesser sciatic foramen Sakroiliaka tuberosity
posterior
Ligamen sakrotuberous
Tampak posterior
Moore, 2010
Gambar 2.9 Ligamen pada tulang belakang.
16 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
2.5 Vaskularisasi Tulang Belakang Lumbal
Berikut ini akan dibahas tentang pembuluh darah yang terdapat di tulang belakang, yaitu pembuluh darah arteri dan vena.
2.5.1 Pembuluh Darah Arteri Tulang belakang lumbal mendapatkan suplai darah langsung dari aorta.
Empat buah tulang belakang lumbal yang pertama, mendapatkan suplai darah arterinya berasal dari empat pasang arteri lumbal yang berasal langsung dari bagian posterior aorta di depan korpus keempat tulang belakang tersebut. Setiap arteri segmental atau lumbal bercabang dua sebelum memasuki foramina sakralis. Pertama, cabang yang pendek berpenetrasi langsung ke pinggang korpus tulang belakang. Kedua, cabang yang panjang membentuk suatu jaringan padat di bagian belakang dan tepi korpus tulang belakang. Beberapa cabang ini akan berpenetrasi di dekat end plate dan cabang lainnya membentuk jaringan halus di atas ligamen longitudinal dan anulus (Hosten, 2002).
Arteri lumbal pada daerah mendekati proksimal dari foramen terbagi menjadi tiga cabang terminal yaitu anterior, posterior dan spinal. Cabang anterior memberikan suplai pada saraf yang keluar dari foramen dan otot-otot batang tubuh. Cabang spinal memasuki foramen dan akan terbagi menjadi cabang anterior, posterior, dan radikular. Cabang posterior akan memanjang ke belakang, melewati pars interartikularis dan berakhir di dalam otot-otot spinal, tetapi sebelumnya bercabang lagi pada sendi apofiseal dan berhubungan dengan bagian posterior lamina. Di dalam kanalis spinalis, cabang posterior spinal membentuk jaringan halus pada permukaan anterior lamina dan ligamentum flavum. Sementara itu, cabang anterior spinal terbagi menjadi cabang naik dan menurun, yang akan beranastomosis dengan pembuluh yang ada di atas dan di bawahnya membentuk sistem arkuata reguler. Sistem kiri dan kanan dihubungkan pada setiap tingkatan dengan anastomosis transversal yang berjalan di bawah ligamentum longitudinal posterior. Dari anastomosis transversal, sistem arkuata dan pembuluh darah eksternal berjalan di bagian depan vertebra, arteri-arteri berpenetrasi ke dalam korpus dan bergabung ke dalam saluran arterial di sentral. Dari saluran ini, cabang-cabang akan naik dan turun menuju ujung permukaan tulang belakang dalam
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang lumbal lima, tulang sakrum, dan tulang ekor mendapatkan aliran darah oleh cabang medial arteri superior gluteal atau hipogastrik. Arteri ini akan mengikuti kontur sakrum dan bercabang di setiap foramen sakralis anterior. Arteri ini akan memberikan suplai pembuluh darah untuk kanalis sakralis dan keluar dari foramina sakralis posterior untuk memberikan percabangannya ke otot punggung bawah (Hosten, 2002).
Cabang periosteal dan nutrien
Arteri radikular atau medular segmental
Arteri cabang lumbal posterior
Arteri kontinuasi lumbal anterior
Arteri cabang Arteri lumbal spinal
nutrien
Cabang kanal vertebral posterior, ke lengan
Cabang vertebral, meninges, dan
ekuatorial sumsum tulang belakang
Cabang Cabang kanal
periosteal vertebral anterior
Arteri lumbal Aorta
Sumber: Moore, 2010
Gambar 2.10 Suplai arteri pada tulang belakang lumbal.
2.5.2 Pembuluh Darah Vena Pola pembuluh darah untuk saluran vena berjalan dengan jalur yang
sama dengan suplai arteri. Sistem vena mengalirkan darah dari sistem vena internal dan eksternal ke dalam vena kava inferior. Sistem vena disusun dalam bentuk konfigurasi seperti tangga anterior dan posterior
18 Prosedur Pemeriksaan Radiologi 18 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Batson memaparkan adanya aliran vena retrograd dari pelvis bawah ke dalam tulang belakang lumbosakral yang mendasari metastase neoplasma pelvis (prostat) ke tulang belakang. Pada end plate, saluran venous berasal dari jaringan vena postcapillary yang mengosongkan isinya ke dalam sistem subarticular horizontal collecting melalui vertical channels yang menembus end plate. Dari sistem ini, venula akan berjalan ke saluran vena besar di pusat yang kemudian akan mencabangkan satu atau dua vena basivertebral yang besar. Darah selanjutnya akan dialirkan ke dalam pleksus vena vertebral internal. Pleksus ini terletak di dalam kanalis spinalis antara duramater dan vertebra. Dasar pleksus ini terbentuk dari dua pasang saluran vena yang berjalan longitudinal, satu di anterior saccus dural dan satu pada bagian posterior, yang beranastomose satu dengan yang lainnya serta dengan pleksus vena eksternal. Pleksus anterior eksternal berjalan di depan korpus tulang belakang, diskus, dan ligamentum longitudinal anterior dan berhubungan dengan vena segmental, vena ascending lumbal kiri, dan bila ada, vena ascending lumbal kanan. Bagian posterior pleksus vena eksternal terdapat pada bagian permukaan posterior lamina dan sekitar spinosus, artikular, dan prosessus transversus, beranastomose dengan pleksus internal, dan berakhir di vena segmental atau lumbal. Pada tingkat sakral, vena epidural dihubungkan dengan dua vena lateral sakral yang utama dari pleksus eksternal (Hosten, 2002; Vitriana, 2001).
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
Pleksus venosus vertebral eskternal posterior
Pleksus sinuses (vena) longitudinal vertebra internal (epidural) anterior dan posterior
Vena lumbal Vena lumbal ascending
Vena intervertebral Vena basivertebral Pleksus venosus vertebral
eskternal anterior
Tampak superior
Pleksus vertebral (epidural) internal
Pleksus internal Pleksus venosus
Pleksus internal
posterior vertebral
anterior
Pleksus venosus eskternal
vertebral eskternal anterior
posterior
Vena basivertebral
Tubuh tulang belakang
Diskus invertebral
Irisan median
Prosessus spinosus Sumber: Moore, 2010
Gambar 2.11 Sistem saluran venous.
20 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
2.6 Persarafan Lumbosakral
Saraf sinuvertebral dianggap sebagai struktur utama saraf sensoris yang mempersarafi struktur tulang belakang lumbal. Saraf ini berasal dari saraf spinal yang terbagi menjadi bagian utama posterior dan anterior. Saraf ini akan bergabung dengan cabang simpatetis ramus communicans dan memasuki kanalis spinalis melalui foramen intervertebralis, yang melekuk ke atas di sekitar dasar pedikel menuju garis tengah pada ligamentum longitudinal posterior. Saraf sinuvertebral mempersarafi ligamentum longitudinal posterior, lapisan superfisial annulus fibrosus, pembuluh darah rongga epidural, duramater bagian anterior, tetapi tidak pada duramater bagian posterior (duramater posterior tidak mengandung akhiran saraf), selubung dural yang melingkupi akar saraf spinal dan periosteum vertebral bagian posterior (Vitriana, 2001).
Ligamentum flavum
Lamina periosteum lengan vertebral
Ruang epidural Interfase dura-arachnoid
Arachnoid mater
Ruang subarachnoid Duramater
Pia mater pada permukaan sumsum tulang belakang
Ligamen dentikulata Vena intervertebral Cabang spinal vena dan arteri
posterior interkostal Foramen IV
Ganglion spinal
Saraf meningeal rekuren Gabungan saraf spinal
Ramus posterior Ramus anterior
Communication branch to meningeal nerve
Ramus komunikan putih
Ramus komunikan abu-abu
Ligamen posterior Sympathetic trunk
longitudinal
Periosteum
Pleksus various vertebral internal
Sumber: Moore, 2010 Gambar 2.12 Sistem persarafan tulang belakang lumbal.
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
2.7 Kanalis Spinalis
Konfigurasi kanalis spinalis pada potongan melintang terutama terbentuk oleh bagian posterior lengkung saraf dan permukaan posterior korpus tulang belakang di bagian anteriornya. Kanalis spinalis berbentuk oval pada tulang belakang L1 dan berbentuk segitiga pada tulang belakang L5. Karena saraf lumbalis yang paling besar terdapat pada L5, sedangkan di daerah tersebut terjadi penyempitan, maka terdapat kemungkinan adanya penjepitan saraf oleh struktur-struktur pembentuk foramen. Korda spinalis akan berakhir dengan konus medularis setinggi batas inferior vertebra L1. Area lumbosakral dari kanalis spinalis mengandung cauda equine (Ryan, 2004).
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.13 Struktur kanalis spinalis.
2.8 Medula Spinalis
Medula spinalis berasal dari bagian kaudal medula oblongata pada foramen magnum dan terletak dalam kanalis spinalis berbentuk sebagai silinder yang pipih dengan panjang 42-45 cm pada orang
22 Prosedur Pemeriksaan Radiologi 22 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Nukleus pulposus
Ligamen longitudinal anterior
Ganglion simpatetik Ramus komunikan
Annulus fibrosis abu-abu
Saraf vertebral sinu Ligamen
Saraf spinal longitudinal Divisi primer anterior
posterior Divisi primer
posterior Duramater Ganglion akar dorsal
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.14 Struktur innervariation spinal anterior.
Medula spinalis terbungkus oleh tiga lapisan meningen. Sisi paling dalam adalah piamater yang melekat pada medula spinalis dan serabut sarafnya. Lapisan paling luar adalah duramater yang dipisahkan dengan ruang potensial subdural terhadap meningen arachnoid, sedangkan ruang subarachnoid, memisahkan antara piamater dengan arachnoidmater. Ruangan ini berisi cairan serebrospinal yang mengalir ke atas dan ke bawah di sepanjang kanalis spinalis. Duramater dan saraf spinalis hingga menuju ke exit point (Scott D. Haldeman, 2002).
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
Badan Divisi primer anterior
Divisi primer posterior Cabang tengah
Cabang intermediat Persendian Cabang lateral
Prosessus spinosus
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.15 Struktur spinal posterior.
Keterangan: Struktur ini menerima persarafan dari medial, berada di tengah dan bercabang secara lateral pada divisi primer posterior dari akar saraf.
Fissura mediana anterior dan fissura mediana posterior membagi medula spinalis menjadi bagian dekstra dan sinistra. Di dalamnya terdapat white matter dan grey matter dan terdapat saluran di tengah medula yang merupakan kelanjutan dengan sistem ventrikel otak yang disebut kanalis sentralis. Serabut-serabut saraf berkumpul ke lateral membentuk radiks ventralis dan radiks dorsalis. Pada radiks dorsalis terdapat ganglion spinale yang berisi badan sel saraf sensoris. Kedua radiks tersebut bersatu membentuk suatu batang saraf. Medula spinalis terdiri atas 31 pasang saraf spinalis yang terbagi menjadi 8 pasang pada segmen servikalis, 12 pasang pada segmen thorakalis, 5 pasang pada segmen lumbalis, 5 pasang pada segmen sakralis, dan 1 pasang pada segmen koksigeus (Juan M. Traveras, 2006).
Saraf spinalis keluar dari medula spinalis melalui dua serabut saraf. Serabut saraf ventral membawa serabut motorik yang asalnya dari kornu anterior medula spinalis. Saraf-saraf ini menerima input dari pusat motorik di otak kemudian berputar dan menginervasi otot dalam tubuh. Serabut saraf sensori atau dorsal membawa impuls dari
24 Prosedur Pemeriksaan Radiologi 24 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Ramus komunikan abu-abu
Ligamen longitudinal anterior Divisi primer posterior
Diskus intervertebral Sendi posterior Cabang medial
Divisi primer anterior
Ligamen mamillo-asesoris Rantai simpatik
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.16 Persarafan tulang belakang tampak secara lateral. Keterangan: Ramus komunikan abu-abu menghubungkan divisi primer
anterior ke akar saraf melalui rantai simpatik.
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
2.9 Muskulus
Distribusi dari muskulus (otot) secara umum dibedakan berdasarkan fungsinya. Muskulus-muskulus pada anggota badan dapat dibagi secara fungsional menjadi muskulus ekstensor dan muskulus fleksor. Muskulus fleksor yang utama adalah muskulus abdominal (musculus rectus abdominis, musculus obliqus interna dan eksterna, serta musculus transversus abdominalis). Sementara itu, muskulus ekstensor utama adalah kelompok musculus sacrospinalis, transversospinal dan musculus short back. Kontraksi simetris dari muskulus ekstensor akan
Serratus ant. m.
Ext. oblique abdominal m. and aponeuresis
Rectus abdominis m. and tendinous
Umbilical ring intersection Linea alba
External oblique m. Internal oblique m.
Ant. sup. iliac spine
Tendon of rectus
a abdominis m. b
Lat. arcuate lig.
External
Med. arcuate lig.
intercostal m.
Transvers abdominal m.
Quadrates lumborum m.
Columbar lig.
Rectus sheath
Iliopsoas m.
ant. layer
Psoas minor m.
Rectus sheath
Psoas major m.
post. layer Transvers
abdominal m. Linea arcuta Peritoneum
Iliopsoas m.
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.17 Otot spinal anterior.
Keterangan: (a) Otot abdominal dengan lapisan terluar, (b) lapisan tengah, dan (c) lapisan dalam. (d) Muskulus psoas yang sangat penting untuk penstabil tulang belakang.
26 Prosedur Pemeriksaan Radiologi 26 Prosedur Pemeriksaan Radiologi
Muskulus di daerah punggung tersusun atas tiga lapisan. Lapisan paling luar tersusun dari musculus erector spinae yang besar dan tebal dan melekat ke iliac dan sacral crests di sisi inferiornya dan melekat pada prosessus spinosus di sepanjang tulang belakang. Pada regio lumbal sisi bawah, terdiri dari satu muskulus tetapi terbagi ke dalam tiga lajur yang berbeda dan dipisahkan oleh jaringan fibrous. Di bawah musculus erector spinal terdapat musculus intermediate yang menyusun tiga lapis dan saling terkumpul membentuk musculus multifidus.
Otot minor rektus kapitis posterior
Otot kapitis semispinalis
Otot oblig kapitis superior
Otot mayor rektus kapitis posterior
Otot oblig kapitis inferior
Otot spinalis thoraks
Otot spinalis thoraks
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.18 (a) Distribusi spasial pada otot tulang belakang paling dalam dan (b) otot suboksipital.
Keterangan: Otot suboksipital terdiri atas otot mayor rektus kapitis posterior, otot minor rektus kapitis posterior, otot oblig kapitis superior, dan otot oblig kapitis inferior.
Bab 2 – Anatomi Tulang Belakang
Muskulus yang berasal dari sakrum dan processus mamillary meluas ke belakang dari pedikel lumbal. Muskulus juga membentang dari kranial dan medial lalu masuk ke dalam lamina dan prosessus spinosus yang berada di dekatnya pada satu, dua, atau tiga tingkat di atas tempat asalnya. Lapisan muskulus terdalam berisi muskulus kecil yang tersusun dari satu tingkat ke tingkat yang lain di antara prosessus spinosus, prosessus transversus, dan prosessus mamillari serta lamina. Pada tulang belakang lumbal, terdapat juga muskulus anterior dan lateral yang besar termasuk di dalamnya adalah musculus quadrates lumborum, psoas dan illiacus yang melekat pada sisi anterior dari corpus vertebrae dan prosessus transversus (Scott
D. Haldeman, 2002).
Umbilikus Otot rektus abdominal
Cincin umbilikal
Otot abdominal oblig eksternal Otot abdominal oblig
Otot psoas
internal
minor
Otot abdominal
transversus Badan tulang
Otot psoas
belakang lumbal
mayor
Otot kuadratus lumborum Otot latisimus dorsi Fasia thorakolumbal
Otot multifidus dan rotator Otot iliokostalis lumborum Fasia thorakolumbal Otot longisimus thorak
Sumber: Hansberger, 2006
Gambar 2.19 Otot tulang belakang interplay anterior dan posterior.
2.10 Karakteristik Tulang Belakang Servikalis