PROFIL KOTA TEBING TINGGI

BAB

  PROFIL KOTA TEBING TINGG

  I

  4

  4.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

Kota Tebing Tinggi adalah satu dari tujuh kota yang ada di Sumatera Utara, berjarak sekitar 78 Km dari kota Medan pada posisi 3°19’00” - 3°21’00” Lintang Utara dan 98°11’00” - 98°21’00” Bujur

  Timur. Kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 kecamatan dan 35 kelurahan dengan luas wilayah 38,438 Km2. Secara administratif, Kota Tebing Tinggi terletak di tengah-tengah Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk lebih jelasnya lihat Peta 4.1 Peta Orientasi Kota Tebing Tinggi dan Peta 4.2. Peta Administrasi Kota Tebing Tinggi.

  Berdasarkan luas wilayahnya, Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan dengan luas 2 wilayah terbesar (11,411 km ) atau 29,76 % dari luas keseluruhan, sedang Kecamatan Tebing Tinggi Kota yang memiliki wilayah terkecil dengan luas wilayah 3,473 Km2 atau setara 9,04 % dari luas keseluruhan. Letak administrasi Kota tebing tinggi adalah sebagai berikut :

  Sebelah Utara berbatasan dengan : PTPN III Kebun Rambutan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

  Sebelah Timur berbatasan dengan : PT. Socfindo Kebun Tanah Bersih Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

  Sebelah Barat berbatasan dengan : PTPN III Kebun Bandar Bah Jambi Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

  Sebelah Selatan berbatasan dengan : PTPN III Kebun Pabatu Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai

  4-1

  Laporan Akhir |PROFIL KOTA TEBIMG TINGGI

  4-2

  7

  7 Total 38,438 100

  5 Padang Hilir 11.411 29,76

  7

  4 Bajenis 9,078 22,62

  7

  3 Rambutan 5,935 15,44

  2 Tebing Tinggi Kota 3,473 9,04

  Kota Tebing Tinggi secara administratif terbagi atas 5 (lima) kecamatan, yaitu; Kecamatan Padang Hulu, Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Bajenis, dan Kecamatan Padang Hilir. Masing-masing kecamatan terdiri dari 7 kelurahan, sehingga terdapat 35 kelurahan.

  7

  1 Padang Hulu 8,511 22,14

  Jumlah Kelurahan

  No Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Persentase

Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Jumlah Kelurahandi Kota Tebing Tinggi

  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut.

  35 Sumber: Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

Gambar 4.1 Peta Orientasi Kota Tebing Tinggi

  Sumber : RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012-2032 Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2032 4-3

  Laporan Akhir |PROFIL KOTA TEBIMG TINGGI

  4-4

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kota Tebing Tinggi

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2032

Tabel 4.2. Wilayah Berdasarkan Kecamatan dan Kelurahan di Kota Tebing Tinggi

  No Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah (Ha)

  1. Padang Hulu

  1. Pabatu 116

  2. Padang Merbau 150

  3. Bandarsono 140

  

4. Persiakan

  90

  5. Tualang 113

  6. Lubuk Baru 140

  7. Lubuk Raya 102 Jumlah 851

  2. Padang Hilir

  1. Tebing Tinggi 357

  

2. Damarsari

  98

  3. Tambangan 137

  4. Tambangan Hulu 239

  5. Satria

  59

  6. Bagelen 191

  7. Deblod Sundoro

  62 Jumlah 1144

  3. Rambutan

  1. Tjg Marulak

  48

  2. Tjg Marulak Hilir

  65

  3. Rantau Laban

  12

  4. Mekar Santosa

  88

  

5. Lalang

  90

  

6. Sri Padang

  61

  7. Karya Jaya 229 Jumlah 594

  4. Bajenis

  1. Bulian 150

  2. Bandar Sakti

  78

  3. Berohol 247

  4. Pinang Mancung 127

  5. Teluk Karang

  36

  6. Durian 140

  7. Pelita 130 Jumlah 908

  5. Tebing Tinggi Kota

  1. Pasar Gambir

  33

  

2. Pasar Baru

  28

  3. Badak Bejuang

  43

  4. Bandar Utama

  98 4-5

  

No Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah (Ha)

  

5. Rambung

  20

  6. Tbg Tinggi Lama

  48

  7. Mandailing

  24 Jumlah 347 TOTAL 3844

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi 2012-2032

  4.2 Gambaran Demografi

  4.2.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi sejak 1990 terus bertambah meskipun pertambahan penduduk tidak bertambah melebihi 2.000 penduduk tiap tahunnya. Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi di tahun 2013 sebanyak 149.065 jiwa atau sebanyak 34.714 KK yang tersebar di 5 kecamatan. Rata-rata tiap KK memiliki 4,18 anggota keluarga. Pertambahan penduduk dari tahun 1990 dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Tebing Tinggi (1990, 2000, 2013)

  Rata-Rata Anggota Tahun Jumlah Penduduk Rumah Tangga Rumah Tangga

  1990 116.767 21.896 5,33 2000 124.979 28.329 4,41 2013 145.248 34.714 4,18

  Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  Kecamatan Bajenis memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 34.004 jiwa (22,81%), sedang Kecamatan Tebing Tinggi Kota merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduk yaitu sebanyak 24.352 jiwa (16,33%).

  Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota dengan angka 7,01. Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya dengan angka 2,70. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Peta 4.3.

  4-6

  4-7

Tabel 4.4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kota Tebing

  Tinggi, 2013

  No Nama Kecamatan Luas Wilayah (KM2)

  

Persentase

Jumlah Penduduk Persentase Kepadatan

  

1 Padang Hulu 8,511 22,14 27.490 18,44 3,23

  

2 Tebing Tinggi Kota 3,473 9,04 24.352 16,33 7,01

  

3 Rambutan 5,935 15,44 32.370 21,72 5,45

  

4 Bajenis 9,078 22,62 34.004 22,81 3,75

  

5 Padang Hilir 11.411 29,76 30.849 20,70 2,70

Total 38,438 100 149.065 100 3,88 Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  4-8

Gambar 4.3. Peta Kepadatan Penduduk

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2032

  4-9

  4.2.2 Sex Ratio Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2013 adalah 149.065 jiwa, dengan Sex Ratio sebesar 97,73. Penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 75.385 jiwa, sedangkan penduduk laki-laki sebanyak 73.680 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tebing

  Tinggi, 2013

  Kecamatan Jenis Kelamin Sex Jumlah

  Total Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

  Padang Hulu 13.565 13.925 27.490 97,41 Tebing Tinggi Kota 11.862 12.490 24.352 94,97 Rambutan 15.913 16.457 32.370 96,70 Bajenis 16.903 17.101 34.004 98,84 Padang Hilir 15.437 15.412 30.849 100,16 Kota Tebing Tinggi 73.680 75.385 149.065 97,73

  Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  4.2.3 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Dari komposisi penduduk berdasarkan umur, terlihat bahwa penduduk di Kota Tebing Tinggi memiliki struktur piramida sempurna, di mana penduduk terbesar ada pada usia anak-anak, disusul dengan usia produktif dan jumlah yang terkecil adalah usia lansia. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tebing Tinggi

  Kelompok Umur Penduduk (Orang) Laki-laki Perempuan Jumlah

  0 - 4 7.814 7.518 15.332 5 - 9 7.108 6.774 13.882 10 -14 7.292 6.956 14.248 15 - 19 7.044 7.028 14.072

  20 - 24 6.106 6.264 12.370 25 - 29 6.297 6.356 12.653 30 - 34 5.827 5.788 11.615 35 - 39 5.153 5.409 10.562 40 - 44 4.745 5.219 9.964 45 - 49 4.527 4.743 9.270

  4-10 Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  

6 Perdagangan 11.933 9.224 21.157 40,02

  50 - 54 3.980 4.304 8.284 55 - 59 3.190 3.259 6.449 60 - 64 1.895 2.062 3.957 65 - 69 1.203 1.428 2.631

  Mayoritas penduduk Kota Tebing Tinggi adalah penduduk beragama Islam yaitu sejumlah 101.108 jiwa; disusul dengan penganut agama Kristen sebesar 20.524 jiwa; penduduk beragama Budha sebanyak 5.530 jiwa; penduduk beragama Katolik sebanyak 4.685 jiwa; dan penduduk beragama Hindu sebanyak 241 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Tabel 4.8.

  4.2.5 Jumlah Penduduk menurut Agama Berdasarkan agama yang dianut, Kota Tebing Tinggi memiliki penduduk yang heterogen.

  

10 Lainnya - - - -

Total 34.038 18.827 52.865 100 Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  

9 Jasa Kemasyarakatan 5.833 6.599 12.432 23,51

  

8 Keuangan 601 256 857 1,62

  

7 Angkutan & Komunikasi 5.216 250 5.466 10,33

  5 Konstruksi 4.317 70 4.387 8,29

  4.2.4 Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk yang utama di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2013 adalah sektor perdagangan yaitu sebanyak 21.157 jiwa (40,02 %), yang diikuti oleh jasa kemasyarakatan sebanyak 12.432 jiwa (23,51%). Sedangkan mata pencaharian penduduk terendah adalah dibidang listrik, gas dan air sebanyak 64 jiwa (0,12%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7.

  64 64 0,12

  4 Listrik, Gas, dan Air -

  

3 Industri 4.078 1.774 5.852 11,07

  

2 Pertambangan & Penggalian - - - -

  

1 Pertanian 2.060 590 2.650 5,01

  No Jenis Pencaharian Jenis Kelamin (jiwa) Persentase Laki-Laki Perempuan Jumlah

  Mata Pencaharian di Kota Tebing Tinggi, 2013

Tabel 4.7 Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja menurut

  70-74 828 1.082 1.910 75 + 671 1.195 1.866 Jumlah 73.680 75.385 149.065

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut di Kota Tebing Tinggi,

  2013

  Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Buddha Jumlah Padang Hulu 21.510 3.280 825 70 1.061 26.746 Tebing Tinggi Kota 10.462 2.528 1.200

  88 1.200 15.478 Rambutan 22.546 4.540 1.362 12 984 29.444 Bajenis 23.922 5.636 733 38 1.354 31.683 Padang Hilir 22.668 4.540 565 33 931 28.737 Tebing Tinggi 101.108 20.524 4.685 241 5.530 132.088

  Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  4.3 Kondisi Topografi Kota Tebing Tinggi merupakan dataran rendah dengan ketinggian 18 - 34 meter di atas permukaan laut dan relatif memiliki topografi mendatar dan bergelombang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.10. Topografi mendatar memiliki kelas kemiringan lereng berkisar antara 0-2 % sedangkan topografi bergelombang berkisar antara 2-15 %. Peta topografi dapat dilihat pada Gambar 4.4 Peta Kemiringan Lahan. Kemiringan lereng yang relatif datar tersebut memberikan implikasi positif dalam pengembangan kegiatan ekonomi seperti kegiatan perdagangan, jasa, permukiman dan pertanian, penentuan pembangunan fisik kota, serta pengembangan sarana dan prasarana kota. Sedangkan pada kelas kemiringan lereng 0-2 % perlu mendapat perhatian khusus akan kemungkinan banjir di kemudian hari. Hal ini perlu dicegah dengan menerapkan aturan ketat dalam penggunaan lahan di kemiringan tersebut.

Tabel 4.9 Kecamatan berdasarkan Ketinggian di Kota Tebing Tinggi

  No Kecamatan Ketinggiann (m dpl)

  1 Padang Hulu

  33

  2 Tebing Tinggi Kota

  34

  3 Rambutan

  30

  4 Bajenis

  18

  5 Padang Hilir

  33 Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014 4-11

  4.4 Kondisi Geomorfologi Struktur geologi yang terdapat di wilayah Kota Tebing Tinggi hampir sama dengan kecamatan di sekitar Kabupaten Deli Serdang atau di Kabupaten Serdang Bedagai. Formasi geologi didominasi oleh kelompok alluvial dan tufa toba. Struktur geologi ini pada umumnya memiliki karakteristik tanah subur untuk pengembangan pertanian karena merupakan endapan lumpur aliran sungai dan danau, sehingga hanya berada pada kawasan datar dan cekungan sungai. Kondisi tanah ini mempunyai sifat secara umum terlihat adanya lapisan-lapisan tanah yang berulang, tidak teratur yaitu tebal lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna, tekstur, struktur dan kandungan bahan organik yang sering berulang (tidak beraturan), lapisan yang berbeda tapi sifat dan jenis yang sama. Keadaan morfologi wilayah Kota Tebing Tinggi didominasi oleh kelompok Novair Alluvium seluas 3.609,97 Ha, Adesit seluas 126,92 Ha dan Leparietische Flusifpa seluas 46,91 Ha. Secara geologi jenis tanah yang ada merupakan potensial bagi galian “Golongan C”, seperti pasir, kerikil, tanah liat dan lainnya. Lokasi galian C berupa pasir terdapat di sekitar/sepanjang sungai yang ada. Lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 4.5 Peta Geologi.

  4.5 Kondisi Hidrologi Kota Tebing Tinggi dilalui oleh beberapa sungai besar maupun sungai kecil dengan aliran arus air menuju ke arah Utara dan Timur Laut serta bermuara ke Selat Malaka. Kota Tebing Tinggi dilintasi oleh Sungai Padang yang merupakan sungai utama dengan panjang sekitar ± 16,22 km dan lebar ± 65 meter. Sungai besar lainnya adalah Sungai Bahilang, Sungai Kelembah, dan Sungai Sibarau. Sungai-sungai kecil lainnya yaitu Sungai Segiling dan Sungai Sibangauan. Untuk lebih jelas lihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.6 Peta Aliran Sungai.

Tabel 4.10 Panjang Sungai yang Melintasi Kota Tebing Tinggi

  No Nama Sungai Panjang (M)

  1 S. Padang 16.221,39

  2 S. Bahilang 4.272,07

  3 S. Kelembah 6.373,10

  4 S. Sibarau 3.618,62

  5 S. Sigiling 3.781,61 Jumlah 34.266,80 Sumber: Hasil Perhitungan dari Foto Udara Kota Tebing Tinggi, 2005

  4-12

  • – 27 o

  56 Februari

  Sumber : Kota Tebing Ti nggi Dalam Angka, 2014

  36 Agustus 18 146 September 13 112 Oktober 20 335 November 14 214 Desember 15 289 Jumlah 140 1.738

  8

  54 April 13 221 Mei 7 103 Juni 8 105 Juli

  6

  67 Maret

  10

  8

  

Bulan Jumlah Hari Hujan (Hari) Curah Hujan

(mm) Januari

  2013

Tabel 4.11. Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kota Tebing Tinggi,

  C. Jumlah hari hujan dan curah hujan seiap bulan di Kota Tebing Tinggi dapat kita lihat pada Tabel 4.11 berikut ini.

  25 o

  4.6 Kondisi Klimatologi Kondisi klimatologi suatu wilayah perencanaan sangat penting untuk diketahui terutama untuk pembangunan prasarana seperti mengestimasi pembangunan drainase. Berdasarkan letak geografis, Kota Tebing Tinggi dapat dikategorikan beriklim tropis dengan temperatur udara antara

  • – 335 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan curah hujan 335 mm dan banyaknya hari hujan 20 hari, disusul bulan Desember dengan curah hujan 289 mm dan banyaknya 15 hari. Sedangkan curah hujan terendah di bulan Juli yakni 36 mm dengan hari hujan sebanyak 8 hari.

  4-13

  Kondisi alam Kota Tebing Tinggi dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan jumlah curah hujan sepanjang tahun 2013 sebesar 1.738 mm/tahun. Selama tahun 2013, Kota Tebing Tinggi mengalami rentang curah hujan berkisar 36

  4-14

Gambar 4.4. Peta Kemiringan Lahan

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2032

  4-15

Gambar 4.5. Peta Geologi

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2032

  4.7 Kondisi Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Tebing Tinggi terbagi dalam 2 (dua) bahagian, yaitu penggunaan lahan terbangun dan tidak terbangun. Penggunaan lahan terbangun merupakan penggunaan lahan di mana di atas lahannya terdapat bangunan fisik seperti permukiman, sarana dan prasarana permukiman, pertokoan, dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan tidak terbangun yaitu penggunaan lahan di mana di atas lahannya tidak ada bangunan fisik, melainkan penggunaan lahan untuk pertanian, perkebunan, irigasi, kolam, hutan, dan sebagainya.

  Pola penggunaan lahan di wilayah Kota Tebing Tinggi mencerminkan adanya aktivitas yang heterogen. Penggunaan lahan pada wilayah Kota Tebing Tinggi dikelompokkan atas pemukiman, sarana sosekbud (sosial ekonomi budaya), perhubungan, pertanian (sawah, tegalan/kebun), industri, perdagangan, semak belukar dan lain-lain (termasuk rawa-rawa). Kota Tebing Tinggi didominasi lahan untuk kegiatan pertanian seluas 1.843,881 (47,97%) dan pemukiman seluas 1.513,729 Ha (39,38%). Untuk lebih jelas dapat dilihat Tabel 4.12 dan Gambar 4.6, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8

Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Kota Tebing Tinggi, 2013

  No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase

  1 Pemukiman 1.513,729 39,38

  2 Sarana Sosek 241,780 6,29

  3 Perhubungan (Jalan Umum dan Kereta 8,300 0,22 Api)

  4 Pertanian 1.843,881 47,97

  5 Industri 37,900 0,99

  6 Semak belukar 97,500 2,54

  7 Lainnya (termasuk rawa-rawa) 100,71 2,62 Total 3.843,800 100 Sumber: Kota Tebing Tinggi Dalam Angka, 2014

  4-16 Laporan Akhir |PROFIL KOTA TEBIMG TINGGI

  4-17

Gambar 4.6 Peta Aliran Sungai

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-203

  4-18

Gambar 4.7 Peta Penggunan Lahan berdasarkan Foto Udara

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2032

  4-19

Gambar 4.8 Peta Penggunaan Lahan

  Sumber : RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2012-2032

  4.8 Kondisi Sosial Ekonomi

  4.8.1 Kondisi Sosial Kota Tebing Tinggi memiliki keragaman suku(etnis) dan agama oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai

  • –nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi) dan sangat diyakini pula hidup dan berkembangnya nilai- nilai budaya yang heterogen dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Tebing Tinggi. Adanya pluralisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

  4.8.1.1 Perkembangan Tingkat Pendidikan Masyarakat Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pendidikan masyarakat di Kota Tebing Tinggi adalah dengan menyediakan sarana fisik pendidikan dan jumlah guru yang memadai.

  Jumlah seluruh murid SD di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2013 tercacat sebanyak 19.208 orang dengan jumlah guru sebanyak 1.143 orang dan tersebar di 93 sekolah di 5 kecamatan Kota Gunungsitoli. Rasio perbandingan antara murid dan guru untuk SD adalah 17. Ini berarti bahwa rata-rata untuk setiap 1 orang guru mendidik 17 orang murid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Banyaknya Sekolah, Murid, dan Rasio Murid-Murid Sekolah Dasar di Kota Tebing

  Tinggi, 2013

  Murid Guru Rasio Murid Kecamatan Sekolah LK PR Jumlah LK PR Jumlah Guru

  Padang Hulu 15 1.444 1.285 2.729 32 144 176

  16 Tebing Tinggi 19 2.072 1.976 4.048 28 196 224

  18 Kota Rambutan 16 1.544 1.445 2.989 30 151 181

  17 4-20 Bajenis 16 1.522 1.467 2.989 38 153 191

  16 Padang Hilir 27 3.271 3.182 6.453 74 277 351

  18 Tebing Tinggi 93 9.853 9.355 19.208 202 921 1.123

  17 Sumber : Kota Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  Untuk tingkatan SMP, jumlah sekolah pada tahun 2013 adalah sebanyak 24 sekolah yang tersebar di 5 kecamatan Kota Tebing Tinggi. Jumlah murid SMP sebanyak 4.795 orang dan jumlah guru sebanyak 555 orang dengan rasio perbandingan antara murid dan guru sebesar 18,6. Ini berarti bahwa rata-rata untuk setiap 1 orang guru mendidik 19 orang murid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Banyaknya Sekolah, Murid, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Tebing Tinggi, 2013

  Murid Guru Rasio Murid Kecamatan Sekolah Guru LK PR Jumlah LK PR Jumlah

  Padang Hulu 2 401 464 865

  16

  32

  48

  18 Tebing Tinggi 14 2.739 2.997 5.736 114 229 343

  17 Kota Rambutan 3 560 522 1.082

  22

  32

  54

  20 Bajenis 3 594 519 1.113

  20

  43

  63

  18 Padang Hilir 2 501 436 937

  21

  26

  47

  20 Tebing Tinggi 24 4.795 4.938 9.733 193 362 555 18,6 Sumber : Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  4.8.1.2 Angkatan Kerja Penduduk

Selaian itu dilihat dari mata pencaharian ada tahun 2011, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi

  yang berusia 15 tahun ke atas sebanyak 98.645 orang, yang terdiri dari 66.394 orang angkatan kerja dan 32.251 orang bukan angkatan kerja (penduduk yang masih sekolah dan mengurus rumah tangga). Dari seluruh angkatan kerja, penduduk yang bekerja ada sebanyak 60.845 orang, sedangkan yang mencari pekerjaan sebanyak 5.549 orang. Sebagian besar penduduk kota Tebing Tinggi bekerja di sektor jasa – jasa (78,19%) dan industri (17,14%), sektor pertanian (4,67%).

  4-21

Gambar 4.9 Persentase Penduduk Yang Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja

  Menurut Lapangan Usaha di Kota Tebing Tinggi

   Sumber: Tebing Tinggi Dalam Angka 2012

Tabel 4.15 Penduduk Kota Tebing Tinggi Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja, Mencari

  Pekerjaan, dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

  No Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 38.681 27.713 66.394 Angkatan Kerja

  • - Bekerja 36.328 24.517 60.845

  • Mencari Pekerjaan 2.353 3.196 5.549 2. 9.444 22.807 32.251 Bukan Angkatan Kerja Jumlah 48.125 50.520 98.645

  Dari Gambar 4.1 dan Tabel 4.15 diatas dapat kita simpulkan bahwa lebih banyak jumlah angkatan kerja terutama di bidang jasa-jasa hal ini menunjukkan sedikitnya jumlah pengangguran di Kota Tebing Tinggi dan menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Tebing Tinggi cukup baik.

  4.8.2 Kondisi Ekonomi

  4.8.2.1 Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang memberikan petunjuk sejauh mana perkembangan dan struktur ekonomi suatu daerah dalam suatu kurun waktu. Pada tahun 2013,

  4-22 PDRB atas dasar harga berlaku Kota Tebing Tinggi per kapita adalah Rp 22.636.619, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu Rp 20.058.348.

  Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling banyak berkontribusi terhadap PDRB Kota Tebing Tinggi tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 768.102,65 juta; diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar Rp 676.170,13 juta; dan sektor jasa sebesar Rp 676.057,18 juta. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang paling sedikit kontribusinya yaitu sebesar Rp 2.421,16 juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

  Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2009-2013

  No Lapangan Usaha 2009 2010*) 2011 2012 2013

  1 Pertanian 33.090,68 35.233,49 37.950,33 41.057,57 46.543,17

  2 Pertambangan dan 1.590,79 1.732,82 1.937,12 2.167,54 2.421,16 Penggalian

  3 Industri 398.529,59 451.399,16 511.542,47 579.829,69 676.170,13 Pengolahan

  4 Listrik, Gas, dan Air 10.492,97 10.307,43 12.290,07 13.475,38 14.998,94 Bersih

  5 Bangunan 192.048,19 227.141,64 268.913,80 318.705,46 383.994,65

  6 Perdagangan.

  457.856,81 516.329,84 585.604,13 665.502,43 768.102,65 Hotel dan Restoran

  7 Pengangkutan dan 303.165,67 330.727,63 362.760,83 398.800,66 449.187,19 Komunikasi

  8 Lembaga Keuangan, dan 246.048,99 286.465,34 324.331,58 370.015,88 436.510,87 Usaha Persewaan

  Jasa Perusahaan

  9 Jasa-jasa 390.211,98 442.397,97 503.208,29 574.487,58 676.057,18 PDRB 2.032.995,63 2.302.735,31 2.608.678,60 2.964.042,20 3.453.985,93 PDRB per Kapita 14.244.112 15.853.82 17.792.850 20.058.348 22.636.619 Sumber: Tebing Tinggi dalam Angka, 2014

  4.8.2.2 Potensi Ekonomi A.

   Tanaman Pangan

  Komoditi tanaman pangan yang dihasilkan di Kota Tebing Tinggi meliputi padi sawah, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

  4-23 Untuk komoditas jenis sayur-mayur yang dipanen di Kota Tebing Tinggi antara lain berupa sawi, kacang panjang, cabe, terong, ketimun, kangkung dan bayam. Untuk komoditi buah- buahan, antara lain alpokat, sawo, buah mangga, jambu biji, dan pisang.

  B.

Sektor Peternakan

  Secara keseluruhan, populasi ternak yang dominan di Kota Tebing Tinggi adalah ternak unggas, berupa ayam dan itik. Selainnya itu juga terdapat ternak domba, kambing, babi, sapi, dan kerbau.

  C. Pertokoan Pertokoan di Kota Tebing Tinggi berkembang cukup pesat. secara keseluruhan jenis toko yang paling dominan yang ada di Kota Tebing Tinggi adalah toko bahan pangan dan toko menjual alat elektronik.

  4.9 Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya di Kota Tebing Tinggi masih terbatas dan masih membutuhkan program/kegiatan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan prasarana keciptakaryaan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

  4.9.1 Sub Bidang Air Minum Penyediaan air minum pada prinsipnya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah kota Tebing Tinggi sebagai regulator dan PDAM sebagai operator pelayanan air minum, namun dalam realisasinya penyediaan air minum oleh PDAM tersebut belum mampu menjangkau seluruh wilayah perkotaan. Untuk saat ini sebagian daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan PDAM, khususnya di daerah pinggiran, penyediaan air minumnya dilakukan oleh masyarakat sendiri.

  Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang pesat dan pemekaran kecamatan, maka akan diperlukan upaya percepatan pembangunan prasarana dan sarana air minum untuk meningkatkan tingkat pelayanan yang saat ini masih rendah. Sistem penyediaan air minum kota Tebing Tinggi menggunakan sistem pengolahan lengkap ( Water Treatment Plant) yang mengambil sungai Padang sebagai air baku. Sungai Padang disadap dengan bangunan intake kemudian diolah memakai Water Treatment Plant dari mulai unit pra sedimentasi, floculasi, sedimentasi dan filtrasi kemudian dimasukkan ke reservoir lalu didistribusikan kepada pelanggan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih kota Tebing Tinggi, PDAM Tirta Bulian kota Tebing Tinggi menggunakan 2 unit WTP yang berbeda lokasi WTP I

  4-24 dengan kapasitas 55 l/det, terdapat di kelurahan Bandar Sakti dan WTP II dengan kapasitas 60 l/det terdapat di kelurahan Bulian. Jumlah instalasi pengolahan air (WTP) yang berfungsi saat ini di Kota Tebing Tinggi ada 2 yakni : WTP I dan WTP II.

  4.9.2 Sub Bidang Persampahan Pengelolaan persampahan di kota Tebing Tinggi dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat. Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah, pengangkutan dan selanjutnya pembuangan akhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sedangkan pembuangan sampah setempat dilakukan oleh warga ke permukaan tanah atau ke dalam lubang di setiap pekarangan/ halaman rumah. Selanjutnya sampah dibakar atau ditimbun untuk dijadikan pupuk atau dibiarkan. Penanganan sampah perkotaan di kota Tebing Tinggi telah menyediakan prasarana dan sarana persampahan meliputi: tempat pembuangan sementara (TPS), mobil sampah/kontainer dan gerobak sampah tetapi prasarana dan sarana ini masih terbatas sehingga daerah layanan hanya di beberapa kecamatan saja dan timbunan sampah belum semua dapat terangkut.

  Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ada saat ini berada di Jln. Baja Kelurahan Damar Sari Kecamatan Padan g Hilir dengan luas lahan ± 1,25 Ha dan dipergunakan sejak tahun 2005 dan menggunakan sistem Open Dumping. Adapun status lahan TPA tersebut masih merupakan pinjam pakai milik masyarakat Kota Tebing Tinggi. Total volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat kota Tebing Tinggi setiap hari yaitu sebesar ± 86,2 ton hari dan sampah yang terangkut dari 5 (l ima) kecamatan yang terlayani ke TPA Jln. Baja sebesar ± 35 ton / hari atau hanya sebesar 41 % dari jumlah penduduk yang terlayani sebesar 137.959 jiwa.

  4.9.3 Sub Bidang Air Limbah Pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi di Kota Tebing Tinggi mempunyai pengelolaan sanitasi yang dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu: a.

  Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik individu maupun komunal; b. Sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) (masih dalam tahap perencanaan)

  4-25

  • – Tanjung Morawa – Tebing Tinggi yang berdampak besar bagi pertumbuhan PDRB Kota terutama dalam sektor perdagangan dan jasa.

  4-26

  4.9.4 Sub Bidang Drainase Di wilayah kota Tebing Tinggi terdapat beberapa sungai besar yaitu Sungai Padang, Sungai Bahilang, Sungai Kelembah dan Sungai Sibangoan yang semuanya menuju ke Sungai Padang sebagai saluran pembuangan utama. Saluran eksisting drainase utama kota Tebing Tinggi pada umumnya masih memanfaatkan sungai yang ada di kota Tebing Tinggi dan saluran pengairan yang sekarang juga telah berkembang menjadi saluran drainase kota Tebing Tinggi.

  4.10 Isu Strategi Perencanaan pelaksanaan rencana pembangunan kota sangat dipengaruhi oleh lingkungan strategis interal maupun eksternal untuk mengidentifikasi perubahan lingkungan strategis baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal yang dapat mempengaruhi upaya mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kota Tebing Tinggi.

  Berdasarkan RTRW Kota Tebing Tinggi diperoleh gambaran isu strategis perkembangan kota Tebing Tinggi sebagai berikut: 1.

   Peran Simpul Perdagangan dan Jasa Regional

  Peran Kota Tebing Tinggi akan semakin penting sebagai simpul perdagangan dan jasa regional terkait dengan Pembangunan Bandara Kuala Namu dan Jalan Tol Medan

  2. Keterbatasan Lahan Pengembangan Keterbatasan lahan pengembangan perkotaan terutama untuk lahan permukiman semakin dirasakan. Apabila mempertimbangkan angka proyeksi jumlah penduduk sebesar 183.689 jiwa dengan skenario kebutuhan rumah adalah 5.864 unit dengan kebutuhan luas lahan perumahan kurang lebih 938.299 m2 maka diperlukan strategi dalam penyediaan lahan permukiman yang bersifat vertikal untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan lahan permukiman. Alternatif lain yang terjadi adalah terjadinya konversi lahan persawahan di Kecamatan Bajenis (sisi bagian barat dari pusat kota).

  3. Daerah Rawan banjir Sistem drainase yang ada di Kota Tebing Tinggi belum terhirarki dengan jelas, namun dari pola alirannya, maka sistem drainase perkotaan mengalir ke sungai-sungai yang ada. Seperti diketahui bahwa Kota Tebing Tinggi dilalui oleh banyak sungai yang saat ini masih menampung buangan aliran drainase baik yang bersumber dari curah hujan maupun dari limbah kegiaan ekonomi baik dari rumah tangga maupun dari industri kegiatan jasa dan perdagangan.

  Akibat dari kondisi tersebut Kota Tebing Tinggi sangat rentan dengan masalah banjir adapun kawasan yang rawan bencana alam berupa genangan air/banjir di Kota Tebing Tinggi dari luapan Sungai Sei Padang dan Bahilang yang berada di Kelurahan Tualang, Persiakan, Bandarsono, Mandailing, Pasar Baru, Badak Bejuang, Bulian, Teluk Karang, Berohol. Bandar Sakti, Bandar Utama, Sri Padang, Tambangan, Tanjung Marulak Hilir dan Kelurahan Tambangan Hulu.

  4-27