BAB II KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEJAHATAN DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA API A. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan dalam Teori Kriminologi 1. Lingkungan Keluarga - Kajian Kriminologi Terhadap Penanggulangan

BAB II KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEJAHATAN DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA API A. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan dalam Teori Kriminologi 1. Lingkungan Keluarga Dalam khasanah kriminologi, orang-orang tidak akan pernah melupakan

  seorang sarjana yang bernama Cesare Lambrosso, yang juga mendapatkan julukan Bapak Kriminologi Modern. Jasanya bukan karena Teori Born Criminal–nya yang terkenal, tetapi karena Lambrosso merupakan orang yang pertama yang meletakkan metode ilmiah (rational-scientist thinking and experimental) dalam mencari penjelasan tentang sebab-sebab kejahatan serta melihatnya dari banyak

   faktor.

  Teori Lambrosso tentang Born Criminal (Penjahat yang dilahirkan) menyatakan bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam sifat bawaan dan watak dibandingkan mereka yang bukan penjahat. Lambrosso juga menambahkan 2 (dua) kategori lainnya yaitu Insane Criminal dan Criminoloids, dimana Insane Criminal bukanlah penjahat sejak lahir, melainkan mereka menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa perubahan dalam otak mereka yang menggangu kemampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah.

  Criminoloids mencakup suatu kelompok ambiguous termasuk penjahat kambuhan

   (habitual kriminal), penjahat karena nafsu dan berbagai tipe.

                                                               38 39 Topo Santoso, Op. cit, Hal. 23.

  Ibid, Hal. 38.

  Keluarga merupakan permulaan dari kehidupan baru. Seorang bayi dilahirkan, belum ada yang mampu meramalkan apakah bayi itu kelak akan menjadi seorang yang sukses atau seorang pesuruh, atau mungkin kelak menjadi seorang yang berkuasa ataukah seorang pencuri ataupun perampok, dan mungkin pula menjadi seorang pengemis. Tidak ada yang mampu memberi ramalan yang

   pasti apakah seorang anak tersebut seperti ini profesinya apabila besar nanti.

  Tetapi bila hendak diramalkan bahwa seorang anak pedagang pada suatu waktu akan menjadi pedagang, kemungkinannya akan lebih besar daripada pernyataan pertama tadi. Namun sulit pula untuk dipastikan bahwa seorang anak pembunuh pada suatu waktu akan menjadi seorang pembunuh juga, atau anak seorang pemain piano pada suatu waktu akan menjadi pencipta lagu.

  Kata-kata yang sering dikemukakan adalah bahwa sesuatu akan tergantung pada situasi dan kondisi. Istilah situasi dan kondisi itu atau lebih tepat daripada

   istilah tersebut adalah tergantung pada keadaan.

  Berbicara tentang situasi dan kondisi ialah istilah dua patah kata yang memiliki arti luas dan dalam. Lingkungan keluarga sebagai faktor yang akan menentukan kearah mana pertumbuhan pribadi si kecil tadi, memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda-beda dalam corak, sifat keluarga tertentu dengan keluarga lain.

  Salah satu ciri yang menjadi yang menjadi perhatian didalam menelaah dari suatu kejahatan adalah The Broken Home.

  Broken Home dapat dikatakan sebagai lingkungan keluarga yang ditimpa kemalangan dan dapat terdiri dari beberapa jenis, misalnya salah seorang                                                              40 G.W.Bawengan, Masalah Kejahatan dengan Sebab dan Akibat, (Jakarta: Pradya Paramitha, 1977), Hal. 89. 41 Ibid

  ayah/ibu telah meninggal dunia, bercerai terpisah jauh, sehubungan dengan

   delikuensi dan kejahatan.

  Sutherland menyebutkan bahwa broken home itu sebagai unsur yang dipandang sangat beralasan untuk mendorong kearah kejahatan. Kurangnya waktu orang tua untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak merupakan penyebab terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan anak melibatkan diri kearah kejahatan yang tidak diinginkan. Bahkan seringkali orang tua itu hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk membantu anak menyelesaikan persoalan- persoalan yang harus dia kerjakan sendiri, mungkin persoalan pelajaran atau mungkin persoalan kehidupan praktis dari teman anak tersebut. Kesibukan dapat pula membuat orang tua acuh tak acuh terhadap pertanyaan anak yang ingin mengetahui sesuatu, atau mungkin pula ayah memberikan jawaban yang menimbulkan kejengkelan anak. Dengan demikian memupuk kecemasan pada tunas yang mulai tumbuh itu. Oleh sebab itulah disini betul-betul perlu diperhatikan mengenai pentingnya peranan kedua orangtua didalam mendidik

   anaknya dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya.

2. Pengaruh Sosial

  Lingkungan sosial juga merupakan salah satu latar belakang yang memberikan pengaruh pada tingkah laku kriminalitas dari setiap individu- individu. Dalam Teori-teori Strain yang merupakan hasil karya dari Emile Durkheim, satu cara dalam mempelajari suatu masyarakat adalah dengan melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana masing- masing berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, kita melihat kepada

                                                               42 43 Ibid, Hal. 90.

  Ibid. struktur dari masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi. Jika masyarakat itu stabil, bagian-bagiannya beroperasi dengan lancar, susunan sosial berfungsi.

  Masyarakat seperti itu ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika bagian-bagiannya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu disebut dysfunctional (tidak

   berfungsi).

  Setelah lingkungan keluarga, maka terdapat pula lembaga-lembaga sosial yang sangat penting fungsinya sehubungan dengan tingkah laku anggota masyarakat itu, misalnya sekolah. Sekolah memegang peranan penting dalam

  

  melatih anak-anak untuk kehidupan selanjutnya. Dalam hal itu guru merupakan teman yang dekat hubungannya dengan anak didiknya selain orangtua.

  Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai lembaga yang memiliki bagian besar terhadap anak dalam rangka pembentukan watak manusia, karena disanalah semua anak diseleksi dan dikembangkan bakatnya. Dari segi pembinaan bangsa, sekolah merupakan wadah untuk memupuk manusia yang kelak akan berguna bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsanya dan dari segi kriminologinya sekolahpun berfungsi sebagai lembaga yang mampu untuk mencegah kejahatan.

  Ada tiga unsur yang perlu dipergunakan sebagai bekal untuk berhasilnya

  

  seorang guru adalah: a.

  Bahwa guru harus memiliki pengetahuan mengenai alam pribadi anak didik, b.

  Penguasaan mengenai subjek yang diajarkan,

                                                               44 45 Topo Santoso, Op. cit, Hal. 58. 46 Edwin H. Sutherland, Op. cit, Hal. 274.

  G.W.Bawengan, Loc. cit. c.

  Kemahiran serta teknik mengajarnya.

  Agama tidak dapat disangkal lagi sebagai wadah yang tertinggi nilainya dalam usaha memerangi kejahatan. Sebab agama bertujuan untuk mencapai kesempurnaan pengikutnya dan dengan sendirinya kesempurnaan itu hanya dapat dicapai dengan cara menghindari kejahatan yang merupakan larangan dari setiap agama dimuka bumi ini.

  Lunturnya norma-norma keagamaan membuat mereka melalaikan keharusan-keharusan agama dan melebarkan jalan kearah petualangan yang bertentangan dengan ajaran agamanya. Menurut E. H. Sutherland dengan tegas menyatakan bahwa kekurangan latihan keagamaan adalah dasar penyebab kejahatan. Hal ini berdasarkan dengan adanya orang-orang yang melakukan kejahatan, akan tetapi mereka tidak dapat menerangkan dengan sesungguhnya

  

  mengapa mereka berbuat demikian. Terjadinya kejahatan ditengah-tengah masyarakat beragama adalah menunjukkan kegagalan para pengajar agama, dan dinyatakan pula bahwa berkurangnya perhatian terhadap agama merupakan penyebab utama berkembangnya kejahatan.

  Berkenaan dengan itu diperlukan juga peranan dari para guru agama dan pimpinan keagamaan pada satu pihak yang merupakan suatu petunjuk untuk kehidupan bahagia di akhirat nanti dan pihak lain merupakan suatu rel kehidupan dalam masyarakat, jika faktor keluarga, sekolah, dan agama tidak memberikan pengaruh dan kecil pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.

3. Faktor Ekonomi

                                                               47 Edwin H. Sutherland, Op. cit, Hal. 273.

  Seperti halnya Durkheim, Robert Merton juga mengaitkan masalah kejahatan dengan anomie. Menurut Merton, didalam masyarakat yang berorientasi kelas, kesempatan untuk menjadi yang teratas tidaklah dibagikan secara merata. Sangat sedikit anggota kelas bawah mencapainya. Kesempatan untuk meningkat dalam jenjang sosial tadi memang ada, tetapi tidak tersebar secara merata.

  Seorang anak yang lahir dari sebuag keluarga miskin dan tidak berpendidikan, misalnya hampir tidak memiliki peluang untuk meraih posisi bisnis atau profesional sebagaimana dimiliki anak yang lahir dari sebuah keluarga kaya dan

   berpendidikan.

  Latar belakang masalah ekonomi ini merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya suatu kejahatan adalah kejahatan-kejahatan yang menyangkut harta benda, kekayaan, dan perniagaan atau hal-hal yang sejenisnya. Kejahatan- kejahatan ini terjadi karena adanya tekanan ekonomi dimana rakyatnya berada dalam kemiskinan, yang serba kekurangan di bidang pangan, apalagi sandang dan perumahan. Salah satu contoh yaitu pencurian yang terjadi dimana-mana.

  Walaupun mungkin kejahatan tersebut terjadi pada seorang remaja yang melakukan pencurian sebuah cincin dengan maksud untuk menghadiahkan kepada pacarnya, namun perkara pencurian atau penipuan dan penggelapan lebih banyak dipengaruhi oleh gejala-gejala ekonomi. Kondisi-kondisi seperti kemiskinan atau pengangguran, secara relatif dapat melengkapi rangsangan-rangsangan untuk melakukan pencurian, perampokan, penggelapan, penipuan, atau

   penyelundupan.

                                                               48 49 Topo Santoso, Op. cit, Hal. 61.

  G.W.Bawengan, Op. cit, Hal. 110.

  Didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dapat dijumpai mengenai masalah kejahatan harta benda tersebut, misalnya pencurian, penipuan, pemerasan, dan lain-lainnya. Hal ini harus kita bedakan dengan kejahatan ekonomi, oleh karena itu di Indonesia telah dikenal adanya tindak pidana ekonomi yang diikuti dengan pembentukan badan-badan peradilan ekonomi walaupun perkara-perkara pencurian, penipuan, dan pemerasan banyak melatarbelakangi keadaan ekonomi, tetapi delik-delik ini merupakan bagian dari Kitab Undang- undang Hukum Pidana dan oleh karena itu bukanlah suatu delik ekonomi. Delik- delik ekonomi dapat kita jumpai dalam undang-undang yang mengatur khusus

  

mengenai tindak pidana ekonomi tersebut.

4. Dampak Urbanisasi dan Industrial Kejahatan juga dapat ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialisasi.

  Indonesia sebagai suatu negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilemma. Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan pembangunan, dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa harga diri pembangunan itu, adalah peningkatan yang menyolok dari kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena banyaknya perpindahan, dan peningkatan fasilitas kehidupan, bisanya dinyatakan sebagai urbanisasi yang berlebihan (overurbanization) dari suatu negara. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan peningkatan kejahatan yang tambah lama tambah kejam diluar kemanusiaan.

5. Pengaruh Media Komunikasi dan Informasi

                                                               50 Ibid, Hal. 111.

  Demikian juga media komunikasi massa tidak ketinggalan, karena media komunikasi massa ikut serta memberikan rangsangan terhadap jalan pemikiran dan sepak terjang dalam kehidupan bermasyarakat.

  Media yang dimaksudkan itu adalah misalnya melalui bacaan-bacaan, seperti surat kabar, majalah, buku-buku bahkan melalui internet. Menurut Elmer H. Johnson dalam bukunya Crime Correction and Society mengemukakan beberapa argumentasi mengenai pengaruh televisi, film, surat-surat kabar, komik- komik serta internet pada jaman sekarang ini dapat menimbulkan rangsangan

  

  kearah kejahatan. Argumentasi tersebut adalah: a.

  Bahwa media tersebut gagal untuk membangkitkan respek terhadap hukum serta peraturan-peraturan lainnya. Para penjahat sering disodorkan sebagai pahlawan atau ditunjuk sebagai korban penuntutan, sedangkan perwira-perwira penegak hukumnya ditonjolkan sebagai aktor yang kasar dan berlindung dibalik seragamnya.

  b.

  Bahwa media itu telah membangkitkan kerakusan akan usaha untuk memperoleh uang secara mudah sehingga akibat dan dampak yang timbul sangat berpengaruh bagi yang menyaksikan media tersebut.

  c.

  Bahwa didalam media-media itu sering ditimbulkan masalah-masalah abnormal dalam bidang seks, serangan, dan kekejaman serta penipuan.

  d.

  Bahwa cara-cara untuk melakukan kejahatan serta menghindari pengusutan oleh yang berwajib dapat dipelajari dari bacaan-bacaan fiksi atau nonfiksi, sehingga banyak sekali anak-anak yang biasanya melakukan perbuatan-perbuatan meniru kekejaman dan kejahatan yang

                                                               51 Ibid, Hal. 106.

  pernah mereka baca atau lihat dari dalam televisi ataupun melalui internet.

  e.

  Bahwa media massa telah dipersalahkan karena mengutamakan pemberitaan kejahatan, sehingga masalah kejahatan dipandang sebagai hal yang biasa saja misalnya acara-acara di televisi menempatkan pertunjukan kejahatan pada waktu dimana penonton berjumlah maksimal dan berita-berita mengenai kejahatan diberikan tempat-tempat yang mencolok didalam surat kabar.

  f.

  Media massa nampaknya merupakan penghalang kemajuan intelektual dan mendorong orang untuk mengejar sensasi dan ketegangan- ketegangan daripada membentuk manusia-manusia yang bertanggungjawab serta berguna bagi kehidupan.

  g.

  Bahwa media massa pernah dibandingkan dengan dongeng dan dipandang bahwa dongeng atau kisah-kisah demikian itu lebih bermutu.

  Beberapa argumentasi yang dikemukakan oleh Elmer H. Johnson dalam bukunya yang telah disebutkan diatas tadi. Begitu pula ada beberapa kontra mengenai argument Johnson tadi yang tentunya merupakan tangkisan dari pihak

  

  petugas media massa adalah sebagai berikut: a.

  Bahwa komunikator sering mengemukakan pertanyaan, apakah yang cocok untuk dicetak atau untuk dipertunjukkan mereka berpendapat, bahwa keuntungan financial dapat diperoleh dengan cara melengkapi adegan pendidikan dengan sesuatu yang menarik penonton dari pembaca.

                                                               52 Ibid.

  b.

  Bahwa kisah-kisah mengenai kekerasan dianggap menyegarkan jiwa dan membebaskan sikap agresif dari pembacanya.

  c.

  Bahwa acara-acara televisi telah dipandang membangkitkan perhatian anak-anak untuk perkembangannya.

  d.

  Bahwa berita dan fiksi mengenai kejahatan, mengingatkan kepada masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan penjahat dan membangkitkan jaminan mengenai peranan polisi dan peradilan.

  e.

  Berita-berita mengenai penghukuman penjahat dapat merupakan penghalang bagi perkembangan kejahatan.

  f.

  Bahwa berita mengenai kejahatan memaparkan bahaya dan kekejian untuk membangkitkan semangat masyarakat untuk memerangi kejahatan.

  g.

  Bahwa menyembunyikan berita-berita kejahatan dapat membangkitkan perasaan ingin tahu, oleh sebab itulah anak-anak harus diperkenalkan dengan apa yang baik dan apa yang buruk jika mereka hendak kita hadapkan pada kenyataan hidup.

  Dapatlah dikemukakan bahwa pengaruh media massa adalah berbeda-beda sehubungan dengan kualitas individu dengan kondisi lingkungannya.

  B.

  

Contoh-Contoh Kasus dengan Menggunakan Senjata Api Baik yang

Dilakukan oleh Warga Sipil maupun Aparat Kepolisian atau TNI

  1. Kasus pencurian dengan kekerasan (Curas) di Madina Sumut terhadap korban Sugianto (40 Tahun) yang dilakukan oleh 2 (dua) Orang tidak dikenal. Kronologis kejadian : Ketika korban hendak pulang kerumah bersama istrinya dengan mengendarai mobil truck Coft Diesel dari Panyabungan menuju Batahan, sesampainya di Tempat Kejadian Perkara, tiba-tiba dicegat oleh 2 (dua) Orang pengendara sepeda motor Yamaha

  RX King sambil menodongkan senjata api kopada korban dan istri, kemudian pelaku langsung mengambil perhiasan emas, 4 Unit HP dan sejumlah uang. Akibat peristiwa tersebut korban menderita kerugian materiil sebesar Rp 325.000.000. Kasus ini ditangani oleh Polda Sumatera Utara.

2. Kasus perampokan di Kantor PT Perkebunan Sumatera Utara Deli

  Serdang. Kronologis kejadian : terjadi perampokan di PT Perkebunan Sumatera Utara Deli serdang. Berdasarkan keterangan ketiga satpam perusahaan yang sempat disandera para pelaku, menyatakan bahwa terdapat enam pelaku dalam kejadian ini. Terungkap kalau keenam pelaku yang disebut-sebut menggunakan atribut loreng itu cukup mengenali seluk-beluk ruangan kantor perkebunan itu. Sejumlah saksi yang dimintai keterangan diarahkan untuk mengungkap dugaan keterlibatan orang dalam. Saksi menyebutkan perampokan itu dilakukan enam pelaku yang dilengkapi senjata tajam dan sejenis senjata api.

  Keenam pelaku membobol dua unit brankas dari ruang kasir yang berisi uang tunai Rp 5 juta.

  3. Pada tanggal 12 Maret 2006 pukul 15.00 Wib telah terjadi pencurian dengan kekerasan (curas) dengan menggunakan senjata api. Kronologis kejadian : kejahatan tersebut dilakukan oleh 4 (empat) prang laki-laki dengan mengendarai sepeda motor RX King dan sepeda motor Suzuki Satria mengejar dan membuntuti dari belakang mobil Datsun BB 8136 NG yang dikendarai oleh Lembang Harahap, seorang supir warga Tapanuli Selatan, sehingga korban melaju dengan kecepatan tinggi lalu pelaku menghadang dari depan dan menodongkan senjata api jenis pistol serta melakukan penembakan ke udara sebanyak 1 (satu) kali sehingga korban berhenti, namun para pelaku tidak berhasil mengambil barang- barang milik korban, kemudian pelaku ditangkap.

  4. Tindak pidana karena lalainya menyebabkan meninggalnya orang yang dilakukan oleh Seorang Aparat Penegak Hukum. Kronologis kejadian : pada hari Senin tanggal 15 Juni 2009 seorang BRIPTU Hendro Kuswoyo sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku atau tersangka penjambretan. Selanjutnya melakukan pengejaran tersebut dan kemudian pada saat berada di Jalan Keadilan Simpang Medan, Hendro Kuswoyo melakukan penembakan terhadap tersangka/pelaku penjambretan tadi, namun tembakan mengenai seorang yang lain, yang menyebabkan luka dan meninggal dunia.

  5. Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh 4 (empat) orang pria pada seorang gadis. Kronologis kejadian : Jumat 21 Agustus 2009, ketika Ima Suci Purnamasari (pelapor) bersama temannya Yosefa dan Julianto sedang berada di Live Music Retro, maka oleh Julianto mengenalkan kepada Ima Suci Purnamasari ke beberapa orang teman laki-lakinya (terlapor), Arbi Albar, dkk. Setelah gabung sebentar dan bercerita ditempat itu, maka oleh si terlapor mengajak pelapor dan temannya Yosefa untuk gabung sambil minum-minum di warkop Elisabeth. Atas ajakan tersebut, pelapor dan temannya, Yosefa setuju dan naik ke mobil terlapor. Dan selanjutnya pelapor dibawa oleh si terlapor ke Hotel Sehati, Pancur batu. Tiba di hotel, si pelapor dipaksa masuk kedalam kamar dibawah ancaman senjata api, dan selanjutnya didalam kamar tersebut maka oleh si terlapor dan teman-temannya memperkosa pelapor secara bergiliran. Atas kejadian tersebut pelapor merasa keberatan dan melaporkan hal tersebut ke kepolisian sekitarnya.

  6. Kasus penjualan senjata api rakitan secara illegal. Lima pria ditangkap aparat Kepolisian Daerah Sumatra Utara, Selasa 24 Juni 2009 karena kepergok menjual senjata api rakitan. Kronologis kejadian : ketika seorang anggota Brigade Mobil Polda Sumut berpura-pura membeli senjata ke Ponirin dan Fery. Pria itu bermaksud membeli pistol rakitan beserta dua butir peluru jenis SS-1. Harga yang disepakati Rp 250 ribu.

  Mereka pun bersepakat bertransaksi di sebuah tempat di Medan. Beberapa saat setelah jual beli tercapai, pria itu lantas membekuk Ponirin dan Fery. Kedua tersangka tak pernah menyangka pria itu adalah polisi yang tengah menyamar. Berdasarkan pengakuan keduanya, polisi kemudian meringkus Roni yang disebut pemilik pistol tersebut.

  Tersangka ketiga ini bernyanyi dan mengatakan, barang ilegal ini titipan Adi Chandra asal Deli Serdang. Setelah ditangkap, Adi pun mengikuti jurus rekannya dan menyebut Ardiansyah sebagai pemiliknya. Polisi belum mengetahui apakah Ardiansyah itu tokoh karangan Adi. Kelima tersangka mengaku membantu menjualkan pistol itu untuk mendapat komisi. Uangnya digunakan untuk membeli rokok.

7. Pada tanggal 11 April 2007 pukul 20.30 Wib di Jalan Khairil Anwar

  belakang SD Negri Nomor 050660 Kel. Kuala Binjai Kec. Stabat Langkat telah terjadi Pencurian dengan menggunakan Senjata Api.

  Kronologis kejadian : kejahatan tersebut dilakukan oleh 2 (dua) orang tidak dikenal dengan menggunakan sepeda motor GL Pro (plat kendaraan tidak diketahui) berhenti tidak jauh dari korban lalu pelaku mendekati korban berpura-pura bertanya pada korban lalu salah satu pelaku mengeluarkan dan menodongkan kearah korban, sedangkan seorang lagi mengeluarkan pisau dan menodongkan kearah pacar korban. Lalu pelaku meminta handphone kepada korban dan kemudian korban melakukan perlawanan terhadap dua orang pelaku sehingga korban mengalami luka tusuk pada dada sebelah kiri dan tidak berdaya lalu pelaku mengambil handphone milik korban dan satu unit sepeda motor Supra Fit BK 5762 PR milik korban, kemudian pelaku melarikan diri, sedangkan korban meninggal dunia ditempat.

  8. Pada tanggal 20 November 2008 pukul 20.00 Wib di Jalan SM Raja depan Bahsorma Kel. Nagahuta Kec. Siantar telah terjadi Pencurian Dengan Kekerasan yang disertai dengan Senjata Api terhadap diri korban Berman Simanjuntak, 42 tahun, wiraswasta, Jalan Samosir 2 Nomor 17 Pematang Siantar yang dilakukan oleh 4 (empat) orang tersangka (dalam Lidik) dengan cara sewaktu korban berhenti di TKP lalu tersangka mengambil tas dari samping tempat duduk dalam mobil korban lalu antara tersangka dan korban terjadi tarik menarik tas dan menembak pinggang kiri korban, lalu mengambil tas yang berisikan uang Rp 7.000.000,- sesuai dengan LP/425/X/2008/STR tanggal 23 November 2008 (lidik Polres Pematang Siantar).

  9. Pada tanggal 7 Mei 2008 pukul 02.00 Wib di Jalinsum Ds. Aek Loba Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan telah terjadi kasus Pencurian dengan kekerasan dengan menggunakan senjata api. Kronologis Kejadian : kasus ini terjadi terhadap korban Palit Nasution 40 Tahun, Ds. Mampang Kec. Kota Pinang yang dilakukan oleh 5 (lima) orang laki-laki yang tidak dikenal dengan cara menyetop/menghadang sewaktu korban sedang mngendarai mobil truk BK 8430 CC bermuatan sebanyak 7,835 ton, lalu pelaku mengancam korban dengan senjata api dan pelaku membawa kabur mobil truk tersebut, dan dapat ditangkap para pelaku pencurian ini diantaranya bernama Fauzi Aruan, Muamar Khadafi Munte, Mangatas Tanjung, Bangkit Ritonga, dan Zainal Abidin Nasution sesuai dengan LP/70/V/2008/Asahan Raja tanggal 7 Mei 2008 (sidik Polres Asahan).

  10. Pada tanggal 8 Mei 2009 pukul 16.30 Wib di Jalinsum Medan Kisaran Dsn. III Ds. Sei Deras Kec. Sei Suka Kab. Batu Bara telah terjadi Kasus Pencurian dengan kekerasan dengan menggunakan Senjata api.

  Kronologis kejadian : kejahatan ini terjadi pada diri korban Firdaus yang telah meninggal dunia, seorang satpam, Komplek Perumahan Tg. Gading Blok S. 36-02 Kel. Perk. Sipare-pare Kec. Sei Suka Kab. Batu bara, dan Andi Prima, seorang supir Komplek Perumahan Tg. Gading Blok T. 20 Kel. Perk. Sipare-pare Kec. Sei Suka Kab. Batu bara yang dilakukan 6 (enam) orang laki-laki yang tidak dikenal dengan 3 unit mengendarai Sepeda Motor Yamaha RX King dan Jupiter MX tanpa plat. Kronologis kejadian : para pelaku menghadang/menyerempet mobil kijang BK 1933

  VF yang dikendarai korban karyawan Bank BNI 46 Cabang Kuala

  Tanjung, lalu pelaku menembakkan supir dan satpam dan mengambil uang Rp 120.000.000,- yang ada didalam mobil, kemudian pelaku melarikan diri sesuai dengan LP/54/V/2009/Asahan Puran, tanggal 8 Mei

  53 2009 lidik Polres Asahan/Polsek Indra Pura.

  C.

  

Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan dengan Menggunakan

Senjata Api di Wilayah Kepolisian Sumatera Utara dan Sekitarnya

  Sekarang ini kejahatan-kejahatan yang sering terjadi ditengah-tengah masyarakat sangatlah beraneka ragam bentuknya, misalnya pencurian, penipuan, penganiayaan, penculikan, serta kasus kejahatan biasa lainnya sampai kejahatan yang menimbulkan rasa takut dan cemas terhadap masyarakat, seperti kasus dengan menggunakan senjata api, senjata tajam, pembunuhan dengan berbagai motif, kejahatan narkotika dan psikotropika, perdagangan wanita dan anak dibawah umur, serta kasus-kasus lainnya. Dengan begitu banyaknya terjadi kejahatan-kejahatan tersebut tidak diragukan lagi bahwa akan menimbulkan dampak yang sangat mengkhawatirkan terhadap masyarakat.

  Meningkatnya jumlah kasus-kasus kriminalitas di kota-kota besar merupakan suatu tempat dimana bertumpuknya segala macam persoalan- persoalan yang dihadapi oleh komunitas masyarakat di kota-kota besar, terutama bagi aparat kepolisian, dimana mereka mempunyai tugas yang sangat berat dalam menghadapi berbagai macam jenis tindak pidana kejahatan yang ada di kota-kota besar.

  Memang masih ada sisa-sisa kenyamanan dan keamanan diberbagai sudut kota, di rumah kediaman, kantor atau kampus, pusat-pusat perbelanjaan, dan

                                                               53 Data-data yang diterima dari Kepolisian Sumatera Utara Bagian Reserse Kriminal, pada tanggal 24 Maret 2010.

  tempat-tempat hiburan. Tetapi kondisinya tetap saja menakutkan dan menyeramkan, karena adanya tindak kejahatan seperti pencopetan, pemerasan, penodongan, dan pencurian yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi atas diri siapapun dan dimanapun kita berada.

  Tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di kota-kota besar biasanya disebabkan oleh faktor perekonomian seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya pemberitaan mengenai kejahatan-kejahatan yang terjadi di kota-kota besar melalui media informasi yang ada. Kurangnya tingkat perekonomian yang berupa lapangan pekerjaan untuk golongan kelas menengah kebawah dapat menimbulkan banyaknya jumlah pengangguran, serta meningkatnya harga-harga kebutuhan hidup yang juga dapat mengurangi pendapatan masyarakat. Sehingga dari kondisi yang seperti ini dapat menimbulkan suatu tekanan-tekanan kebutuhan yang sangat besar, sehingga bagi mereka yang imannya lemah akan lebih mudah tergiur untuk melakukan tindakan-tindakan kriminalitas.

  Begitu juga dengan faktor sosial atau faktor lingkungan, kurangnya rasa solidaritas sosial dikalangan masyarakat dapat menimbulkan rasa sentiment dan kesenjangan sosial, dan pada keadaan-keadaan tertentu ada beberapa kalangan masyarakat cenderung bergaya hidup mewah dan mencolok ditengah lingkungan masyarakat yang tidak kondusif, sehingga dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana. Hal inilah yang memunculkan kecemburuan sosial serta hilangnya komitmen moral masyarakat demi melakukan pengejaran terhadap keuntungan pribadinya.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kepolisian Sumatera Utara bagian Reserse Kriminal yang dilakukan melalui wawancara dengan Bapak Kompol Kasmin Ginting, Kepala Bagian Analisis, mengenai faktor-faktor timbulnya suatu kejahatan di wilayah Hukum Kepolisian Sumatera Utara, sekarang ini biasanya lebih banyak disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini,

  

  yaitu: 1.

  Faktor Lingkungan, 2. Faktor ekonomi, 3. Faktor Industrial atau Lapangan pekerjaan.

  Sampai saat ini ketiga faktor inilah yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah tentang kejahatan dengan menggunakan senjata api yang semakin meningkat di Sumatera Utara.

  Seperti yang tertuang dalam Teori-teori Strain yang merupakan hasil karya dari Emile Durkheim, yang juga menyatakan bahwa untuk dapat mempelajari seseorang dalam hubungannya terhadap suatu masyarakat adalah dengan melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana masing-masing berhubungan seorang dengan yang lainnya. Kita dapat melihat kepada struktur dari masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi.

  Jika seseorang yang dalam suatu masyarakat itu stabil, bagian-bagiannya beroperasi dengan lancar, susunan sosial berfungsi. Orang yang seperti itu ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika bagian- bagiannya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu tidak berfungsi. Dengan kata

                                                               54 Hasil wawancara di Kepolisian Sumatera Utara bagian Reserse Kriminal, pada tanggal 24 Maret 2010.

  lain disini dapat kita lihat bahwa lingkungan sekitar sangat mempengaruhi

   seseorang berniat melakukan kejahatan atau tidak.

  Begitu juga akan perkembangan suatu negara. Semakin berkembangnya suatu negara, semakin besar juga tekanan ekonomi terhadap seseorang akan kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan agar dia dapat memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya.

  Disamping ketiga faktor tersebut diatas, ada lagi satu faktor penyebab meningkatnya tindak kejahatan dan kekerasan dengan menggunakan senjata api, dimana sekarang ini banyak sekali kita lihat sindikat penjualan senjata api secara illegal atau tanpa izin dari Kepolisian yang masuk ke wilayah Indonesia.

  Sekarang ini banyak sekali senjata api illegal yang masuk ke Indonesia, mulai dari jenis senjata api rakitan atau dibuat sendiri (home made) sampai senjata api otomatis atau canggih (senjata api modern) yang sampai saat ini masih belum jelas darimana senjata api tersebut dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia. Kurangnya keamanan dan pengawasan dalam mengantisipasi masuknya senjata api illegal ke wilayah Indonesia sehingga menyebabkan para pelaku penyelundupan senjata api dapat dengan mudah menjual bebas senjata api

   tersebut.

  Selain mengenai masuknya berbagai jenis senjata api ke wilayah Indonesia, mengenai undang-undang kepemilikan senjata api juga merupakan salah satu pemicu meningkatnya tindak kejahatan. Undang-undang memperbolehkan warga sipil untuk dapat memiliki senjata api untuk perlindungan

                                                               55 56 Topo Santoso, Op.cit, Hal. 58.

  Hasil wawancara di Kepolisian Sumatera Utara bagian Laboratorium Forensik, pada tanggal 12 Februari 2010.. diri. Undang-undang yang mengatur tentang diperbolehkannya warga sipil untuk memiliki senjata api adalah Undang-Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Dalam Pemakaian Senjata Api, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan yang diberikan menurut perundang-undangan mengenai senjata api dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

  Izin kepemilikan senjata api yang sudah dijelaskan dalam berbagai macam undang-undang diatas memang memperbolehkan masyarakat umum untuk memiliki senjata api. Menurut Kepala Laboratorium Forensik Kepolisian Sumatera Utara, Drs. CH. Syafrian S. Warga tertentu yang karena tugas dan jabatannya masyarakat umum dapat memperoleh izin untuk memiliki senjata api.

  Maksudnya adalah izin kepemilikan diberikan kepada warga sipil tertentu karena tugas dan jabatannya serta dalam rangka untuk membela diri, seperti satuan pengamanan atau satpam (security), polisi khusus (polsus), aparat keamanan pada lokasi perkebunan tertentu, para pejabat pemerintahan seperti hakim dan jaksa, pengusaha, anggota dewan, pengusaha, yang karena tugasnya sehari-hari yang determinatif (yang menentukan hidup manusia).

  Untuk izin kepemilikan senjata api yang diberikan kepada seseorang karena permintaannya sendiri, izin tersebut haruslah diberikan oleh Kepolisian Republik Indonesia secara selektif dan dengan prosedur yang cukup ketat. Izin tersebut juga diberikan kepada seseorang yang ingin memiliki senjata api apabila telah melakukan beberapa tes, yang diantaranya tes psikologi, tes kesehatan, tes kecakapan, serta ujian menembak. Hal tersebut dilakukan agar seseorang yang memiliki senjata api secara emosional dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, agar tidak sewenang-wenang atau secara sembarangan mempergunakan senjata api tersebut. Tidak hanya kepada masyarakat umum saja izin kepemilikan senjata api dilakukan secara selektif dan dengan prosedur yang ketat, tetapi kepada aparat kepolisian juga dilakukan evaluasi terhadap izin

   kepemilikan senjata api tersebut.

  Dapat kita lihat dari contoh-contoh kasus kriminalitas diatas bahwa pada saat ini memang banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi oleh aparat kepolisian, terutama mengenai banyaknya kasus-kasus kejahatan dengan menggunakan senjata api. Aparat kepolisian yang dalam melakukan usaha penyidikan terhadap kasus-kasus kejahatan dengan senjata api seringkali menghadapi kesulitan-kesulitan seperti tidak ditemukannya barang bukti yang benar-benar menunjang untuk dijadikan bahan penyelidikan lebih lanjut.

  Meningkatnya kejahatan dengan menggunakan senjata api memang dirasakan cukup meresahkan masyarakat. Kejahatan dengan menggunakan senjata api ini tidak hanya dilakukan dengan menggunakan senjata api illegal atau rakitan saja, tetapi juga dilakukan oleh orang yang telah memiliki izin dalam menggunakan senjata api. Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, bahwa izin kepemilikan senjata api legal ini telah melalui prosedur perizinan dimana mereka seharusnya dapat menahan dan mengendalikan emosi mereka apabila terlibat dalam suatu masalah, sehingga tidak menimbulkan suatu tindak pidana.

  Kejahatan dengan menggunakan senjata api tidak hanya dilakukan oleh masyarakat umum saja, tetapi aparat kepolisian juga ada yang menyalahgunakan

                                                               57 Ibid.

  kegunaan daripada senjata api yang dimilikinya tersebut. Pada Tahun 2007 terjadi peristiwa yang menjadi perbincangan masyarakat khususnya kota Medan akibat terjadinya penembakan yang dilakukan oleh seorang aparat yaitu alm. Iptu Oloan Hutasoit menembak sepasang pengantin baru di Syariah Fair Komplek IAIN Sumatera Utara, karena sakit hati. Aksi yang berujung dengan penembakan bunuh diri ini terjadi pada hari Rabu 24 Januari 2007.

  Pada peristiwa tersebut, Iptu Oloan Hutasoit menembak pasangan suami istri Ahrul Fahmi dan Nanda Syafrina Simangunsong warga kompleks IAIN Medan. Oloan Hutasoit juga melakukan penembakan terhadap dirinya sendiri pada bagian kepalanya. Kejadian tersebut terjadi karena persoalan percintaan dimana Nanda Syafrina Simangunsong merupakan mantan kekasih Iptu Oloan Hutasoit.

  Peristiwa ini cukup mencoreng kreadibilitas Kepolisian dimata masyarakat. Mantan Kepala Polisi Daerah Sumatera Utara Irjen Pol Nurudin Usman mengatakan berjanji akan lebih memperketat lagi pemberian senjata kepada aparat keamanan dan lebih selektif lagi mempersenjatai anggota di lapangan.

  Irjen Pol Nurudin Usman juga menegaskan pihaknya sudah melakukan sejumlah rencana. Diantaranya yaitu berupa pengetatan terhadap registrasi yang selama ini secara rutinitas dilakukan setiap enam bulan sekali kepada personel khusus yang memegang senjata api. Nurudin juga berencana akan menerapkan tes psikologi bagi anggota yang memegang senjata api. Ini dilakukan agar kejadian itu tidak terulang kembali. Menyangkut penarikan senjata api bagi personel di lapangan, Nurudin mengaku tidak bisa dilakukan secara global. Bagi personel non-operasional seperti ajudan dan penyidik, penarikannya akan dipertimbangkan,

   sedangkan personel operasional sepertinya tidak mungkin dilakukan.

  Tindak pidana dengan menggunakan senjata api yang dilakukan oleh aparat kepolisian ataupun TNI hingga sekarang ini masih saja ada terjadi. Tindak pidana karena lalainya menyebabkan meninggalnya orang yang dilakukan oleh Seorang Aparat Penegak Hukum juga terjadi pada hari Senin tanggal 15 Juni 2009 seorang BRIPTU Hendro Kuswoyo sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku atau tersangka penjambretan. Selanjutnya melakukan pengejaran tersebut dan kemudian pada saat berada di Jalan Keadilan Simpang Medan, Hendro Kuswoyo melakukan penembakan terhadap tersangka/pelaku penjambretan tadi, namun tembakan mengenai seorang yang lain, yang menyebabkan luka dan meninggal dunia.

  Kasus perampokan yang juga menyebabkan matinya orang oleh aparat Kepolisian, dimana 2 (dua) tersangka jambret yang mengakibatkan tewasnya seorang anggota TNI, Sertu Yudha Nugraha, disebabkan tertembak anggota Polsekta Helvetia Briptu Hendro Kuswoyo, terpaksa dikenakan Undang-Undang Darurat No.12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata api (senpi). Kasat Reskrim Poltabes Medan mengatakan kedua jambret itu adalah Indra Syaputra (26) dan Yudi Sasmita (25) keduanya warga Mabar Hilir. Pada tanggal 15 Juni 2009 Pelaku perampokan diamuk massa karena tertangkap tangan saat beraksi.

  Kemudian Sertu Yudha datang melerai agar tidak main hakim sendiri dan menyarankan untuk menyerahkan kedua tersangka ke polisi. Tidak berselang lama anggota Polsekta Helvetia, Briptu Hendro Kuswoyo datang dan mencoba

                                                               58 olisian Perketat Pengawasan Senjata Api Anggotanya” 21 Jan 2010. membantu Sertu Yudha Nugraha untuk membawa kedua pelaku. Tiba-tiba, seorang dari tersangka mencoba untuk kabur. Melihat hal itu, Briptu Hendro Kusmoyo spontan menarik senjatanya dari pinggang dengan niat memberikan tembakan peringatan ke arah atas. Namun naas, belum lagi mengarahkan senjata ke atas, senjatanya memuntahkan peluru sehingga mengenai tengkorak kepala bagian bawah Sertu Yudha Nugraha. Akibatnya, Yudha bersimbah darah dan terkapar. Sertu Yudha langsung dilarikan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Tapi nyawa Sertu Yudha tak tertolong hingga akhirnya ia

   meninggal dunia.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kepolisian Sumatera Utara, kasus-kasus kejahatan dengan menggunakan senjata api lebih banyak terjadi pada kasus-kasus perampokan dan pencurian dengan kekerasan ataupun ancaman dengan menggunakan senjata api, seperti dijelaskan dalam tabel dibawah ini.

  Tabel : Data Kasus Pencurian, Perampokan, Penculikan, Pembunuhan dengan menggunakan kekerasan ataupun ancaman senjata api di Wilayah Hukum Kepolisian Sumatera Utara dan Sekitarnya Tahun 2005-2009.

  

Tahun Jumlah Kasus Alat yang sering Digunakan

  Senjata api yang sering 2005 56 Kasus digunakan pelaku kejahatan 2006 66 Kasus

                                                               59 Contoh-contoh kasus yang diambil dari Kepolisian Sumatera Utara Medan Bagian Reserse Kriminal pada tanggal 24 Maret 2010.

  adalah Senjata api rakitan 2007 78 Kasus berlaras pendek atau sejenis 2008 50 Kasus pistol, dan beberapa diantaranya ada juga yang menggunakan

  2009 48 Kasus senjata api berlaras panjang.

  Sumber : Kepolisian Sumatera Utara, data diolah.

  Dari data-data tersebut diatas, dapat kita lihat bahwa kejahatan dengan menggunakan senjata api di tahun 2005 hingga tahun 2007 terus meningkat.

  Banyaknya kasus-kasus perampokan dan pencurian dengan menggunakan senjata api terjadi setiap Tahunnya. Kejahatan tersebut banyak merugikan masyarakat umum, para nasabah bank, pengusaha hingga ratusan juta rupiah. Bahkan para pelaku tidak sungkan-sungkan melakukan kekerasan bahkan membuat tewasnya korban ataupun orang-orang sekitarnya ditempat kejadian perkara demi memperlancar aksi kejahatannya tersebut.

  Belum lagi terhadap senjata-senjata api yang tidak dilengkapi dengan surat-surat kepemilikan yang sah ataupun senjata api yang dibuat sendiri oleh orang-orang teknisi yang mengetahui teknik-teknik cara pembuatan senjata api. Senjata-senjata api tersebut digunakan untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang dapat meresahkan masyarakat umum. Oleh sebab itu diperlukan peningkatan peranan dari aparat kepolisian untuk lebih meningkatkan lagi pengamanan dan penindakan tegas bagi para pelaku kejahatan.

  Banyaknya insiden tindak pidana dengan menggunakan senjata api yang terjadi baik yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan TNI maupun kepada masyarakat umum, maka kepolisian terus melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus penyalahgunaan senjata api oleh aparat ataupun masyarakat. Sebagai jawaban dari keresahan masyarakat akan meningkatnya kejahatan dengan menggunakan senjata api, maka Kepolisian Republik Indonesia akan menarik seluruh senjata api dari warga sipil dan berencana akan melarang kepemilikan senjata api oleh warga sipil. Penarikan senjata api tersebut diharapkan dapat mengurangi penyalahgunaan senjata api oleh warga sipil.

  Pada Tahun 2007 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara intensif akan terus menarik senjata api yang beredar di masyarakat umum secara bertahap dan akan digudangkan. Selain diperketatnya izin kepemilikan senjata api, bahkan kepemilikan senjata api bagi warga sipil pun akan dilarang.

  Semakin diperketatnya izin kepemilikan senjata api di Sumatera Utara baik kepada anggota kepolisian dan TNI bahkan dilarangnya kepemilikan senjata api lagi bagi masyarakat umum, merupakan salah satu cara sehingga dapat membuat tindak pidana dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara semakin menurun. Hal ini dapat kita lihat dari tabel diatas. Menurunnya angka kriminalitas dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara pada tahun 2008 hingga 2009. Lebih selektifnya kepolisian dalam memberikan izin kepemilikan senjata api membuat angka kejahatan tersebut menurun.

  Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kepolisian tersebut membuat tindak pidana dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara semakin menurun. Lebih selektifnya kepolisian dalam memberikan izin kepemilikan senjata api membuat angka kejahatan tersebut menurun.

Dokumen yang terkait

Kajian Kriminologi Terhadap Penanggulangan Kejahatan Dengan Senjata Api Di Wilayah Hukum Kepolisian Sumatera Utara Dan Sekitarnya

3 78 104

Tinjauan Kriminologi Terhadap Fungsi Patroli Polisi Dalam Penanggulangan Suatu Tindak Kejahatan (Studi Pada Poltabes Medan)

5 101 113

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Media - BAB II KAJIAN TEORETIK

0 1 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar - Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK 2 Pangkalan Bun. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 13

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR A. Teori-teori Kriminologi Penyebab Terjadinya Kejahatan - Analisis Yuridis dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Anak(Studi Kasus Putusan No.300/PID.B/20

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perilaku Seks Bebas pada Anak Jalanan dalam Perspektif Kriminologi

0 0 24

BAB II DAMPAK TERJADINYA KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI - Dampak Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Kriminologi di Kota Medan

0 0 11

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEJAHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU A. Pengertian Korban Kejahatan - Tinjauan Yuridis Perbandingan Perlindungan Hukum Terhadap Korban dan Pelaku Kejahatan Didasarkan Atas Asas Equality Before The Law

0 0 26

KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP PENANGGULANGAN KEJAHATAN DENGAN SENJATA API DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA

0 0 8