Tugas Apresiasi Seni ANTOLOGI CERPEN MAH

Tugas Apresiasi Seni

ANTOLOGI CERPEN MAHASISWA SASTRA
INDONESIA 2017

DI SUSUN OLEH
NAMA : ST. MUTMAINNAH IHSAN
NIM

: N1D117084

UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA DAN BAHASA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
2017/2018

Menjemput Secercak Cahaya
Pagi ini di sebuah desa kecil penuh ketenangan, bertebaran
burung-burung beserta riuhan air mengalir tepat di tepi sungai itu.
Desa tersebut masih sangat kental mulai dari kebudayaan, adatistiadat. Perkenalkan aku adalah anak gadis bernama Yanti. Berumur

18 tahun dan sedang mencari-cari suatu kepastian. Aku bukan
seperti anak lainnya yang bisa melanjutkan pendidikannya ke
jenjang lebih tinggi. Disiniku hanya berpasrah diri dan meyakinkan
diriku suatu hari nanti pasti akan secercak cahaya menerangi diriku.i
juga karena suaminya adalah tokoh aktivis keagamaan. aku tinggal
bersama bibiku . aku sangat menyayanginya diala pengganti orang
tua kandung dan selalu menanamkan nilai-nilai agama di diriku.
Mungkin i Setiap harinya aku membantu bibiku berkebun dan
mencari kayu kabar di belakang rumahku. Yah seperti desa-desa
lainnya yang membedakan hanya kebiasaan masyarakat disini. Yang
masih meyakini hal-hal ghaib.tapi aku sih percaya gak percaya yang
terpenting aku lebih percaya Tuhan. Pada suatu ketika ada seorang
bapak dari kota untuk mengantar barang ke desaku. Dan ternyata
itu adalah teman bibiku. Ketika itu aku hanya duduk mendengar
obrolan mereka. Pada saat itu teman bibiku mengetahui bahwa aku
tak melanjutkan pendidikankudi perguruan tinggi. Dan akhirnya
mengajakku untuk ke kota untuk bekerja agar dapat melanjutkan
pendidikanku. Tetapi, ku termenung mengingat aku hanya tinggal
berdua disini dengan berat hati. Akupun menolak ajakan teman
bibiku itu. Ketika itu bapak itu telah pergi . terdengar suara bibiku

yang memanggilku. Aku terkejut aku betanya-tanya ada apa?
Sehingga bibiku menangis seperti kelihatan orang yang lagi
bersalah. Akupun mendekati bibku dan bertanya alasan mengapa ia
menangis, dan ternyata alasan bibiku karena
tak dapat
membiayaiku ke perguruan tinggi. Tetapi hal ini sudah ku hadapi
dengan lapang dada mengingat gambaran-gambaran kertasku
menjadi penemani malamku. Aku suka dengan hal-hal yang
berhubungan dengan model baju bisa dibilang style karena pernah
aku sempat melihatnya di tv. Sejak itu akupun sering menggambar
karena memang daridulu itu adalah hobbyku. Berharap suatu saat
ku menemukan secercak cahaya itu secepatnya. Pada suatu hari aku
melihat seorang pemuda yang berada di pinggiran sungai itu dan
berniat mengajaknya ngobrol. Ketika itu aku melihat dompet yang

jatuh dari kantongnya dengan sigap aku segera mendatangi
pemuda itu. Tetapi apa yang terjadi ia menuduhku telah mengambil
dompetnya. Akupun tak tinggal diam dan terus membela diri. Tetap
saja pemuda itu tetap menuduhku dan akhirnya akupun di amuk
masa dan dibawa ke rumah bibiku. Dengan peraaan yang amat

sangat takut dan perasaan menyesal telah membuat bibiku makin
sedih. Dengan keadaan itu aku bingung dan timbul pertayaanpertanyaan yang ku tuju pada Tuhan. Apakah ini pembalasan untuk
seorang anak gadis yang selalu berusaha tak menyakiti hati oran
tua dan selalu menghormati. Dosa apakah yang telahku lakukan?
Aku hanya ingin mengembalikan yang bukan hak ku. Seketika
pikiranku menjadi kosong bagaikan berada pada sebuah ruang
senyap. Memikirkan apakah mimpi-mimpiku selama ini telah
berakhir. Kapan secercak cahaya itu datang padaku. Hari itupun
berlalu. Dan hari itu adalah hari yang tak bisa kulupakan dalam
hidupku. Pada suatu ketika aku menemui seorang ahli agama dan
menanyakan apakah ketia kita meminta sesuatu Tuhan mendengar
doa kita? Kalau ya, mengapa ia tak kunjung mengabulkan
permintaanku itu. Ahli agama itupun menjelaskan secara khidmat
tentang arti dan maksud dari pertanyaanku itu. Ahli agama itupun
mengatakan bahwa “ yang bilang itu adalah benar nak Tuhan
mendengar
permintaanku
itu. Dan lantas
mengapa
tak

mengabulkan nya langsung? Sebab tuhan menginginkan hambanya
agar melakukan sesuatu itu dengan tulus tanpa ada maksud dan tak
mudah putus asa. Karena jika kamu telah mendapat itu semua?
Apakah kamu akan tetap mengingat Tuhanmu? Apakah kau akan
tetap merendah kepadanya dengan meminta apa saja keinginanmu.
Aku sangat terisis mendengar pernyataan itu dan langsung
mengeluarkan air mata. Merasa malu kepada Tuhan. Mungkin inilah
dia jawaban yang ku tunggu-tunggu atas semua pertanyaan yang
terlintas di pikiranku kala itu. Setelah kejadian itu aku kembali ke
rumah dengan hati dan perasaan yang lebih ikhlas bahwa kehidupan
inilah yang telah berikan padaku. Setidaknya aku tetap bersyukur
karena telah mempunyai bibi sebaik itu. Dan itulah juga mengapa
aku tak melihat bibiku dengan muka marah . setiap harinya hanya
memasang muka datar yang mungkin juga tersimpan cerita-cerita
yang bibi hanya ingin menyimpannya sendiri. Ketika itu aku disuruh
bibi untuk menjual ubi kayu yang telah ia ambil di samping rumah
untuk di jual di pasar . akupun ikut tetanggaku dengan menumpang
naik di dalam mobilnya. Sampainya disana bagai anak burung yang

baru keluar kandang , akupun merasa berada di dunia baru dan

sangat beda dengan di desaku yang penuh dengan ketenangan. Aku
melihat sosok wanita yang membawa kertas seperti iklan dengan
rasa penasaran akupun mengambil kertas itu dan ternyata itu
adalah tawaran menjadi seorang menjadi designer muda. Yah
mungkin dengan pesimis yang kurasakan mengingat gambarangambaran di rumahku mungkin masih banyak yang lebih bagus
dariku. Aku hanya membawa kertas itu dan segera pulang karena
ubi kayu bibi telah habis terjual. Dengan rasa senangkupulang dan
menemui bibiku yang hendak ingin ku tanyai apakah menurutnya
mengikuti audisi itu. Dengan bersyukurnya bibiku mengizikan agar
ikut audisi itu tetapi salah satu syaratnya aku harus ke kota untuk
mendatarkan diriku. Akhirnya hari ini telah tiba tepatnya aku akan
berangkat ke kota untuk mengikuti audisi itu. Akupunberpamitan
dengan bibiku dan bersegera naik ke dalam mobil angkutan umum
untuk menuju terminal. Yang terbayang-bayang di benakku
hanyalah yakin mungkin Tuhan telah memberikanku petunjuknya
untuk menjemput cahaya itu. Sesampainya di sana akupun
mengikuti tempat dimana alamat tertera di kertas iklan yang ku
pegang. Tetapi yang ku dapati hanyalah sebuah tempat cafe disana
tanpa berpikir apapun . aku langsung masuk ke dalam cafe itu dan
salah satu karyawan datang menjemputku dan menanyakan apakah

kamu ingin melamar kerja disini. Tetapi sempat kuberpikir dimana
audisinya mengapa aku langsung ditawari bekerja disin. Tetapi aku
kembali mengingat bibiku telah percaya kepadaku dan berjanji akan
membuatnya bangga. Akupun menuruti karyawan itu dan hasilnya
ternyata ini di luar dugaanku
disini ternyata adalah tempat
terjadinya hubungan seks bebas dan tempat wanita-wanita betapa
terpukulnya hatiku melihat kejadian yang ku alami. Aku ternyata
tertipu oleh orang yang sedang mencari korban baru dansasarannya
adalah gadis desa sepertiku. Akupun melarikan diri meninggalkan
pakaianku dan segera pulang ke desaku kembali. Dengan rasa
penuh sesal aku dibutai oleh keinginan semuku . ketika ku telah
sampai disana ku melihat ada sebuah mobil yang berada tepat
depan rumah bibiku. Aku pun heran dan langsung masuk ke rumah
bibi . ternyata bibiku telah melihatku sebelumku melihatnya dan
segera memelukku mengucapkan rasa syukur karena aku telah di
tolong Tuhan tidak menjadi salah satu korban pencarian gadis untuk
para lelaki hidung belang. Aku pun menangis dengan rasa penuh
penyesalan. Dan tiba-tiba seorang pemuda itu melihatku dan


akupun berpikiran bahwa pasti mobil depan rumah bibi ini adalah
mobilnya. Aku terkejut apa yang dia lakukan? Dia meminta maaf
karena telah meninggalkanku dulu. Mengapa dia meminta maaf soal
itu apakah dia tak ingat pernah menuduhku mengambil haknya.
Bibipun menjelaskannya kepadaku dan mengatakan inilah saatnya
tepat kamu beranjak dewasa mengatakan semua padaku yah inilah
aku seorang anak yang lahir di luar pernikahan karena merasa tak
tega bibiku mengamblku karena ibuku tak mau mengakuiku. Dan
ketika itu ayahku sedang bekerjai luar kota. Aku hanya bisa
berpasrah diri menerima kenyataan ini. Aku percaya Tuhan
memberikankukesempatan untuk menikmati arti dalam sebuah
hidup ini. Dan ayahkupun membawa aku dan bibiku untuk ke kota
tempat
ayahku
tinggal.
Dan
akupun
dibiayai
oleh
ayahkumelanjutkan pendidikanku ke perguruan tinggi. Yah ternyata

menjemput cahaya ini sungguh penuh pelajaran yang kulewati dan
terbalaskan dengan cara yang indah.

Tugas Apresiasi Seni

ANTOLOGI PUISI MAHASISWA SASTRA
INDONESIA 2017

DI SUSUN OLEH

NAMA : ST. MUTMAINNAH IHSAN
NIM

: N1D117084

UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN SASTRA DAN BAHASA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
2017?2018


Bersama Sepi
Suasana ini berteman dengan sepi
Berselimuti desir angin malam
Dengan hembusan puing-puing rindu yang dingin
Tertuang dalam hamparan semak
Bisikku pada bulan terkecamuk bersama denyut waktu
Di keheningan jejak malam sepoimu
Menunggu secercak cahaya bintang yang menerangi malamku
Di ruang semu membisu
Mengintai kenangan lalu
Menggambarkan hati yang sepi ini

Merasuki ke dalam jiwa
Yang ku dapati hanyalah bulan yang mencari bintangnya
Mengarah dimana cahaya itu berada
Seorang wanita disana juga ikut kedalam hanyutan bulan
Mencari sebuah rindu yang nantikan selama ini