Sinkronisasi Pelatihan dan Sertifikasi. pdf

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Sinkronisasi Model Pelatihan dan Sertifikasi

EKOJI999 Nomor

454, 6 Desember 2013

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.

Pada dasarnya, ada dua jenis jalur yang biasa diambil oleh seseorang sebelum
yang bersangkutan melakukan uji kompetensi. Jalur pertama bersifat langsung,
dimana seseorang yang merasa telah berpengalaman dan memiliki kualifikasi
tertentu mendaftarkan dirinya untuk mengikuti proses uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi kompetensi. Sementara jalur kedua
bersifat tidak langsung, dimana yang bersangkutan terlebih dahulu mengikuti
serangkaian proses pelatihan untuk memastikan tercapainya standar kompetensi

kerja yang ada. Bagi lembaga yang menyelenggarakan pelatihan, model
pendekatan pelaksanaan pelatihan sangatlah perlu diperhatikan agar selaras
dengan skema sertifikasi yang berlaku. Proses harmonisasi ini dapat dilaksanakan
dengan berpegang pada suatu pemetaan komponen – dimana kunci utamanya
terletak pada penggunaan kata kerja performatif sebagai representasi dari target
kompetensi yang ingin dipelajari dan dikuasai.
Pemetaan pertama terkait dengan judul modul atau unit pelatihan, dimana
seyogiyanya disesuaikan dengan judul SOP (Standard Operating Procedure) yang
berlaku di dunia kerja. Contohnya adalah “Merancang Arsitektur Piranti Lunak”,
atau “Mengaudit Proyek Konstruksi Jembatan” atau “Menghitung Cost-Benefit
Investasi Portofolio Saham” dan lain sebagainya. Dengan demikian, maka istilah
yang dipergunakan akan dijadikan sebagai Skema Unit Kompetensi yang diambil
dari Judul Unit dalam SKKNI.

HALAMAN 1 DARI 3

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

!
Pemetaan kedua berhubungan dengan deskripsi unit (istilah yang dipakai dalam SKKNI
juga) dimana pada model pelatihan kerap diterjemahkan sebagai Ruang Lingkup
Pendidikan dan Pelatihan yang harus sejalan dengan Ruang Lingkup SOP yang ada pada
industri. Batasan inilah yang akan dipergunakan sebagai obyek asesmen pada proses
sertifikasi.
Pemetaan ketiga menyangkut masalah elemen kompetensi, yang jika dalam diklat disebut
sebagai pencapaian hasil pembelajaran (learning outcomes) dan di industri dinyatakan
dalam rangkaian langkah-langkah proses.
Pemetaan keempat terkait dengan Kriteria Uji Kompetensi yang jika pada proses pelatihan
dikenal sebagai Kriteria Evaluasi Belajar dan dalam dunia kerja diistilahkan sebagai
Instruksi Kerja. Dalam konteks inilah maka Kriteria Pencapaian Kompetensi dapat
dikembangkan – yang bermuara pada penilaian telah kompeten atau tidaknya seseorang
dalam proses uji kompetensi.
Pemetaan kelima berkaitan dengan batasan variabel dalam konteks kompetensi yang
dikuasai, dimana jika pada pelatihan diejawantahkan melalui kontekstualisasi tujuan diklat
yang berhubungan langsung dengan spesifikasi kebutuhan dunia kerja, maka pada proses
sertifikasi akan terlihat pada mekanisme dan pendekatan melakukan asesmen.

Dan pemetaan terakhir terkait dengan panduan penilaian, jika pada model pelatihan
dikenal sebagai evaluasi dan di dunia industri kerap dilaksanakan melalui proses tanyajawab, maka pada proses sertifikasi dilaksanakan sesuai dengan panduan
penyelenggaraan asesmen yang berlaku.
Intinya adalah bahwa, harmonisasi atau penyelarasan antara SKKNI, program pelatihan,
kebutuhan industri, dan proses sertifikasi dapat dilakukan dengan cara yang mudah –
yaitu melalui pemetaan nomenklatur antara elemen-elemen ekosistem yang ada pada
masing-masing domain. Agar proses pemetaan berjalan secara efektif, harus terdapat
keterlibatan berbagai pemangku kepentingan tidak saja dalam hal mendefinisikan dan
HALAMAN 2 DARI 3

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

menetapkan keselarasan dimaksud, namun lebih jauh lagi benar-benar mengerti dan
memahami prinsip di balik pemetaan yang ada.
Sertifikasi bukanlah merupakan suatu tujuan, namun merupakan sebuah jalan untuk
menciptakan individu yang kompeten. Demikian pula dengan proses harmonisasi yang

bertujuan akhir untuk memastikan terjadinya fenomena “link and match” yang telah lama
dicita-citakan bangsa ini.
--- akhir dokumen ---

HALAMAN 3 DARI 3

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013