Laporan Praktikum Regulasi dan Hemeostas

LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
“Regulasi dan Hemeostasis”

KIMIA E KELOMPOK 8
Siti Dewi Fatimah
Very Ega Efrika
Sari Rosiati Nur K.
Haryo Rohmadiyanto

NIM. 14307141045
NIM. 14307141059
NIM. 14307144004
NIM. 14307144011

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

A. TOPIK
Bagaimana tubuh melakukan koordinasi pertukaran gas saat bekerja keras dan
bagaimana tubuh melakukan termoregulasi.
B. TUJUAN

1.

Mahasiswa dapat mengamati adanya koordinasi aktivitas sistem organ
pernafasan dan sistem organ transportasi/sirkulasi pada saat tubuh

2.

bekerja keras.
Mahasiswa dapat menunjukkan bentuk koordinasi yang terjadi antara

3.

kedua sistem organ tersebut.
Mahasiswa dapat mengamati/merasakan gejala perkeringatan sebagai


4.

bagian dari mekanisme regulasi suhu tubuh.
Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme pengaturan suhu tubuh.

C. DASAR TEORI
Homeostasis adalah suatu proses yang terjadi secara terus-menerus
untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan
sekitar. Homeostasis merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dalam menghadapi berbagai kondisi yang dialaminya. Proses
homeostasis ini dapat terjadi secara alamiah apabila tubuh mengalami stres
(Musrifatul dan Aziz, 2006).
Homeostasis terdiri atas homeostasis fisiologis dan psikologis. Dalam
tubuh manusia, homeostatis fisiologis dapat dikendalikan oleh sistem
endokrin dan sitem saraf otonom. Proses homeostatis fisiologis ini terjadi
melalui empat cara sebagai berikut:
1. Pengaturan diri (self regulation). Secara otomatis, cara ini terjadi pada
2.

orang yang sehat, seperti pengaturan fungsi organ tubuh.

Kompensasi. Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan
dalam tubuh. Sebagai contoh, pelebaran pupil untuk meningkatkan
persepsi visual pada saat tubuh mengalami ancaman, peningkatan
keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh, serta penyempitan
pembuluh darah perifer dan terangsangnya pembuluh darah bagian dalam
untuk meningkatkan kegiatan yang dapat menghasilkan panas (misalnya
menggigil) sehingga suhu tubuh tetap stabil apabila lingkungan menjadi

3.

dingin secara tiba-tiba.
Umpan balik negatif. Cara ini meupakan penyimpangan dari keadaan
normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh secara otomatis akan
melakukan mekanisme umpan balik negatif untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi. Contoh, apabila tekanan darah meningkat

akan meningkatkan baroceptor. Kemudian akan menurunkan rangsangan
pada simpatik yang meningkatkan parasimpatik, menurunkan denyut
jantung dan kekuatan kontraksi, terjadi dilatasi pembuluh darah dan
akhirnya menurunkan tekanan darah sampai pada keadaan normal

4.

melalui feedback mekanisme.
Umpan balik positif untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis.
Sebagai contoh, terjadinya proses peningkatan denyut jantung untuk
membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh apabila seseorang
mengalami hipoksia. Kondisi mekanisme tubuh tersebut terkait dengan
kondisi dalam keadaan sakit.
Homeostatis fisiologis berfokus pada keseimbangan emosional dan

kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi
dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat.
Contohnya adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis, tertawa,
berteriak, memukul, meremas dan lain-lain (Masrifatul dan Aziz, 2006).
Didalam tubuh organisme pasti memerlukan sistem regulasi untuk
mencapai keadaan yang homeostatis. Sistem regulasi berfungsi untuk
mengatur macam-macam sistem organ tubuh manusia dalam melaksanakan
fungsinya agar tidak terjadi benturan. Homeostasis itu sendiri adalah
kemampuan suatu organisme dalam mengatur dan menjaga keseimbangan
lingkungan internalnya di bawah pengaruh perubahan lingkungan

eksternalnya. Meskipun lingkungan mungkin bisa berubah-ubah baik secara
internal maupun eksternal, homeostasis tetap terpelihara. Apabila tubuh tidak
dapat menahan perubahan itu, maka orang tersebut akan menderita sakit,
mudah diserang penyakit dan mungkin bisa mengakibatkan orang itu
meninggal.
Tubuh memerlukan jalur komunikasi yang penting untuk menjaga
homeostasis. Untuk itu ada lima sistem. Yaitu sistem sirkulasi, sistem limpa,
sistem ekskresi, sistem saraf dan sistem endokrin. Peranan sistem sirkulasi
cairan didalam tubuh adalah untuk menjaga homeostasis. Sistem limpa
berperan dalam kekebalan tubuh. Sistem ekskresi adalah untuk membuang
bahan-bahan yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Fungsi ini dijalankan oleh

buah pinggang dengan menyeleksi bahan-bahan sisa pada aliran darah
penyerapannya. Keseimbangan dinamis antara ekskresi dan penyerapan
kembali bahan-bahan, membantu menjaga tubuh dalam keadaan stabil dalam
susunan cairan tubuh. Sistem saraf ialah sistem yang berperan untuk
menghantarkan isyarat antara baian-bagian tubuh. Denyutan-denyutan yang
pernah dikirimkan oleh urat saraf memungkinkan sel bereaksi terhadap
perubahan dan mempengaruhi fungsi fisiologis.
Dengan cara ini homeostasis sel, jaringan, dan sistem-sistem pada tubuh

terpelihara. Secara umum sistem endokrin mengekskresikan hormon untuk
meregulasi aktivitas tubuh yang lain. Sistem ini penting dalam mengontrol
konsentrasi nutrien dan pengaturan fungsi ginjal, mengontrol volume dan
komposisi elektrolit di lingkungan internal.
Respirasi/pernafasan adalah proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Bernafas
seperti denyut jantung harus berlangsung dalam pola siklik dan kontinyu agar
proses kehidupan dapat terus berjalan (Sugeng, 2011: 30). Dalam fisiologi,
pernafasan memiliki makna yang lebih luas. Respirasi internal atau seluler
mengacu pada metabolisme intrasel yang berangsung di dalam mitokondria,
sedangkan respirasi eksternal adalah udara saat pernafasan masuk ke paruparu melalui lubang hidung, lalu akan masuk ke saluran pernafasan sampai ke
alveolus, di dalam alveolus akan terjadi pertukaran gas O2 dan gas CO2. Pada
manusia dewasa, frekuensi pernafasan yang normal umumnya 12 sampai
dengan 20 kali/menit.
Jantung adalah organ muscular berongga yang bentuknya menyerupai
pyramid atau jantung pisang dan merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh
tubuh. Jantung terletak pada rongga toraks pada bagian mediastinum.
Kontraksi miogenik spontan pada sel-sel otot jantung yaitu filament yang
berdasar pada beberapa bagian jantung orang dewasa. Sel-sel otot jantung
mengalami modifikasi dan membentuk sistem antar rangsang yang mengatur

denyut jantung. Pada manusia, denyut jantung normalnya berkisar antara 60100 kali/menit.

Suhu lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi suhu tubuh. Suhu
tubuh yang meningkat akan menaikkan proses kimia dalam tubuh.
Peningkatan reaksi kimia dalam tubuh akan meningkatkan pembentukan
panas. Pembentukan panas yang meningkat akan meningkatkan suhu tubuh
dan seterusnya.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Termometer badan
2. Stopwatch
3. Beberapa mahasiswa dan mahasiswi kelas Kimia E 2014.

E. PROSEDUR KERJA
Melakukan pengamatan suhu tubuh, laju pernafasan, dan
laju denyut nadi terhadap obyek pada keadaan tenang.

Obyek melakukan olahraga dengan
cara berlari-lari selama ± 5 menit.

Melakukan pengukuran suhu tubuh, laju pernafasan, dan laju

denyut nadi segera setelah obyek melakukan aktivitas olahraga.

Melakukan pengukuran kembali setelah
obyek beristirahat selama 5 menit.

Memasukkan data ke dalam tabel pengamatan.

HASIL PENGAMATAN
Indikator

5 menit sebelum aktivitas

JK

Sesaat setelah aktivitas

Respirasi

Denyut nadi


Suhu tubuh

Banyak keringat

L

P

L

P

L

P

L

P


1

42

16

112

85

36,1

36,4

*

*

2


23

21

76

80

35,1

36,4

-

-

3

25

28

67

73

36,5

36,5

*

*

4

28

16

79

70

35,9

36,2

*

*

5

21

22

68

87

36,6

36

*

*

6

28

30

73

100

36,5

36,3

*

*

7

26

21

81

76

35,9

36

-

-

8

29

36

86

97

36,3

36,3

-

-

27,8

23,8

80,3

83,5

36,1

36,3

-

-

1

35,5

36

128

120

35,9

35,1

**

**

2

35

26

85

98

35,9

35,9

*

**

3

26

33

80

80

36,2

36,7

**

***

4

29

61

150

108

35,8

36,5

***

**

5

70

46

110

110

36,9

36,6

***

**

6

46

39

92

126

36,9

36,5

**

**

7

40

30

126

84

36,2

36,2

***

***

8

75

45

128

114

36,3

36

*

*

44,5

39,5

112,4

105

36,3

36,1

-

-

1

40

20

103

105

36,1

36,1

*

*

2

28

20

78

88

35,6

35,7

*

*

3

21

27

59

68

36

35,9

*

**

4

25

20

105

100

36,5

36,6

**

*

5

45

22

70

80

36,7

36,6

**

**

6

34

31

84

94

38

36,3

*

*

7

30

22

91

70

36,2

36

**

*

8

22

40

116

96

36,2

36

*

*

30,6

25,2

88,2

87,6

36,4

36,0

-

-

Rata-rata

Rata-rata
5 menit setelah aktivitas

F.

Rata-rata

G. PEMBAHASAN
Percobaan mengenai regulasi dan homeostasis dilakukan pada tanggal
29 Oktober 2014 terhadap obyek percobaa, yaitu beberapa mahasiswa dan
mahasiswi kelas Kimia E 2014. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana tubuh melakukan koordinasi pertukaran gas saat
bekerja keras dan bagaimana tubuh melakukan termoregulasi.
Sebelumnya kami mempersiapkan dua mahasiswa dari setiap kelompok
yaitu satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Indikator yang diukur
antara lain frekuensi pernafasan, frekuensi denyut nadi, suhu tubuh, dan
banyaknya keringat sebelum aktivitas (kondisi tenang), sesaat setelah
aktivitas (olahraga), serta setelah aktivitas (setelah istirahat beberapa menit).
Pengukuran masing-masing indikator, secara rata-rata menunjukkan hasil
yang berbeda pada ketiga kondisi tersebut.
Dari hasil pengukuran terhadap beberapa indikator tersebut pada
naracoba kelompok 8, suhu tubuh pada naracoba perempuan, Dewi dan
naracoba laki-laki, Haryo sama-sama sebesar 36,3oC. Frekuensi pernafasan
normal pada Haryo 29 kali/menit dan pada Dewi 36 kali/menit. Sedangkan
frekuensi denyut nadi pada Haryo 86 kali/menit dan pada Dewi 97 kali/menit.
Kedua naracoba tersebut sebelum melakukan aktivitas tidak mengeluarkan
keringat.
Sesaat setelah aktivitas terdapat perubahan kondisi tubuh yang diamati.
Frekuensi pernafasan pada Haryo sebesar 75 kali/menit dan pada Dewi 45
kali/menit. Perubahan frekuensi denyut nadi pada Haryo menjadi 128
kali/menit dan pada Dewi menjadi 114 kali/menit. Sedangkan suhu tubuh
Haryo tetap 36,3oC sementara suhu tubuh Dewi berubah menjadi 36oC. Sesaat
setelah melakukan aktivitas pada kedua objek keluar keringat walaupun
hanya sedikit.
Selanjutnya kami juga mengukur indikator pengukuran lima menit
setelah aktivitas (setelah istirahat) dan didapatkan hasil pengukuran terhadap
frekuensi pernafasan yaitu 22 kali/menit dan 40 kali/menit. Besarnya
frekuensi denyut nadi Haryo 116 kali/menit dan pada Dewi 96 kali/menit.
Tingginya suhu tubuh lima menit setelah beraktivtas pada Haryo sebesar

36,2oC dan pada Dewi sebesar 36oC. Banyaknya keringat Haryo dan Dewi
lima menit setelah beraktivitas masih tetap ada walaupun sedikit.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 2 orang naracoba (laki-laki dan
perempuan) dari setiap kelompok di kelas kimia E, diperoleh hubungan laju
respirasi, denyut jantung, dan suhu tubuh dalam keadaan sebelum, sesaat dan
5 menit sesudah aktivitas.

Grafik Perubahan Laju Respirasi
Laki-laki

Perempuan
50

laju respirasi

45
40
35
30
25
-6

-4

-2

20

0

2

4

6

menit ke-

Secara umum, rata-rata perubahan laju respirasi seperti yang terlihat
pada grafik diatas. Pada titik x = -5, menunjukkan waktu pengukuran lima
menit sebelum beraktivitas, titik x = 0, menunjukkan waktu sesaat setelah
beraktivitas dan pada titik x = 5, menunjukkan waktu lima menit setelah
beraktivitas. Pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa frekuensi pernafasan lakilaki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, baik pada waktu sebelum
beraktivitas, sesaat setelah beraktivitas, maupun setelah beraktivitas. Hal ini
disebabkan karena laki-laki lebih banyak bergerak (lebih aktif) sehingga lebih
banyak membutuhkan energi. Kebutuhan energy yang semakin tinggi
menyebabkan kebutuhan O2 menjadi lebih tinggi dan proses metabolismenya
lebih tinggi pula dibandingkan dengan perempuan.

Grafik Perubahan Laju Denyut Nadi

laju denyut nadi

Laki-laki

-6

-4

-2

Perempuan
115
110
105
100
95
90
85
80
75
70

0

2

4

6

menit ke-

Grafik diatas menunjukkan hubungan perubahan frekuensi denyut nadi
antara laki-laki dan perempuan sebelum, sesaat, dan sesudah aktivitas.
Frekuensi denyut nadi sebelum beraktivitas ditunjukkan pada menit ke -5,
menit ke 0 menunjukkan frekuensi denyut nadi sesaat setelah beraktivitas,
dan menit ke 5 menunjukkan frekuensi denyut nadi 5 menit setelah
beraktivitas. Dapat dilihat bahwa frekuensi denyut nadi pada laki-laki lebih
banyak daripada perempuan sesaat dan setelah melakukan aktivitas. Namun
pada saat sebelum melakukan aktivitas denyut nadi pada perempuan
terdeteksi lebih banyak daripada laki-laki.
Pada perempuan, normalnya denyut nadi sebanyak 60-80 kali/menit,
sedangkan pada laki-laki normalnya denyut nadi sebanyak 55-75 kali/menit.
Keadaan sesaat setelah beraktivitas dan 5 menit sesudah aktivitas
menunjukkan denyut nadi laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan karena
aktivitas laki-laki biasanya lebih memerlukan energi yang besar.
Perubahan suhu tubuh sebelum, sesaat, dan sesudah aktivitas tergambar
dalam grafik dibawah ini. Menit ke -5 menunjukkan keadaan sebelum
beraktivias, menit ke 0 menunjukkan keadaan sesaat setelah beraktivitas dan
menit ke 5 menunjukkan keadaan 5 menit setelah beraktivitas.

Grafik Perubahan Suhu Tubuh

suhu tubuh

Laki-laki

-6

-4

-2

Perempuan
38
37.5
37
36.5
36
35.5
35
34.5
34

0

2

4

6

menit ke-

Dari grafik diatas, suhu tubuh pada perempuan sebelum melakukan
aktivitas cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan
sesaat dan setelah melakukan aktivitas suhu tubuh pada laki-laki meningkat
dan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Suhu tubuh memiliki hubungan
yang erat dengan frekuensi pernapasan, semakin tinggi suhu tubuh seseorang,
maka dia akan membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga kebutuhan
akan oksigen pun akan meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tubuh
laki-laki memerlukan lebih banyak energi dan asupan oksigen daripada
perempuan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, perbedaan
frekuensi respirasi dan denyut nadi pada laki-laki dan perempuan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Frekuensi bernafas pada laki-laki selalu lebih
tinggi dibanding perempuan karena laki-laki lebih banyak bergerak sehingga
lebih banyak membutuhkan energi, kebutuhan O2 pun menjadi lebih tinggi
dan proses metabolismenya lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Pada
perempuan, normalnya denyut nadi berkisar 60-80 kali/menit, sedangkan
pada laki-laki normalnya berkisar 55-75 kali/menit.
Pada grafik menunjukkan bahwa denyut nadi perempuan lebih banyak
pada keadaan normal dibanding laki-laki. Namun, pada perbedaan suhu tubuh
laki-laki dan perempuan. Ada indikator yang menyebabkan ketidakselarasan
dengan teori. Suhu tubuh seharusnya memiliki hubungan yang erat dengan

frekuensi pernafasan. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang, maka dia akan
membutuhkan energi yang lebih banyak sehingga kebutuhan akan oksigen
pun meningkat. Grafik menggambarkan bahwa suhu tubuh perempuan
sebelum beraktivitas lebih banyak dari laki-laki. Grafik suhu tubuh ini dapat
dikatakan berhubungan dengan grafik frekuensi pernafasan. Jika suhu tubuh
perempuan baik sebelum beraktivitas, sesaat setelah beraktivitas, dan setelah
beraktivitas dibawah suhu tubuh laki-laki. Ketidakselarasan ini dapat
disebabkan karena pada saat pengukuran sebelum beraktivitas, masih
dilakukan di sekitar ruangan ber-AC, sehingga menyebabkan pengukuran
suhu tubuh dalam keadaan normal terganggu.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Terdapat koordinasi antara sistem pernafasan dengan sistem sirkulasi di
2.

dalam tubuh terutama saat bekerja keras.
Gejala perkeringatan timbul karena suhu tubuh yang meningkat setelah
tubuh melakukan aktivitas yang bertujuan untuk mendinginkan suhu

3.

tubuh kembali normal.
Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back).
Mekanisme tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap
kehilangan panas yang terjadi. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh
lebih besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan
suhu tubuh meningkat begitu pula sebaliknya.

I.

DAFTAR PUSTAKA
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung: CV Yrama Widya.
Mashudi, Sugeng. 2011. Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, Musrifatul dan Aziz Alimul H. 2006. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

J.

DISKUSI

1.

Adakah perbedaan frekuensi bernafas dan denyut jantung antara saat
santai dan beraktivitas?
Jawab:
Ada, saat beraktivitas tubuh memerlukan lebih banyak oksigen daripada
saat bersantai.

2.

Bagaimanakah perubahan tersebut, meningkat ataukah menurun?
Jawab:
Perubahan frekuensi bernafas dan denyut nadi dari bawah lalu meningkat
kemudian menurun kembali mendekati kondisi semula.

3.

Jelaskan mengapa hal itu terjadi!
Jawab:
Saat melakukan aktivitas tubuh memerlukan lebih banyak oksigen
sehingga frekuensi pernafasan akan naik, pada saat yang bersamaan
jantung memompa lebih banyak darah yang membawa oksigen keseluruh
bagian tubuh sehingga frekuensi denyut jantung juga meningkat.

4.

Adakah hubungan antara perubahan tingkat aktivitas tubuh dengan suhu
tubuh? Jika ada, bagaimana hubungan keduanya?
Jawab:
Ada, jika aktivitas tubuh meningkat maka suhu tubuh juga meningkat.

5.

Jelaskan mengapa ada hubungan antara tingkat aktivitas dengan suhu
tubuh!
Jawab:
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan
pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga dapat
meningkatkan metabolisme dan meningkatkan produksi panas. Sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti jalan
jauh dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 41oC.

6.

Mengapa suhu tubuh menjadi meningkat?
Jawab:
Karena setiap saat tubuh mengalami metabolisme dan suhu tubuh
meningkat sesuai tingkat metabolisme dalam tubuh.

7.

Bagaimanakah hubungan antara panas tubuh dengan keluarnya keringat?
Jawab:

Jika suhu tubuh panas maka pembuluh darah di sekitar permukaan tubuh
akan melebar sehingga proses penyerapan zat -zat sisa dari dalam darah
akan masuk ke dalam kelenjar keringat dan akan ke luar tubuh dari tubuh
menjadi keringat. Pengeluaran keringat ini juga bertujuan mendinginkan
suhu tubuh.
8.

Adakah pengaturan (koordinasi/regulasi) antara aktivitas dari sistem
pernafasan dengan sirkulasi darah? Jelaskan bagaimana kaitan keduanya!
Jawab:
Ada, tubuh memerlukan oksigen yang diambil dari lingkungan melalui
sistem pernafasan sedangkan untuk mencukupi kebutuhan oksigen ke
seluruh tubuh oksigen disalurkan melalui sistem peredaran darah.

9.

Jelaskan bagaimana mekanisme regulasi kedua sistem alat tersebut!
Jawab:
Mekanisme regulasi dari sistem pernafasan dengan sirkulasi darah dapat
dicontohkan sebagai berikut:
a. Dinding gelembung paru-paru diperlukan untuk berlngsungnya
pertukaran gas di paru-paru. Oksigen dalam alveolus dilepaskan
dalam pembuluh kapiler, dan sebaliknya karbondioksida dalam darah
dilepaskan dalam dalam alveolus yang selanjutnya dihembuskan
keluar pada waktu ekspirasi.
b. Gas oksigen dari paru-paru disebarkan keseluruh tubuh melalui
peredaran darah dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan
c.

diangkut ke paru-paru.
Pengendalian kedalaman dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat
pernapasan yang berada dalam batang otak.

10. Jelaskan bagaimana mekanisme regulasi suhu tubuh dan faktor-faktor
yang terlibat di dalamnya!
Jawab:
Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back)
yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila
pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Hipotalamus akan
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas

sehingga suhu kembali pada titik normal. Mekanisme tubuh diatur
dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas yang
terjadi. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada
laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan suhu tubuh
meningkat begitu pula sebaliknya. Faktor yang terlibat didalamnya
adalah bentuk tubuh, umur, jenis kelamin, gizi, aktivitas, sistem saraf dan
lingkungan.