Kebangkitan dan Relevansi Faktual Hubung

KEBANGKITAN DAN RELEVANSI FAKTUAL HUBUNGAN LUAR
NEGERI AFRIKA SELATAN
Oleh Muhammad Ahalla Tsauro
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Airlangga

PENDAHULUAN
Afrika merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam yang begitu melimpah, buktinya
banyak negara-negara maju saat ini yang melakukan tarik ulur, tawar menawar untuk mampu
bekerjasama dengan Afrika, jika dahulu kawasan Afrika menjadi rebutan negara-negara eropa,
sebagaimana tulisan dalam Scramble of Africa, maka yang terjadi kali ini adalah perebutan hasil
bumi yang begitu luar biasa, tak terkecuali Afrika Selatan (Pakenham, 1992).
Afrika Selatan identik dengan politik apartheid yang digagas oleh Nelson Mandela, untuk
memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam di Afrika. lebih dari 18000 orang telah terbunuh,
80.000 orang yang melakukan perlawanan menjadi tahanan politik, dan 6000 orang harus
menjalani siksaan pada masa apartheid tersebut. Afrika Selatan juga mengalami nasib yang sama
dengan negara Afrika lainya yakni dalam hal penjajahan oleh Eropa, tepatnya oleh Inggris dan
Belanda yang menjadikan orang Afrika Selatan sebagai budak di rumah sendiri. Namun, Afrika
Selatan saat ini bangkit dan berkembang, menjadi salah satu ikon kebangkitan Afrika,
pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu acuanya, menjadi salah satu anggota G20 juga menjadi
bukti tersendiri bahwa Afrika saat ini tidak dipandang sebelah mata, melihat dari politik luar
negeri Afrika Selatan, partisipasi aktif Afrika Selatan dalam PBB, APEC, G20 dan lain

sebagainya menuju negara emerging economy.
Pada tulisan kali ini, penulis akan memberikan pandangan mengenai Afrika Selatan dalam hal
yang berhubungan dengan kebangkitan Afrika Selatan hingga saat ini, termasuk bagaimana
kebijakan Nelson Mandela merubah cara berfikir mengenai kulit hitam itu sendiri yang
kemudian mendapat respek dari berbagai negara, dan bahkan memicu hal yang sama di negara
Afrika lainya. Selanjutnya, penulis juga mengkaitkan pandangan Afrika Selatan dalam hal politik
luar negerinya dan juga

PEMBAHASAN
Kebangkitan Afrika Selatan
Afrika Selatan saat ini menjadi salah salah satu contoh negara di Afrika yang mampu bangkit
dan tumbuh dari masa lalu negara yang terisolasi dan terbelakang. Hal ini tidak lepas dari upaya
yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang memperjuangkan Afrika Selatan hingga menjadi
bangkit dan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Untuk mengetahui bagaimana
kebangkitan Afrika Selatan. Penulis berpendapat bahwa Afrika Selatan merupakan salah satu
negara yang tengah bangkit dan menjadi kekuatan baru dan juga representasi dari Afrika yang
mampu bersaing dengan negara-negara lain. Selain itu, penulis akan memberikan beberapa
pandangan mengenai kebangkitan Afrika Selatan itu sendiri terkait dengan konsep post-kolonial,
integritas kawasan dan African renaissance.
Franz Fanon (1994) dalam bukunya A Dying Colonialism, menyebutkan bahwa konsep postkolonialism melihat bahwa kebijakan yang diterapkan dan diaplikasikan oleh suatu negara tidak

lepas dari sejarah masa lampau suatu negara, tak terkecuali masa kolonialisme. Apa yang telah
terjadi di suatu negara sedikit banyaknya mempengaruhi dinamika yang terjadi di negara
tersebut, bagaimana suatu negara tumbuh dengan budayanya yang tertanam baik itu budaya asli
maupun yang telah tercampur oleh budaya asing menjadi acuan tersendiri. Termasuk bagaimana
sistem politik dan ekonomi yang telah dan pernah diterapkan disuatu negara mempengaruhi
konstelasi dan dinamika sistem politik dan ekonomi suatu negara.
Afrika Selatan saat ini merupakan negara dengan struktur masyarakat yang multietnis, penduduk
kulit putih, orang asia dan india juga mendiami dan menjadi orang pribumi di Afrika Selatan.
Sejak tahun 1994 semua etnis yang ada di Afrika Selatan memiliki perwakilan dalam konstitusi
dan pemerintahan, hal ini tidak lepas dari upaya untuk mempersatukan Afrika Selatan yang multi
etnis yang terbagi kedalam sembilan provinsi, Nelson Mandela juga menyebut upaya ini sebagai
“Rainbow Nation” (BBC, 2013). Isu-isu seperti diskriminasi ras yang sejak dulu ada, mencoba
direduksi secara perlahan oleh pemerintah Afrika Selatan sehingga memunculkan banyak sekali
pegiat, aktivis anti diskriminasi, anti-apartheid, hak kulit hitam dan lain sebagainya. Bahkan isu
regional ini, dibawa oleh Afrika Selatan dalam berbagai forum internasional untuk menunjukkan
bagaimana menghadapi fenomena diskriminasi ras yang terjadi, khususnya diskriminasi warna

kulit. Salah satu kebijakan yang dipegang hingga saat ini tidak lain dipengaruhi oleh faktorfaktor penting yang mempengaruhinya sebagaimana konsep post-kolonialisme menjelaskan
mengenai pentingnya melihat apa yang terjadi pada masa lampau untuk melihat kebijakan yang
telah diterapkan dan diimplementasikan.

Berbicara mengenai Afrika dan integritas kawasan, Afrika Selatan saat ini memegang perang
penting

dalam

urusan

politik

dan

ekonomi.

Negara

tersebut

berkomitmen

untuk


memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam dan mencoba memnatu segala permasalahan innerAfrica conflict untuk diselesaikan dengan damai. Upaya tersebut disalurkan dalam forum Uni
Afrika dan juga Southern African Development Community (SADC) untuk bersama-sama
merangkul negara-negara Afrika untuk bersama-sama mengusung misi perdamaian dan integritas
kawasan. Peran Afrika Selatan sendiri tidak lain dapat dilihat dari upaya bantuan kepada negara
tetangga dalam memajukan perekonomian negara, tidak sedikit dari negara tersebut yang
kemudian mampu bertahan dan tumbuh dalam hal urusan tertentu. Meskipun Uni Afrika tidaklah
semaju kawasan lain, akan tetapi Afrika Selatan tetap mampu berperan bersama negara Afrika
yang mulai berkembang lainya.
African Renaissance, merupakan ide yang dicetuskan oleh presiden Afrika, Thabo Mbeki yang
menjelaskan bagaimana Afrika mampu lepas dari koloniaslisme yang pernah terjadi. Dalam
pidatonya (1998), Thabo Mbeki menyebutkan bahwa kata “renaissance” diambil dari era
renaissance di Eropa, tetapi inspirasinya berasal dari Restorasi Meiji dalam menentukan nasib
sendiri. Mayoritas negara-negara di Afrika tengah disebut berada dalam periode neokolonialisme yakni bentuk baru kolonialisme yang tidak lagi menjajah secara fisik. Maka,
menanggapi hal tersebut, negara-negara di Afrika harus mulai mengambil kontrol atas diri
sendiri. Selain itu, dalam African Renaissance, terdapat penekanan bahwa Bangsa Afrika
merupakan bangsa yang beradab melalui restorasi martabat masyarakat Afrika dengan mengubah
pandangan bahwa Afrika adalah primitif (Mbeki, 2007; 68).
Dalam bidang ekonomi, African Renaissance menandakan bahwa masyarakat Afrika terbebas
dari kemiskinan, kelaparan, keterbelakangan dan marjinalisasi. Kemudian, secara politik,

ditandai dengan tata kelola pemerintah yang baik, demokrasi yang stabil, integrasi regional dalm
Organization of African Unity untuk mencegah dan meresolusi konflik serta peningkatan
ekonomi politik. Pidato Thabo Mbeki tersebut menjadikan African Renaissance populer. Apabila

dilihat secara literatur, konsep African Renaissance sendiri telah ada pada tulisan yang tidak
dipublikasikan dengan judul “The African Renaissance: A Workable Dream” (Mbeki 2000: 77).
Hubungan Luar Negeri Afrika
Afrika Selatan saat ini tumbuh sebagai emerging power di Afrika yang mampu menjadi leader
dalam hal politik dan ekonomi khususnya di kawasan Afrika, dan juga mampu berpartisipasi
dalam urusan global. Sebagai negara dengan PDB yang besar, Afrika Selatan mampu
menawarkan kerjasama dalam berbagai hal untuk mampu meningkatkan kapasistas negara
dengan melakukan bargaining dengan berbagai hal, hal inilah yang diupayakan oleh Afrika
Selatan. Salah satu urusan luar negeri Afrika selatan dengan Brazil bahkan disoroti oleh media
terkemuka Foreing Policy sebagai berikut;
‘South Africa’s interactions with Brazil as an emerging power should be a platform for
significant bilateral growth in economic and political co-operation, as well as for collaboration
on specific global multilateral objectives [...] Other countries in the region also provide
economic and political opportunities to pursue complementarities within the context of SouthSouth cooperation, multilateralism, and closer bilateral strategic relations.’(www.saiia.org.za).
Brazil merupakan aktor kunci ekonomi di Atlantik selatan sedangkan Afrika Selatan merupakan
aktor kunci di Afrika, keduanya menjalin kerjasama ekonomi yang baik pula sebagaimana

kerjasama keduanya dalam BRICS, oleh karena itu Afrika selatan dianggap begitu enjoy dengan
Brazil. Selain itu, Afrika Selatan juga menjalin kerjasama dengang negara-negara Asia yang juga
masuk dalam middle power India, Indonesia dan Cina yang juga masuk dalam anggota BRICS.
Berbicara mengenai hubungan Afrika Selatan dan Indonesia, hubungan luar negeri keduanya
terjalin sejak lama, sebagaimana Konferensi Asia Afrika 1955 yang hingga saat ini masih
diupayakan. Selain itu keduanya terjalin dalam NAASP (New Asia Africa Strategic Partnership)
berupa dialog strategis antar kawasan, solidaritas politik, kerjasama ekonomi dan hubungan
sosial budaya.
Sementara itu, dalam urusan luar negerinya dengan badan ekonomi dunia seperti IMF, World
Bank dan WTO, Afrika memiliki kepentingan tersendiri, sebagai salah satu anggota G20 pula,
Afrika Selatan menawarkan partisipasi aktif di negara Afrika, khususnya menjadi partner IMF
dalam berbagai kesempatan dan urusan di Afrika, bahkan pada maret 2015 lalu, Afrika Selatan

dan IMF membahas topik khusus mengenai, Financial Sector Assessment Program, Anti-Money
Laundering and Combating the Financing of Terrorism (AML/CFT) (www.imf.org).
sebagaimana isu yang sedang berkembang dan ramai dibicarakan oleh pemerintah Afrika pada
waktu itu. Sementara itu hubungan Afrika Selatan dengan WTO pun tidak kalah baik pula, sejak
bergabung dalam GATT pada tahun 1948, dan juga bergabung dengan WTO pada tahun 1995.
Afrika Selatan mencoba aktif dalam berbagai urusan penting yang dibahas oleh WTO seperti
pertanian, pertambangan, anti-dumping, balance of payment, import licensing, information

technology product, Intellectual property Right, Regional Trade Agreements dan lain sebagainya
(www.wto.org). sama halnya dengan WTO, dalam hubunganya dengan World Bank, Afrika
menjadi partner penting diantara negara-negara Afrika. Bahkan World Bank menaruh perhatian
utama dan prioritas perkembangan ekonomi utama pada Afrika Selatan. Dalam urusan investasi
pula, Afrika Selatan menjadi model dalam penerapan investasi yang baik di Afrika
(www.worldbank.org).
Sementara itu, dalam hubungan kawasan dengan negara-negara Afrika, Afrika Selatan sendiri
memiliki peran penting dalam Uni Afrika sebagai regionalisme yang luas dan juga dengan
negara-negara di kawasan Afrika bagian selatan dalam Southern African Development
Community (SADC), kerjasama yang diterapkan justru memberikan dampak positif tersendiri
bagi Afrika Selatan. Menurut data dari Trading Economics, PDB Afrika Selatan meningkat dari
USD 350 miliar hingga pada titik USD 403 miliar (www.id.tradingeconomics.com). Hal tersebut
tidak lain dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis seperti hubungan bilateral dengan negara-negara
tetangga maupun dalam hubungan multilateral. Dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan
juga mengasah sumberdaya manusia sebaik mungkin, Afrika selatan mampu tumbuh dan
berkembang, sebagaimana tercermin dalam peran Afrika Selatan sendiri dalam berbagai urusan
hubungan luar negeri.

KESIMPULAN
Afrika Selatan merupakan salah satu emerging power di Afrika yang menjadi contoh bagi

negara-negara lain untuk terus berkembang. Dengan peningkatan ekonomi yang stabil Afrika
Selatan saat ini menjadi negara yang aktif dalam partisipasi urusan ekonomi dan politik dengan
negara lain diberbagai forum di PBB, APEC, G20 dan lain sebainya. Selain itu kerjasama dengan
badan ekonomi dunia juga menjadi acuan tersendiri bagi Afrika Selatan.Kondisi ekonomi di
kawasan tersebut tengah mengalami pertumbuhan dengan stabilitas politik yang tidak kalah dari
negara-negara berkembang lainnya. Hubungan kerjasama yang berlangsung ini secara signifikan
juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut, perubahan pandangan
politik juga terjadi, dahulu yang sebelumya memiliki rezim yang otoriter, sekarang masyarakat
menginginkan perubahan menjadi negara yang demokrasi.
Kondisi seperti inilah yang ingin penulis katakana sebagai kebangkitan Afrika Selatan, dengan
mengesampingkan parameter pertumbuhan ekonomi yang baik, Afrika Selatan juga tumbuh dan
berkembang dalam konstelasi politik yang berkembang melalui dinamika-dinamika penting dan
juga masa-masa sulit. Masa penjajahan oleh para koloni, konflik internal hingga perang saudara
yang marak terjadi di Afrika Selatan sebagaimana terjadi pula di negara-negara Afrika lainya
menjadi proses tersendiri bagi Afrika Selatan. Nelson Mandela juga menjadi aktor individu
tersendiri bagi Afrika lewat sikapnya mada masa politik apartheid yang secara tidak langsung
dampaknya begitu terasa bagi Afrika Selatan saat ini.
Penulis menekankan bahwa konstelasi yang terjadi di Afrika pada saat ini tidaklah seburuk apa
yang dianggap oleh kebanyakan orang, banyak dari negara-negara di Afrika yang mulai tumbuh
dan berkembang, walaupun tidak sedikit pula negara-negara yang masih berkutat dan berperang

melawang kemiskinan, kelaparan dan permasalahan lainya. Akhirnya, penulis memberikan saran
pada pembaca untuk memberikan kritik akan tulisan ini dan kemudian mengembangkan apa
yang sudah ada untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi para pembaca selanjutnya.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

REFERENSI
BUKU
Pakenham, Thomas. 1992. The Scramble For Africa : Abacus : England
Mbeki, Moeletsi. 2000. “The African Renaissance: Issues in South African Foreign Policy”,
pp.76-81. Tersedia dalam
http://www.columbia.edu/cu/ccbh/souls/vol2no2/vol2num2art8.pdf
Mbeki, Thabo. 1998. Speech: The African Renaissance, South Africa and the World, at United
Nations University, 9 April 1998.
Fanon, Frantz. 1994. A Dying Colonialism: Algeria Unveiled. Grove Press, 841 Broadway, New
York.
WEBSITE
http://www.imf.org/external/country/ZAF/ (diakses pada 22 Juni 2015)
https://www.wto.org/english/thewto_e/countries_e/south_africa_e.htm (diakses pada 22 Juni
2015)
http://id.tradingeconomics.com/south-africa/gdp-growth (diakses pada 22 Juni 2015)

http://www.saiia.org.za/opinion-analysis/south-africas-foreign-policy-priorities-for-the-21stcentury-a-closer-look-at-the-potential-for-co-operation-in-the-south-atlantic-zone
(diakses pada 22 Juni 2015)
http://www.worldbank.org/en/country/southafrica (diakses pada 22 Juni 2015)