APEC dan Invasi Ekonomi docx

APEC dan Invasi Ekonomi-Politik
(Lajnah Siyasiyah HTI Jawa Timur)

Tahun 2013 bagi Indonesia bisa jadi istimewa. Sebelum berakhirnya masa pemerintahan lima tahunan,
Indonesia dipercaya sebagai ketua APEC (Asia Pacific Economic Cooperation). Anggota APEC juga
mendukung penuh Indonesia. Hal ini diyakinkan dengan pidato Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada
APEC 2012 di Rusia.
“Dunia sedang melihat APEC sebagai mesin pertumbuhan global karena kawasan Asia Pasifik telah
menunjukkan ketahanan di tengah krisis keuangan terbaru” Presiden Yudhoyono di APEC CEO Summit
2012 di Vladivostok.
Sejak Januari 2013 sudah dimulai di Jakarta. Berlanjut di Surabaya dan akan diadakan di Bali 1-8 Oktober
2013. Setiap pertemuan membahas hal krusial dan tertutup. Hal ini karena forum APEC merupakan forum
tertinggi dan penting. Banyak hal yang tidak dipublikasikan ke umum. Tema APEC Indonesia 2013 adalah
“Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth”. Tema ini menjawab tantangan situasi dunia yang tengah
berada dalam pengaruh krisis keuangan dan ekonomi serta tentunya mendukung kepentingan nasional
Indonesia.
Setiap pertemuan dapat dipastikan membahas pengamanan ekonomi dan hal-hal yang dapat mengganggu
perekonomian. Misalnya, di Surabaya membahas HIV/AIDS dan Counter Terorisme. APEC di Bali
bertujuan menciptakan sebuah platform yang unik untuk membahas masa depan Asia-Pasifik dan
berkontribusi untuk mencapai pertumbuhan inklusif berkelanjutan secara global. Sebagai pemangku
kepentingan kunci dalam masa depan untuk bekerja sama menuju dunia yang lebih tangguh dan untuk

membangun jembatan pertumbuhan yang menciptakan lebih banyak kesempatan untuk perdagangan dan
investasi untuk kepentingan orang-orang di Indonesia.
Rundown time APEC in Indonesia

Sumber: http://www.dfat.gov.au/apec/
APEC di Bali akan dihadiri Presiden dan Perdana Menteri dari Asia-Pasifik – beberapa di antaranya baru,
CEO perusahaan global, serta pemimpin berpikir dalam format interaktif yang dinamis. Melalui diskusi di
atas panggung, dan melalui jaringan berkualitas tinggi, untuk memastikan peserta akan mendapatkan
wawasan dan perspektif terbaru pada isu-isu yang paling penting bagi bisnis. Presiden AS Barack Obama
dan Vladimir Putin dipastikan akan hadir.

Jika dianalisis secara kritis, pemberian kesempatan Indonesia sebagai ketua APEC 2013 bukan tanpa
kompensasi. Ada hal menarik di balik itu semua. Serta APEC akan menjadikan Indonesia sebagai model
bagi ekonomi pasar bebas. Lantas, apakah keuntungan didapat? Atau justru buntung yang didapat? Ataukah
akan menjadi bunuh diri politik dan ekonomi bagi Indonesia?
Di balik Kepentingan APEC
Watak dari organisasi Internasional bergantung pada ideologi. Negera yang berideologi akan mampu
mempengaruhi kebijakan pada setiap pertemuan. AS merupakan salah satu anggota APEC. AS memiliki
kepentingan di Asia-Pasifik. Selain merebut pengaruh, juga untuk mengamankan kepentingan ekonomi AS.
Ikhwal pembentukan APEC, untuk membendung pengaruh Eropa. Adapun Eropa bersatu di bawah bendera

UNI-EROPA. Di sisi lain, AS juga bersembunyi tangan diam-diam menjadi sekutu Eropa. Sebuah
permainan politik bagi negara berideologi kapitalisme. Memang AS memiliki kesamaan ideologi dengan
Eropa.
Asia-Pasifik merupakan kawasan perdagangan yang ramai. Terlebih masih banyak negara berkembang. Di
sisi lain dominasi China, Jepang, dan Korea berpengaruh cukup signifikan untuk menandingi ekonomi di
wilayah lainnya. Indonesia, misalnya, merupakan wilayah potensial dan subur dalam penawaran produk
industri. Maka bagi Indonesia ataupun negara peserta APEC perlu ada jaminan keamanan. Keamanan untuk
melindungi investasi, barang yang diekspor atau diimpor, dan dominasi politik luar negeri.
APEC merupakan kaki bagi ekonomi AS. Meskipun AS juga menancapkan kakinya di organisasi ekonomi
lainnya. Semacam WTO, IMF, dan World Bank. Bagi AS, APEC merupakan jalan baru untuk memperbaiki
kondisi ekonominya. Terpaan krisis ekonomi global dan biaya perang yang tinggi. AS menggunakan cara
baru untuk meraup pundi-pundi dolar. Begitu pula dengan negara Asia-Pasifik lainnya yang mencari lahan
baru meraup untung. Dibalik itu Indonesia diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar ke-7 di dunia dalam 20
tahun ke depan.
Invansi Ekonomi dan Politik
Janji keberlangsungan dan kestabilan ekonomi harus diwaspadai. Khususnya bagi negera yang tidak
berideologi jelas dalam politik dan ekonomi. Siapa pun akan dapat melihat bahwa negara yang berideologi
jelas mampu membuat pengaruh dan keputusan penting. AS, Rusia, dan China sebagai anggota APEC
merupakan negara yang berideologi jelas. AS berideologi kapitalisme. Rusia dan China dominasi masih
kepada komunis-sosialisme. Meskipun ideologi itu sekarang sudah mulai pudar. Adapun negara lainnya

bersektu dan diwarnai oleh kedua ideologi tadi. Posisi Indonesia sangat tidak menguntungkan. Luas wilayah
dan sumber daya manusia yang besar tidak menjadikan Indonesia mempunyai nilai tawar tinggi. Yang terjadi
adalah Indonesia dibuat bual-bualan untuk mewujudkan kepentingan Internasional.
Posisi Indonesia seperti bandul. Mudah terombang-ambing, galau dalam menentukan kebijakan. Hal ini
dikarenakan Indonesia tidak memiliki ideologi yang khas. Bukti ini dapat dilihat dari kebijakan yang ada di
negeri ini. Tumpang tindih, bahkan merugikan rakyat. Seharusnya Indonesia sadar secara ekonomi dan
politik. Jangan hanya karena alasan citra di mata dunia. Lantas rakyat dikorbankan untuk kepentingan
penguasa dan asing.
Terkait dengan ekonomi, Indonesia dipaksa tunduk pada pasar bebas. Produk luar negeri membanjiri
Indonesia tanpa ada filter. Impor kedelai, daging sapi, beras, dan kebutuhan lainnya menjadi bukti
kelemahan Indonesia tidak mampu melindungi rakyat. Indonesia terlalu sibuk mengurusi ekonomi makro
yang kekayaan itu beredar di kalangan kaya saja. Perusahaan asing yang berkolaborasi diberikan
keleluasaan penuh. Belum lagi AS dan Rusia juga berebut pengaruh untuk pembelian altutista, semacam
helikopter, pesawat tempur, dan lainnya. China dengan produk murahnya membanjiri konsumen Indonesia.
Lantas, dimana negara ini melindungi rakyatnya? Bukankah mereka dipilih rakyat? Dimana kedaulatan
ekonomi Indonesia?

Terkait politik, penting bagi dunia Internasional bahwa 2014 akan ada pergantian presiden. SBY tidak lagi
dapat mencalonkan diri. Maka hal yang penting bagi dunia adalah menjaga keamanan investasi dan
keberlangsungan perdagangan dunia dalam pasar bebas. Dunia internasional tidak ingin kehilangan

kepentingan politiknya. Jika presiden terpilih 2014 tidak sesuai dengan kepentingan dunia internasional.
Bisa dipastikan anggota APEC dan lainnya akan gelisah. Karena itu, di puncak pertemuan APEC akan
dihadiri pemimpin negara, mentri, dan CEO perusahaan berpengaruh. Kedatangan mereka tentu akan
membawa misi penting.
Pada medio 2013 untuk membuktikan kesungguhan pada ketetapan internasional, Indonesia telah melakukan
langkah pencitraan. Isu kontra-terorisme masih menjadi fokus. Stabilisasi ekonomi pasar Indonesia dijaga
betul. Pemberantasan korupsi, demokratisasi politik, dan perbaikan hukum jadi isu sentral. Serta TNI dan
POLRI disiapkan untuk menjaga stabilisasi keamanan. Terlebih APEC yang akan dihadiri petinggi negara
dan tamu undangan penting. Indonesia juga dipaksa untuk mengikuti berbagai forum tingkat dunia.
Indonesia harus sadar. Keikutsertaan dalam berbagai forum ekonomi dan politik tidak membuahkan
kebaikan. Justru menjadikan Indonesia sebagai lahan subur untuk meraup untung. Karena kondisi
masyarakat Indonesia masih konsumtif . Di sisi lain untuk menjaga kepentingan ekonomi. Cara politik
ditempuh untuk memengaruhi kebijakan dan regulasi agar investasi terjaga aman. Inilah bentuk invansi
politik dan ekonomi. Yang terjadi Indonesia akan semakin liberal dalam politik dan ekonomi.
Inilah konsekuensi bagi negara yang tidak berideologi khas. Meskipun Indonesia menjadi ketua APEC 2013.
Tidak akan mampu memengaruhi forum. Malahan yang terjadi sebaliknya, dijadikan ajang negara
Kapitalisme dan Komunis-sosialisme untuk mengokohkan penjajahannya. Kesepakatan dan hasil dari APEC
seolah-olah mengakomodasi setiap anggota. Faktanya negara yang tidak berideologi dibuat mengikuti
kepentingan negara berideologi. Di luar forum APEC seolah-olah AS dan China dalam politik berseteru,
tetapi untuk urusan ekonomi mereka bersatu. Bahkan saling mendominasi pasar bebas.

Saatnya Bersikap
Indonesia sudah saatnya bersikap idealis dan menunjukan kedaulatan sebagai negara merdeka. Jangan
sampai ada lagi penjajahan berbentuk politik dan ekonomi. Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim,
hendaknya mampu melindunginya. Bukan malah dijadikan sebagai obyek jajahan negara yang mayoritas
memusuhi Islam. Dalam melakukan hubungan kerjasama luar negeri—politik dan ekonomi—harus bisa
membedakan status negara yang diajak kerjasama. Apakah negara itu mempunyai agenda tersembunyi?,
semisal ingin menjajah Indonesia dan memerangi Islam dan umatnya. Ataukah negara itu termasuk bagian
dari negeri kaum muslimin? Di sinilah peranan pembedaan status negara dibutuhkan.
Penentuan sikap politik akan berdampak pada perekonomian. Sebagaimana dalam Islam ada dua status
negara: daarul Islam dan daarul kufur. daarul Islam adalah negara yang menerapkan syariah Islam secara
kaafah (politik, ekonomi, pemerintahan, dll), serta keamanan berada di tangan kaum muslimin. Adapun
daarul kufur adalah negara yang tidak menerapakan syariah Islam secara kaafah (politik, ekonomi,
pemerintahan, dll), serta keamanan berada di tangan kaum kafir. Dari dua definisi tadi maka Indonesia harus
menentukan sikap tegas dan tidak dengan mudah menerima kerja sama dalam bentuk apa-pun.
Saat ini belum ada satupun negara yang menerapkan syariah secara kaafah (aqidah, ibadah, politik.
Pemerintahan,dll). Begitu pula keamanan negara saat ini masih dikuasai orang-orang asing. Untuk negara
kufur perlu dibedakan antara yang memerangi umat Islam atau yang terikat dengan perjanjian damai. Jika
negara kafir harbi fi’lan (memerangi umat Islam)—AS dan sekutunya, Rusia, China,dll—mengajak kerja
sama. Maka Indonesia harus tegas menolak. Karena hakekat kerjasama akan membawa dampak buruk dan
madharat. Hubungan nyata dengan negara kafir harbi fi’lan adalah perang. Hal ini sebagai bentuk

pembelaan kepada saudara muslim di seluruh dunia yang diperangi. Sementara itu, untuk negara kafir yang
tidak memerangi umat Islam. Maka harus diteliti dulu kerjasamanya. Tidak boleh mereka mendominasi atau
bahkan menguasai Indonesia. Jika penguasaan—ekonomi, politik, budaya, dll—yang terjadi, maka
Indonesia akan tetap dalam penjajahan negara kafir.

Oleh karena itu, kedatangan para pemimpin negera kafir penjajah harus ditolak. Tiada guna menyambut
mereka dengan tangan terbuka. Hakikatnya mereka akan mengokohkan dominasinya di negeri kaum
muslim. Mereka tidak akan beritikad baik. Justru sebaliknya mereka ingin menancapkan kuku penjajahan
serta memilih orang-orang yang siap melayani kepentingannya. Maka tidak mengherankan antek-antek asing
bermunculan di negeri ini. Menerima para pemimpin negera kafir penjajah sejatinya menyakiti umat Islam.
Di kala AS, Rusia, dan China memerangi umat Islam di Suriah. Membombardir dan menumpahkan darah
umat Islam di Suriah. Apakah etis, Indonesia sebagai negeri kaum muslimin menerima mereka dengan
tangan terbuka? Menerima negara kafir yang menumpahkan darah kaum muslimin di Pelestina, Irak,
Afghanistan, dan lainnya?
Dengan demikian, baik APEC ataupun forum internasional lainnya semisal IMF, WTO, World Bank, dan
PBB merupakan pintu masuk negara kapitalisme untuk menjajah. Negara kapitalisme tidak akan pernah
berhenti untuk mengeruk kekayaan di negeri kaum muslim. Jeratan utang dan perdagangan bebas akan
menjadikan negeri kaum muslim semakin liberal. Hegemoni politik negara kafir penjajah ditujukan untuk
menekan kerinduan umat Islam kepada Syariah dan Khilafah. Sehingga sudah jelas dan gamblang bahwa
forum APEC dan lainnya yang semisal merupakan invasi baru ekonomi dan politik. Gaya baru penjajahan

negara kafir penjajah. Waspadalah! Jagan terjebak dalam lubang biawak yang disediakan oleh mereka. Jika
Indonesia ingin berdaulat. Maka harus ada perubahan besar menuju Khilafah. Institusi negara yang
berideologi Islam dan akan menjaga kepentingan umat Islam. Wallahua’lam bisshawwab.

Kenapa Harus Melawan APEC?

Oleh: Salamudin
SEJAK kebijakan perdagangan bebas melalui ASEAN ditandatangani oleh pemerintahan SBY, setiap tahun
ribuan industri nasional gulung tikar. Salah satu industri yang langsung terjungkal oleh kebijakan liberalisasi
perdagangan adalah industri tembakau.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan antara tahun 2007-2010 jumlah industri tembaku yang hilang dari
peredaran mencapai 308 unit perusahaan. Tahun 2007 berkurang 78 perusahaan, 2008 sebanyak 77
perusahaan, 2009 sebanyak 80 perusahaan dan tahun 2010 sebanyak 73 perusahaan. Perusahaan-perusahaan
tembakau tersebut lenyap akibat dihantam oleh regulasi pro impor dan kebijakan nasional yang didorong
oleh rezim internasional.
Ribuan industri lainnya juga gulung tikar. Sebanyak 1470 industri lenyap dalam tahun 2007, sebanyak 2304
perusahaan lenyap dalam tahun 2008, sebanyak 1226 hancur dalam tahun 2009 dan sebanyak 1123
perusahaan hilang dalam tahun 2010. Total perusahaan perusaan yang lenyap dalam periode tersebut
mencapai 6123 perusahaan.
Perjanjian perdagangan bebas dan liberalisasi investasi yang akan disepakati melalui Asia Pacifik Economic

Cooperation (APEC) pada 7-8 Oktober di Bali, akan semakin menyebabkan pasar Indonesia diserbu oleh
tembakau dan produk tembakau impor. Perusahaan kecil dan menengah akan berguguran yang pada ahirnya
pasar tembakau serta produk tembakau akan diambil alih oleh modal asing.
Selain itu kebijakan nasional yang neoliberal dan anti rakyat seperti pencabutan subsidi BBM, kenaikan
harga listrik, adalah kebijakan yang merupakan komitmen pemerintah terhadap liberalisasi perdagangan
yang disepakati dalam APEC. Pemerintah juga melakukan pembatasan terhadap industri tembakau melalui
standarisasi produk seperti penentuan tar, nikotin rendah, kebijakan kenaikan cukai yang juga merupakan
komitmen terhadap rezim internasional.
Mengapa Petani, Buruh, dan Pelaku Industri Tembakau harus Melawan APEC? APEC adalah forum kaum
kapitalis global yang hendak merenggut kekayaan ekonomi nasional!
Penulis adalah peneliti The Institute for Global Justice (IGJ )
sumber: rmol.co (25/9/2013)

Krisis Kedelai, Ironis Negara Agraris!

Oleh : Julian, S.Pd., M.Esy.
Dosen Prodi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam Universitas Pendidikan Indonesia
Awal September 2013, harga kedelai kembali mencapai rekor tinggi dengan harga Rp9.500 bahkan di
beberapa daerah ada yang menembus Rp10.000 per kilogram (okezone.com). Bagi Indonesia yang
merupakan negara agraris tentu kenaikan harga kedelai seharusnya menjadi berkah.

Namun yang terjadi tidaklah demikian. Kenaikan harga kedelai justru menjadi bencana yang serius yang
menimpa masyarakat. Harga kedelai yang awalnya murah melambung sangat tinggi. Hal ini berdampak
pada produksi makanan tahu dan tempe yang melambung tinggi. Bahkan di setiap wilayah para produsen
tahu dan tempe meluapkan kemarahannya dengan aksi mogok produksi. walhasil hal ini berdampak pada
langkanya makanan tahu dan tempe di masyarakat.
Padahal seperti kita ketahui, bahwa tahu dan tempe adalah makan rakyat yang kaya gizi yang bisa dijangkau
oleh kalangan masyarakat bawah. Namun apalah yang terjadi, kini harga makanan tersebut sangat mahal dan
langka.
Permasalahan kelangkaan kedelai tidak lepas dari kebijakan swasembada pangan negeri ini yang carut
marut. Seperti yang dikutip dari okezone.com, Produksi kedelai nasional terbukti semakin hari terus
menurun dari 1,4 juta ton pada 1990 menjadi 851 ribu ton pada Angka Tetap (ATAP) 2011. Sementara
konsumsi nasional mencapai 2,4 juta ton pada 2011. Dengan rata-rata produktivitas hanya berkisar 1,368
ton/ha pada 2011. Sedangkan kebutuhan kedelai nasional mencapai sekira 3 juta ton per tahun, kemampuan
produksi hanya sebesar 800 ribu ton per tahun, sehingga kekurangannya mengandalkan impor.
(okezone.com)
Ketergantungan pada impor tentu menambah daftar panjang permasalahan ekonomi Indonseia. Ekonomi
Indonesia sekarang memang benar-benar dalam keadaan yang sangat sulit. Di tengah-tengah krisis ekonomi
yang menghimpit masyarakat saat ini, kenaikan harga kedelai yang berujung pada langkanya makanan tahu
dan tempe adalah buah dari kebijakan ekonomi pasar. Dimana segala sesuatu diserahkan pada mekanisme
pasar dan peran pemerintah diminimalisir. walhasil pemerintah lagi-lagi tidak berkutik mengatasi

kelangkaan kedelai ini.
Pemerintah seolah tidak mempedulikan kesulitan yang diderita masyarakat akibat kelangkaan kedelai ini.
Pemerintah tidak menunjukkan dirinya sebagai sebuah institusi yang memiliki otoritas untuk melindungi dan
mengatur kesejahteraan rakyatnya. Bukankah keberadaan pemerintah dan penguasa dimanapun adalah untuk
mengatur dan memelihara urusan rakyat? Jika pemerintah sudah tidak lagi mempedulikan urusan rakyatnya
sendiri, dan tidak mau tahu dengan kesulitan yang dihadapi masyarakat, lalu siapa yang mengatur dan
memelihara urusan rakyat?
Pemerintah lebih suka berlepas tangan sehingga krisis dari kelangkaan kedelai ini ditimpakan kepada
rakyatnya sendiri untuk menanggung beban. Bukankah sikap ini sama dengan menelantarkan dan
menyengsarakan rakyatnya sendiri? Padahal Selama ini harga-harga kebutuhan pokok rumah tangga
mengalami kenaikan yang sangat tinggi akibat dari kebijakan menaikan BBM. Untuk ke sekian kalinya
rakyat yang menjadi objek penderita.

SOLUSI ISLAM
Produsen tempe tidak memproduksi tempe bukan karena mereka malas bekerja, bukan karena mereka tidak
punya etos kerja, bukan karena mereka tidak amanah, bukan karena mereka tidak jujur. Semua ini akibat
dari kebijakan pangan ala neoliberal yang sangat pro pasar bebas (free – market). Selama 20 tahun terakhir,
pemerintah RI telah mengadopsi kebijakan pangan ala neo-liberal yang sangat pro pasar bebas (freemarket) . Beberapa bentuk kebijakan yang telah diambil antara lain: Penghapusan dan atau pengurangan
subsidi, penurunan tarif impor komoditi pangan yang merupakan bahan pokok (beras, terigu, gula, dll.),
pengurangan peran pemerintah dalam perdagangan bahan pokok. Hasil dari kebijakan itu adalah

ketergantungan ketersediaan pangan dalam hal ini kedelai terhadap pasar luar negeri, ketika rupiah melemah
otomatis barang-barang impor juga mengalami kenaikan. Inilah yang menyebabkan mereka mogok
berproduksi karena harga kedelai melambung tinggi, sementara daya beli masyarakat semakin turun.
Jadi mahalnya kedelai di negeri ini bukan karena tanah negeri ini yang tidak subur, bukan lahan yang
sempit, bukan juga faktor petani yang malas menanam kedelai tapi semua itu berpangkal dari kebijakankebijakan pertanian dan perdagangan yang muncul dari sistem ekonomi kapitalisme yang menjadi pijakan
pemerintah dan para penguasa yang korup pemburu rente melalui mafia Impor. Peran negara diminimalkan
dalam kegiatan pertanian dan ekonomi serta hanya diposisikan sebagi regulator. Dengan demikian peluang
swasta khususnya asing akan semakin besar dalam menguasai perekonomian negeri ini. Padahal Allah SWT
berfirman:
‫عسلى ال ؤممؤؤبمبنيسن سسببيللا‬
‫جسعسل الل ل سمه لبل ؤ س‬
‫كابفبريسن س‬
‫سول سؤن ي س ؤ‬
“Dan Allah tidak memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman.”
(QS: An-Nisa: 141)
Karena itulah Islam telah mengembalikan seluruh persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan oleh
individu dan masyarakat, dengan menyerahkannya kepada negara (khalifah/kepala negara). Dalam hal ini
tidak ada alasan bagi negara untuk melalaikan kewajibannya dalam memelihara dan mengurus urusan
masyarakat. Sebab ia telah diberi wewenang oleh Allah SWT untuk menerapkan hukum Islam dalam sistem
ekonomi, khususnya jaminan atas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyatnya. Dan Allah SWT
sudah mempersiapkan dunia dan seisinya ini untuk dijadikan sumber-sumber yang diperlukan bagi negara
untuk memelihara dan mengatur urusan manusia. Termasuk perangkat-perangkat hukum dan sistem
ekonominya telah ditawarkan oleh Allah SWT, jika saja manusia itu bersedia beriman dan menaati Allah
SWT dengan jalan menerapkan sistem/hukum syariat Islam. Karena hanya Islamlah yang menghasilkan
kesempurnaan dan keadilan. Bukan sistem ekonomi atau ideologi lainnya yang menjadi produk buatan
manusia yang lemah dan rusak.
Oleh karena itu, tidak ada cara lain untuk membebaskan rakyat dari sistem Kapitalisme yang terbukti
menyengsarakan ini kecuali menerapkan sistem Ekonomi Islam dalam Tatanan Institusi negara, sebuah
sistem yang bersumber dari Aqidah Islam dan mengatur seluruh urusan masyarakat dengan syariat Islam
termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam. Wallahu a’lam bisshawab

Indonesia Terancam Krisis Moneter, Islam Solusinya

Oleh : Ahmad Umar (Anggota HTI dan
Mahasiswa Pasca ITB)
Nilai tukar rupiah terus melemah. Posisi rupiah diperdagangkan di atas level Rp 11.000 per dollar AS untuk
pertama kalinya sejak April 2009 siang tadi (3/9). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 11.31 WIB,
mata uang rupiah di pasar spot melemah 0,5% menjadi 11.035 per dollar AS1. Pelemahan rupiah yang telah
terjadi beberapa minggu ini tak pelak telah berdampak pada perekonomian Indonesia. Harga-harga
komoditas impor atau berkandungan bahan impor merangkak naik. Harga kedelai dan tepung terigu yang
banyak dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah meroket2. Barang elektronik dan properti juga
menyusul naik. Kondisi ini tentu juga berdampak kepada dunia usaha komoditas tersebut yaitu penurunan
omset bahkan beberapa sudah mengalami kebangkrutan3. Efek buruk pelemahan nilai rupiah juga
berdampak pada Negara dan juga perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk Dollar Amerika. Nilai
hutang dalam bentuk dollar Amerika secara otomatis meningkat. Bila kondisi ini berlanjut, maka krisis
moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi sebagaimana terjadi pada tahun 1998 mungkin saja akan
terulang.
Instabilitas nilai tukar mata uang seperti yang dialami rupiah saat ini bukanlah yang pertama kali terjadi dan
bukan juga hanya terjadi terhadap rupiah. Tentu kita masih ingat krisis moneter yang pernah terjadi di
beberapa Negara Asia tahun 1998 termasuk Indonesia. Krisis moneter juga berkali-kali terjadi di Eropa dan
Amerika secara bergiliran. Indonesia tidak sendirian, pelemahan nilai tukar mata uang juga terjadi di
beberapa negara asia seperti India (rupee), Jepang (Yen), Filipina (Peso), Malaysia (Ringgit), Thailand
(Baht), Korea Selatan (Won), Singapura (Dollar), dan Taiwan (Dollar)4. Krisis moneter terjadi berulangulang dan juga menimpa banyak negara, sehingga dapat dikatakan bahwa krisis moneter merupakan sebuah
keniscayaan dalam perekonomian dunia saat ini. Roy Davies dan Glyn Davies, dalam buku The History of
Money From Ancient time to the Present Day, menguraikan sejarah kronologi secara komprehensif.
Sepanjang abad 20 telah terjadi lebih 20 kali krisis besar yang melanda banyak negara. Fakta ini
menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan
penderitaan bagi ratusan juta umat manusia5.
Penyebab instabilitas mata uang dikembalikan pada dua hal yaitu problem moneter dan problem ekonomi.
Yang dimaksud dengan problem moneter adalah problem mata uang itu sendiri. Mata uang yang digunakan
saat ini adalah mata uang kertas (fiat money). Mata uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik (nilai bahan).
Mata uang kertas hanya memiliki nilai nominal (nilai tertulis) yang ditetapkan oleh undang-undang.
Sedangkan yang dimaksud problem ekonomi adalah problem ketidakmampuan dalam negeri memenuhi
kebutuhan dalam negeri terutama pada komoditas strategis yaitu pangan dan energi, sehingga menyebabkan
ketergantungan yang sangat tinggi pada Negara lain.
Problem Moneter
Legitimasi mata uang kertas sangat rapuh sebab ia sama sekali tidak disandarkan pada komoditas yang
bernilai seperti emas dan perak. Ia hanya ditopang oleh undang-undang yang dibuat pemerintahan suatu
negara. Jika keadaan politik dan ekonomi negara tersebut tidak stabil maka tingkat kepercayaan terhadap
mata uangnya juga akan menurun. Para pemilik uang akan beramai-ramai beralih ke mata uang lain atau

komoditas yang dianggap bernilai sehingga nilai uang tersebut terpuruk6. Fenomena ini dapat kita baca pada
fakta terpuruknya rupiah beberapa pekan ini yang dipicu oleh7:
Faktor Eksternal


Pasar khawatir bank sentral Amerika pada 23 September 2013 memutus langkah pertama kebijakan
pemangkasan stimulus, yang menyebabkan aliran modal masuk ke Amerika dan stock market di
berbagai negara jatuh.



Pasar khawatir akan ditutupnya pasar Merrill Lynch oleh Amerika, yang bisa mendorong stock dan
capital market.



Lesunya bursa regional dan anjloknya sejumlah mata uang regional terhadap dolar AS.

Faktor Internal


Sentimen negatif pasar terhadap pengumuman Bank Indonesia bahwa defisit transaksi triwulan II
meningkat dari US$ 5,8 miliar atau 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi US$
9,8 miliar atau 4,4 persen.

Jelas sekali, pemicu pelemahan nilai rupiah lebih kepada faktor “pasar khawatir” dan “sentimen negatif”
yang ini bermakna lemahnya legitimasi rupiah. Hal ini diperparah dengan ulah para spekulan yang
menjadikan mata uang sebagai arena spekulasi untuk meraup keuntungan besar8. Bagi para spekulan
fluktuasi mata uang adalah perkara yang harus ada agar mereka tetap meraih untung. Fenomena ini
menambah problem moneter semakin sulit diatasi oleh pemerintah yang beraliran pasar bebas.
Terdapat dua problem mendasar pada masalah moneter ini yaitu
1. Mata uang kertas yang tidak memiliki legitimasi yang kuat sehingga nilai tukarnya tidak stabil
bahkan cenderung menurun dan
2. Spekulasi mata uang yang memicu terjadinya instabilitas nilai mata uang.
Islam memandang bahwa mata uang dalam Islam adalah Dinar (Emas) dan Dirham (Perak). Menurut anNabhani (1990) ada keharusan untuk menjadikan emas dan perak sebagai standar mata uang dalam sistem
ekonomi Islam. Beberapa argumentasi yang mendasari keharusan tersebut adalah:
1. Ketika Islam melarang praktik penimbunan harta (kanzul mal), Islam hanya mengkhususkan
larangan penimbunan harta untuk emas dan perak. Larangan ini merujuk pada fungsi emas dan perak
sebagai uang atau alat tukar (medium of exchange).
“Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak, serta tidak menafkahkannya di jalan Allah (untuk
jihad), maka beritahukan kepada mereka (bahwa mereka akan mendapatkan) azab yang pedih” (TQS atTaubah [9]: 34).
1. Islam mengaitkan emas dan perak dengan hukum-hukum Islam lainnya, seperti diyat dan pencurian.
Islam menentukan diyat dengan ukuran tertentu dalam bentuk emas. Islam juga mengenakan sanksi
potong tangan terhadap praktik pencurian dengan ukuran melebihi emas sebesar ¼ dinar.
“Bahwa di dalam (pembunuhan) jiwa itu terdapat diyat berupa 100 unta dan terhadap pemilik emas (ada
kewajiban) sebanyak 1.000 dinar” (HR an-Nasa’i dan Amru bin Hazam).“Tangan itu wajib dipotong,
(apabila mencuri) 1/4 dinar atau lebih.” (HR Imam Bukhari, dari Aisyah r.a.).

1. Zakat uang yang ditentukan Allah Swt berkaitan dengan emas dan perak. Begitu pula Islam telah
menentukan nisab zakat tersebut dengan emas dan perak. Misalnya saja nishab zakat emas adalah 20
mitsqal atau 20 dinar. Hal ini setara dengan 80 gram emas.
2. Rasulullah saw. telah menetapkan emas dan perak sebagai uang sekaligus sebagai standar uang.
Setiap standar barang dan tenaga yang ditransaksikan akan senantiasa dikembalikan kepada standar
tersebut.
3. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang (money changer) dalam Islam yang terjadi dalam
transaksi uang selalu hanya merujuk pada emas dan perak, bukan dengan yang lain. Hal ini adalah
bukti yang tegas bahwa uang tersebut harus berupa emas dan perak, bukan yang lain. Nabi saw.
bersabda,”Emas dengan mata uang (bisa terjadi) riba, kecuali secara tunai” (HR Imam Bukhari).
Mata uang Dinar dan dirham memiliki legitimasi yang sangat kuat, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak bernilai tinggi dan diterima luas oleh masyarakat dunia.
Mata uang yang didasarkan pada emas dan perak memiliki keunggulan moneter sebagai berikut9:
Pertama, inflasi rendah dan terkendali. Dengan menerapkan mata uang emas, pemerintah suatu negara tidak
dapat menambah pasokan uang dengan bebas. Akibatnya supply mata uang akan terkendali. Uang hanya
bertambah seiring dengan bertambahnya cadangan emas negara. Dengan demikian inflasi yang diakibatkan
oleh pertumbuhan uang sebagaimana pada sistem mata uang kertas (fiat money) tidak terjadi. Memang tak
dapat dipungkiri bahwa inflasi bisa saja terjadi ketika ditemukan cadangan emas dalam jumlah besar.
Namun keadaan tersebut merupakan sesuatu yang jarang terjadi dan orang yang memiliki emas tidak
langsung melempar emasnya ke pasar.
Keampuhan mata uang mengendalikan inflasi telah dibuktikan oleh Jastram, (1980) seorang profesor
dari University of California. Ia menyimpulkan bahwa tingkat inflasi pada standar emas (gold
standard) paling rendah dari seluruh rezim moneter yang pernah diterapkan termasuk pada rezim mata uang
kertas (fiat standard). Sebagai contoh dari tahun 1560 hingga 1914 indeks harga (price index) Inggris tetap
konstan dimana inflasi dan deflasi nyaris tidak ada. Demikian pula tingkat harga di AS pada tahun 1930
sama dengan tingkat harga pada tahun 1800.
Kedua, di dalam standar emas, nilai tukar antar negara relatif stabil sebab mata uang masing-masing negara
tersebut disandarkan pada emas yang nilainya stabil. Pertukaran antara mata uang yang dijamin oleh emas
dengan mata uang kertas negara lain yang tidak dijaminan emas juga tidak menjadi masalah. Hal ini karena
nilai mata uang yang dijamin emas tersebut ditentukan oleh seberapa besar mata uang kertas tadi
menghargai emas. Nilai emas memang bisa naik atau turun berdasarkan permintaan dan penawaran, namun
ketika emas dijadikan uang maka masing-masing negara akan menjaga cadangan emas mereka. Dengan
demikian supply mata uang akan relatif stabil sehingga nilainya pun stabil.
Disamping penggunaan mata uang dinar dan dirham, Islam juga menetapkan beberapa hukum yang menutup
pintu spekulasi dan menjamin stabilitas mata uang diantaranya:
1. Larangan Kanzul Mal; yaitu menyimpan uang tanpa ada hajat tertentu untuk pembelanjaannya.
Larangan ini akan mencegah terjadinya kekurangan supply uang.
2. Larangan Riba Fadhl (riba dalam tukar-menukar atau jual beli pada barang tertentu yang telah
ditetapkan oleh syariat, dalam hal ini adalah tukar menukar mata uang sejenis wajib sepadan dan
tukar-menukar mata uang tak sejenis wajib kontan). Hukum ini akan mengeliminasi tindakan
spekulasi pada mata uang.
Problem Ekonomi
Problem yang turut melemahkan rupiah adalah defisit neraca perdagangan Indonesia. Ekonom Sri
Adiningsih mengatakan, neraca perdagangan yang terus turun adalah penyebab dari terjadinya tekanan

terhadap rupiah. Sepanjang neraca perdagangaan melemah maka dipastikan rupiah turun. “Sebelum ini, kan,
neraca perdagangan selalu surplus,” kata Sri Adiningsih. Pernyataan yang sama diungkapkan oleh ekonom
Mirza Adityaswara. Dia menilai, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus terjadi dipicu oleh
tekanan impor terhadap ekspor. Mirza menyatakan, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dimotori
oleh impor yang lebih besar ketimbang ekspor10. Badan Pusat Statistik mengumumkan defisit neraca
perdagangan per Juli 2013 tercatat US$2,31 miliar dan secara kumulatif mencapai US$5,65 miliar dan
tertinggi sepanjang sejarah11. “Defisit nilai perdagangan tersebut disebabkan oleh defisit komoditi migas
sebesar 1,86 miliar dolar AS dan komoditi nonmigas sebesar 0,45 miliar dolar AS,” kata Kepala BPS
Suryamin di Jakarta, Senin (2/9/2013)12.
Defisit neraca perdagangan memberikan gambaran betapa Indonesia sangat bergantung pada Negara lain.
Parahnya, ketergantungan ini justru terjadi pada komoditas yang sangat strategis yaitu pangan dan energi.
Kedua komoditas ini adalah sesuatu yang wajib selalu tersedia sebab bila tidak maka akan terjadi goncangan
ekonomi yang serius di dalam negeri. Tercatat produk pangan impor seperti garam, kedelai, tepung terigu,
jagung, beras, bawang merah, kopi, teh dll. Kita semua tahu bahwa komoditas impor tersebut dapat
diproduksi secara massal di dalam negeri, namun sayang kebutuhan dalam negeri masih lebih besar
dibandingkan produksi dalam negeri sehingga harus impor13. Demikian pula migas, seharusnya produksi
dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun faktanya, ladang-ladang minyak malah 84%
dikuasai oleh asing14 , sehingga migas belum sepenuhnya dapat diproduksi untuk kepentingan masyarakat
sendiri. Konsekuensinya, tentu impor!
Problem ini dapat dipecahkan bila sistem Islam yang diterapkan. Pertama, Islam menetapkan bahwa
kewajiban Negara adalah menjamin kebutuhan pokok setiap warganya dan Islam mewajibkan kaum Muslim
untuk bisa mandiri dan mencegah hal-hal yang bisa menciptakan ketergantungan pada negara luar.
Kewajiban ini berimplikasi pada upaya Negara untuk memastikan produksi pangan dalam negeri mampu
memenuhi kebutuhan setiap warga, sehingga Negara wajib membuat kebijakan untuk swasembada pangan.
Bagaimana strategi swasembada pertanian dalam Islam?
Pertama: negara harus memberikan support penuh dalam pembangunan pertanian; misalnya dengan
memberikan modal, lahan, sarana produksi pertanian, dll kepada petani.
Kedua: dilakukan kebijakan ekstensifikasi; dibuka lahan-lahan baru untuk pertanian. Lahan-lahan yang tidak
produktif dan menganggur selama 3 tahun diambil oleh negara dan diberikan kepada mereka yang siap
menggarap. Lahan pertanian yang subur harus tetap dipertahankan sebagai lahan pertanian, tidak dikonversi
untuk keperluan lain.
Ketiga: dilakukan intensifikasi dengan penemuan bibit unggul, sistem budidaya, penyediaan pupuk, dan obat
pembasmi hama yang efektif.
Keempat: dilakukan restrukturisasi pertanian. Misalnya, petani-petani gurem yang tidak efisien dengan
lahan hanya 0,2-0,3ha harus ditingkatkan skala usahanya dengan lahan yang lebih luas.
Kelima: dilakukan penanganan yang baik pada sektor pemasaran produk pertanian. Misalnya, rantai
pemasaran yang merugikan petani harus dihapus; disiapkan infrastruktur pendukung yang memadai seperti
jalan, alat transportasi, pasar, dll; juga dibangun industri-industri yang dapat menyerap hasil pertanian.
Kedua, mengenai migas. Islam secara tegas menyatakan bahwa ladang-ladang migas adalah kepemilikan
umum yang wajib dikelola oleh Negara sebagai wakil ummat. Hasilnya, wajib dikembalikan kepada ummat
dalam bentuk yang sesuai dengan kemaslahatan ummat menurut pandangan dari kepala negara. Jadi, sejak
awal telah ditegaskan bahwa haram hukumnya menyerahkan pengelolaan migas pada pihak swasta apalagi
swasta asing. Dari landasan hukum Islam ini, maka Negara wajib mengelola migas secara mandiri dan tidak
tergantung pada pihak asing. Negara wajib mengerahkan segala upaya agar migas dapat dikelola secara
mandiri.

Kesimpulannya, problem krisis nilai tukar mata uang akan terus berulang selama akar masalahnya tidak
dipecahkan yaitu penggunaan mata uang kertas dan ketergantungan ekonomi pada Negara lain. Islam sejak
awal telah menutup peluang terjadinya krisis nilai mata uang ini dengan menerapkan sistem mata uang dinar
(emas) dan dirham (perak) dan berbagai hukum transaksi keuangan yang menutup pintu spekulasi. Islam
juga mewajibkan berbagai kebijakan agar terpenuhi kebutuhan setiap individu masyarakat tanpa bergantung
pada pihak luar. Terapkan sistem Islam, maka krisis moneter akan tinggal kenangan.

Jawab Soal Ekonomi Berkaitan dengan Emas Bersama Amir Hizbut Tahrir : Apa yang
Mempengaruhi Harga Emas, Kenapa Harga Emas Jatuh, Hukum Menyimpan Emas
‫بسم ال الرحمن الرحيم‬
(Rangkaian Jawaban asy-Syaikh al-‘Alim ‘Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah Amir Hizbut Tahrir atas
Berbagai Pertanyaan di Akun Facebook Beliau)

Jawab Soal Ekonomi Berkaitan dengan Emas
Kepada Y.S
Pertanyaan:
‫السلم عليكم ورحمة الله وبركاته‬
Al-‘Alim al-Jalil Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah, hafizhakallâh wa ra’âka.
Pertanyaan ekonomi terkait dengan emas:
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas?
Kenapa harga emas jatuh sejak akhir tahun lalu?
Kenapa terjadi penurunan mendadak kira-kira sebulan lalu?
Dan bolehkah secara syar’i menyimpan emas menggantikan uang kertas dengan tetap dikeluarkan zakatnya
(apakah termasuk kanzu), dan jika boleh apakah hal itu disarankan dari aspek ekonomi?
Barakallâh fika.
Jawab:
‫وعليكم السلم ورحمة الله وبركاته‬
Seperti Anda tahu bahwa dahulu mata uang berupa emas dan perak. Sampai ketika beberapa negara di akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20 mengeluarkan uang kertas, maka itu diback up dengan emas dan perak, yang bisa ditukar kapan saja degan emas dan
perak. Artinya, pemilik uang kertas bisa pergi ke bank negara yang mengeluarkan uang kertas itu dan mengambil gantinya berupa
.emas sesuai dengan nilainya
Keadaan tersebut menjadi kacau selama PD I 1914 dan PD II 1939, khususnya ketika terjadi great depression di Amerika tahun
…1929 dan menyebar ke negara lainnya. Akhirnya penukaran mata uang kertas dengan emas dikenai berbagai batasan
Ketika PD II berakhir pada tahun 1945 dan Amerika keluar menjadi pihak yang paling sedikit kerugiannya, sementara di pihak
lain Eropa, Jerman dan Jepang ditimpa kerugian besar dan kehancuran industri dan bangunan…; sebagian besar emas dimiliki
Amerika pasca perang. Dengan kekuatan militer dan ekonominya, Amerika dalam konferensi Bretton Woods bisa menjadikan
mata uangnya Dolar kertas sebagai back up untuk mata uang negara-negara lain seperti halnya back up emas. Yakni negara-negara
lain bisa mencetak mata uang kertas, jika memiliki emas atau dolar. Saat itu, Amerika menentukan kurs dolar yaitu US$ 35 per

satu troy once emas dan berjanji kepada negara-negara yang memiliki dolar kertas, jika ingin menukar dolar dengan emas, maka
.kursnya sesuai nilai tersebut
Faktor yang membantu Amerika dalam hal itu karena cadangan emasnya cukup atau bahkan lebih dari dolar kertas yang dicetak di
dalam negeri dan luar negeri. Yang penting bagi Amerika adalah memiliki cadangan emas yang mampu memback up dolar di luar
negeri, baik yang dimiliki negara-negara atau individu. Sedangkan dolar kertas di dalam negeri, maka urusannya lebih mudah dari
.dolar di luar negeri

Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui bahwa cadangan emas Amerika tahun 1946, pasca perjanjian Bretton
Woods, nilainya menurut kurs yang ditetapkan di dalam perjanjian itu adalah 20,6 miliar dolar. Sementara
pada saat yang sama dolar kertas di luar negeri yang dimiliki negara-negara dan individu besarnya 6,1 miliar
dolar. Keadaannya tetap bertahan, yakni bahwa Amerika mampu menjamin kurs dolar itu hingga tahun
1960, di mana cadangan emas di Amerika sebanyak 18,8 miliar, semenatra besarnya dolar kertas di luar
negeri sebesar 19,7 miliar. Artinya Amerika hampir-hampir bisa menjamin kurs dolar. Setelah itu, cadangan
dolar di luar negeri mulai lebih besar dari cadangan emas di Amerika.
Akibat mulai jatuhnya back up dolar emas, Amerika meminta bantuan negara-negara utama di dunia untuk menaikkan back up
dolar emas. Maka terjadilah kesepakatan pembentukan Perkumpulan Emas, yang aktifitasnya adalah jika harga emas naik karena
suatu sebab di pasar, bank-bank negara Perkumpulan Emas segera melakukan intervensi dengan menggelontorkan sejumlah emas
tambahan ke pasar untuk mengembalikan harga ke tingkat keseimbangan. Sebaliknya, jika harga emas turun maka bank-bank
tersebut segera membeli sejumlah emas kelebihan itu, sehingga harga emas kembali naik ke tingkat awal.

Perkumpulan ini berlangsung beberapa tahun. Namun secara gradual intervensi ke pasar itu menjadi
bermasalah, khususnya antara tahun 1965 hingga matinya Perkumpulan Emas pada 17 Maret 1968. Hal itu
mengancam cadangan emas negara-negara anggota. Akhirnya Perancis menarik diri pada bulan Juni 1967.
Kemudian segera terjadi krisis (Poundsterling pada musim gugur 1967, lalu krisis emas 1968). Dua krisis itu
menyebabkan kerugian negara-negara Perkumpulan Emas selama enam bulan mencapai 2,5 miliar dolar
emas. Maka diselenggarakan pertemuan di Washington pada 17 Maret 1968 dan diputuskan menghapus
Perkumpulan Emas dan membiarkan harga emas bebas mengikuti kekuatan suply dan demand.
Krisis emas yang disebutkan di atas menyebabkan merosotnya cadangan emas di Amerika dari 14 miliar pada tahun 1965 menjadi
10,48 miliar pada Maret 1968, ketika Perkumpulan Emas dihapuskan. Cadangan emas milik Amerika pada waktu itu merupakan
batas terendah jumlah cadangan untuk krisis yang dinyatakan oleh undang-undang untuk back up emas dalam negeri bagi dolar
(25%). Karena itu Amerika menghapus penukaran dolar milik swasta di luar negeri kepada emas dan penukaran emas hanya untuk
cadangan luar negeri resmi. Jumlah emas yang tersisa di Amerika yang merupakan batas terendah yang disebutkan itu hanya
cukup untuk cadangan resmi luar negeri saja. Artinya back up emas di dalam negeri (25%) telah dihapus. Akan tetapi Amerika
tidak mampu memenuhi penukaran cadangan resmi luar negeri akibat impor dan ekspor oleh sektor swasta. Demikian juga
transaksi sektor umum dalam hubungan internasional dengan pihak lain.
Atas dasar itu, Amerika pada masa presiden Nixon memutuskan penghapusan penuh back up sistem pertukaran dengan emas pada
tahun 1971. Setelah itu, uang kertas tidak lagi memiliki back up yang bisa dipertukarkan baik segera atau bertempo. Bahkan nilai
uang kertas akhirnya hanya ditentukan oleh perekonomian negara-negara yakni oleh neraca pembayarannya, situasi keamanan
negara-negara, krisis-krisis yang melanda, dan spekulasi pasar finansial. Unsur penting penentu lain adalah minyak, mencakup
harga minyak, ancaman keamanan dan kekacauan terhadap sumber-sumber minyak.
Untuk menjelaskan hal itu kami katakan:
Emas sebagai komoditas, setelah tanggal itu, dipengaruhi oleh suply dan demand. Jika suply bertambah, misalnya beberapa negara
menjual sebagian dari cadangan emasnya untuk memperkuat perekonomian, maka harga emas pun turun… Dan jika sebagian
negara atau beberapa individu membeli emas untuk spekulasi tertentu, maka demand bertambah dan harga emas pun naik.
Demikian juga jika batasan-batasan terhadap impor emas dihilangkan atau diperkecil, maka impor dan ekspor menjadi lebih aktif,
kemudian gerakan suply dan demand di pasar meningkat. Hal itu menyebabkan menurunnya harga emas seperti yang terjadi pada
negara-negara teluk pada awal tahun 2011 setelah dihilangkannya bea cukai dari produk kerajinan dan olahan emas dan penyatuan
jaringan antara negara-negara itu yang menyebabkan penurunan harga emas akibat naiknya pergerakan impor dan ekspor emas di
antara negara-negara itu.
Demikian juga jika dolar menurun karena sebab ekonomi, perang atau lainnya, maka masyarakat mengarah untuk menyimpan
emas menggantikan dolar. Negara-negara juga mengubah cadangan devisanya kepada emas menggantikan dolar. Maka demand
terhadap emas meningkat dan harganya pun naik. Jika dolar naik karena perbaikan ekonomi Amerika atau semacamnya, maka

kepercayaan masyarakat terhadap dolar kembali, dan berikutnya mereka menjual sebagian simpanan emasnya sehingga suply
emas meningkat dan mereka menyimpan dolar menggantikan emas, sehingga harga emas pun turun.
Kemudian ada topik minyak. Naik turunnya harga emas hari ini berbanding lurus dengan naik turunnya harga minyak. Setiap kali
harga per barel minyak naik maka harga emas pun ikut naik. Dan setiap kali harga per barel minyak turun, harga emas ikut turun.
Berdasarkan hal itu maka pertanyaan Anda bisa dijawab:
Turunnya harga emas tahun 2012: Terjadi dua kejadian yang menarik perhatian pada tahun itu:

Pertama, perbaikan relatif pada harga dolar setelah sangat tertekan pada beberapa tahun sebelumnya akibat
krisis perekonomian Amerika hasil dari ambruknya pasar properti… Perbaikan harga dolar ini menyebabkan
turunnya harga emas sesuai apa yang telah kami sebutkan di atas di mana harga dolar berbanding terbalik
dengan harga emas…
Kedua, Rusia menjual sekitar 4 ton cadangan emasnya. Itu untuk kali pertama sejak lima tahun terakhir.
Penjualan itu berarti penambahan suply, sehinga ikut andil dalam turunnya harga emas.
Ada sebab-sebab sekunder. Akan tetapi apa yang kami sebutkan di atas yang paling besar pengaruhnya.
Adapun turunnya harga emas tiba-tiba selama bulan Juli 2013, maka itu terjadi pada 19 Juni 2013, di mana gubernur Bank Sentral
Amerika the Fed mengumumkan jadual pengurangan secara gradual program quantitative leasing. Hal itu menyebabkan adanya
dukungan terhadap dolar secara kuat, dan berikutnya harga emas turun sampai pada tingkat di mana harga satu once sekitar 1180
dolar! Harga itu sedikit lebih tinggi dari biaya eksplorasi emas dari tambang, di mana biaya itu antara 1135 – 1150 dolar per once.
Hal itu menyebabkan Bankaj Gupta, direktur perusahaan SMC Comics, mengatakan, “Saya tidak memprediksi turunnya harga
emas di bawah tingkat ini, karena sebab utamanya adalah biaya eksplorasi emas di pertambangan sebesar 1135 – 1150 dolar per
once. Itu artinya, tunrunnya harga emas di bawah angka itu akan mendorong pertambangan menghentikan penambangan dan
menghentikan penawaran di pasar, sesuatu yang menyebabkan naiknya kembali harga emas”.

Ucapan itu benar sampai pada batas tertentu di mana harga emas pada bulan Agustus 2013 kembali naik
sedikit menjadi 1310 dolar per once, meskipun departemen keuangan Amerika Serikat mengurangi program
pembelian obligasi yang mencapai 85 miliar dolar per bulan, yang itu artinya mengurangi penawaran dolar
di pasar dan berikutnya harga dolar naik yang menyebabkan turunnya harga emas. Meski demikian, harga
emas tidak turun dari harga pada bulan Juli 2013, meskipun harga emas tetap turun sedikit mendekati biaya
eksplorasi. Akan tetapi seperti yang dikatakan Gupta, harga emas setiap kali mendekati biaya eksplorasi,
maka sebagian tambang akan mengurangi produksinya dan berikutnya penawaran emas juga turun sehingga
harganya naik meski hanya sedikit …
Adapun pertanyaan Anda tentang menyimpan emas dan perak, sebagai ganti menyimpan uang kertas, maka hukum syara’ terkait
emas tidak berbeda antara emas itu lantakan atau cetakan uang… Menimbunnya bila bukan karena suatu keperluan adalah haram,
meskipun dikeluarkan zakatnya. Ini yang lebih rajih dalam masalah terebut sesuai dalil-dalil syara’ terkait hal itu. Namun jika
menyimpan karena ada keperluan tertentu, seperti Anda ingin membangun rumah atau menikahkan anak Anda…, maka boleh
dilakukan dengan tetap dikeluarkan zakatnya.

Saudaramu
Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah
17 Syawal 1434 H
24 Agustus 2013 M