PENELITIAN transformasional dan efikasi KOLEKTIF

PENELITIAN KOLEKTIF

TEMA:
KORELASI HUKUM, KELUARGA, EKONOMI, PSIKOLOGI
MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN
DI LAPAS NARKOBA GINTUNG TENGAH KABUPATEN CIREBON

Oleh :
Cory Vidiati
Dini Selasi
Subhan
Indah
Adib

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALI
BABAKAN CIWARINGIN C I R E B O N
2018

KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim penelitian dengan tema “Pembinaan Keagamaan di Lembaga
Pemasyarakatan Narkoba Kabupaten Cirebon” dengan segala keterbatasan dan

kesederhanaan telah kami selesaikan.
Kegiatan ini digunakan sebagai salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi yakni penelitian bagi
dosen-dosen untuk meningkatkan kemampuan meneliti di lingkungan sekitar kampus guna
kepentingan pembelajaran seluruh pihak terkait, ini tidak mungkin dapat tersaji tanpa
bantuan dan keterlibatan banyak pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada
Ketua STAIMA Babakan Ciwaringin Cirebon telah memberi kepercayaan kepada kami untuk
melakukan Penelitian ini.
Terima kasih pula kami haturkan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkoba Gintung
Tengah Kabupaten Cirebon beserta Staf, yang telah membantu dan bekerjasama dengan kami
sehingga apa yang kami butuhkan berupa data dan informasi dapat diperoleh dengan baik dan
mudah. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu, begitu juga kepada rekan-rekan dosen yang telah
memberikan dorongan moril dan apresiasi konstruktifnya.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, tegur sapa demi perbaikan di kemudian hari sangat di
nanti, semoga menjadi kebaikan bagi semua, Amin...
Cirebon, 24 Maret 2018
Peneliti

Cory Vidiati dan rekan


DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang .............................................................................. 3

B.

Rumusan Penelitian ...................................................................... 4

C.

Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D.


Metode Penelitian ......................................................................... 5

E.

Sistematika Penulisan ................................................................... 5

BAB II KONDISI OBYEKTIF LAPAS NARKOBA GINTUNG TENGAH
A.

Letak Geografis LAPAS Narkoba Gintung Tengah Cirebon ......... 7

B.

Stuktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan ............................. 9

C.

Struktur DKM Lembaga Pemasyarakatan ................................... 9

D.


Jenis Kegiatan Pembinaan Keagamaan ....................................... 10

BAB III ANALISIS
A.

Kegiatan Pembinaan Keagamaan ................................................ 11

B.

Respon Para Napi Terhadap Pembinaan Keagamaan ................. 12

BAB IV KESIMPULAN
A.

Kesimpulan .................................................................................. 14

B.

Saran ........................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Manusia dalam tatanan kehidupan sosialnya senantiasa di hadapkan pada kenyataan, bahwa
tidak ada manusia yang sempurna, artinya manusia pasti mempunyai kesalahan dan
kekurangan. Dalam kaitan ini manusia seringkali melakukan kesalahan dan pelanggaran
hukum, norma dan adat istiadat sehingga menuntut adanya vonis hukuman dari para penegak

hukum sebagai sarana untuk menginsyafkan dan memperbaiki diri untuk kemudian kembali
lagi pada pangkuan masyarakat normal pada umumnya.
Sebagai satu institusi penegakan hukum di Indonesia, kehadiran Lembaga Pemasyarakatan
(LP) nampaknya menjadi suatu keniscayaan di setiap Kabupaten/kota. Pada Lembaga
Pemasyarakatan (LP) keberadaan program bimbingan rohani nampaknya mendapat proporsi
yang strategis dan signifikan.
Bimbingan keagamaan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didiknya untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani ajaran agama dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.[1]
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik
agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup.[2]
Fenomena yang terjadi di setiap Lembaga Pemasyarakatan (LP) termasuk di Lembaga
Pemasyarakatan (LP) Kuningan ternyata telah lama melakukan suatu upaya bimbingan
keagamaan atau penyadaran kepada para penghuninya (baca Narapidana) berupa kegiatan
bimbingan rohani (Bimroh) Islam, akan tetapi nampaknya belum menunjukan sesuatu
yang berarti. Hal ini ditandai banyaknya mantan narapidana ternyata sekembalinya dari
Lembaga Kemasyarakatan (LP) masih melakukan praktik tindakan yang mencerminkan
seseorang belum bertobat secara benar. Masih dijumpai prilaku malas melakukan kewajiban
shalat lima waktu, meminum minuman keras, berjudi, premanisme dan lain sebagainya.
Maka dipandang perlu untuk meneliti bagaimana proses pembinaan keagamaan dan
bagaimana pula respon dan sikap keagamaan para narapidana selama di Lembaga
Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
B.


Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan rumusan
masalahnya seperti :
1.

Bagaimana proses pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kuningan ?

2. Bagaimana respon dan sikap para Narapidana terhadap pembinaan keagamaan di
Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kuningan ?

C.

Tujuan Penelitian

1. Untuk menggambarkan proses pembinaan keagamaan yang di lakukan di Lembaga
Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.

2. Untuk menjelaskan respon dan sikap para Narapidana terhadap program pembinaan
keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.

D.

Metode, Lokasi, Waktu dan Sumber Data Penelitian

1.

Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif.
2.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
3.

Waktu Penelitian

Waktu dilakukan untuk penelitian ini tergolong singkat, yakni hanya 1 minggu, yaitu tanggal
10 -16 Juni 2011

4.

Sumber Data

a.
Sumber data Primer, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pembinaan keagamaan di
Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
b. Sumber data Skunder, yaitu studi pustaka yang menunjang data-data tertulis, baik berupa
buku, artikel dan sejenis lainnya.
E.

Sistematika Penulisan

Penulisan Laporan ini akan dibagi menjadi empat bab, dimana tiap babnya di bagi
menjadi beberapa sub bab, yaitu :
Bab I : Merupakan Penahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, metode, lokasi, waktu dan sistematika penulisan.
Bab II : Kondisi Obyektif lokasi penelitian yang terdiri dari Letak Geografis, Struktur
Organisasi LP, Struktur DKM atau Lembaga Pembinaan Keagamaan, Jenis Kegiatan
Keagamaan.

Bab III : Analisis, yang terdiri atas analisis terhadap kegiatan pembinaan keagamaan, respon
dan sikap para narapidana terhadap kegiatan pembinaan keagamaan.
Bab IV : Kesimpulan, terdiri atas kesimpulan dan Rekomendasi atau saran kepada instansi
terkait.

BAB II
KONDISI OBYEKTIF LP KUNINGAN
A.

Letak Geografis.

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan terletak di perempatan Cijoho
Kuningan, termasuk Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan, bangunannya tepat
disamping tugu bundar ini. Kata Cijoho berasal dari dua kata yaitu Ciatau cai dalam bahasa
Sunda berarti air dan kata joho adalah nama sebuah pohon yaitu pohon joho. Wilayah ini
dikepalai oleh seorang Lurah. Sebagai Aparatur Negara, Lurah dibantu oleh kepala dusun,
aparatur kelurahan dan hansip. Satu dusun atau kampung biasanya merupakan satu RW
(Rukun Warga) yang membawahi beberapa RT (Rukun Tetangga). RW dipimpin oleh Ketua
RW dan RT dipimpin oleh Ketua Rukun Tetangga (RT).[3]
Batas Wilayah Kelurahan Cijoho Kecamatan Kuningan

·

Di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Kasturi.

·

Di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Purwawinangun.

·

Di sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Kuningan .

·

Di sebelah timur berbatasan dengan desa Ciporang.

Wilayah kelurahan Cijoho didominasi oleh dataran yang rata sedikit berkontur. Keadaan
iklim kelurahan Cijoho dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur
bulanan berkisar antara 18° C - 32° C serta curah hujan berkisar antara 2.000 mm - 2.500 mm
per tahun. Pergantian musim terjadi antara bulan November - Mei adalah musim hujan dan
antara bulan Juni - Oktober adalah musim kemarau.
Untuk mencapai kelurahan Cijoho dari pusat kota Kuningan tidaklah sulit, apalagi kelurahan
Cijoho terletak di perempatan jalan, sehingga banyak jalur angkot yang melewatinya.
Jaraknya dari kota Kuningan kurang lebih 4 km. Kelurahan Cijoho dilewati kendaraan dari
arah kota Kuningan ke daerah timur dan ke daerah utara. Ada empat angkutan umum yang
melewati jalan raya kelurahan Cijoho yaitu:
·

angkot 06 jurusan Pasar baru-Kertawangunan

·

angkot 10 jurusan Pramuka-Kertawangunan

·

angkot 03 jurusan Pasar baru-Cirendang

·

angkot 04 jurusan Pramuka-Cirendang[4]

B.

Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan

Struktur Organisasi yang dimaksud di Laporan ini dibatasi yakni hanya yang berkaitan
dengan Program Bimbingan Rohani Keagamaan saja, yakni sebagai berikut :
1.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) :

Bapak Drs. Moh. Lutfi, Bc.IP. MH.
2.

Kasi Binaadik (Bimbingan Narapidana dan Anak Didik) :

Ibu Sri Setiati, Bc.IP.SH.
3.

Kasubsi Bimaswat (Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan) :

Bapak Wawan Irawan, Bc.IP. SH.
4.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid LP : Bapak Furqon

5.

Kordinator Majelis Taklim LP : Bapak Jaenal Arifin[5]

C.

Struktur DKM / Organisasi Pembinaan Keagamaan

1.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid : Bapak Furqon

2.

Anggota

:

1. Farid Firdaus bin Ma’mun Hayyan
2. Yayan Ahyani bin Aya
3. Musmualimin
4. Jaenudin
5. Tatang Haidar
3. Mubalig Pengisi Acara Majlis Taklim :
1. Bapak Dudung (Kemenag Kab. Kuningan)
2. Ikin Sodikin (Kemenag Kab. Kuningan)
3. Oban Sobani (Kemenag Kab. Kuningan)
4. Ayub Ahmad (Kemenag Kab. Kuningan)
5. Momon Abdurrahman (Yayasan Mahakasih).

D.
1.

Kegiatan Pembinaan Keagamaan
Majlis Taklim
Dilaksanakan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis pada jam 09.00 s.d jam 11.00

2.

Shalat Berjamaah
Setiap sholat wajib yakni Shalat Isa, Subuh. Dhuhur, Ashar, Magrib.

3.

Pesantren Kilat

Dilaksanakan setiap tahun bekerja sama dengan Ponpes Husnul
Kecamatan Jalaksana Kab. Kuningan.
4.

Khotimah

Bimbingan Membaca Al-Qur’an

Dilaksanakan setiap selesai shalat Magrib, bagi mereka yang berminat
bimbingan seni membaca Al- Qur’an.[6]

di lakukan pula

BAB III
ANALISIS
A.

Kegiatan Pembinaan Keagamaan

Agama merupakan tonggak utama bagi kelangsungan hidup insan di dunia. Berkenaan
dengan itu, para napi yang berada di jeruji besi membutuhkan pencerahan rohani sebagai
asasi kelangsungan hidup yang akan dijalaninya selama berada dalam aturan-aturan yang
mengikat. Realitanya siapa pun tidak akan mau berada dalam kondisi seperti itu, namun
ibarat nasi sudah menjadi bubur, apalah daya tangan tak sampai, kesalahan telah dilakukan,
resiko harus di terima.
Dalam pada itu, Lembaga Pemasyarakatan Kuningan memiliki kepentingan untuk
menyampaikan syiar-syiar keagamaan. Baik itu dilakukan oleh unsur intern (petugas
keagamaan), maupun oleh pihak-pihak yang memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi.
Perlu disadari bahwa manusia memiliki dua potensi dalam kehidupannya. Yakni potensi
berbuat baik dan adanya potensi untuk berbuat buruk. Siapapun bisa berbuat khilaf. Tapi
tekad dan kesungguhan hati untuk memperbaiki diri niscaya masyarakat akan memberikan
apresiasi dan kepercayan untuk bisa kembali berada di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu, senantiasa dapat dijadikan semangat dan tekad bagi warga binaan untuk
mengisi hari-hari menjelang bebas dan memperbanyak karya dan cipta yang bermanfaat bagi
sesama, sekaligus sebagai persiapan diri untuk tidak melanggar hukum lagi. Sehingga
menunjang keberhasilan narapidana dalam berintegrasi dengan masyarakat.
Berbagai perubahan juga teryata telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hukum.
Peningkatan kesadaran hukum tersebut juga mengakibatkan peningkatan tuntutan masyarakat
kepada peningkatan hukum yang memberikan kepastian dan pengayoman hukum yang
berintikan keadilan dan kebenaran.
Warga binaan pemasyarakatan yang telah membangun kesadaran dan kesabaran dalam
menjalani proses pembinaan, Percayalah bahwa kesadaran dan kesabaran para
napi merupakan sebuah titik awal yang akan menghantarkannya menuju kehidupan yang
lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya apa yang dilakukan jajaran Lembaga Pemasyarakatan atas dedikasinya dalam
membangun organisasi yang bermartabat, tetap menjaga semangat untuk memberikan
pengabdian yang terbaik dalam mewujudkan cita-cita Lembaga Pemasyarakatan yang dapat
melahirkan generasi-generasi baru yang dapat diterima di tengah masyarakat serta dapat
beribadah sosial perlu di apresiasi secara baik, profesional dan proporsional.
B.

Respon Para Narapidana

Ibarat pepohonan yang ada di padang tandus. Kehausan, kekeringan, berharap hujan datang
sehingga dapat menyejukkan dan melangsungkan kehidupannya. Kalau boleh diibaratkan,
para napi yang berada di terali besi pun menyesal tiada henti. Tak dapat dipungkiri mereka

mengharapkan pencerahan hidup yang dapat menjadikan kesejukan dalam hatinya. Resah,
gelisah, putus asa, berniat bunuh diri, ingin rasanya mati saat ini juga. Namun kesemuanya
itu tidak ada gunanya dilakukan selagi masih ada peluang dan kesempatan untuk menjadi
manusia kedua yang lebih baik dan menjadikan kesalahan saat ini merupakan hikmah yang
tak terhingga.
Agama! Tuhan! Kembali menjadi sandaran mereka. Dengan berserah diri, memohon,
meminta pengampunan, berucap Istigfar, menjadikan mereka memahami; betapa kecil dan
betapa hina dihadapan Allah. Tausiyah diberikan, ibadah sholat ditunaikan secara berjamaah,
lantunan ayat Al-Qur’an di ajarkan oleh jajaran petugas di LP. Disinilah para napi merasakan
kehidupan yang dekat dengan Allah. “Selama saya berada di lapas ini, saya diajarkan betapa
perbuatan yang telah dilakukan itu adalah larangan, dan berefek dosa bagi si pelaku,
bagaimana masyarakat memandang sebelah mata. Renungan-renungan pembinaan
keagamaan yang diberikan menjadikan motivasi, bahwa saya harus bisa menjadi orang yang
lebih baik dan sabar menghadapi masalah yang sedang dijalani.[7]
Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa para Narapidana dan Tahanan menyambut
baik berbagai program pembinaan keagamaan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan
(LP) Kuningan, hal ini dibuktikan dengan partisipasi dan keterlibatan semua Narapidana pada
setiap program keagamaan yang selama ini diselenggarakan dengan tanpa paksaan yang
berarti. Masing-masing narapidana dan tahanan menyadari benar bahwa suasana agamis yang
kondusiflah yang selama ini mereka butuhkan.

BAB IV
K E S I M P U LAN
A.

Kesimpulan

Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah lembaga yang menampung sekumpulan orangorang yang melanggar hukum, baik hukum agama, hukum negara maupun hak azasi manusia.
Banyak faktor yang mempengaruhi para napi berada di jeruji besi tersebut; faktor lingkungan,
pergaulan, kebutuhan, ekonomi, adat kebiasaan dan emosionalitas yang tak terkendali.
Kabupaten Kuningan yang merupakan kota kecil, namun memiliki bangunan tempat dimana
ditampung kelompok orang yang harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Jumlah
Personil Lembaga pemasyarakatan 78 petugas 3 orang Dokter. Sedangkan Jumlah
Narapidana 362 orang, 5 orang diantaranya perempuan, dan Jumlah tahanan 77 orang.
Kegiatan pembinaan keagamaan yang selama ini dilakukan hendaklah dimaknai sebagai
upaya pemulihan kesadaran mental yang sebelumnya telah hilang dari masing-masing
narapidana dan tahanan untuk kemudian siap kembali secara mental ke tengah-tengah
masyarakat dan kehadirannya kelak dapat diterima secara baik-baik.

B.

Saran

1. Kepada Para Narapidana dan Tahanan
Ibarat pepatah “Experience Is The Best Teacher” Pengalaman adalah Guru Yang
Paling Baik”. Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jadikan hasil pembinaan terutama
keagamaan sebagai kekuatan awal dalam menata kehidupan yang lebih baik.
2.

Bagi Jajaran Petugas Lembaga Pemasyarakatan,

Kegiatan pembinaan keagamaan yang selama ini telah dan sedang dilakukan terhadap
para Narapidana dan Tahanan di LP Kuningan ini agar terus lebih ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya, dengan harapan apa yang menjadi Visi Misi dari Lembaga Pemasyarakatan
dapat lebih cepat tercapai. Semoga ketulusan anda dalam bekerja dapat memotivasi para
Narapidana dan Tahanan untuk dapat dengan mudah mengikuti pada setiap programnya.
3.

Pihak Terkait

Kepada pihak-pihak terkait; Departemen Hukum dan Ham RI, Kementerian Agama,
Yayasan Mahakasih, Pondok Pesantren Husnul Khatimah Jalaksana- Kuningan agar terus
menjaga kemitraan yang selama ini telah berjalan baik sehingga terwujudnya suasana

kondusif dalam proses pelaksanaan Pembinaan Keagamaan di Lingkungan Lembaga
Pemasyarakatan Kuningan.

DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin , 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Rosdakarya. Bandung
Wirawan Sarlito, 1992, Menuju Keluarga Bahagia, Karya Aksara. Jakarta
M. Daud Ali, 2002, Pendidikan Agama Islam. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Wawancara Dengan Ketua Lapas Kuningan, tgl 16 Juni 2011
Wawancara Dengan Narapidana Lapas Kuningan, tgl 16 Juni 2011