Dampak Inflasi Pendidikan dan Kesehatan

1

Dampak Inflasi, Kesehtan, dan pendidikan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Benediktus Evan Purnama 2010-013-020
Raden Gusti Nugroho 2011-013-011
Martinus Christian Mbui 2013-013-022

2

PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi middle income country mengalami pertumbuhan
yang tinggi hal terlihat dari pertumbuhan GDP middle income country
sekittar 4,9 % pada tahun 2012. pertumbuhan ekonomi middle income
country disebakan terjadinya krisis ekonomi pada Negara eropa
sehingga investor menanamkan modal di Negara middle income country
yang memiliki potensi ekonomi yang besar di masa depan, mereka
memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia sebagai kekuatan
daya beli dan tenaga kerja yang murah dan terampil
Pertumbuhan ekonomi middle income yang tinggi yang disebakan oleh

sumber daya manusia yang murah dan terampil(SDM) dan kekuatan daya
beli.Pertumbuhan ekonomi ekonomi middle income akan berkesinambungan
jika negara mampu mengembangan SDM dan tingkat daya beli.Negara yamg
memiliki good governance yang baik akan mengembangan SDM. Negara yamg
memiliki good governance dapat menjaga stabilitas inflasi agar tidak
mempegaruhi daya beli.
Kesehatan merupakan hal yang mempegaruhi besarnya pertumbuhan
ekonomi.Kesehatan yang baik dari masyarkat suatu negara membuat
masyarakat akan lebih produktif.Masyarakat yang sehat cenderung
memiliki life expectancy yang lebih panjang dan memiliki produktif
yang tinggi akan mendorong saving dan akumulasi modal sehingga
meningkatkan pertumbuhan.Akses masyrakat atas kesehatan masyarakat
dapt ditingkatkan dengan memberikan subsidi pada fasilitas kesehatan
Pendidikan merupakan hal yang mempegaruhi pertumbuhan ekonomi
.pendidikan dapat meningkatkan human capital. Hal ini dikarenkan
pendidikan
meningkatkan skill , knowledge sehingga dapat mendorong
tingkat produktivitas tenaga kerja.Ekonom menyadari bahwa investasi
dalam pendidikan lebih memiliki return yang tinggi untuk masa depan
dibandignkan dengan konsumsi.Ekonom percaya bahwa “ impressive rise “

Pada pendapatan perkerja pada negara industry disebakan tumbuhnya
human capital dan Negara lower income disebutkan tidak mencukupinya
investasi pada pendidikan (manusia).
Ekonom liberal telah mengembangkan kerangka good governance sebagai
penguatan
pasar
pemerintahan,
dengan
fokus
pada
kemampuan
pemerintahan yang mengurangi biaya transaksi dan memungkinkan pasar

3
untuk bekerja lebih efisien. Sebaliknya, ekonom heterodoks telah
menekankan peran pertumbuhan meningkatkan governance, yang berfokus
pada kapasitas tata kelola untuk mengatasi kegagalan pasar bercokol
dalam mengalokasikan aset, memperoleh meningkatkan produktivitas
teknologi dan memelihara stabilitas politik dalam konteks
transformasi sosial yang cepat


LITERATUR REVIEW
Sejumlah studi empiris telah membuat jelas pentingnya matriks
institusional (lihat Knack dan Keefer, 1995). Matriks institusional
yang luas terdiri struktur insentif yang akan menentukan kuantitas
dan kualitas investasi.Kuncinya adalah bagaimana caranya agar
institusi tidak akan menghambat proses perubahan kelembagaan dan
ekonomi.lembaga-ekonomi dan politik telah menjadi penghalang utama
bagi pembangunan, masih merupakan kendala utama bagi dunia ketiga dan
ekonomi transisi
Shalendra

D.

Sharma

dalam

Taiwan Journal of Democracy (et.al)


Kemampuan untuk merespon secara efektif terhadap
tantangan-tantangan ini banyak tergantung pada sumbangan
kelembagaan masing-masing negara. Membangun dan memperkuat
institusi hibah ini merupakan prasyarat untuk pemerintahan yang
baik, karena perkembangan ekonomi yang berkelanjutan adalah
mustahil tanpa pemerintahan yang baik.
mengatakan

Pertumbuhan yang cepat itu memerlukan intervensi pelengkap
pertumbuhan yang dapat ditingkatkan oleh negara-negara dan kemampuan
pemerintahan untuk memastikan bahwa peraturan dilaksanakan secara
efektif (Aoki, Kim dan Okuno-Fujiwara, 1997; Khan dan Jomo, 2000).
Hal ini dikarenakan negara menciptakan insentif dan kesempatan untuk
membantu alokasi sumber daya atau akuisisi teknologi, pasar sendiri
mungkin juga tidak cukup sebagai mekanisme pendisiplinan. Kapasitas
Pemerintahan sekarang diminta untuk memastikan bahwa masalah moral
hazard
tidak
menumbangkan
strategi

pertumbuhan
meningkatkan.
Persyaratan pemerintahan yang tepat tergantung pada mekanisme khusus
melalui mana upaya negara untuk mempercepat akuisisi teknologi dan
investasi
Knack tim IRIS Stephen di University of Maryland mengkompilasi
indeks mereka menggunakan penilaian risiko negara berdasarkan
tanggapan dari konstituen yang relevan dan pendapat pakar (IRIS-3,
2000). Ini memberikan ukuran kualitas tata kelola penguatan pasar
untuk satu set luas negara dari awal 1980-an dan seterusnya. Ini

4
kumpulan data menyediakan indeks untuk sejumlah variabel kunci yang
mengukur
kinerja
negara
dalam
memberikan
penguatan
pasar

pemerintahan. Lima indeks yang relevan dalam set data untuk 'korupsi
dalam pemerintahan', 'rule of law', 'kualitas birokrasi', 'penolakan
kontrak pemerintah', dan 'risiko pengambilalihan'. Indeks ini
memberikan ukuran sejauh mana pemerintahan mampu mengurangi biaya
transaksi terkait yang dianggap perlu untuk pasar yang efisien
Dalam data cross-section dan times series regresi Fischer (1993)
and De Gregorio (1993)menemukan adanya hubungan negative inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Inflasi dan pertumbuhan yang berkorelasi positif
ketika tingkat inflasi rendah sekitar 2%-3%. Sebaliknya, inflasi dan
pertumbuhan berkorelasi negatif, tetapi hubungan ini convex, sehingga
penurunan pertumbuhan terkait dengan peningkatan dari 10 persen
menjadi 20 persen inflasi jauh lebih besar daripada yang terkait
dengan bergerak dari 40 persen menjadi 50 persen. mereka menemukan
bahwa hubungan inflasi pertumbuhan negatif jelas di kedua waktu dan
cross-section data itu berkorelasi negative.
GOMME (1993)mengkaji hal yang serupa dengan yang ditentukan oleh
Cooley dan Hansen, yaitu, peningkatan inflasi menyebabkan hasil
penurunan lapangan kerja. Menurut penelitian GOMME itu, alokasi
efisien memenuhi syarat bahwa nilai marjinal unit terakhir dari
konsumsi saat ini sama dengan biaya marjinal unit terakhir dari

pekerjaan. Kenaikan inflasi mengurangi nilai marjinal unit terakhir
hari ini konsumsi, sehingga mendorong masyarakat untuk bekerja
kurang.
Pendidikan telah lama dipandang sebagai penentu penting dari
kesejahteraan ekonomi. Literatur Pertumbuhan teoritis menekankan
setidaknya tiga mekanisme melalui mana pendidikan dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Pertama, pendidikan dapat meningkatkan modal
manusia yang melekat dalam angkatan kerja, yang meningkatkan
produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan sehingga transisi menuju
tingkat ekuilibrium output yang lebih tinggi (seperti dalam augmented
teori pertumbuhan neoklasik, lih. Mankiw et al. (1992)). pendidikan
dapat meningkatkan kapasitas inovatif ekonomi, dan baru pengetahuan
tentang teknologi baru, produk, dan proses mendorong pertumbuhan
(seperti dalam teori pertumbuhan endogen, lih., misalnya, Lucas
(1988), Romer (1990), Aghion dan Howitt (1998)).
Kesehatan sebagai Penentu Utama Pertumbuhan Ekonomi .Adriaan van
Zon dan Joan Muysken mengembangkan model pertumbuhan endogen
berdasarkan Lucas (1988) dan van Zon dan Muysken (2001). Model ini
menunjukkan bagaimana ketentuan dari pelayanan kesehatan mempengaruhi
tingkat perekonomian terhadap pertumbuhan. Kesehatan, Human Capital

dan Pertumbuhan Ekonomi: A Schumpeter Perspektif, Peter Howitt
mendirikan sebuah model sederhana dari "Schumpeter" teori pertumbuhan
berbasis inovasi yang berisi enam saluran yang berbeda melalui mana
peningkatan kesehatan penduduk suatu negara akan mempengaruhi
pertumbuhan jangka panjang sebuah county kinerja.

5

METODOLOGY
Negara

Ratio Anggaran
kesehatan/penduduk

Inflasi

GDP/penduduk

Arab Saudi
Afrika Selatan

Australia
Brunei
Darussalam
Cambodia
Egypt, Arab Rep.
India
Indonesia
Korea Selatan
Lao PDR
Malaysia
Myanmar
Philippines
RRC
Singapore
Thailand
Timor-Leste
Turki

758
689


19.8
5.5
1.6
0.8

20,778

1.5
10.1
8.2
4.5
1
3.5
0.8
10
1.8
1.8
2.1
1.3

9.1
6.8

100
993
68

137
59
95

1,616
37
346
46
899

278
233
202

46
696

pendidikan(completed
primary)
106

7,508
51,709

122

41,127

120

946

90

946

98

1,489

97

3,557

108

22,590

101

1,233

93

10,381

109

1233

104

2,588

92

6,091
1200

121

5,474

95.7

1,068

72

6,511

100

governance
effevtiveness

-0.43
0.37
0.87
1.12
-0.44
-1.29
-1.20
-0.82
1.23
-0.91
1.00
-1.64
0.00
0.12
2.16
0.10
-1.13
0.41

Data yang digunakan merupakan data dari 19 negara yang berada di
Asia
pasifik.Data
memiliki
proporpsi
yang
diklasifikasikan
berdasarkan pendaptan per capita. Negara high income sebesar 26%
Negara upper middle income 27% ,dan Negara lower middle income
47%.Data penelitian 19 Negara Asia Pasifik ini memiliki mean GDP per
cap $ 9,896 ,mean inflasi tahunan 5,3%.
Data disusun dengan mengunakan table cross-section dengan 1
variable dependent GDP/capita dan 4 variable independent. Analisa
dampak variable independent terhadap variable dependent mengunakan
multiple regression (OLS).
INDIKATOR

SIMBOL

SUMBER DATA

GDP Per CAPITA**
INFLASI
COMPLETED PRIMARY SCHOOL

GDPCAP
INFL
PRIMARYSCHOOL

WORLD BANK INDICATOR
WORLD BANK INDICATOR
WORLD BANK INDICATOR

6
EXPENDITURE HEALTH Per CAPITA
GOVERNMENT effectiveness

EXPHEALTH
GOVEFFECT

WORLD BANK INDICATOR
WORLD GOVERNMENT INDICATOR

Nilai residue (e) dari variable ini memiliki probability 5,7% dengan
jarque-bera 5,73 sehingga data dapat disebut distribusi normal
sehingga data ini dapat lakukan uji t-stat. tingkat heteroskedasitas
menujukan probalitas niali t-stat dari uji breusch-pagan-godfrey
ialah 23,27% dengan nial t-stat 1,62 ,hal ini menunjukan bahwa model
ini homoskedasitas.
Grafik resid01 menujukan secara visual bahwa sebaran residue
tidak memiliki pola yang jelas (tidak berpola).secara visual
menunjukan bahwa standar deviasi dari residue homoskedasitas.
RESID01
40,000
30,000
20,000
10,000
0
-10,000
-20,000
2

4

6

8

10

12

14

16

18

Model ekonometrika yang digunakan untuk mengnalisa korelasi
pendidikan ,pengeluaran kesehatan, government effectiveness dan
inflasi terhdap GDP per capita mengunakan model linear.
GDPCAP=f(C,infl,GOVEFFECT, EXPHEALTH, PRIMARYSCHOOL)

GDPCAP = α + β0 infl + β1 GOVEFFECT + β2 EXPHEALTH + β3
PRIMARYSCHOOL ( linear 1.1)

Model ekonometrika yang digunakan untuk menganlisa korelasi
pendidikan ,pengeluaran kesehatan, government effectiveness dan
inflasi yerhdap pertumbuhan ekonomi mengunakan model log-linear

7
log(GDPCAP)=f{(C,log(infl,GOVEFFECT,log( EXPHEALTH), log(PRIMARYSCHOOL)}
log-linear(2.1)

log(GDPCAP) = α + β0 log(infl) + β1 GOVEFFECT + β2 log(EXPHEALTH) +
β3 log(PRIMARYSCHOOL) log-linear(2.1)

Model ekonometrika yang digunakan untuk menganalisa korelasi
government effectiveness dan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi
mengunakan model log-linear
Log(gdpcap)= f{(C,GOVEFFECT, log(PRIMARYSCHOOL)} dibobot dengan residue^2

log(GDPCAP) = α + β0 GOVEFFECT + β2 β3 log(PRIMARYSCHOOL) log-linear
(2.2)

Presentasi Hasil dan Diskusi
Tabel Regresi 1.1

1, INFL

,
,

GDP/capita
-272.3113***
(89.20958)

2, GOVEFFECT,

-1386.461
(890.6811)

3, EXPHEALTH,

11.65281***
(0.380395)

4, PRIMASCHOOL, 715.0146***
53.28867
6

C

R2

, -6.56E+04***
(4862.855)
, 0.463718

*significant α=10%
** significant α=5%
*** significant α=1%
Tabel Korelasi 1.2

8

GDP_PENDU
DUK
GOVERNANC
E_EFFEVTIVE
NESS
INFLASI
PENDIDIKAN_
COMPLETED
_PRI
RATIO_ANGG
ARAN_KESE
HATAN

GDP_PENDUDU
K

GOVERNANCE_EFFEV
TIVENESS

INFLASI

PENDIDIKAN_CO
MPLETED_PRI

RATIO_ANG
GARAN_KE
SEHATAN

1.000000

0.489438

-0.204737

0.599338

0.405783

0.489438

1.000000

-0.557171

0.610961

0.507194

-0.204737

-0.557171

1.000000

-0.188562

-0.158055

0.599338

0.610961

-0.188562

1.000000

0.158743

0.405783

0.507194

-0.158055

0.158743

1.000000

Tabel korelasi 1.2 menujukan model linear (1.1) tidak memiliki
multikolinearitas .Multikolinearitas dapat dideteksi dengan analisa
korelasi. Pada table korelasi 1.2 menunjukan tidak korelasi yang
melebihi rule of thumb 0,7. Hal ini memungkinkan kemampuan untuk
menolak hipotesis awal (H0) lebih besar.
Tabel korelasi 1.2 menunjukan inflasi berdampak negative terhadap
semua variable .Inflasi berkorelasi negative 0,21 terhadap GDP per
capita . completion primary berkorelasi positif positive 0,6 terhdap
GDP per capita. Health expenditure berkorelasi positif 0,4 terhadap
GDP per capita. Government effectiveness
berkorelasi positif 0,49
terhadap GDP per capita. Hal ini menujukan variable completion
primary,
health
expenditure,
dan
government
effectivennes
berkorelasi 50% dalam perbaikan tingkat GDP per capita.
Tabel regresi 1.2 memiliki goodness of fit (R 2) 50% Hal menunjukan
model linear(1.1) dapat menjelaskan 50% tetang fenomena variasi GDP
per capita di Asia Psifik.tingkat inflasi terhadap GDP per capita
sebesar -272,3 hal ini menunjukan peningkatan 1% dari inflasi
menurukan
GDP
per
capita
di
wilayah
Asia
Pasifik
sebesar
$273,3.peningkatan 1% dari primary completion (persentase siswa
menyelesaikan pendidikan dasar) meningkatkan $715 ,01 di wilayah Asia
pasifik .Pengeluran pemerintah terhadap kesehatan memiliki pengaruh
positif terhdap GDP per capita,kenaikan $1 Pengeluran pemerintah
terhadap kesehtan meningkatkan GDP per capita sebesar $ 11,65 .Nilai
autonomous (dasar) jika semua variable 0 ialah
$-65.600 untuk
tingkat GDP per capita wilayah Asia Pasifik

9
Tabel Regresi 2.1
Log(GDPCAP)
-0.304718***

LOG(INFL)

(0.055201)
GOVRNEFFECT

-0.23253
(0.2316)

LOG(EXPHEALTH)

0.609401***
(0.086972)

LOG(PRIMARYSCHOOL)

4.448333***
(0.747181)

C

-15.08833***
(3.614837)

R2

0.570362

significant α=10%
** significant α=5%
*** significant α=1%
Tabel Korelasi 2.2
LOG

GDPCAP

HELATHEXPEND

INFLASI

1
0.55988
0.646824
-0.426147

GOVRNEFFE
CT
0.55988
1
0.632872
-0.690673

0.646824
0.632872
1
-0.373092

-0.426147
-0.690673
-0.373092
1

PRIMARYCOM
PLE
0.548734
0.585432
0.33095
-0.291901

GDPCAP
GOVRNEFFECT
HELATHEXPEND
INFLASI
PRIMARYCOMPLE

0.548734

0.585432

0.33095

-0.291901

1

Tabel
korelasi 2.2 menujukan model log-linear (2.1) tidak
memiliki multikolinearitas .Multikolinearitas dapat dideteksi dengan
analisa korelasi. Pada table korelasi 2.2 menunjukan tidak korelasi
yang melebihi rule of thumb 0,7. Hal ini memungkinkan kemampuan untuk
menolak hipotesis awal (H0) lebih besar.
Tabel korelasi 2.2 menunjukan inflasi berdampak negative terhadap
semua variable. Log inflasi berkorelasi negative 0,4 terhadap log GDP
per capita. Log completion primary berkorelasi positif positive 0,6
terhadap log GDP per capita. Log Health expenditure berkorelasi
positif 0,6 terhadap log GDP per capita . Government effectiveness

10
berkorelasi positif 0,6 terhadap
log GDP per capita. Hal ini
menujukan variable INFL, health expenditure, completion primary dan
government effectivennes
berkorelasi 60% dalam meningkatan
perubahan GDP per capita capita.
Tabel regresi 2.1 memiliki goodness of fit (R 2) 60% Hal menunjukan
model log-linear(2.1) (dapat menjelaskan 60% tentang fonemena variasi
peningkatan perubahan GDP per capita di Asia Psifik.Perubahan
inflasi
menyebabakan
perubahan
GDP
per
capita

0,3%
ini
mengindikasiakan peningkataninflasi akan mengurangi GDP per capita
sebesar
di
Asia
Pasifik.Hal
ini
menujukan
inflasi
memiliki
inelastisitas terhadap GDP per capita di Asia pasifik. Pengeluran
pemerintah terhadap kesehatan menyebakan perubahan 0,6% terhadap
perubahan GDP per capita memiliki inelastisitas terhadap perubahan
GDP per capita.
completion primary (persentase siswa menyelesaiakan pendidikan
dasar)menyebakan
perubahan
GDP
per
capita
4,4%,
hal
ini
mengindikasikan pendidikan bepegaruh besar dalam peningkatan GDP per
capita karena mempunyai elatisitas yang besar terhadap perubahan GDP
per capita . Nilai autonomous (dasar) jika semua variable 0 ialah
-15% untuk perubahan GDP per capita wilayah Asia Pasifik. Government
effectiveness tidak signifiaknt untuk peninkatan untuk model loglinear(1.1)
Pada dua model linear(1.1) dan model log-linear(2.1) Government
Effectiveness insignificant .Menurut literature Aoki, Kim dan OkunoFujiwara, 1997; Khan dan Jomo, 2000 menyatakan pemerintahan yang
efektif akan meningkatkan pelengkap pertumbuhan.Kami mencoba untuk
membuat model log-linier (2.2)model pertama mengunakan OLS (loglinear) tanpa pembobotan
dengan u2 .Kedua kami mengunakan OLS(Loglinear) dengan pembobotan u2 .Hasil F-stat model tanpa pembobotan u2
4,433227 .Model dengan pembobotan u2
memiliki
F-stat
23,69446.
Model dengan pembobotan u2
lebih baik untuk menjelaskan hubungan
Government effectiveness dan primary completion terhdap perubahan GDP
per capita

Tabel Regresi 2.3

11

Not Weighting series: u^2

,

log(GDP/capita)
0.473105*
(0.230925)

1, GOVEFFECT,

2, LOG(PRIMARYSCHOOL ),
3,

C

3.666793***
(1.081528)
-8.611568
(4.97931)

R2

, 0.387749

*significant α=10%
** significant α=5%
*** significant α=1%

Weighting series: u^2
Weight type: Variance (average scaling)

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

GOVEFFECT

0.950115
8.413493
-30.24956

0.135942
2.598354
11.91012

6.989120
3.238008
-2.539821

0.0000
0.0060
0.0236

LOG(PRIMARYSCHOOL)
C

Weighted Statistics
R-squared

0.771946

Mean dependent var

5.826299

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

2.076056
3.888578
2.126366

Prob. F(2,14)
Prob. Chi-Square(2)
Prob. Chi-Square(2)

0.1623
0.1431
0.3454

12
Model log-linear(2.2)tanpa pembobotan u2 memiliki heterokedasitas
yang menyebabkan standar error dari model Model log-linear(2.2)tanpa
pembobotan u2 menjadi lebih besar.Model log-linear(2.2) ( dengan
pembobotan u2 tidak memiliki heterokedasitas , hal ini dapat
didektesi dengan uji Breusch-Pagan-Godfrey memiliki F-stat 2,076 prob
16% .
Kami mengunakan model log-linear(2.2) ( dengan pembobotan u2 )
dipilih untuk melihat pengaruh government effectiveness terhdap
perubahan GDP per capita di Asia Pasifik .Membaiknya 1% indeks dari
kaufman (government effectiveness )akan meningkatkan 0,9% GDP per
capita di Asia Pasifik.Completion primary ( persentase siswa
menyelesaikan pendidikan)memiliki hasil yang sama pada model linear
(1.1)dan model lof-linear(2.1) elatisitas yang lebih besar dari
1.Nilai autonomous (nila dasar)
KESIMPULAN.
Sembilan belas negara yang berada Asia Pasifik yang menjadi sampel
ialah middle-income country memiliki pertumbuhan di sekitar 4,9% hal
didukung oleh perbaikan disektor pendidikan ini terlihat pada model
log-linear (2.1) yang memiliki elastisitas yang besar untuk
meningkatkan perubahan GDP per capita.Inflasi sebgai penghambat
middle country untuk meningkatkan perubahan GDP per capita.
Government effectiveness Memiliki kontribusi untuk baik untuk
mengedalikan inflasi hal ini terlihat dari table korelasi 2.1
berkorelasi -0,6 .
Pengeluaran pemerintah pada kesehatan berdampak cukup besar
terhadap
perubahan
GDP
per
capita.Pada
model
(2.1)
dampak
meningkatkan perubahan GDP dengan elastisitas 0,6 .Government
effectvenessmemiliki elastisitas yang hampir elastis dengan koefisien
sebesar 0,95 terhadap GDP percapita. Pedidikan ,kesehatan dan
kestabilan ekonomi dengan mengunakan indikator inflasi dampak
meningkatkan perubhan GDP per capita.

13

DAFTAR PUSTAKA
Goka,Vikesh dan hanif,Subrina, RELATIONSHIP BETWEEN INFLATION AND
ECONOMIC GROWTH,working paper, Reserve Bank:Fiji
E A Hanushek, dan L Wo¨ ßmann, Education and Economic
International Encyclopedia of Education, Oxford: Elsevier

Growth,

D. Sharma,Shalendra , Democracy, Good Governance, and Economic
Development, Taiwan Journal of Democracy, Volume 3, No.1: 29-62
MARY M. SHIRLEY,HANDBOOK OF NEW INSTITUTION ECONOMICS,buku,springer:oxford

Guillem
López-Casasnovas
,The
role
of
health
on
economic
growth,working paper, Dept. of Economics and Business, Univ.
Pompeu Fabra
Doddy Ariefinato,moch,
eviews,erlagga:Jakarta

ensensi

dan

aplikasi

dengan

mengunakan