optimaslisasi dan kelompok dan tani

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITIAN DOSEN MUDA

ANALISIS KONVERGENSI FUNGSI-FUNGSI KELOMPOK TANI TANAMAN

PANGAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KOTA PADANG

Oleh

NURAINI BUDI ASTUTI, SP, MSi

NIDN 0019017803

Pembimbing

Dr. Ir. FAIDIL TANJUNG , MSi

NIDN.0011106706

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2014, sesuai dengan

Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 14/UN.16/PL/DM/I/2014, Tanggal 28 Mei 2014

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN 2014

PENELITIAN DOSEN MUDA HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Analisis Konvergensi Fungsi-Fungsi Kelompok Tani Tanaman Pangan dalam Pembangunan Pertanian Di Kota Padang

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 186/Penyuluhan Pertanian Ketua peneliti

a. Nama

: Nuraini Budi Astuti, SP, MSi

b. NIDN

c. Jabatan Fungsional

: lektor

d. Prodi

f. Alamat surel (email)

: astuti_1901@yahoo.co.id

Biaya Penelitian

: RP. 12.500.000

Padang, 12 November 2014 Ketua Peneliti

Nuraini Budi Astuti, SP, MSi

Mengetahui

Dekan Pembimbing

Dr. Ir. Faidil Tanjung, MSi Prof. Dr. Ir. Ardi, MSc

NIP.19671011994121001 NIP. 195312161980031004

Menyetjui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Prof. Dr. Herwandi, M.Hum NIP. 196209131989011001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya laporan akhir penelitian yang dibiayaai oleh dana DIPA Universitas Andalas ini. Ucapan terimakasih ditujukan kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian dan Pembimbing yaitu Bapak Dr. Ir. Faidil Tanjung, MSi, yang telah memfasilitasi peneliti dalam mendapatkan dana bantuan penelitian sehingga penelitian ini dapat terselenggara dengan baik. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada semua responden atas kesediaan dan kerjasamanya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini, yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, penuliskan ucapkan terimakasih banyak. Semoga kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah bagi kita semua, amin.

Penelitian dengan tema dinamika kelompok tani ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Penyuluhan. Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dalam tulisan ini, oleh karena itu kritik dan masukan yang membangun sangat kami harapkan.

Padang, 12 November 2014 Ketua Tim penelitian

Nuraini Budi Astuti, SP, MSi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik pelaksanaan kegiatan fungsi pembelajaran ................................ 17 Gambar 2. Grafik pelaksanaan kegiatan untuk fungsi kerjasama .......................... 19 Gambar 3. Grafik pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi ........................... 21 Gambar 4. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian ......................... 23

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian yang merupakan bagian dari pembangunan nasional menempatkan petani sebagai pelaku utama sesuai dengan amanat UU SP3K no 16 tahun 2006. Sebagai pelaku utama tentu saja petani menjadi faktor penentu dalam menyukseskan program-program dalam pertanian pertanian. oleh karena itu pembinaan dan pemberdayaan petani perlu terus dilakukan melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Salah satu upaya yag dilakukan oleh pemerintah untuk memberdayakan petani adalah dengan mendorong petani untuk berkelompok atau membentuk kelompok-kelompok tani. Berbagai program pemerintah terutama dibidang pertanian hanya bisa diakses oleh petani melalui kelompok tani. Tidak hanya di Sumatera Barat kebijakan seperti ini telah diterapkan melalui kebijakan nasional.

Banyak hal positif yang bisa dicapai oleh petani melalui kelompok tani, salah satu yang paling penting adalah meningkatkan atau memperkuat posisi tawar petani. Jika petani memiliki organisasi yang kuat maka petani tidak saja hanya akan menjadi price taker namun akan menjadi price maker. Krisnamurti (2008) menambahkan bahwa petani atau kelompok petani yang memiliki jaringan komunikasi dan interaksi lebih luas dengan kelompok, maupun kelembagaan lain yang terkait, akan lebih sering terjadi pertukaran informasi sehingga mempunyai modal sosial tinggi dan mempunyai peluang untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya.

Hal tersebut di atas hanya akan bisa tercapai jika kelompok-kelompok tani yang ada telah dapat menjalankan fungsinya dengan efektif. Menurut Hariadi (2011), kelompok tani memainkan fungsi sebagai: wadah pembelajaran, unit produksi, unit kerjasama dan unit usaha. Keberhasilan kelompok tani dalam menjalankan fungsinya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal kelompok seperti motifasi, interaksi, kohesifitas, self efficacy, norma kelompok dan faktor kepemimpinan, namun faktor eksternal seperti pembinaan oleh petugas penyuluh dan pamong desa atau aparat pemerintahan juga turut mempengaruhinya.

Paradigma pembangunan pertanian perlu mengalami pergeseran dari yang bersifat top down menjadi buttom up, dari yang berorientasi produksi saja menjadi Paradigma pembangunan pertanian perlu mengalami pergeseran dari yang bersifat top down menjadi buttom up, dari yang berorientasi produksi saja menjadi

B. Rumusan Masalah

Sampai tahun 2013 Kota Padang telah terdaftar sebanyak 268 kelompok tani yang tersebar di sembilan kecamatan. Berbagai program pembangunan pertanian telah dilaksanakan dengan menjadikan kelompok tani sebagai penerima program seperti RPKPL, PUAP, GPP dan GERNAS Kakao. Beberapa kajian memperlihatkan data bahwa tidak semua program dapat berhasil dengan baik. Begitu juga dengan aktifitas kelompok tani hanya tampak ketika ada program saja. Secara umum dorongan pemerintah untuk terbentuknya kelompok tani masih tampak pada jumlah kelompok tani yang meningkat, namun secara kualitas belum bisa mendorong petani untuk aktif dalam kegiatan kelompok.

Hal di atas secara umum tergambar dari beberapa kelompok tani yang pernah diwawancarai. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada saat prasurvei kepada ketua Gapoktan Indarung Sepakat mengatakan bahwa kelompok tani yang dipimpinnya telah mendapatkan begitu banyak bantuan dari pemerintah seperti dana PUAP namun pengembaliannya ternyata macet karena hampir semua anggota yang menerima dana tidak mengembalikan atau mencicil. Terakhir mereka mendapatkan bantuan bibit kakao melalui prgram Gernas Kakao, namun yang ditanam oleh anggota kelompok tidak sampai 100 batang, karena anggota kelompok tani beralasan mereka sibuk dengan pekerjaaan lain dan tidak ada dana dan tenaga untuk menanam. Kegiatan kelompok hanya terlihat pada saat ada program saja, jika program dari pemerintah tidak ada, maka kelompok menjadi fakum.

Permasalahan yang hampir sama dihadapi juga oleh Kelompok Tani Pulau Sakato di Kecamatan Lubuk Kilangan, wawancara dengan ketua kelompok menyatakan bahwa kelompok ini tiga bulan terakhir tidak mempunyai kegiatan apapun bahkan pertemuan rutin juga tidak. Ketua kelompok menjelaskan bahwa kelompok ini hanya aktif jika sedang ada program.

Kodisi di atas kemudian memuncukan pertanyaan bagaimana kondisi kelompok tani yang sesungguhnya? apakah fungsi-fungsi kelompok tani telah Kodisi di atas kemudian memuncukan pertanyaan bagaimana kondisi kelompok tani yang sesungguhnya? apakah fungsi-fungsi kelompok tani telah

Berdasarkan permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian untuk mencari tahu bagaimana kondisi kelompok tani yang sesungguhnya, sehingga bisa dirumuskan sebuah strategi penguatan kelompok untuk mengefektifkan fungsi kelompok agar dapat berperan banyak dalam pembangunan pertanian. Untuk itu perlu penelitian lebih dalam untuk mencari gambaran bagaimana kondisi sesungguhnya dari kelompok tani yang ada dikota Padang ini, sehingga kajian mengenai pelaksanaan dari fungsi kelompok ini menjadi penting. Oleh karena itu

penelitian ini diberi judul “Analisis Konvergensi Fungsi-fungsi Kelompok Tani Tanaman Pangan Perkotaan dalam Pembangunan Pertanian di Kota Padang

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pelaksanaan fungsi kelompok tani di Kota Padang

2. Menganalisis permasalahan dalam kelompok tani di Kota Padang

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk bidang kajian yang sejenis, penelitian ini memberikan tambahan informasi mengenai dinamika kelompok tani khususnya di Kota Padang.

2. Memberikan informasi kepada pemerintah yang dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menyusun program-program pembangunan pertanian

E. Luaran Penelitian

1. Terbitnya artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal nasional atau prosiding pada seminar nasional

2. Sebagai salah satu sumber untuk menyusunan bahaan ajar pada Mata Kuliah Dasar-dasar Penyuluhan di Fakultas Pertanian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian adalah proses dinamis untuk meningkatkan kemampuan (sektor) pertanian dalam menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat (pasar), dengan menggerakan segenap daya mampu manusia, modal, organisasi, teknologi dan pengetahuan untuk memanfaatkan sekaligus melestarikan sumber daya alam guna menamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup petani dan bangsa (masyarakat nasional). dengan kata lain, pembangunan pertanian adalah usaha sadar untuk mentransformasikan pertanian tradisional menjadi pertanian maju, yang produktifitasnya terus-menerus meningkat (Sumintaredja, 2001)

Kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di suatu negara tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang di cirikan adanya keterbukaan ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas, akan sulit ditemukan adanya kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian yang steril dari pengaruh-pengaruh faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah; (i) kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan perdagangan komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama dalam masa krisis (Pranolo, 2000).

Perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia mengalami pasang surut yang sangat dilematis. Indonesia sebagai negara agraris yang seharusnya mengedepankan pertanian sebagai fundamental pembangunan pertanian yang berkelanjutan, malah mengedepankan eksplorasi SDA dan pembangunan teknologi tingi dan melupakan pembangunan pertanian karena dianggap berkontribusi kecil pada produk domestik bruto (PDB) (Sukino, 2013)

Padahal menurut Kuznet dalam Sukino (2013) sektor pertanian dapat berkontribusi dalam mendukung pembanguan ekonomi suatu negara melalui:

1. Pemasok bahan pangan bagi penduduk dan bahan baku roduk manufaktur/industri rakyat.

2. Pemasok tenaga kerja dan sumber utama investasi sektor lain.

3. Pasar yang besar bagi produk industri domestik, baik untuk konsumsi maupun untuk berusaha.

4. Penghasil devisa Pendapat lain mengatakan bahwa pada hakekatnya pembangunan pertanian

diimplementasikan dalam berbagai kegiatan. kegiatan-kegiatan tersebut antara lain mencakup: (1) penerapan berbagai pola pemberdayaan masyarakat sebagai elaku pembangunan agribisnis terutama petani, (2) fasilitasi terciptanya iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas dan kegiatan ekonomi masyarakat, (3) penyediaan sarana dan prasarana fisik oleh pemerintah dengan fokus pemenuhan kebutuhan publik yang mendukung sektor pertanian serta lingkungan bisnis secara luas, dan (4) akselerasi pembangunan wilayah dan stimulasi tumbuhnya investasi masyarakat serta dunia usaha (Departemen Pertanian, 2002)

B. Kelompok Tani

Kelompoktani adalah kelembagaan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya. Kelompoktani ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani, kesamaan dalam tradisi/pemukiman/hamparan usahatani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012).

Berdasarkan definisi di atas, maka kelompok tani memiliki ciri-ciri yaitu:

1. saling ,mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota

2. mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani

3. memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi

4. ada pembagian tugas dan tanggung jawab sama diantara sesama anggota

5. adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya

6. adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakan para petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya

7. adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya sebagian besar anggotanya

8. adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.

Pembentukan kelompok Tani sendiri menurut Permentan No. 273 tahun 2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani mengamanatkan bahwa pembinaan kelompok Tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat desa lainnya dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak terkait lainnya.

Departemen Pertanian tahun 1997 dalam Hariadi 2011, menguraikan fungsi kelompok tani sebagai berikut:

A. Kelompok tani sebagai kelas belajar-mengajar atau unit belajar, pengetahuan, artinya kelompok tani merupan wadah beajar mengajar bagi anggotanya guna meningatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupannya lebih sejahtera.

B. Kelompok tani sebagai wahana atau unit kerjasama. Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antara kelompok serta pihak lain, melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

C. Kelompok tani sebagai unit produksi, usahatani yang dilaksanakan oleh masing- masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

C. Penyuluhan Pertanian

Menurut Subejo (2012), penyuluhan pertanian yang secara umum dimaknai sebagai kegiatan menyebarluaskan informasi dan teknologi pertanian serta membimbing petani di Indonesia telah mengalami masa keemasan dan kesuraman. Dinamika penyuluhan pertanian bergerak sejalan dengan dinamika perubahan sosial, politik dan ekonomi nasional. Ketika kebijakan nasional memberi prioritas yang Menurut Subejo (2012), penyuluhan pertanian yang secara umum dimaknai sebagai kegiatan menyebarluaskan informasi dan teknologi pertanian serta membimbing petani di Indonesia telah mengalami masa keemasan dan kesuraman. Dinamika penyuluhan pertanian bergerak sejalan dengan dinamika perubahan sosial, politik dan ekonomi nasional. Ketika kebijakan nasional memberi prioritas yang

Tuntutan di lapangan semakin rumit sehingga jika penyuluhan pertanian sebagai penyedia public goods tidak bisa berperan dengan baik maka akan semakin ditinggalkan oleh penguna tradisionalnya. Pada saat ini penyuluh-penyuluh lapangan swasta yang juga merupakan pelayan teknis perusahaan sarana produksi nasional dan multinasional juga telah merambah ke desa-desa (Subejo, 2012).

Margono (2000) dalam Mardikato (2009) memaknai penyuluhan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Istilah ini telah lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada dasawarsa 1990-an. Terkait hal tersebut, selanjutnya Mardikanto (2009) merangkum kegiatan penyuluhan dari berbagai pemahaman, yaitu:

1. Penyebarluasan (informasi), penyuluhan sebagai terjemahan dari kata “extention”, dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan, dalam hal ini informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan leh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan teknis.

2. Penerangan/penjelasan, penyuluhan berasal dari kata ”sulu” atau obor,dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan.

3. Pendidikan non-formal (luar sekolah),

4. Perubahan perilaku, penyuluhan adalaah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun “perubahan perilaku” yang merupakan perwujudan dari: pengethuan, sikap dan

keterampilan.

5. Rekayasa sosial, melakukan segala upaya untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem sosialnya masing-masing.

6. Pemasaran inovasi (teknis dan sosial)

7. Perubahan sosial, penyuluhan dalam jangka panjang diharapan mampu menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya.

8. Pemberdayaan masyarakat, penyuluhan bertujuan untuk mrwujudkan masyarakat madani dan mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi kesejahteraannya sendiri.

9. Penguatan kapasitas, upaya untuk melebih mampukan individu agar lebih mampu berperan di dalam kelompok dan masyarakat global.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kota Padang (Lampiran 1) dengan pertimbangan bahwa ini adalah kajian tentang kelompok tani perkotaan sehingga Kota Padang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat dimana areal pertanian padi sawah masih cukup luas yaitu sekitar 6812 Ha (S. Rizal dalam shnews.co, 2013), memenuhi kriteria tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April hingga Bulan Oktober 2014.

B. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Survei. Menurut Fowler (1988) dalam Creswell (1994) disain survei memberikan uraian kuantitatif maupun numerik sejumlah pecahan populasi – sampel – melalui proses pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan pada orang.

Disain survei dalam penelitian ini memungkinkan penarikan kesimpulan secara umum mengenai pelaksanaan fungsi kelompok tani di Kota Padang dan permasalahan yang mereka hadapi. Disain survei dipilih karena keunggulannya dalam hal: penghematan disain, kecepatan dalam pengumpulan data dan kemampuan untuk mengidenifikasi sifat-sifat suatu populasi dari sekelompok kecil indvidu atau sampel Babbie (2004) dan Creswell (1994).

C. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua kelompok tani tanaman pangan yang masih aktif di Kota Padang, yaitu sebanyak 194. Dengan menggunakan sistem quota sampling, sampel diambil sebanyak 30 kelompok yaitu dengan teknik simple random sampling.

D. Topik Data

Data atau informasi yang akan dikumpulkan dikelompokan berdasarkan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan adalah untuk waktu satu tahun terakhir. Untuk tujuan pertama yaitu mendeskripsikan pelaksanaan fungsi kelompok tani di Kota Padang, topik data dan indikatornya adalah sebagai berikut:

1. Fungsi pembelajaran, dengan indikator:

a. melaksanakan pertemuan rutin secara teratur

b. mengundang narasumber, baik petugas pertanian, swasta, koperasi maupun lembaga perkreditanannya

c. mengunjungi Balai Penyuluhan Pertanian, Balai Pelatihan untuk mendapatkan informasi

d. mengikuti berbagai kursus atau pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berusaha tani

e. mengikuti pameran, temu usaha baik yang diselenggarakan oleh petani sendiri, pemerintah maupun swasta

f. mengikutsertakan wanita dan pemuda dalam kegiatan kelompok tani

g. mengembangkan kader kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan

2. Fungsi kerjasama

a. memiliki aturan kelompok yang disepakati

b. memiliki pembagian tugas yang jelas

c. memiliki kas kelompok

d. melaksanakan administrasi kelompok dengan tertib yang berkaitan dengan pencatatan: data anggota kelompok, aset/kekayaan kelompok, hasil

e. mengembangkan kegiatan untuk saling membantu seperti: simpan pinjam

f. bekerjasama dengan kelompok lain

g. bekerjasama dengan kemitraan dengan perusahaan swasta, BUMN ataupun BUMD

3. Fungsi produksi

a. mempunyai rencana bersama untuk menetapkan pola usaha tani mencakup, pola tanam, jenis usahatani dan lain-lain

b. menyusun rencana usaha tani misalnya: Rencana Definitif Kelompok, Rencana Definitf Kebutuhan Kelompok, rencana permodalan, rencana pemasaran dan lain-lain.

c. menetapkan teknologi tepat guna yang disepakati bersama c. menetapkan teknologi tepat guna yang disepakati bersama

e. penyediaan fasilitas untuk kepentingan bersama seperti: pengolahan lahan kelompok, kadang ternak bersama, tempat berkumpul bersama (seperti pondok, sekretariat kelompok)

f. menganalisis dan menilai usahatani yang dilaksanakan secara bersama dan merumuskan perbaikan bersama

4. Fungsi Bisnis

a. menganalisis potensi pasar dan peluang pengembangan komoditas yang lebih menguntungkan

b. menganalisis potensi yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi sesuai dengan permintaan pasar

c. mengelola usaha tani secara komersial dan berkelanjutan

d. menjalin kerjasama dengan lembaga permodalan

Untuk Topik data dari tujuan kedua yaitu menganalisis permasalahan dalam kelompok tani, akan diturun sesuai dengan temuan penelitian dari tujuan satu. Permasalahan akan digali dari fungsi-fungsi yang tidak dijalankan oleh kelompok tani. Sementara solusi akan diberikan berdasarkan masalah yang ditemui.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan teknik triangulasi yaitu dengan menggabungkan beberapa cara yaitu:

1. Observasi merupangan kegiatan pengamatan langsung ke lokasi penelitian yang bertujuan untuk melihat secara langsung kodisi real objek penelitian.

2. Wawancara terstruktur, dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang ditujukan kepada sample yaitu kelompok tani yang diwakili oleh pengurus.

3. Wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara dengan ketua kelompok tani. Wawancara mendalam bertujuan untuk menggali informasi lebih ditail dan gambaran yang lebih mendalam mengenai objek penelitian

F. Tekhnik analisa data

Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif kualitatif. Untuk tujuan pertama semua indikator yang telah dicantumkan pada topik data akan dicek pelaksanaannya ke kelompok tani dengan menggunakan daftar checklist dengan menggunakan dua kategori yaitu melaksanakan atau tidak melaksanakan. Selanjutnya akan ditabulasi dan dipersentasekan. Hasil persentase akan dinilai dengan kategori sebagai berikut: Tabel 1. Kategori penilaian untuk pelaksanaan fungsi kelompok tani

2 Kurang optimal

3 Tidak optimal

Analisa data untuk tujuan ke dua adalah dengan mengelompokan alasan dan masalah dari ketidak berfungsian kelompok tani. Selanjutnya akan dirumuskan upaya untuk perbaikan. Secara keseluruhan langkah-langkah dalam analisa data adalah sebagai berikut

1. Mengumpulkan data sesuai tujuan penelitian dan topik data

2. Editing, pengelompokan dan reduksi data

3. Data ditampilkan dalam bentuk tabulasi, presentase dan uraian

4. Analisis dengan konsep dan teori yang relevan

5. Penarikan kesimpulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Kota Padang

1. Kondisi Geografis

Kota Padang (Lampiran 2) merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat

2 0 memiliki luas 694,96 Km 0 dengan posisi 00 44' 0' - 01' 08'' 35'' LS dan 100 05' 05'' - 100 0 34' 09'' BT (BAPPEDA Kota Padang, 2013). Batas-batas wilayah adalah sebagai berikut :

 Batas Utara : Kabupaten Padang Pariaman  Batas Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan  Batas Timur : Selat Mentawai  Batas Barat : Kabupaten Solok

Kondisi ketinggian Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1853 m dpl dengan rata-rata curah hujan 384,85 mm/bulan den rata-rata hari hujan 15 hari.

C dengan kelembaban 77 – 94% (BPS, 2014). Kondisi ini cocok untuk budidaya tanaman padi.

0 Suhu kota Padang berkisar antara 22,6 0 – 31,7

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kota Padang tahun 2013 adalah 876678 jiwa yang tersebar di 11 kecamatan (Badan Pusat Statistik Kota Padang, Tahun 2014). Sementara berdasarkan Sensus Tani Kota Padang tahun 2013 Jumlah rumah tangga petani (RTP) adalah 19.576. Rincian jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Luas daerah, jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kota

Padang tahun 2013 Jumlah

Kepadatan No

Luas Daerah

Kecamatan Penduduk

(km)

(jiwa/km) (jiwa)

1. Bungus Teluk Kabung

2. Lubuk Kilangan

3. Lubuk Begalung

4. Padang Selatan

5. Padang Timur

6. Padang Barat

7. Padang Utara

Tabel 2. Sambungan...

Jumlah

Kepadatan No

Luas Daerah

Kecamatan Penduduk

(km)

(jiwa/km) (jiwa)

11. Koto Tangah

174 567 752 Jumlah

1 261 Sumber: Badan Pusat Statis Kota Padang tahun 2014

3. Kondisi Pertanian

Produksi pertanian yang utama di Kota Padang adalah padi dan palawija. Berikut ini data produksi komoditi tanaman pangan dan palawija di Kota Padang tahun 2012 Tabel 3. Jenis komoditi, luas panen, produksi, produktifitas di Kota Padang tahun

2012 No

Jenis komoditi

luas panen

produksi produktifitas

(Ha)

(ton)

(Kwt/Ha)

1 Padi sawah

2 Jagung / Maize

3 Ubi Kayu / Cassava

4 Ubi Jalar /Sweet

23.00 279.00 121.30 Potatoes

5 Kacang Tanah /

10.00 22.00 22.00 Peanuts

2.00 2.00 10.00 Tahun 2012

6 .Kacang Hijau /

58.20 Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang,

Data di atas memperlihatkan bahwa produksi padi sawah dan palawija di Kota Padang cenderung mengalami peningkatan dari tahun-ketahun. Sedangkan Data di atas memperlihatkan bahwa produksi padi sawah dan palawija di Kota Padang cenderung mengalami peningkatan dari tahun-ketahun. Sedangkan

B. Deskripsi Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani

Secara sosial ekonomi, pendekatan kelompok dilakukan karena keterbatasan sumberdaya (modal usaha, lahan pertanian, dan sebagainya) yang dimiliki oleh petani secara individual. Secara sosio budaya, pendekatan kelompok dilakukan karena karena kenyataan masyarakat Indonesiakebanyakan berorientasi kelompok dalam setiap kehidupannya. Aktivitas masyarakat sangat banyak ditentukan melalui keputusan-keputusan kelompok, terlebih pada masyarakat agraris (Hariadi, 2011).

Pengembangan kerjasama kelompok dan organisasi di tingkat petani bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan kelembagaan petani dan mendorong petani dalam kegiatan dan program pembangunan pertanian. Bunch (1991) dalam Anantanyu (2009) menyebutkan kelembagaan diperlukan karena tiga alasan: Pertama, banyak permasalahan pertanian yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga. Kelembagaan petani dapat menjadi perantara antara petani dengan kelembagaan lain. Kelembagaan petani dapat menyediakan jasa pelayanan untuk petni sendiri sehingga memungkinkan untuk belajar. Kelembagaan dapat memberikan kelanggengan pada usaha petani karena memungkinkan adanya pengembangan teknologi secara terus-menerus. Kemampuan kerjasama petani sama pentingnya dengan perolehan pengetahuan teknis. Ketiga, kelembagaan adalah adalah upaya untuk menghadapi persaingan dengan dunia luar.

Seiring perkembangannya ternyata pembentukan kelompok-kelompok pada masyarakat petani juga didorong oleh kepentingan pemerintah dalam menjalankan program-program pembangunan pertanian, terutama untuk memudahkan kontrol dan koordinasi. Keterbatasan tenaga penyuluh pertanian yang tidak mungkin menjangkau petani satu-persatu juga menjadi alasan lain diterapkannya pendekatan kelompok dalam kegiatan penyuluhan.

Berikut ini adalah pelaksanaan fungsi-fungsi kelompok tersebut:

1. Fungsi Pembelajaran

Fungsi kelompok Tani yang pertama adalah fungsi pembelajaran. Agar fungsi kelompok sebagai kelas belajar dapat berjalan dengan baik, maka kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan pertemuan rutin Dari 30 kelompok yang disurvey 87% telah melakukan kegiatan ini. Tema yang dibahas beragam seperti membahas tentang saluran irigasi, penyusunan RDKK ( Rencana Definitif Kerja Kelompok), pemberantasan hama dan lain-lain.

b. Mengundang nara sumber Kegaitan ini ternyata belum banyak dilakukan oleh kelompok tani. Terlihat dari jumlah kelompok yang pernah mengundang narasumber hanya 37% saja. Kegiatan ini sebenarnya bertujuan agar terjadi alih informasi dari “luar” ke “dalam” maksudnya informasi yang berasal orang-orang yang berkompeten dan terkait dengan sektor pertanian diharapkan bisa sampai ke petani. Namun sayangnya belum banyak dari kelompok tani yang melaksanakan kegiatan ini

c. Mengunjungi Balai Penyuluhan Pertanian Balai penyuluhan pertanian (BPP) merupakan salah satu sumber dimana teknologi dan informasi pertanian bisa diakses. Penyululuh pertanian diharapkan dapat mengarahkan agar kelompok tani melalui perwakilannya dapat mencari informasi ke BPP sehingga pengetahun petani mengenai pertanian dapat terus ditingkatkan. Sayangnya sangat sedikit kelompok yang memanfaatkan BPP sebagai sumber informasi yaitu hanya 6,7% saja.

d. Mengikuti berbagai kursus Kursus tani bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam menjaankan usahataninya. Jumah kelompok tani yang mengikuti kursus atau pelatihan adalah sebanyak 67%, angka ini sebenarnya menunjukan bahwa kursus atau pelatihan yang diselenggarakan sudah cukup optimal.

e. Melaksanakan kegiatan yang berguna seperti pameran, temu usaha Keterlibatan kelompok dalam pameran atau temu usaha biasanya bertujuan agar petani dapat menambah wawasannya mengenai kondisi usaha tani di luar lingkungannya sehingga bisa saling berbagai pengalaman. Sayangnya sangat sedikit yang pernah mengikuti kegiatan ini yaitu hanya 10% saja.

f. Mengikut sertakan perempuan dan pemuda dalam kegiatan kelompok

Keterlibatan wanita dalam kelompok menjadi penting terutama untuk kelompok tanaman pangan karena tanaman pangan masih merupakan domainnya perempuan dimana keterlibatan perempuan dalam aktifitas usaha tani tanaman pangan sangat intensif jadi tentu saja perempuan sangat berkepentingan dengan semua kegiatan yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan petani dalam berusaha tani. Sebanyak 97% kelompok tani telah mengikut sertakan perempuan dan pemuda dalam kegiatan kelompok.

g. Mengembangkan kader kepemimpinan Pengembangan kader kepemimpinan telah dilakukan yaitu sebanyak 53% dengan indikator adanya pergantian pemimpin/ketua kelompok secara berkala dalam kelompok.

Rangkuman dari persentase jumlah kegiatan yang dilaksanakan dan tidak dilaksanakan tercakup dalam fungsi pembelajaran adalah sebagai berikut:

60% melaksanakan tidak melaksanakan

Gambar 1. Grafik pelaksanaan kegiatan fungsi pembelajaran Jika dianalisa dengan menggabungkan keseluruhan kegitan dalam fungsi pembelajaran, dari 7 kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok agar fungsi pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka rata-ratanya adalah 3,6 (51%) (Lampiran 2), artinya kelompok tani tanaman pangan hanya melaksanakan 3 –4 kegiatan saja. Angka tersebut dinillai kurang optimal.

2. Fungsi Kerjasama

Agar fungsi kerjasama dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan aturan yang jelas dalam kelompok Aturan berfungsi untuk mengarahkan perilaku anggota dalam mencapaii tujuan kelompok. Sayangnya hanya 2% saja kelompok yang telah memiliki aturan yang jelas dan disepakati oleh para anggotanya.

b. Adanya pembagian tugas yang jelas Pembagian tugas yang jelas masih menjadi hal yang sangat sedikit dimiliki oleh kelompok tani, terbukti hanya 10% kelompok yang memiliki pembagian tugas yang jelas. Semua responden yang memiliki pembagian tugas yang jelas menyatakan pembagian tugas tersebut telah dinyatakan dalam SK pengesahan kelompok.

c. Menghimpun dana untuk kegiatan rutin/kas kelompok Salah satu aspek yang dapat memperlancar aktivitas kelompok adalah adanya dana untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut. Oleh karena itu penting bagi kelompok untuk dapat menghimpun dana atau memiliki kas kelompok. Terdapat 63% kelompok tani yang telah melaksanakan kegiatan penghimpunan dana ini.

d. Memiliki administrasi kelompok yang tertib Secara umum administrasi dalam kelompok baru sampai pengarsipan daftar nama-nama anggota kelompok, Sk pengesahan kelompok dan beberapa diantaranya memiliki catatan buku tamu dan dokumentasi piagam penghargaan. Berkaitan dengan ha ini sebanyak 90% kelompok telah melakukannya. Namun belum ada dokumentasi yang berkaitan dengan pencatatan hasil pertemuan. Dengan kata lain sebanyak 87% kelompok yang selalu mengadakan pertemuan rutin tidak satupun yang mendokumentasikan pertemuan tersebut dalam bentuk catatan hasil pertemuan.

e. Melaksanakan kegiatan saling membantu seperti simpan-pinjam atau arisan

Kegiatan saling membantu dalam kelompok umumnya dilakukan dalam bentuk arisan (julo-julo), sementara kelompok yang memiliki kegiatan simpan pinjam hanya kelompok yang tergabung dalam gapoktan yang memiliki unit usaha pembiayaan. Jumlah kelompok yang menjalanan kegiatan ini sangat sedikit yaitu sebanyak 23%.

f. Melaksanakan kegiatan kerjasama dengan kelompok lain Aktifitas kerjasama dengan kelompok lain juga termasuk kegatan yang jarang dilakukan oleh kelompok, tercatat hanya 6,7% kelompok yang pernah bekerjasama dengan dengan kelompok lain.

g. Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan perusahaan swasta, BUMN atau BUMD atau kerjasam dengan pihak ke tiga

Kerjasama dengan pihak ketiga tampaknya masih sangat jarang dilakukan. Hanya ada 6,7% yang memiliki hubungan kerjasama dengan pihak ketiga, itupun buka hubungan kemitraan. Satu kelompok bekerjasama dengan PT Semen Padang dalam hal permodalan dan satu kelompok lagi bekerjasama sama dengan koperasi juga dalam hal permodalan.

Keseluruhan kegiatan yang menunjang fungsi kerjasama dalam kelompok dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

60% Melakukan Tidak Melakukan

Gambar 2. Grafik pelaksanaan kegiatan untuk fungsi kerjasama

Jika dianalisa dengan menggabungkan keseluruhan kegiatan dalam fungsi kerjasama, dari 7 kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok agar fungsi kerjasama dapat berlangsung dengan baik, maka rata-ratanya adalah 2,3 (31,9%) (Lampiran 3) artinya kelompok tani tanaman pangan Kota Padang hanya melaksanakan 2 – 3 kegiatan saja. Angka ini termasuk kategori tidak optimal.

3. Fungsi Produksi

Agar fungsi kelompok sebagai unit produksi dapat berjalan dengan baik, maka kelompok tani di arahkan untuk melakuka kegiatan sebagai berikut:

a. Menetapka pola usahatani yang menguntungkan Aktifitas penetapan pola usahatani baru pada kesepakatan memulai musim tanam secara serentak yaitu sebanyak 67% kelompok tani tanaman pangan di Kota Padang. Kelompok tani yang menerapkan pola tanam serentak semua beralasan karena pola serentak lebih memudahkan dalam pemberantasan hama. Sementara kegiatan yang berkaitan dengan kesepakatan untuk menanam komoditas tertentu belum ada. Sedangkan kelompok tani yang tidak menerapkan pola tanam serentak beralasan karena terkendala oleh keterbatasan ketersediaan air.

b. Menyusun rencana usahatani Sebanyak 87% kelompok tani mempunyai rencana usahatani karena data itu diperlukan untuk penyusunan RDKK. Sementara rencana yang berkaitan dengan permodalan dan pemasaran secara bersama belum ada.

c. Menerapkan teknologi tepat guna yang disepakati bersama Jumlah kelompok tani yang telah menerapkan tekknologi tertentu adalah sebanyak 83%. Tenologi yang mereka terapkan adalah teknologi padi tanam sebatang (PTS), pembuatan kompos secara bersama dan pengolahan tanah dengan menggunakan hand tractor.

d. Pengadaan sarana produksi bersama Sarana produksi yang dimiliki secara bersama (berkelompok) adalah rumah kompos (3%) dan hand tractor (74%), jadi total kelompok tai yang telah menyediakan sarana produsi secara berkelompok adalah sebanyak 77%, sementara sarana lain seperti alat untuk pemberantasan hama dan panen dimiliki secara pribadi.

e. Fasilitas untuk kepentingan bersama Fasilitas bersama yang dimiliki oleh kelompok adalah kantor sekretariat tempat diselenggarakannya pertemuan rutin atau pertemuan dengan penyuluh pertanian. Sekretariat ini dimiliki oleh 47% kelompok tani. Sementara kelompok yang tidak memiliki sekretariat melaksanakan pertemuan rutin di rumah pengurus kelompok tani atau salah seorang anggota.

f. Aktifitas untuk menilai kegiatan usahatani, serta merumuskan perbaikan

Aktifitas ini hanya dilakukan oleh 3% saja (1 kelompok tani). Kelompok tani (pengurus kelompok) merasa bahwa aktivitas mereka dalam berusahatani atau cara mereka bertani sudah baik sehingga tidak perlu lagi ada upaya perbaikan.

Keseluruhan kegiatan kelompok tani yang menunjang fungsi produksi dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

60% Melakukan tidak melakukan

Gambar 3. Grafik pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi Dari grafik diatas terlihat bahwa dari 6 kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh kelompok tani dalam menjalankan fungsinya sebagai unit produksi terdapat 4 kegiatan yang kegiatannya telah dilakukan oleh lebih dari 50% kelompok tani yang disurvei. Jika dirata-ratakan maka setiap kelompok telah melaksanakan rata-rata 3,5 dari 6 kegiatan atau 58,3% (Lampiran 4). Angka ini masuk dalam kategori kurang optimal.

Pelaksanaan kegiatan dari ketiga fungsi kelompok tani per kelompok tani secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Pelaksanaan fungsi kelompok tani di kelompok tani tanaman pangan Kota Padang

Pelaksanaan No

Fungsi kelompok Tani

kurang optimal

2 Kerjasama

tidak optimal

3 Produksi

kurang optimal Rata-rata

kurang optimal

Data pada tabel di atas menunjukan bahwa kelompok tani tanaman pangan di Kota Padang belum berfungsi secara optimal atau kurang optimal. Ini tentu saja dapat menjadi penghambat dalam upaya menyukseskan pembangunan pertanian, mengingat petani yang tergabung dalam kelompok tani adalah pelaku utama dalam pembangunan pertanian. Bahkan Mosher (1965) mengatakan bahwa kegiatan bersama oleh para petani (group action) adalah salah satu faktor pelancar dalam pembangunan pertanian.

Agar kelompok tani di Kota Padang dapat berperan dengan baik dalam pembangunan pertanian, tentu diperlukan pembenahan-pembenahan dan pengembangan kelompok. Berkaitan dengan hal tersebut Madarisa (2013) menyebutkan tiga alasan penting pengembangan kelompok yaitu: Pertama, kelompok merupakan jalan (masuk) untuk melakukan kerjasama dalam pembangunan. Kedua, Sumatera Barat telah mengambil kebijakan yang terpadu bagi pembangunan pertanian, semenjak tahun 2010 yang memerlukan dukungan dari dan proses penguatan asosiasi dan kelompok tani. Ketiga, kelompok dan asosiasi merupakan wadah untuk berbagi.

Pembangunan pertanian hanya akan berhasil dengan baik jika ditopang oleh pelaku utama (petani) dan pelaku usaha yang berkualitas. Peningkatan kualitas petani sebagai pelaku utama terutama ditujukan untuk pengembangan kapital manusia (human capital) dan kapital sosial (social capital) (Soemardjo, 2012). Pengembangan kedua modal tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi kelompok tani. Kaitan atau hubungan antara fungsi kelompok tani dengan pembangunan pertanian dapat digambarkan sebagai berikut:

PEMBANGUNAN PERTANIAN

PELAKU USAHA/ PELAKU SWASTA UTAMA/PETANI

FKU

PEMBELAJARAN UN

MENGEMBANGKAN

HUMAN CAPITAL AG

K KERJASAMA SE

SOCIAL CAPITAL PO

MENGEMBANGKAN

EM

T PRODUKSI P

AO

NK

Gambar 4. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian

Peningkatan kapital manusia dapat dicapai jika fungsi pembelajaran dalam kelompok tani bisa berjalan dengan baik. Artinya jika semua kegiatan yang tercakup dalam fungsi ini dilakukan oleh kelompok tani, maka kelompok bisa menjadi sarana bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola usahataninya. Peningkatan pengetahuan dimungkinkan karena kegiatan dalam fungsi pembelajaran akan membuat petani memiliki wadah untuk saling berbagi informasi sehingga sesama petani dapat saling berbagi ilmu. Begitu juga kegiatan dalam fungsi pembelajaran memungkinkan transfer ilmu dan teknologi dari “pihak luar” kepada petani.

Peningkatan pengetahuan petani dapat diupayakan melalui kegiatan pertemuan rutin, mengundang nara sumber dari luar dan kunjungan ke balai Peningkatan pengetahuan petani dapat diupayakan melalui kegiatan pertemuan rutin, mengundang nara sumber dari luar dan kunjungan ke balai

Peningkatan keterampilan petani dapat diupayakan melalui kegiatan kursus atau pelatihan. Kegiatan ini sudah dilaksankan oleh 67% kelompok tani artinya sebagian besar kelompok telah memainkan perannya dalam meningkatkan keterampilan petani/anggota kelompok.

Fungsi kerjasama dan produksi akan mendorong berkembangnya kapital sosial karena kegiatan-kegiatan dalam kedua fungsi ini bertujuan untuk mewadahi baik antar petani anggota kelompok maupun petani dengan “pihak luar” untuk saling bekerjasama demi tercapainya pengelolaan usahatani yang lebih baik dan peningkatan produktivitas pertanian. Sayangnya peran kelompok dalam melakukan kegiatan kerjasama masih rendah yaitu 31,9% saja. Ini berarti upaya kelompok untuk memupuk modal sosial melalui aktifitas kerjasama masih rendah. Sedangkan kegiatan dalam fungsi produksi sudah cukup lumayan yaitu sebesar 58,33% namun angka ini masih menunjukan bahwa kelompok belum melaksanakan fungsinya sebagai unit produksi secara optimal.

Berkembangnya modal sosial dan modal manusia akan meningkatkan kualitas petani. Petani yang berkualitas tentunya akan dapat memainkan peran yang aktif dan efektif dalam menyukseskan setiap program pembangunan.

C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani dan Usulan Solusi

Kelompok tani akan dapat berfungsi dengan baik jika kelompok dapat memainkan perannya dalam mewadahi berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi petani sesuai dengan fungsinya. Permasalahan disini diangkat dari kegiatan yang paling sedikit dilakukan oleh kelompok tani. Berikut ini permasalahan dalam pelaksanaan fungsi kelompok:

1. Permasalahan dalam kegiatan yang berkaitan dengan fungsi pembelajaran

a. Rendahnya tingkat kunjungan ke BPP karena petani merasa bahwa informasi yang mereka perlukan sudah cukup ditanyakan saja kepada petugas penyuluh pertanian yang rutin atau sering mengunjungi kelompok. Sementara itu meskipun terdapat 6,7% pengurus kelompok yang pernah melakukan kunjungan ke BPP, hal itu bukanlah berasal dari inisitif mereka sendiri namun karena diundang untuk datang ke BPP. I penjelasan tersebut terlihat bahwa petani belum memahami atau merasakan pentingnya BPP sebagai pusat atau sumber informasi. Karena tidk semua informasi yang ada di BPP dapat disampaikan secara lengkap oeh peugas penyuluh pertanian, misalnya informasi yang erkaitan dengan tanaman dalam bentuk demplot. Ini tentu sebaiknya disaksikan langsung oeh petani agar petani dapat melihat sendiri dan membuat perbandingan. Upaya mengundang petani ke BPP merupakan salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk mendorong petani agar mau mengunjungi BPP. Disamping itu tentu petugas penyuluh pertanian sebaiknya selalu menginformasikan atau “mempromosikan” apa saja

informasi penting yang bermanfaat bagi petani yang tersedia di BPP untuk memotivasi petani mengunjungi BPP.

b. Kegiatan mengikuti pameran atau temu usaha masih rendah. Hal ini bisa jadi karena kegiatan ini juga tidak sering ada. Selain itu petani merasa bahwa mereka tidak tahu apa perlunya mengikuti kegiatan tersebut. Penyuluh pertanian dapat memberikan penjelasan bahwa pameran bisa dijadikan ajang bagi petani untuk “mempromosikan” produk mereka. Sedangkan kegiatan

temu usaha adalah ajang pertemuan antara petani dengan pihak swasta. Ini bisa menjadi jalan kerjasama kemitraan bagi petani. Penyuluh sebaiknya memberikan informasi jika ada kegiatan pameran atau temu usaha kepada kelompok tani dan mendorong petani untuk mengikutinya.

c. Jarangnya kelompok tani mengundang narasumber. Narasumber bisa berasal dari peneliti, akademisi ataupun pihak lain yang bisa menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi petani. Pengurus kelompok beralasan bahwa mereka tidak tahu siapa yang harus diundang, karena jika ada masalah cukup bertanya ke penyuluh saja. Penyuluh pertanian bisa jadi tidak menguasai semua informasi yang berkaitan dengan pertanian karena masalah sektor c. Jarangnya kelompok tani mengundang narasumber. Narasumber bisa berasal dari peneliti, akademisi ataupun pihak lain yang bisa menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi petani. Pengurus kelompok beralasan bahwa mereka tidak tahu siapa yang harus diundang, karena jika ada masalah cukup bertanya ke penyuluh saja. Penyuluh pertanian bisa jadi tidak menguasai semua informasi yang berkaitan dengan pertanian karena masalah sektor

d. Pengembangan kader kepemimpinan yang belum optimal. Meskipun telah terdapat 53% kelompok yang sudah melakukan pergantian ketua dan memiliki aturan tentang masa kepemimpinan, namun angka tersebut masih belum optimal. Masih banyak kelompok yang tidak memili aturan mengenai masa kepemimpinan/kepengurusan kelompok dan tidak menganti ketua kelompok. Hal ini disebabkan karena ketua yang sekarang masih ada dan tidak perlu diganti. Alasan lain karena tidak ada anggota yang bersedia menjadi ketua. Ini bisa menjadi masalah karena umunya ketua yang sekarang sudah berumur lanjut tentu saja berpengaruh kepada kreatifitasnya dalam mencari informasi guna kemajuan kelompok. Penyuluh sebaiknya memberikan latihan tentang kepemimpinan terutama bagi anggota kelompok yang masih muda dan mendorong kelompok untuk memiliki aturan yang jelas mengenai masa kepemimpinan sehingga pemilihan ketua dapat dilakukan secara berkala.

2. Permasalahan dalam pelaksanaan fungsi kerjasama

a. Kelompk Tani tidak memiliki aturan dan pembagian kerja yang jelas. Permasalahan ini terjadi karena anggota kelompok tani terbiasa mengandalkan ketua kelompok saja dalam mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kegatan kelompok. Anggota merasa tidak perlu merumuskan aturan atau pembagian kerja yang jelas selama tujuan mereka berkelompok dapat dicapai. Hal ini membuat kelompok tidak dapat berkembang dengan baik karena tenaga dan pikiran ketua tentu terbatas, keberhasilan sebuah kelompok tidak hanya ditentukan oleh kretaifitas ketua saja namun juga partisipasi aktif oleh anggotanya. Untuk mengatasi hal ini penyuluh perlu mendampingi kelompok dalam merumuskan Ad/ART kelompok dan memberikan motivasi kepada anggota tentang perlunya a. Kelompk Tani tidak memiliki aturan dan pembagian kerja yang jelas. Permasalahan ini terjadi karena anggota kelompok tani terbiasa mengandalkan ketua kelompok saja dalam mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kegatan kelompok. Anggota merasa tidak perlu merumuskan aturan atau pembagian kerja yang jelas selama tujuan mereka berkelompok dapat dicapai. Hal ini membuat kelompok tidak dapat berkembang dengan baik karena tenaga dan pikiran ketua tentu terbatas, keberhasilan sebuah kelompok tidak hanya ditentukan oleh kretaifitas ketua saja namun juga partisipasi aktif oleh anggotanya. Untuk mengatasi hal ini penyuluh perlu mendampingi kelompok dalam merumuskan Ad/ART kelompok dan memberikan motivasi kepada anggota tentang perlunya