makalah dan bahasa dan indonesia

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Bahasa Indonesia tentang Kalimat Efektif. Selain itu tujuan dari
penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Bahasa secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tri Budiarta selaku dosen
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
para pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan
sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa
yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa

yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar
atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut
dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan
itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak
memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin

kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.

Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang
kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan
inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.

BAB II
PEMBAHASAN

Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang
disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
2.1 Kalimat efektif memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar
atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur,
keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran,
kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

A. Kesepadanan


Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek
atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:

a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)

Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:

a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor
Suzuki.

Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:

a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

B. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga

menggunakan verba.

Contoh:
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.

Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak
sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai
berikut.

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata

ruang.

C. Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.


Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.


D. Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap
kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian

superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan:
Ia memakai baju warna merah.
Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
Dia hanya membawa badannya saja.
Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

Dia hanya membawa badannya.
Sejak pagi dia bermenung.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku bentuk baku :

Para tamu-tamu para tamu.
Beberapa orang-orang beberapa orang.

E. Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

F. Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecahpecah.

1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan
bertele-tele.

Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Silahkan Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.

2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen
dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

G. Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

2.2 Ketidakefektifan Kalimat
Menurut Nazar (1991, 44:52) ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjadi
(1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3)
kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat
mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.
1. Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa kalimat efektif harus
memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif
sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah
satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat
ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan
keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini
terlupakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
(1) Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
(2) Masalah yang dibahas dalam penenelitian ini.
(3) Untuk membuat sebuah penelitian harus menguasai metodologi penelitian.
(4) Bahasa Indonesia yang berasal dari Melayu.
(5) Dalam rapat pengurus kemarin sudah memutuskan.
(6) Sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik.
Kalau kita perhatikan kalimat di atas terlihat bahwa kalimat (1) tidak memiliki
subjek karena didahului oleh kata depan dalam; kalimat (2) dan (4) tidak
memiliki predikat hanya memiliki subjek saja; kalimat (3) tidak memiliki subjek;
kalimat (5) tidak memiliki subjek dan objek; kalimat (6) tidak memiliki subjek dan
predikat karena hanya terdiri atas keterangan yang merupakan anak kalimat
yang berfungsi sebagai keterangan. Agar kalimat-kalimat di atas menjadi
lengkap, kita harus menghilangkan bagian-bagian yang berlebih dan menambah
bagian-bagian yang kurang sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
(1a) Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
(1b) Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif.
(2a) Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis dan makna konotasi
teka-teki dalam bahasa Minangkabau.
(3a) Untuk membuat sebuah penelitian kita harus menguasai metodologi
penelitian.
(4a) Bahasa Indonesia berasal dari Melayu.
(5a) Dalam rapat pengurus kemarin kita sudah memutuskan program baru.
(6a) Kita harus berusaha keras sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik.

2. Kalimat Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana,
dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung.
Menurut Ramlan (1994:35-37) penggunaan bentuk-bentuk tersebut
kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
Bentuk di mana sejajar dengan penggunaan where, dalam mana dan di dalam
mana sejajar dengan pemakaian in which, dan yang mana sejajar dengan which.
Dikatakan dipengaruhi oleh bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris bentukbentuk itu lazim digunakan sebagai penghubung sebagaimana terlihat pada
contoh berikut.
(7) The house where he live very large.
(8) Karmila opened the album in which he had kept her new photogragraph.
(9) If I have no class, I stay at the small building from where the sound of
gamelan can be heard smoothly
(10) The tourism sector which is the economical back bone of country must
always be intensifed.
Pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan
yang mana sering ditemui dalam tulisan seperti yang terlihat pada data berikut.
(11) Kantor di mana dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(12) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang lalu di mana waktu itu bangsa
Indonesia telah berikrar.
(13) Rumah yang di depan mana terdapat kios kecil kemarin terbakar.
(14) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian
negara
harus senantiasa ditingkatkan.
(15) Mereka tinggal jauh dari kota dari mana lingkungannya masih asri.
Bentuk-bentuk di mana, di depan mana, dari mana, yang mana, dan dari mana
dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menandai kalimat tanya. Bentuk di mana
dan dari mana dipakai untuk menyatakan ‘tempat’, yaitu ‘tempat berada’ dan
‘tempat asal’, sedangkan yang mana untuk menyatakan pilihan. Jadi, kalimat
(11-15) di atas seharusnya diubah menjadi:
(11a) Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(12a) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang lalu yang waktu itu bangsa
Indonesia
telah berikrar.
(13a) Rumah yang di depan kios kecil kemarin terbakar.

(14a) Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian negara
harus
senantiasa ditingkatkan.
(15a) Mereka tinggal jauh dari kota yang lingkungannya masih asri.
3. Kalimat Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda, kalimat itu harus dibuat selengkap
mungkin atau memanfaatkan tanda baca tertentu. Untuk lebih jelasnya
perhatikan data berikut.
(16) Dari keterangan masyarakat daerah itu belum pernah diteliti.
(17) Lukisan Basuki Abdullah sangat terkenal.
Pada kalimat (16) di atas terdapat dua kemungkinan hal yang belum pernah
diteliti yaitu masyarakat di daerah itu atau daerahnya. Agar konsep yang
diungkapkan kalimat itu jelas, tanda koma harus digunakan sesuai dengan
konsep yang dimaksudkan. Kalimat (16) tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
(16a) Dari keterangan (yang diperoleh), masyarakat daerah itu belum pernah
diteliti.
(16b) Dari keterangan masyarakat, daerah itu belum pernah diteliti.
Pada kalimat (17) terdapat tiga kemungkinan ide yang dikemukakan, yaitu yang
sangat terkenal adalah lukisan karya Basuki Abdullah atau lukisan diri Basuki
Abdullah atau lukisan milik Basuki Abdullah seperti yang terlihat data-data (17a),
(17b), dan (17c) berikut.
(17a) Lukisan karya Basuki Abdullah sangat terkenal.
(17b) Lukisan diri Basuki Abdullah sangat terkenal.
(17c) Lukisan milik Basuki Abdullah sangat terkenal.
Pemakaian tanda hubung juga dapat digunakan untuk memperjelas ide-ide yang
diungkapkan pada frase pemilikan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan berikut.
(18) Ani baru saja membeli buku sejarah baru.
Kalimat (18) di atas mengandung ketaksaan yaitu yang baru itu buku
sejarahnyakah atau sejarahnya yang baru. Untuk menghindari ketaksaan makna,
digunakan tanda hubung agar konsep yang diungkapkan jelas sesuai dengan
yang dimaksudkan. Kalimat (18a) yang baru adalah buku sejarahnya, sedangkan
kalimat (18b) yang baru adalah sejarahnya.
(18a) AAni baru saja membeli buku-sejarah baru.
(18b) Ani baru saja membeli buku sejarah-baru.

4. Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis. Kalimat
(19) berikut tergolong kalimat yang tidak logis.
(19) Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah selesailah makalah ini.
Kalau kita perhatikan secara sepintas kalimat (19) di atas tampaknya tidak
salah. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih seksama ternyata tidak masuk
akal. Seseorang untuk menyelesaikan sebuah makalah harus bekerja dulu dan
tidak mungkin makalah itu akan dapat selesai hanya dengan membaca
alhamdulillah. Jadi, supaya kalimat itu dapat diterima, kalimat itu dapat diubah
menjadi:
(20a) Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Mahakuasa
karena dengan izin-Nya jualah makalah ini dapat diselesaikan.
5. Kalimat Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme adalah kalimat yang tidak ekonomis atau mubazir karena
adaterdapat kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu
(1983:29) timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh (1) dua kata atau lebih
yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan, (2) dalam suatu
ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak
diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama,
dan (3) bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata
kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.
Contoh-contoh pemakaian bentuk mubazir dapat dilihat berikut ini.
(20) Firmarina meneliti tentang teka-teki bahasa Minangkabau.
(21) Banyak pemikiran-pemikiran yang dilontarkan dalam pertemuan tersebut.
(22) Pembangunan daripada waduk itu menjadi sisa-sia pada musim kemarau
panjang ini.
(23) Air sumur yang digunakan penduduk tidak sehat untuk digunakan.
(24) Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, maka gejala penyimpangan
perilaku itu
dapat disimpulkan.
Pada kalimat (20) kata tentang (preposisi lainnya) yang terletak antara predikat
dan objek tidak boleh digunakan karena objek harus berada langsung di
belakang predikat. Pada kalimat (21) kata pemikiran tidak perlu diulang karena
bentuk jamak sudah dinyatakan dengan menggunakan kata banyak. Atau
dengan kata lain, kata banyak dapat juga dihilangkan. Pada kalimat (22) kata
daripada tidak perlu digunakan karena antara unsur-unsur frase pemilikan tidak
diperlukan preposisi. Pada kalimat (23) terdapat pengulangan keterangan ‘yang

digunakan’. Pengulangan ini tidak perlu. Pada kalimat (24) terdapat dua buah
konjungsi yaitu jika dan maka.Dengan adanya dua konjungsi ini, tidakdiketahui
unsur mana sebagai induk kalimat dan unsur mana sebagai anak kalimat.
Dengan demikian kedua unsur itu merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat (24)
tidak mempunyai induk kalimat. Kalau begitu, satu konjungsi harus dihilangkan
supaya satu dari dua unsur itu menjadi induk kalimat. Jadi, kalimat-kalimat (2024) dapat diubah menjadi kalimat efektif sebagaimana terlihat pada data
berikut.
(20a) Firmarina meneliti teka-teki bahasa Minangkabau.
(21a) Banyak pemikiran-pemikiran baru dilontarkan dalam pertemuan tersebut.
(21b) Pemikiran-pemikiran baru dilontarkan dalam pertemuan tersebut.
(22a) Pembangunan waduk itu menjadi sisa-sia pada musim kemarau panjang
ini.
(23a) Air sungai yang digunakan penduduk tidak sehat.
(24a) Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, gejala penyimpangan perilakuitu
dapat disimpulkan.
Berikut ini akan dicontohkan kalimat pleonasme yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang mempunyai makna yang hampir sama.
(25) Kita harus bekerja keras agar supaya tugas ini dapat berhasil.
Kalimat (25) akan efektif jika diubah menjadi:
(25a) Kita harus bekerja keras supaya tugas ini dapat berhasil.
(25b) Kita harus bekerja keras agar tugas ini dapat berhasil.
6. Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. Menurut Badudu
(1983:21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh (1) pemakai bahasa tidak
mengusai benar struktur bahasa Indonesia yang baku, yang baik dan benar, (2)
Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat
merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya, (3) dapat juga kesalahan itu
terjadi tidak dengan sengaja. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
(26) Dalam masyarakat Minangkabau mengenal sistem matriakat.
(27) Mahasiswa dilarang tidak boleh memakai sandal kuliah.
(28) Dia selalu mengenyampingkan masalah itu.
Kalimat (26) di atas disebut kalimat rancu karena kalimat tersebut tidak
mempunyai subjek. Kalimat (26) tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat aktif
(26a) dan kalimat pasif (26b). Sementara itu, kalimat (27) terjadi kerancuan

karena pemakaian kata dilarang dan tidak boleh disatukan pemakaiannya.
Kedua kata tersebut sama maknanya. Jadi, kalimat (27) dapat diperbaiki menjadi
kalimat (27a) dan (27b). Pada kalimat (28) kerancuan terjadi pada pembentukan
kata dan kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat (28a).
(26a) Masyarakat Minangkabau mengenal sistem matriakat.
(26b) Dalam masyarakat Minangkabau dikenal sistem matriakat.
(27a) Mahasiswa dilarang memakai sandal kuliah.
(27b) Mahasiswa tidak boleh memakai sandal kuliah.
(28a) Dia selalu mengesampingkan masalah itu.
Di samping itu, juga terdapat bentukan kalimat yang tidak tersusun secara
sejajar. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
(29) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum menyetujui.
Ketidaksejajaran bentuk pada kalimat di atas disebabkan oleh penggunaan
bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif
menyetujui. Agar menjadi sejajar, bentuk pertama menggunakan bentuk pasif,
hendaknya bagian kedua pun menggunakan bentuk pasif. Sebaliknya, jika yang
pertama aktif, bagian kedua pun aktif. Dengan demikian, kalimat tersebut akan
memiliki kesejajaran jika bentuk kata kerja diseragamkan menjadi seperti di
bawah ini.
(29a)Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pimpinan.
(29b)Kami sudah lama mengusulkan program ini, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.

Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam
penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
- Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)

- Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)
- Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)

2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
- Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera
diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. /
Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.

- Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)

3. Penggunaan imbuhan yang kacau :

- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang
dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
- Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
- Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI
mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4. Kalimat tak selesai :
- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin
berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin
berinteraksi.)

- Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci,
menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik,
menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya
mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok,
mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.

- Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)
- Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)
- tau menjadi tahu
- negri menjadi negeri
- kepilih menjadi terpilih
- faham menjadi paham
- ketinggal menjadi tertinggal
- himbau menjadi imbau
- gimana menjadi bagaimana
- silahkan menjadi silakan
- jaman menjadi zaman
- antri menjadi antre
- trampil menjadi terampil
- disyahkan menjadi disahkan
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)

- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)
- Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan
oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
- Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)
8. Pilihan kata yang tidak tepat :
- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk
berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincangbincang dengan masyarakat.)
- Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :
- Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk
memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal?
Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai
kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak
pemerintah.
- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang
dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau
sopirnya?

(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10. Pengulangan kata yang tidak perlu :

- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)

- Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling
menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok
Khong Guan yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan
kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)
11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :

- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)
- Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada
orang tuanya?)
CONTOH-CONTOH KALIMAT EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF

1. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus mebayar uang kuliah ( tidak
efektif )
Seharusnya :Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah.
2. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen ( tidak efektif )
Seharusnya :Dalam menyusun laporan itu, saya di bantu oleh para dosen.
3. Soal itu saya kurang jelas ( tidak efektif )
Seharusnya :Soal itu bagi saya kurang jelas.
4. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama ( tidak efektif )

Seharusnya :Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara
pertama.
5. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu ( tidak efektif )
Seharusnya : Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
6. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting ( tidak efektif )
Seharusnya : Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
7. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes ( tidak efektif )
Seharusnya : Harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.
8. Karena ia tidak diundang , dia tidak datang ke tempat itu ( tidak efektif )
Seharusnya : Karena tidak diundang , dia tidak datang ke tempat itu.
9. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang
( tidak efektif )
Seharusnya : hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden
datang.
10. Dia hanya membawa badannya saja ( tidak efektif )
Seharusnya : Dia hanya membawa badannya.
11. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
12. Surat itu sudah saya baca ( tiak efektif )
Seharusnya : Surat itu sudah saya baca.
13. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
14. Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat ( tidak efektif )
Seharusnya : Mereka membicarakan kehendak rakyat.
15. Pekerjaan itu dia tidak cocok ( tidak efektif )
Seharusnya : Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok.

BAB III

PENUTUP

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
Akan tetapi, membuat kalimat efektif tidaklah gampang karena memerlukan
keterampilan tersendiri. Kesalahan yang banyak ditemukan dapat
dikelompokkan sebagai berikut, yaitu (1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2)
kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna ganda, (4)
kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala pleonasme, dan
(6) kalimat dengan struktur rancu.

Daftar Rujukan
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1991. Pelik-pelik Bahasa Indonesia .Bandung: Pustaka Prima.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran
Berbahasa. Jakarta:Gramedia pustaka Prima.
Ramlan, M. dkk. 1994. Bahasa Indonesia yang Salah dan Yang Benar.
Yogyakarta: Andi Ofset Yogyakarta.
Nazar, Noerzisri A. 1991. Bahasa indonesia Ragam Ilmiah dan Kumpulan Soal
Ujian Bahasa Indonesia. Bandung.

Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan
paragraf yangterakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini
mengembangkan pokok pembicaraanyang dirancang. Dengan kata lain, paragraf
pengembang mengemukakan inti persoalan yang akandikemukakan. Oleh sebab
itu, satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan yangserasi
dan logis. Paragraf itu dapat dikembangkan dengan eara ekspositoris, dengan
eara deskriptif,dengan eara naratif, atau dengan eara argumentatif yang akan
dibiearakan pada halaman-halamanselanjutnya.
3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada
akhir suatu kesatuanyang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf
penutup berupa simpulan semuapembicaraan yang telah dipaparkan pada
bagian-bagian sebelumnya.
2.4. Tanda Paragraf
Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama agak
menjorok ke dalam, kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua
sentirneter. Dengan demikian, para pembacamudah dapat melihat permulaan
tiap paragraf sebab awal paragraf ditandai oleh kalimatpermulaannya yang tidak
ditulis sejajar dengan garis margin atau garis pias kiri. Selain itu, penulisdapat
pula menambahkan tanda sebuah paragraf itu dengan memberikan jarak agak
renggang dariparagraf sebelumnya.
2.5. Rangka atau Struktur Sebuah Paragraf
Rangka atau struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan
beberapa kalimatpenjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf
terdapat lebih dari sebuah kalimat topik,paragraf itu tidak termasuk paragraf
yang baik. Kalimat-kalimar di dalam paragraf itu harus salingmendukung, saling
menunjang, kait-berkait satudengan yang lainnya.>>Kalimat topik adalah
kalimat yang berisi topik yang dibiearakan pengarang. Pengarangmeletakkan inti
maksud pembicaraannya pada kalimat topik.Karena topik paragraf adalah
pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakankalimat utama
dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik,
paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat utama.>>Kalimat utama
bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu
saja.Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi
kalimat yang khususapabila paragraf itu diperluas.Perhatikan paragraf berikut
Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi
karena bahan makananyang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi
kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan olehledakan penduduk Tegal terlalu
besar sehingga daerah pertanian yang relatif tidak bertambahhasilnya itu tidak

dapat menampung perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk Tegal
jauhlebih besar daripada perkembangan daerah pertanian yang ada di situ.
Kalau kita lihat paragraf di atas, kalimat yang paling umum’ sifatnya ialah
kalimat pertama, yaitu“
Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak dapat hidup di daerahnya lagi
karena bahanmakanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi
kebutuhan penduduk.
” Kalimat-kalimatselanjutnya adalah kalimat-kalimat penjelas yang fungsinya
menjelaskan gagasan utama yangterletak pada kalimat pertama.

Kalau kalimat dalam paragraf itu ditambah dengan sebuah kalimat lagi, sifat
keumuman kalimatpertama itu berubah menjadi khusus. Kalimat yang
ditambahkan itu berbunyi”
tidak dapat dimungkiri bahwa pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi oleh
pertumbuhanproduksi dapat menyebabkan tingkat kemakmuran berkurang.”
Kalimat yang terakhir ini bersifat lebih umum daripada kalimat pertama. Kalau
kalimat terakhir iniditambahkan pada paragraf itu, kalimat terkahir ini akan
menjadi kalimat utama.Kalau kita melihat perkembangan paragraf yang kita
perbincangkan ini, dapat dikatakan bahwasebelum kalimat itu ditambahkan
pada paragraf itu, kalimat utama paragraf itu berada di awalparagraf, sedangkan
setelah ditambahkan, kalimat utama (kalimat topik) terletak di akhir paragraf.
2.6 PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Paragraf adalah susuna dari beberapa kalimat yang terjalin utuh, mengandung
sebuah makna, dandidalamnya terdapat gagasan utama.Paragaraf deduktif dan
Induktif adalah salah satu contoh paragraph yang dilihat dari letak
gagasanutamanya.
1.Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
paragaraf dan dilengkapidengan kalimat penjelas sebagai pelengkapnya.
Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dandisusul dengan penjelasan
umum.Contoh:Pada tahun 2008 kualitas masyarakat Indonesia semakin rendah.
Hal ini dapat dilihat dari semakinmeningkatnya angka pengangguran di
Indonesia.Yang tahun sebelumnya hanya 30%, prosentaseangka pengangguran
dan tahun ini bertambah menjadi 40%. Angka kriminalitas di Indonesia
jugasemakin membeludak.Dan yang paling parah banyak masyarakat Indonesia
yang tidak mengikutiprogram pemerintah 9 tahun. Dilihat dari dua realita ini kita
suda bisa mengukur SDM masyarakatIndonesia

2.Paragraf Induktif
Pargaragraf Induktif adalah Paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhir
kalimat dan kalimatpenjelasnya terletak di awal paragraph. Paragraf ini diawali
dengan urutan pernyataan khusus dandisusul dengan pernyataan
umum.Contoh:Setiap hari Abo selalu pulang malam. Sekitar jam 20.00. Sangat
tak masuk akal jika seorang pelajar pulang malam. Diapun tak pernah belajar.
Hidupnya selalu di penuhi dengan gemerlapnya dunia.Tak ada kata susah
didalam pikirannya. Maka dari itu sangart wajar sekali jika Abo tidak naik kelas.
2.7 Pengembangan paragraf
Pengembangan paragraf mencakup dua hal:1. Kemampuan memerinci secara
maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasanbawahan;2.
Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan
yang teratur.
Argumentasi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalampenulisanyang
ditulisdengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam
penulisan argumentasi isidapat berupa pembuktian, alasan, maupun ulasan
obyektif dimana disertakan contoh,analogi,

dan sebab akibat
Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembanganparagraf dalampenulisanyang dimana
isinyaditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian
dengan gaya penulisanyang singkat, akurat, dan padatContoh-contoh tulisan
eksposisi adalah beritadi koran dan petunjuk penggunaan
Narasi
adalah salah satu jenis pengembanganparagraf dalam sebuah tulisandimana
rangkaianperistiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah,
dan akhir.
Narasi:
Kubuka peralatan kerjaku di bagian sortir, dan mulailah aku bekerja hingga
istirahat pukul12.00. Lima jam bekerja membuat pinggangku selalu terasa pegal.
Satu jam istirahat akugunakan untuk makan, salat, dan berbaring sejenak. Pukul
empat, aku menyudahi pekerjaankuuntuk memburu bus yang akan membawaku
pulang.
Eksposisi:

Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata.
Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan.
Sampai saat ini, wargaDesa Piyungan hanya makan singkong. Mereka
mengambilnya dari beberapa kebun warga.Jika ada warga yang makan nasi, itu
adalah

sisa-sisa

beras yang mereka kumpulkan

di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini

menunjukkan bahwa bantuan pemerintah

kurang merata.

Argumentasi
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap
usaha pertanian.Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah
ini akan berkurang. Padahalkesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan
pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang
cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kitaperoleh pada
hutan yang belum digarap petani.
BAB IIIPENUTUPKesimpulan
Karangan yang pendek / singkat yang berisi sebuah pikiran dan didukung
himpunan kalimat yangsaling berhubungan untuk membentuk satu gagasan
disebut paragraph / alinea. Untuk dapat membuatsuatu paragraph yang baik
harus memiliki dua ketentuan yakni kesatuan paragraph dan
kepaduanparagraph.Pengembangan paragraf mencakup dua hal:1. Kemampuan
memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasangagasanbawahan;2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke
dalam suatu urutan yang teratur.
Saran
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa
Indonesia.Karena dengan itudapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam

pembuatan suatu paragraf, kita tidak keliru lagi. Lebihmemahami unsur-unsur
yang menyangkut suatu paragraf.

Makalah Bahasa Indonesia ” Ejaan Yang Disempurnakan “

oleh berbagitugaskuliah pada 17 Desember 2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan
sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai
alat komunikasi secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan
reformasi demokrasi ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi
dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan
benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi
sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat
menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu
kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di
gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesiayang baik dan benar.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan
Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika
berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di
sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya
diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat
sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik
dan benar.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD?

Baagaimana sejarah perkembangan EYD?
Bagaimana ruang lingkup EYD?
TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian EYD
Untuk Mengetahui sejarah EYD.
Untukmengetahui Ruang lingkup EYD.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan
bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata
mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan
ejaan

adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan.
Ejaan mengatur keseluruhan caramenuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang

mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.

2.2 SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua
puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan
tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami
perubahan sistem ejaan, yaitu :

1. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun
dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi
dasari bahasa Indonesia.

2. Ejaan Suwandi

Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang
menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai
tahun 1972.

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi
mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan
keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud
dengan baik.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF

DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

(mulai 16 Agustus 1972)

Ejaan Republik

(Ejaan Soewandi)

1947-1972

Ejaan Ophuysen

(1901-1947)

Khusu

Jumat

Yakni

Chusus

Djum’at

Jakni

Choesoes

Djoem’at

Ja’ni

2.3 RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2)
penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian
tanda baca. 3)

1) Pemakaian Huruf

Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak
menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan
sebanyak 26 buah.

a. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut.
Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.

Huruf

Nama

Huruf

Nama

Huruf

Nama

A

a

B

b

C

c

D

d

E

e

F

f

G

g

H

h

I

i

a

be

ce

de

e

ef

ge

ha

i

J

j

K

k

L

l

M

m

N

n

O

o

P

p

Q

q

R

r

je

ka

el

em

en

o

pe

ki

er

S

s

T

t

U

u

V

v

W

w

X

x

Y

y

Z

z

es

te

u

ve

we

eks

ye

zet

b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e,
i, o, dan u.

Huruf Vokal

Contoh pemakaian dalam kata

Di awal

Di tengah

Di akhir

A

e

i

o

u

api

enak

itu

oleh

ulang

padi

petak

simpan

kota

bumi

lusa

sore

murni

radio

ibu

c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas hurufhuruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf konsonan

Contoh pemakaian dalam kata

Di awal

Di tengah

Di akhir

B

c

d

f

g

h

j

k

l

m

n

p

q

r

s

t

v

w

x

y

z

bahasa

cakap

dua

fakir

guna

hari

jalan

kami

lekas

maka

nama

pasang

Quran

raih

sampai

tali

varia

wanita

xenon

yakin

zeni

sebut

kaca

ada

kafan

tiga

saham

manja

paksa

alas

kami

anak

apa

Furqan

bara

asli

mata

lava

hawa

-

payung

lazim

adab

-

abad

maaf

balig

tuah

mikraj

politik

kesal

diam

daun

siap

-

putar

lemas

rapat

-

-

-

-

juz

d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.

Huruf Diftong

Contoh pemakaian dalam kata

Di awal

Di tengah

Di akhir

Ai

au

oi

ain

aula

-

syaitan

saudara

boikot

pandai

harimau

amboi

e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.5)

Gabungan huruf konsonan

Contoh pemakaian dalam kata

Di awal

Di tengah

Di akhir

Kh

ng

ny

sy

khusus

ngilu

nyata

syarat

akhir

bangun

hanyut

isyarat

tarikh

senang

-

arasy

2) Penulisan Huruf

Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu
(1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan berikut :

a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)

Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :

1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

Dia menulis surat di kamar.

Tugas bahasa Indonesiasudah dikerjakan.

2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.

“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.

3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.

Misalnya :

Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.

Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.

4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya :

Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.

Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.

5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama
tempat.

Misalnya :

Wakil Presid