BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Analisis Conjoint Terhadap Preferensi Konsumen Produk Minyak Goreng Kelapa Sawit Di Kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan bahan pokok yang penting bagi masyarakat Indonesia.

  Konsumsi minyak goreng masyarakat terbagi dalam dua kategori yaitu minyak goreng curah dan kemasan. Minyak goreng curah ialah minyak yang tidak memiliki merek dan diukur dalam satuan massa (Kg). Minyak goreng kemasan adalah minyak goreng yang diberi merek dan dikemas dalam botol, plastik,

  

refill dan jerigen. Minyak goreng kemasan diukur dalam satuan volume (liter).

  Pada umumnya minyak goreng yang beredar di Indonesia berasal dari kelapa sawit (Irvani, 2008).

  Minyak goreng dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula dikategorikan sebagai komoditas yang strategis, karena pengalaman ini menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian kita. Peningkatan kebutuhan manusia dalam mengkonsumsi makanan akan cenderung meningkatkan permintaan produk minyak goreng. Banyaknya produk minyak goreng yang beredar dipasar seperti Bimoli, Sania, Sunco, Filma dan Fortune dengan karateristik dan keunggulan masing-masing mulai dari warna, kejernihan, kemasan, kandungan gizi, ukuran kemasan dan lain sebagainya semakin memacu para produsen untuk memasuki tingkat persaingan yang tinggi dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya agar jangan diambil alih oleh perusahaan lain.

  Dan sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi.

  Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan minyak goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng yang lebih baik mutu kesehatannya yaitu minyak goreng kemasan yang pada umumnya lebih mahal (Irvani, 2008).

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

  Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan saluran, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain (Kotler,2007).

  Oleh sebab itulah memahami perilaku konsumen dan mengenal kebutuhan dan keinginan mereka sangatlah penting. Produsen harus mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumennya. Dengan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap sebuah produk, maka produsen dapat mempengaruhi- konsumen agar mereka dapat membeli produknya, pada saat mereka membutuhkannya. Produk sebagai barang dan jasa yang terdiri dari atribut-atribut termasuk kemasan, warna, harga,kualitas, dan merek ditambah pelayanan dan reputasi penjual, yang digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

  Diferensiasi produk adalah statu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenangkan persaingan di pasar dengan menetapkan sekumpulan perbedaan- perbedaan yang berarti pada produk yang ditawarkan (kemasan produk, harga produk, merek produk) untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaingnya, sehingga dapat dipandang atau dipersepsikan konsumen bahwa produk tersebut mempunyai nilai tambah yang diharapkan oleh konsumen.Perusahaan juga harus dapat mendiferensiasikan produknya agar dapat menghadapi persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis. Variabel utama diferensiasi produk menurut (Kotler, 2007) adalah sebagai berikut:

  1. Bentuk (Form) Produk bisa dideferensiasikan dalam bentuk, ukuran atau struktur fisik produk.

  2. Keistimewaan/fungsi (Feature) Produk dapat ditawarkan dengan beberapa keistimewaan, karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk.

  3. Kualitas kinerja (Performance Quality) Kualitas kinerja mengacu pada tingkat dimana karakteristik produk itu beroperasi.Yang ditetapkan sebagai satu dari empat tingkatan koalitas; rendah, rata-rata, tinggi, atau sangat tinggi.

  4. Kualitas kesesuaian (Conformance Quality) Kualitas kesesuain mengacu pada tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan.

  5. Daya tahan (Durability) Adalah suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal dan atau berat, yang menjadikan atribut bernilai bagi beberapa produk.

  6. Keandalan (Reliability) Adalah ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu.

  7. Mudah diperbaiki (Repairability) Adalah ukuran kemudahan memperbaiki suatu produk yang rusak atau gagal.

  8. Gaya (Style) Menggambarkan penampilan dan perasaan produk itu bagi pembeli.Gaya meiliki keunggulan kompetitif yang sukar ditiru. Disisi negatif, gaya yang menarik tidak selalu menciptakan kinerja yang tinggi.

  9. Rancangan (Design) Adalah totalitas dari keistimewaan yang mempengaruhi cara penampilan dan fungsi suatu produk dalam hal kebutuhan pelanggan. Dengan semakin ketatnya persaingan, rancangan akan menjadi salah satu cara yang paling ampuh untuk mendiferensiasikan.

  Konsumen akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk.Terdapat karateristik pembeli, dimana seorang konsumen dalam melakukan proses pengambilan keputusan membeli barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat dari pemilihan produk yang dibeli. Karateristik pembeli tadi dapat disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sebagai berikut :

  Faktor budaya a. Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar.

  Perilaku manusia dipelajari secara luas, tumbuh didalam satu masyarakat, seorang anak mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku dari keluarga dan institusi lainnya. Setiap kelompok masyarakat mempunyai budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa sangat bervariasi dari negara yang satu dengan negara lain.

  b. Subbudaya merupakan bagian budaya yang paling kecil atau kelompok orang yang berbagi sistem nilai yang berdasarkan pengalaman hidup dan situasi umum. Meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis.

  c. Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat dan perilaku. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan kekayaan variabel lain.

  Faktor sosial

  a. Kelompok acuan Seorang indiividu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku seseorang dipengaruhi kelompok kecil. Kelompok yang mempengaruhi langsung dan tempat dimana seseorang menjadi sebagai titik perbandingan atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang.

  b. Keluarga Keluarga ialah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga adalah organiasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan teliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran suami, istri, serta anaka-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda.

  c. Status Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang disekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk sesuai dengan peran dan status mereka.

  Faktor pribadi

  a. Usia Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berpaapun usianya adalah konsumen. b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.

  Pemasar, berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka.

  c. Gaya Hidup Pola kehidupan sesorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dna opini orang tersebut. Orang-orang yangd atang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yag berbeda (Kotler, 2007).

  Faktor psikologis

  a. Motivasi Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan sesorang untuk mencari kepuasaan dari kebutuhan. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hirarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak. Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemjudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya.

  b. Persepsi Dimana seseorang dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti.

  Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yangs sama (Mangkunegara, 2009). c. Pembelajaran Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran terajdi melalui interaksi dorongan, rangsangan pertanda, respons dan penguatan.

  d. Keyakinan dan Sikap Keyakinan ialah pemikiran deskriptif yang dimiliki seeorang tentang sesuatu.

  Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau iman yang bisa membawa muatan emosi atau tidak. Keyakinan akan membentuk citra produk dan merek yang memepengaruhi perilaku pembelian. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal yang menimbulkan persepsi konsumen yaitu faktor stimulis pemasaran yang terdiri atas produk, harga, distribusi dan promosi. Faktor eksternal dan internal ini kemudian menimbulkan dua persepsi konsumen. Kedua persepsi ini sangat mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan membeli produk berdasarkan selera mereka (Umar, 2000).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Konsumen

  Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada teori perilaku konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

  Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum satisfaction). Danteori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction itu adalah tujuan akhir konsumen.

  Beberapa anggapan - anggapan sederhana yang biasa menjadi patokan untuk menganalisa pembentukan garis permintaan dari suatu barang secara lebih tepat, tanpa menyimpang dari realitas ekonomi:

  1.Barang dan jasa yang dikonsumsi biasanya disebut komoditi. Komoditi adalah sesuatu yang memberikan jasa konsumsi terhadap konsumen persatuanwaktu tertentu.

  2. Setiap konsumen dianggap tahu macam barang dan jasa yang tersedia di pasar, kapasitasteknis masing - masing barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan . konsumen dan tingkat harga masing - masing.

  3 Konsumen dianggap tahu secara pasti mengenai jumlah uang yang akan dibelanjakanya selama periode perencanaan tertentu.

  Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam macam pendekatan yaitu:

  1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal : Pendekatan nilai guna (Utility) kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif/dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.

  Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian.

  

Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan

  kebutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

  2.Pendekatan nilai guna ordinal: Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis kurva indeference: manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak dapat diukur. Pendekatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.

  3.Persamaan kardinal dan ordinal Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumendalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .

  Konsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga tidak akan kekurangan apapun, karna tubuh yang sehat akan memudahkan dalam beraktifitas. Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau dalam diri. Apabila konsumen kebutuhannya tidak terpenuhi, ia akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang senang sebagai rasa puasnya. Menurut Sumarwan (2004) menyatakan bahwa perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

  Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan akan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu (Hanna, 2001).

2.2.2 Pemasaran

  Menurut Kotler (2007), pemasaran adalah proses sosial (individu dan kelompok) untukmendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.

  Sebagai jantung marketing, bauran pemasaran minimal mencakup empat hal :

  • Produk dan jasa yang dihasilkan
  • Harga yang ditawarkan untuk sebuah produk yang dihasilkan
  • Strategi promosi yang ditempuh dapat meningkatkan awareness atas barang/jasa yang dihasilkan ditengah-tengah persaingan.
  • Strategi pendistribusian produk

  Untuk itu, strategi bauran pemasaran dirumuskan minimal mencakup empat hal di atas.

  a. Bauran Produk Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan/keinginan pasar yang bersangkutan.

  b. Bauran Harga Harga adalah satuan lain (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan/penggunaan suatu barang/jasa.

  c. Bauran Promosi Promosiadalah aktivasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

  d. Bauran Distribusi Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumensehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).

2.2.3Analisis Conjoint

  Analisis Conjoint ialah teknik yang digunakan secara khusus untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen terhadap suatu produk atau jasa dan untuk membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu produk atau jasa baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen. Atribut-atribut merupakan elemen-elemen yang terdapat pada suatu produk yang berfungsi menjelaskan karakter produk tersebut (Hair et al, 2006).

  Dalam pemasaran, analisis conjoint merupakan teknik yang sangat baik untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana tingkat kepentingan sekumpulan atribut merek? Kedua, dalam pengembangan produk baru, model produk mana yang paling disukai konsumen?Analisis conjoint tergolong metode tidak langsung (Indirect methode). Kesimpulan diambil berdasarkan respon subjek terhadap perubahan sejumlah atribut. Karena itu, perlu dipastikan terlebuh dahulu apa saja atribut suatu produk atau merek (Simamora, 2005).

  Model Analisis Conjoint U(X) =

  Aij Xij Dimana: U(X) = keseluruhan utilitas dari alternatif aij = j = 1,2 ki dari i atribut ( 1 = 1,2....m) ki = no level pada atribut i m = no atribut Xij = 1 apabila level j dari atribut ; dan 0 kalau tidak dipilih. Pentingnya atribut dinyatakan dalam: Ii = {max(aij) – min(aij)}, untuk masing – masing i Pentingnya atribut ini dinormalkan dalam kaitannya dengan kepentingan relatif dengan atribut yang lain:

  W i =

  ∑ Model yang digunakan adalah : U = bo+b X +b X + b X + b X + b X + b

  X

  1

  1

  2

  2

  3

  3

  4

  4

  5

  5

  6

  6 Dimana :

  X 1, X 2 = variabel dummy untuk atribut 1

  X X variabel dummy untuk atribut 2

  3, 4 =

  X 5, X 6 = variabel dummy untuk atribut 3 Pada bidang pemasaran, analisis ini banyak digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen akan produk baru atau desain produk. Jadi, pada dasarnya tujuan analisis conjoint adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri dari atas satu/banyak bagian. Hasil utama

  

conjoint analysis adalah suatu bentuk (desain) produk barang / jasa / objek tertentu

yang diinginkan oleh sebagian besar responden (Santoso, 2012).

  Proses dasar conjoint analysis:

1. Menentukan Perancangan Atribut dan Level

  Menentukan faktor sebagai atribut spesifik kemudian level sebagai bagian-dari faktor sebuah objek. Dalam analisis ini, perancangan atribut yang berpengaruh merupakan bagian dari mengidentifikasi atribut dengan tingkatan, masing-masing dipergunakan untuk membuat stimuli.

  No. Bauran Atribut Subatribut

  1. Produk Warna

  1. Kuning Keemasan

  2. Kuning Tua Kejernihan

  1. Bening

  2. Keruh Pemanasan

  1. Cepat

  2. Sedang Penirisan

  1. Cepat

  2. Sedang Kemasan

  1. Botol

  2. Plastik (Refill)

  3. Drijen Informasi gizi

  1. Lengkap

  2. Jelas Ukuran

  1. 1L 2. 2L 3. 5L

  2. Harga Harga sesuai 1. < Rp.20.000 kualitas

  2. Rp.20.000

  • – Rp.30.000 3. > Rp.30.000

  3. Promosi Informasi dan

  1. Keluarga

  2. Media Cetak Promosi

  3. Media Elektronik

  4. Distribusi Tempat

  1. Pasar Tradisional

  2. Pasar Modern

  Sumber : Data Diolah (2014)

2. Mendesain Stimuli

  Kombinasi antara faktor dengan level disebut satu stimuli. Dalam penelitian ini bentuk stimuli yang bisa dibentuk yaitu warna ,kejernihan, variasi ukuran produk, kandungan gizi, kemasan, harga, informasi dan promosi ,dan tempat. Kemungkinan stimuli dari atribut dan level di penelitian preferensi konsumen minyak goreng yaitu 2x2x2x2x3x2x3x3x3x2 = 5184 stimuli. Ada dua cara merancang kombinasi taraf atribut yaitu pendekatan kombinasi berpasangan dan kombinasi lengkap. Dalam penelitian ini, digunakan kombinasi lengkap. Oleh karena jumlah stimuli terlalu banyak untuk dievaluasi oleh responden maka digunakan teknikfractional factorial designmelalui konsep SPSS untuk membantu mereduksi stimuli dari 5184 kemungkinan stimuli tersebut agar tidak semua kombinasi harus dianalisis lebih lanjut.

  3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada.

  Responden akan memberikan rating terhadap stimuliyang ada. Penilaian rating menggunakan skala ordinal yang terukur berupa skala likert dengan angka 1= sangat tidak suka sekali, 2 = tidak suka sekali, 3 = cukup suka, 4 = suka sekali, 5 = sangat suka sekali. Dari stimuli yang terbentuk, proses kemudian dilanjutkan dengan proses conjoint . Pendapat setiap responden ini disebut sebagai utilityyang dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar perhitungan conjoint.

  4. Melakukan proses conjoint dengan masukan data yang ada

  Dari pendapat responden atas sekian stimuli yang telah dikumpulkan dilakukan proses conjoint dengan bantuan perangkat lunak SPSS untuk memprediksi kombinasi atribut produk minyak goreng yang diinginkan responden. Output yang dihasilkan dari proses analisis conjoint berupa nilai utility dan nilai kepentingan.

  Nilai utility merupakan nilai yang menunjukkan kecenderungan pemilihan konsumen terhadap kombinasi stimuli yang disukai. Nilai kepentingan merupakan nilai yang menunjukkan atribut produk minyak goreng yang paling penting sehingga mendasari konsumen untuk membeli minyak goreng.

  5. Uji Keakuratan

  Dari hasil conjoint yakni untuk mengukur tingkat ketepatan prediksi dari hasil analisis dimana hasil conjoint tidak berbeda jauh dengan pendapat responden yang sebenarnya. Tingkat uji keakuratan dicerminkan dengan adanya korelasi yang tinggi dan siginifikan antara hasil estimasi dengan aktual. Sementara itu untuk menguji hasil conjoint dilakukan dengan sejumlah holdout samplesebagai penguji hasil apakah proses conjoint yang menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi. Secara teoritis jumlah stimuli akan sangat banyak jika faktor dan level juga bervariasi. Untuk jumlah stimuli yang terlalu banyak bisa dilakukan pengurangan stimuli dengan ketentuan stimuli minimal :

  Minimum stimuli = jumlah level

  • – jumlah faktor +1 Asumsi pada analisis conjoint berbeda dengan analisis multivariat lainnya, proses

  

conjoint tidak membutuhkan uji asumsi seperti normalitas, homoskedastisitas,

dan lainnya (Santoso, 2012) .

  Dalam evaluasi model, hasil analisis conjoint ini untuk akurasi baik individu maupun agregat. Tujuan keduanya ialah memastikan seberapa konsisten model memprediksi preferensi yang diberikan responden. Untuk memeriksa kecocokan model keseluruhan dapat digunakan nilai korelasinya. Semakin tinggi korelasinya semakin cocok atau semakin baik modelnya. Untuk data ranking dilihat korelasi antara ranking aktual dan prediksi dengan Taun Kendall, sedangkan data rating digunakan korelasi Pearson (Hair,et al, 2006).

2.3 Penelitian Terdahulu

  R esmawati (2013) dimana penelitiannya berjudul “Analisis Preferensi Konsumen terhadap Produk Susu Berbasis Analisis

  Conjoint” menggunakan Metode preferensi konsumen terhadap kombinasi atribut produk susu khusus untuk umur remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis conjoint dengan menggunakan pairwise-comparison sebagai metode presentasinya. Atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis susu, rasa, kemasan dan kandungan lemak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemasan merupakan atribut terpenting dibandingkan dengan atribut lainnya dengan nilai relaltive

  

importance sebesar 56,13%. Atribut terpenting kedua yaitu rasa susu dengan nilai

relaltive importance 38,55%. Kandungan lemak menempati rangking ketiga

  dengan nilai relaltive importance sebesar 4,28%, dan jenis susu sebagai atribut keempat dengan relaltive importance nilai sebesar 1,05%. Selain itu, stimuli yang diinginkan konsumen untuk produk susu khusus umur remaja adalah jenis susu kental, rasa coklat, kemasan kaleng, dan kandungan lemak non fat.

2.4 Kerangka Pemikiran

  Dalam melakukan keputusan pembelian minyak goreng, konsumen dihadapkan pada preferensi terhadap produk minyak goreng yang akan dibeli. Pada produk minyak goreng kemasan terdapat karateristik yang dalam penelitian ini disebut dengan atribut minyak goreng. Atribut yang didefinisikan mempengaruhi preferensi konsumen dari warna, kejernihan, cepat panas, cepat tiris, kemasan, informasi gizi, ukuran produk, harga, promosi, dan lokasi. Dalam memasarkan produk minyak goreng kemasan ini produsen harus mengetahui preferensi konsumen yang menjadi kebutuhan konsumen sehingga konsumen membeli produknya. Dan preferensi konsumen pada minyak goreng ini menggunakan analisis conjoint . Dengan mengetahui kombinasi atribut minyak goreng yang dipilih kosumen dapat membantu untuk mengembangkan minyak goreng kemasan yang sesuai dengan preferensi konsumen tersebut.

  MINYAK GORENG KEMASAN

ATRIBUT POSITIF

  ATRIBUT NORMATIF ATRIBUT : Warna,Kejernihan, Pemanasan, Penirisan, Kemasan, Informasi Gizi, Ukuran, Harga,Informasi dan Promosi,dan Tempat.

  Analisis Conjoint Preferensi Konsumen

  Keputusan Pembelian Desain Produk

  Gambar 1. Kerangka Pemikiran

  Pengaruh Hubungan Berdasarkan landasan teori dari penelitian ini, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

  1. Ada hubungan yang kuat antara antara hasil conjoint dengan preferensi konsumen,didasari bahwa hasil utama conjoint analysis adalah suatu bentuk (desain) suatu produk tertentu yang diinginkan secara teoritis oleh sebagian besar konsumen dan dilihat dari setiap atribut-atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih minyak goreng kemasan.