BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit - Kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21%

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Komposit

  Resin komposit adalah gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat

  2

  yang unggul. Bahan-bahan ini memiliki sifat mekanis yang baik dan mendekati sifat- sifat dentin dan enamel. Resin komposit paling umum digunakan untuk bahan restorasi karena merupakan bahan yang baik dari segi estetika, kekuatan dan ketahanan terhadap keausan bahan. Resin komposit sering digunakan untuk restorasi anterior kelas 3, 4 dan 5 di mana estetika menjadi keutamaan. Resin komposit juga dapat digunakan untuk restorasi posterior karena tahan terhadap keausan dan

  1 mengurangi polimerisasi.

  2.1.1 Komposisi Resin Komposit Kandungan utama resin komposit adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping dua komponen ini, beberapa komponen lain yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan antara (silane) diperlukan untuk memberikan ikatan yang baik antara bahan pengisi anorganik dan

  2 matriks resin dan aktivator-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin.

  2.1.1.1 Matriks Resin Matriks polimer organik dalam resin komposit yang paling umum adalah diakrilat aromatik atau alipatik. Bisfenol A glicidil metakrilat (bis-GMA), urethane dimetakrilat (UDMA) dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Molekul oligomer sangat

  1 kental dan membutuhkan penambahan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA).

  3 Gambar 1: Struktur Bis-GMA

  3 Gambar 2: Struktur TEGDMA

  3 Gambar 3: Struktur UDMA

  2.1.1.2 Bahan Pengisi Bahan pengisi adalah komposisi anorganik yang halus dan terdiri dari barium, kaca borosilikat atau gelas barium, strontium atau seng. Resin komposit bisa menjadi radiopak dengan memasukkan unsur atom seperti barium, strontium, zirkonium ke

  1

  dalam bahan pengisi. Bahan pengisi dimasukkan ke dalam matriks resin untuk meningkatkan sifat bahan matriks. Bila bahan pengisi tidak benar-benar berikatan, bahan pengisi dapat melemahkan resin matriks. Bahan pengisi dihasilkan dari pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari 0,1- 100µm. Quartz sering digunakan secara luas sebagai bahan pengisi tetapi memiliki

  2 restorasi antagonisnya.

  2.1.1.3 Coupling Agent Ikatan antara bahan pengisi dan matriks resin dapat dipertahankan dengan penggunaan senyawa silikon organik atau bahan penghubung silane. Molekul silane memiliki kelompok reaktif pada kedua ujungnya dan dilapisi pada permukaan bahan pengisi oleh produsen sebelum pencampuran dengan oligomer. Selama polimerisasi, ikatan ganda pada molekul silane bereaksi dengan polimer matriks. Hasil akhirnya adalah bahan dengan sifat kekuatan yang lebih besar daripada bahan pengisi atau matriks secara terpisah. Bonding juga dapat meningkatkan retensi bahan pengisi selama abrasif pada permukaan komposit. Akibatnya, partikel pengisi menjadi keras

  1

  dan matriks yang dihasilkan menjadi lembut. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik

  2 dengan mencegah air menembus antara permukaan bahan pengisi dan resin matriks.

  2.1.1.4 Initiators dan Accelerators Polimerisasi resin komposit dapat dilakukan dengan cara kimia (self-cure) atau dengan aktivasi cahaya. Dual cure adalah kombinasi dari cahaya dan cara kimia.

  Dalam sistem yang diaktifkan secara kimia, inisiator peroksida akan menghasilkan radikal bebas yang menyerang ikatan ganda molekul oligomer dan memulai proses polimerisasi tambahan organik setelah bereaksi dengan amina tersier akselerator. Inisiasi polimerisasi yang diaktifkan sistem cahaya tergantung pada pemotongan molekul inisiator berdasarkan cahaya dari panjang gelombang yang tepat. Dengan adanya amina alifatik akselerator, radikal bebas diproduksi dan proses polimerisasi

  1 dimulai. Terdapat bahan tambahan lain yang ditambah dalam resin komposit yaitu penghambat dan modifier optik.

  2.1.1.5.1 Penghambat (Inhibitor) Penghambat digunakan untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer. Penghambat ini mempunyai potensi yang kuat dengan radikal bebas dimana bila radikal bebas terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi dengan radikal bebas dan kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat

  2 yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene dengan konsentrasi 0,01%.

   2.1.1.5.2 Modifier Optik Bahan tambahan modifier optik juga digunakan untuk menyesuaikan warna gigi. Resin komposit harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Warna dapat diperoleh dengan menambahkan pigmen yang berbeda seperti oksida logam. Translusensi dibuat untuk menyesuaikan dengan warna

  2 email dan dentin.

  2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit Klasifikasi resin komposit dibagi atas tiga yaitu berdasarkan ukuran bahan pengisi, berdasarkan penggunaannya dan berdasarkan aktivasi.

  2.1.2.1 Berdasarkan Ukuran Bahan Pengisi Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran bahan pengisi terbagi atas lima yaitu resin komposit tradisional, resin komposit berbahan pengisi mikro, resin komposit pengisi partikel kecil, resin komposit hybrid dan resin komposit partikel nano.

  Resin komposit tradisional disebut sebagai komposit konvensional atau komposit berbahan pengisi makro karena ukuran partikel bahan pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz yang

  1

  memiliki ukuran partikel rata-rata adalah 8-12 µm. Resin komposit ini sering digunakan untuk restorasi yang harus tahan terhadap tekanan seperti restorasi kelas 2

  2 dan kelas 4.

2.1.2.1.2 Resin komposit berbahan pengisi mikro

  Resin komposit berbahan pengisi mikro dikembangkan untuk mengatasi masalah kasarnya permukaan pada resin komposit tradisional. Resin komposit ini memiliki ukuran partikel rata-rata sebesar 0,04-0,4 µm. Resin komposit ini memiliki sifat fisik dan mekanis yang kurang dibandingkan komposit tradisional. Meskipun demikian resin komposit berbahan pengisi mikro ini lebih baik daripada resin akrilik dan menghasilkan permukaan akhir yang lebih halus seperti yang diharapkan untuk restorasi estetika dibandingkan dengan komposit lain. Jadi, bahan ini lebih disukai

  2 untuk restorasi lesi karies permukaan halus yaitu restorasi kelas 3 dan kelas 5.

  2.1.2.1.3 Resin komposit pengisi partikel kecil Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil dikembangkan untuk memperoleh kehalusan permukaan dari resin komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin komposit tradisional. Ukuran rata-rata bahan pengisi untuk resin komposit ini adalah 1-5 µm yang dirancang untuk restorasi posterior. Sebagian resin komposit berbahan pengisi partikel kecil ini menggunakan quartz sebagai bahan pengisi tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat. Resin komposit ini menunjukkan sifat fisik dan mekanis yang paling unggul. Resin komposit ini sering digunakan pada area

  2 dengan tekanan dan abrasi tinggi seperti restorasi kelas 1 dan kelas 2. Resin komposit hybrid dikembangkan untuk memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada resin komposit partikel kecil tetapi tetap mempertahankan sifat resin komposit pengisi partikel kecil. Kebanyakan bahan pengisi hybrid terdiri atas silika koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan. Kaca mempunyai ukuran partikel rata-rata 0,6-1 µm. Resin komposit ini sering digunakan untuk restorasi anterior termasuk restorasi kelas 4 karena kehalusan permukaan dan memiliki

  2 kekuatan yang cukup baik.

   2.1.2.1.5 Resin komposit partikel nano Resin komposit partikel nano terdiri atas dua yaitu nanofiller dan nanohybrid.

  Resin komposit nanohybrid mengandung partikel yang berukuran nano (0,005-0,01 mikron) pada matriks resin dengan bahan pengisi yang lebih konvensional. Resin komposit nanohybrid dapat diklasifikasikan sebagai resin komposit universal pertama yang memiliki sifat penanganan dan kemampuan poles didapat dari komposit

  21 mikrofilled serta kekuatan dan ketahanan aus dari hybrid tradisional.

  Keuntungan resin komposit nanohybrid diantaranya dapat digunakan pada restorasi kelas 1, 2, 3, 4 dan 5, kemampuan poles yang baik karena memiliki ukuran pertikel yang sangat kecil sehingga dapat mengurangi retensi sisa makanan, memiliki kekerasan yang lebih bagus daripada bahan restorasi komposit lainnya dan memiliki

  21-23 ciri-ciri seperti enamel dan dentin.

  2.1.2.2 Berdasarkan Penggunaan Klasifikasi resin komposit berdasarkan penggunaan terbagi atas enam yaitu resin komposit microfilled, resin komposit packable, resin komposit flowable, resin komposit laboratory, resin komposit core dan resin komposit provisional.

   2.1.2.2.1 Resin komposit microfilled

  Resin komposit microfilled direkomendasikan untuk restorasi kelas 3 dan kelas 5 dimana pemolesan dan estetika yang paling penting. Salah satu produk resin aktivasi cahaya resin dimetakrilat dengan pengisi silika koloid 0,04 µm dan resin

  

prepolymerized yang kadang-kadang diisi dengan silika koloid. Total bahan pengisi

  anorganik adalah 32% sampai 50%. Resin komposit microfilled menyerap air lebih banyak dan memiliki ekspansi termal yang lebih daripada microhybrid atau

  3 nanokomposit karena memiliki bahan pengisi yang kurang penuh.

  2.1.2.2.2 Resin komposit packable Resin komposit packable adalah pasta komposit yang memiliki viskositas yang sangat tinggi dan perlekatan permukaan yang rendah. Bahan ini tidak terkondensasi seperti amalgam tetapi dapat dikompresi. Resin komposit ini direkomendasikan untuk restorasi kelas 1 dan 2. Resin komposit ini terdiri dari resin dimetakrilat dengan aktivasi cahaya dan diaktifkan dengan pengisi yang berporeus atau tidak teratur. Bahan pengisi dalam komposit ini memiliki volume 66% sampai 70%. Interaksi

  3 bahan pengisi dan modifikasi resin komposit ini menyebabkannya menjadi packable.

  2.1.2.2.3 Resin komposit flowable Resin komposit flowable adalah komposit yang memiliki viskositas yang rendah dengan aktivasi cahaya. Resin komposit ini direkomendasi untuk lesi serviks, restorasi gigi sulung dan restorasi kecil. Resin komposit ini mengandung resin dimetakrilat dan bahan pengisi anorganik dengan ukuran partikel 0,4-3,0 µm dan bahan pengisi 42% - 53%. Resin komposit ini memiliki modulus elastisitas yang rendah sehingga dapat menjadikan resin komposit ini berguna pada abfraksi di daerah servikal. Resin komposit ini juga memiliki penyusutan polimerisasi yang lebih tinggi dan ketahanan aus yang lebih rendah dibanding dengan resin komposit lainnya karena

  3 kandungan bahan pengisinya yang rendah.

  2.1.2.2.4 Resin komposit laboratory Mahkota, inlay dan veneer terikat dengan koping logam dapat dibuat dengan komposit yang diproses di laboratorium dengan menggunakan berbagai kombinasi

  

3

kepadatan, sifat mekanis dan ketahanan aus.

   2.1.2.2.5 Resin komposit core

  Resin komposit core ini tersedia self-cured, light-cured dan dual-cured. Resin komposit core biasanya berwarna biru, putih atau opak untuk memberikan warna yang kontras dengan struktur gigi. Sebagian resin komposit core dapat melepaskan fluor. Resin komposit core memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan amalgam yaitu dapat terikat dengan dentin, mudah untuk dikontur dan dapat memiliki warna yang lebih alami di bawah retorasi keramik. Resin komposit core berikatan

  3 dengan sisa enamel dan dentin menggunakan agen bonding.

   2.1.2.2.6 Resin komposit provisional

  Resin komposit provisional dapat mempertahankan posisi gigi dan melindungi margin serta memberikan dimensi vertikal yang tepat. Inlay sementara, mahkota dan

  3 gigi palsu sebagian biasanya dibuat dari resin akrilik atau resin komposit.

  2.1.2.3 Berdasarkan Aktivasi Klasifikasi resin komposit berdasarkan aktivasi terbagi atas tiga yaitu resin komposit aktivasi cahaya, resin komposit aktivasi kimia dan resin komposit aktivasi

  dual.

   2.1.2.3.1 Resin komposit aktivasi cahaya (light-cured)

  Resin komposit light-cured tersedia dalam berbagai warna dalam syringe yang terbuat dari plastik untuk melindungi bahan dari paparan cahaya. Resin komposit ini menggunakan sinar dengan waktu pengaturan yang dikontrol untuk polimerisasi. Resin komposit ini menggunakan sinar cahaya biru dengan panjang gelombang 470

  18 nm yang diserap dengan foto-aktivator seperti camphoroquinone. Resin komposit chemical-cured disediakan dalam dua pasta yaitu katalis dan universal. Aktivasi kimia dicapai pada suhu kamar dengan amina organik (pasta katalis) bereaksi dengan peroksida organik (universal) untuk menghasilkan radikal bebas dan menyerang ikatan karbon ganda dan menyebabkan polimerisasi. Dua pasta

  18 ini dicampur dalam waktu 20-30 detik.

  2.1.2.3.3 Resin komposit aktivasi dual (dual-cured) Jenis resin komposit berdasarkan dual-cured berisi inisiator dan akselerator yang

  18 memungkinkan teraktivasi oleh sinar dan mengeras dengan sendirinya (self curing).

  2.1.3 Sifat-sifat Resin Komposit Sifat-sifat resin komposit terbagi atas empat, yaitu sifat fisik, sifat mekanis, sifat optis dan sifat biologis.

  2.1.3.1 Sifat Fisik

   2.1.3.1.1 Polymerization shrinkage

  Resin komposit memiliki kekurangan yaitu mengalami pengerutan selama polimerisasi. Hal ini akan menyebabkan kebocoran mikro, kegagalan perlekatan bahan adhesif, iritasi pulpa, karies sekunder, sensitif pasca restorasi serta kegagalan restorasi. Dasar dari teknik penambalan sedikit demi sedikit adalah untuk mengompensasi pengerutan yang terjadi pada saat pengerutan. Campuran pertama yang dimasukkan ke dalam dasar kavitas akan sudah terpolimerisasi sebagian sewaktu campuran berikutnya diambil serta dimasukkan ke dalam kavitas sehingga adanya ruangan karena pengerutan lapisan pertama akan diisi oleh lapisan

  3 berikutnya.

   2.1.3.1.2 Sifat termal

  Resin komposit memberikan isolasi termal yang baik untuk pulpa gigi karena

  1

  matriks polimer organik memiliki konduktivitas termal yang rendah. Koefisien linear

  • 6
  • 6

  dengan partikel halus dan 55-68 x 10 /ºC untuk resin komposit dengan partikel

  3 microfine . Konduktivitas termal dari semua resin komposit cocok dengan enamel

  1

  dan dentin dan jauh lebih baik dibandingkan dengan amalgam. Konduktivitas termal resin komposit dengan partikel halus adalah lebih besar dari resin komposit dengan partikel microfine karena konduktivitas pengisi anorganik lebih tinggi dibandingkan

  3 dengan matriks polimer.

   2.1.3.1.3 Penyerapan air

  3 Penyerapan air resin komposit hybrid (5-17 mg/mm ) lebih rendah dibandingkan

  3

  dengan resin komposit microfine (26-30 mg/mm ) karena fraksi volume yang lebih rendah dari polimer dalam resin komposit dengan partikel halus. Kualitas dan stabilitas bahan antara silane penting dalam meminimalkan kerusakan ikatan antara bahan pengisi dan polimer dan jumlah penyerapan air. Penyerapan air merupakan

  3 proses yang lambat bila dibandingkan dengan polymerization shrinkage dan stress.

  Penyerapan air oleh resin komposit berkorelasi dengan penurunan kekerasan

  1 permukaan dan ketahanan aus.

   2.1.3.1.4 Kelarutan

  3 Kelarutan resin komposit bervariasi 0,25-2,5 mg/mm dan berkisar antara 1,5%

  3

  sampai 2,0% dari berat bahan asli. Alkohol adalah pelarut bis-GMA dan gel fluor yang ditambah asam akan meningkatkan laju disolusi partikel bahan pengisi. Oleh

  1 karena itu, produk yang tidak mengandung alkohol harus digunakan.

   2.1.3.1.5 Kestabilan warna

  Warna sangat penting dalam restorasi estetik. Perubahan warna dapat terjadi dari oksidasi dan hasil dari pertukaran air dalam matriks polimer dan interaksi dengan

  3 polimer yang tidak bereaksi dan inisiator yang tidak terpakai atau akselerator. Kekasaran adalah suatu bentuk iregularitas pada tekstur permukaan yang disebabkan karena friksi, penggunaan yang berlebihan, goresan mekanis dan kimiawi. Kekasaran permukaan dihitung berdasarkan alat surface roughness tester yang

  3,24 nilainya dinyatakan dalam Ra dengan satuan µm.

  2.1.3.2 Sifat Mekanis

2.1.3.2.1 Kekuatan

  Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang diuji dengan metode diametral dan kekuatan lentur dan modulus untuk komposit gigi sangat penting. Kekuatan tekan sangat penting karena diperlukan untuk kekuatan

  3

  mengunyah. Kekuatan lentur dan modulus tekan resin komposit microfilled dan

  

flowable sekitar 50% lebih rendah dari nilai untuk resin komposit hybrid dan resin

  komposit packable karena volume persen bahan pengisi yang terdapat di dalam

  18 komposit ini sendiri.

  2.1.3.2.2 Modulus elastisis Modulus lentur dari resin komposit microfilled dan flowable biasanya lebih rendah daripada resin komposit packable karena penurunan volume persen bahan pengisi

  3 yang terdapat di dalam resin ini sendiri.

  2.1.3.2.3 Kekerasan permukaan Restorasi harus memiliki permukaan halus dan teratur tetapi kondisi ini tidak sering terjadi karena resin komposit sering terpapar dengan abrasi, erosi dan atrisi di

  24

  dalam rongga mulut. Kekerasan permukaan memberikan indikasi ketahanan terhadap penetrasi ketika di bebani dengan indentasi. Nilai kekerasan tergantung pada metode yang digunakan untuk pengukuran. Umumnya, nilai yang rendah

  17

  menunjukkan angka kekerasan bahan yang lunak dan sebaliknya. Nilai kekerasan

  2

  2

  untuk resin komposit (22-80 kg/mm ) yaitu lebih rendah dari enamel (343 kg/mm )

  2

  yang halus lebih besar dari nilai untuk resin komposit dengan partikel microfine

  3 karena fraksi kekerasan dan volume partikel bahan pengisi.

2.1.3.2.4 Wear rates

  Dalam kondisi klinis, restorasi resin komposit berkontak dengan permukaan lain seperti gigi antagonis, partikel makanan dan cairan rongga mulut yang dapat menyebabkan keausan dan degradasi. Tekanan oklusal terhadap bahan restorasi gigi lebih besar di posterior dibanding dengan tekanan oklusal di anterior. Beberapa studi klinis telah melaporkan bahwa generasi terbaru dari nanokomposit memiliki ketahanan aus yang sangat baik. Komposit nanofilled telah terbukti menunjukkan

  3 ketahanan aus yang mirip dengan enamel alami manusia.

2.1.3.3 Sifat optis

2.1.3.3.1 Radiopacity

  Beberapa bahan pengisi seperti kaca kuarsa, lithium-aluminium dan silika tidak radiopak dan harus dicampur dengan bahan pengisi lain untuk menghasilkan komposit radiopak. Dalam komposit nanofilled, radiopacity dicapai dengan menggunakan zirkonia nanomerik (5-7 nm) atau dengan memasukkan zirkonia di

  3 dalam nanocluster bersama dengan silika.

2.1.3.4 Sifat biologis

2.1.3.4.1 Biokompatibilitas

  Hampir semua komponen utama dari resin komposit (Bis-GMA, TEGDMA dan UDMA) bersifat sitotoksik. Organisasi Internasional Standardisasi (ISO) membuat pengujian toksisitas bahan material kedokteran gigi dengan merendam bahan komposit di dalam berbagai medium berair dan organik untuk melihat respon biologis

  3 dari bahan komposit.

  2 Tabel 1: Sifat resin komposit

  Tradisional Berbahan Partikel Hybrid pengisi kecil mikro Bahan pengisi anogranik % volume 60-70 20-59 65-77 60-65 % berat 70-80 35-67 80-90 75-80

  Sifat Kekuatan kompresi (MPa) 250-300 250-350 350-400 300-350 Kekuatan tarik (MPa) 50-65 30-50 75-90 40-50 Modulus elastik (GPa) 8-15 3-6 15-20 11-15 Koefisien ekspansi termal 25-35 50-60 19-26 30-40

  • 6

  (10 /ºC)

2 Penyerapan air (mg/cm ) 0,5-0,7 1,4-1,7 0,5-0,6 0,5-0,7

  Nilai kekerasan Knoop 55 25-35 50-60 50-60

2.1.4 Reaksi polimerisasi resin komposit

  Resin komposit biasanya menggunakan visible light activated light dengan panjang gelombang 450-475 nm. Sumber cahaya meliputi quartz halogen, laser, plasma arc dan yang terbaru light emitting diodes (LED). Energi minimum yang

  2

  21

  diperlukan untuk mengeraskan resin komposit adalah 300 mW/cm . Faktor-faktor yang mempengaruhi polimerisasi dari resin komposit adalah:

  1. Lama curing: Ini tergantung pada warna resin, intensitas cahaya, dalamnya kavitas, ketebalan resin, pengisi komposit

  2. Warna resin: Warna yang lebih gelap memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicuring (60 detik dengan kedalaman maksimum 0,5 mm)

  3. Suhu: resin komposit pada suhu ruangan akan mengeras lebih sempurna dan lebih cepat

4. Ketebalan resin: Ketebalan optimum adalah 1-2 mm 5.

  Jarak penyinaran: Jarak optimum adalah < 1 mm, dengan posisi cahaya 90º dari permukaan komposit

  22 6.

  Kualitas sumber cahaya: Panjang gelombang antara 400 – 500 nm Reaksi polimerisasi terbagi atas tiga yaitu self-cured resin komposit, light-cured resin komposit dan juga dual-cured resin komposit. Self-cured resin komposit

  

peroxide dan akselerator yang digunakan adalah tertiary aromatic amine. Kemudian,

  resin komposit akan mengeras dengan sendirinya. Light-cured resin komposit menggunakan sinar dengan panjang gelombang tertentu untuk mengaktivasi polimerisasi. Sinar yang digunakan adalah sinar biru dengan panjang gelombang 470 nm yang akan diserap oleh fotoaktivator (0,2%-1%) dan champoroquinone. Self-

  

cured resin komposit mengandung initiator dan akselerator dan diaktivasi

  3 menggunakan sinar dan akan mengeras dengan sendirinya.

2.2 Obat Kumur

  Obat kumur adalah cairan yang digunakan untuk membersihkan dan

  18

  meningkatkan kesehatan mulut, estetika dan kesegaran nafas. Obat kumur merupakan produk oral hygiene yang sangat penting untuk pasien. Obat kumur telah

  16

  digunakan lebih dari 3,000 tahun yang lalu. Obat kumur paling efektif digunakan pada pagi dan sore hari setelah penyikatan gigi dan terdiri atas 3 bahan utama. Agen yang aktif di dalam obat kumur bisa digunakan untuk anti-karies, efek antimikroba, fluor dan pengurangan adhesi plak. Agen aktif ini kemudian berinteraksi dengan air atau alkohol. Alkohol digunakan untuk melarutkan beberapa bahan aktif, meningkatkan rasa dan bertindak sebagai pengawet untuk memperpanjang jangka kerja obat kumur. Di dalam obat kumur juga terdapat agen penyedap untuk

  18 menyegarkan napas termasuk eucalyptol, menthol, thymol dan methyl salicylate.

  Dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi obat kumur adalah keasaman dan kadar etanol didalam obat kumur tersebut. Jika dibandingkan dengan minuman beralkohol, bir mengandung sekitar 4% dan wine mengandung sekitar 11% etanol. Meskipun obat kumur tidak ditelan seperti minuman beralkohol tetapi kadar

  18

  etanol yang tinggi mempunyai efek topikal yang harus dihindari. Obat kumur juga

  4,5,9-15

  memiliki efek terhadap bahan restorasi. Kadar etanol yang tinggi dapat melunakkan permukaan bahan resin seperti komposit resin, kompomer. Ini lebih

  18 signifikan pada resin yang menggunakan sinar. obat kumur terutama yang mempunyai kadar etanol yang tinggi. Resiko karsinogenik meningkat dengan meningkatnya durasi terpapar dan frekuensi penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol. Faktor resiko ini mirip dengan efek yang dihasilkan dari peningkatan konsumsi minuman beralkohol. Meskipun ada hasil yang berbeda dari berbagai studi klinis tetapi tampaknya terdapat efek hanya ketika kadar etanol yang tinggi dari obat kumur itu sendiri dan penggunaan yang berlebihan. Alkohol dapat dianggap sebagai unsur yang penting di dalam obat kumur karena bertindak sebagai pelarut untuk minyak aromatik, agen aroma dan memberikan bau yang enak pada rongga mulut. Banyak orang awam tidak menyadari bahwa sebagian

  18 besar obat kumur mengandung alkohol.

  Banyak obat kumur memiliki warna yang menarik dan rasa yang menyenangkan yang dapat menarik orang awam. Keracunan alkohol pada anak-anak lebih serius jika dibandingkan dengan orang dewasa karena alkohol bisa menyebabkan induksi hipoglikemia yang merupakan komplikasi serius pada anak-anak. Ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada hati dan otak dan kasus fatal telah dilaporkan pada seorang anak berusia 4 tahun yang menelan obat kumur yang mengandung 10% alkohol. Kekhawatiran tentang bahaya keracunan alkohol pada anak-anak mendorong American Dental Association untuk meminta produsen obat kumur yang mengandung lebih dari 5% alkohol untuk meletakkan label peringatan keselamatan untuk anak-anak. The American Academy of Pediatrics telah merekomendasikan ke U.S Food and Drug Administration untuk membatasi kandungan alkohol didalam obat kumur maksimal sebanyak 5% dan harus

  16 mempunyai label peringatan keselamatan untuk anak-anak. Pengetahuan tentang kekerasan bahan sangat berguna untuk teknisi dan juga dokter gigi. Uji kekerasan termasuk dalam spesifikasi American Dental Association (ADA) untuk bahan material kedokteran gigi. Ada beberapa jenis tes kekerasan permukaan yang sebagiannya didasarkan pada kemampuan permukaan material untuk

  2

  menahan penetrasi oleh titik berlian atau steel ball di bawah beban tertentu. Tes yang paling sering digunakan dalam menentukan kekerasan bahan material kedokteran gigi

  17 dikenal dengan nama Vickers, Knoop, Brinell dan Rockwell.

  Uji kekerasan dilakukan dengan memberikan gaya standar atau beban kepada indentor. Prosedur umum untuk menguji kekerasan adalah gaya standar atau berat diberikan pada titik penetrasi. Gaya standar ini diberikan kepada indentor dan akan

  18 menghasilkan lekukan berbentuk simetris yang dapat diukur di bawah mikroskop.

  Lekukan berbentuk simetris diukur di bawah mikroskop untuk kedalaman, area atau lebar lekukan, karena lekukan ini terlalu kecil untuk dilihat dengan mata. Apabila beban tetap diterapkan pada indentor standar, dimensi lekukan akan bervariasi dengan resistensi terhadap penetrasi dari bahan yang diuji. Jadi, beban ringan digunakan

  3,17

  untuk bahan yang lebih lunak. Berbagai uji kekerasan berbeda dalam bahan indentor, geometri dan beban. Indentor dapat dibuat dari baja, tungsten carbide atau berlian dan dibentuk dari 1 sampai dengan 3000 kilogram. Pilihan uji kekerasan

  18 tergantung pada bahan, kekerasan yang diharapkan dan tingkat lokalisasinya.

  Tes Knoop dan Vickers diklasifikasikan sebagai tes microhardness manakala tes

  

Brinell dan Rockwell adalah tes macrohardness. Jumlah kekerasannya berdasarkan

  2

  kedalaman penetrasi titik indentor kepada bahan tersebut. Bagi metode yang melibatkan pengukuran lekukan dengan mikroskop setelah kekuatan indentasi dikeluarkan, nilai kekerasannya berkait dengan tingkat deformasi permanen yang diproduksi pada permukaan bahan uji dengan indentor di bawah beban yang diberikan. Desain piramida indentor yang digunakan pada Vickers dan Knoop menunjukkan bahwa apabila alat bersentuhan dengan permukaan bahan uji, tekanan awal adalah sangat tinggi. Kekerasan sering digunakan untuk memberi indikasi kemampuan untuk melawan goresan. Oleh karena itu, bahan akrilik lebih mudah dengan cara mekanis. Kekerasan juga digunakan untuk memberi indikasi ketahanan

  17 abrasi material terutama sewaktu pemakaian yang mencakup goresan.

2.3.1 Vickers Hardness Test

  Metode Vickers ini diperkenalkan oleh Smith dan Sandland pada tahun 1925

  20

  digunakan untuk mengukur kekerasan sesuatu bahan. Vickers Hardness Test ini menggunakan indenter yang berbentuk persegi berlian piramida dengan sudut 136°. Indentor ini menghasilkan lekukan persegi. Kekerasan berlian piramida dihitung

  1,3,17,20

  dengan membagi beban yang diterapkan oleh luas permukaan lekukan. Metode perhitungan Vickers hardness number (VHN) adalah sama dengan Brinell hardness

  number (BHN) yaitu beban dibagi dengan luas proyeksi lekukan. Panjang diagonal

  indentasi diukur dan diambil rerata. Vickers hardness test ini digunakan dalam spesifikasi ADA untuk dental casting gold alloys. Uji ini sesuai digunakan untuk

  2

  mengukur kekerasan struktur gigi. Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor

  19 berupa piramida yang lebih keras dari bahan yang diuji.

  Gambar 4: Berlian piramida pada Vickers hardness

  

3

test

  

20

Kekerasan Vickers dihitung dengan rumus:

  Keterangan:

  F: gaya yang diberikan (kgf)

  2

  d: perhitungan rata-rata dari dua diagonal yaitu d

  1 dam d 2 (mm )

  20 Gambar 5: Cara mengukur VHN

   2.3.2 Knoop Hardness Test

  Tes Knoop merupakan metode yang dikembangkan untuk melakukan metode tes indentasi mikro. Beban yang digunakan dalam tes ini tidak boleh melebihi 3,6 kgf

  3

  (kilogram-force) yaitu 35 Newton. Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor

  19 berupa bentuk piramida yang lebih keras dari bahan yang diuji.

   2.3.3 Brinell Hardness Test

  Tes Brinell merupakan salah satu metode yang tertua di dalam ilmu kedokteran gigi. Tes ini tergantung atas ketahanan bola steel atau bola tungsten karbida dengan diameter 1,6 mm dan beban sebesar 123 Newton. Tes Brinell dilakukan dengan

  3

  waktu yang telah ditetapkan yaitu 30 detik dan lalu dilihat melalui miksroskop. Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa bentuk bola yang lebih keras dari

  24 bahan yang diuji.

   2.3.4 Rockwell Hardness Test

  Tes Rockwell merupakan metode yang dikembangkan untuk mengukur kekerasan yang sangat tinggi. Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa kerucut

  19

  yang lebih keras dari bahan yang diuji. Indentor yang digunakan berbeda diameter

  3 dan beban yaitu 60 sampai 150 kgf atau 588 sampai 1470 Newton.

  

Resin Komposit

  Klasifikasi Sifat-sifat

  Komposisi Berdasarkan ukuran partikel filler:

  Matriks resin Fisik

  Mekanis Optis Biologis

   Tradisional  Berbahan pengisi Kekuatan

  Bahan

  Polymerization

  mikro

  Radiopacity Biokompatibilitas

  pengisi

  shrinkage

   Pengisi partikel Modulus kecil

  Sifat termal

  Coupling Wear rates

   Hybrid

  agent

  Penyerapan air  Partikel nano Kekerasan Kelarutan permukaan Berdasarkan

  Initiators dan

  penggunaan: Kestabilan air

  accelerators

   Mikrofilled Kekasaran  Packable Bahan permukaan  Flowable tambahan  Laboratory

  Obat Kumur

  lain:  Core Provisional  Penghambat (Inhibitor)

  Non alkohol Alkohol

  Berdasarkan  Modifier aktivasi: optik

   Sinar  Kimia Duel-cured

  Universitas Sumatera Utara Resin Komposit Nanohybrid Sifat

  Mekanis Proses pembersihan rongga mulut Sikat gigi Obat kumur

  Alkohol Efek kelarutan

  Kekerasan permukaan

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Produk - Pengaruh Atribut Produk dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Atribut Produk dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

0 2 11

Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 1 11

2.1.2 Etiologi dan Patogenesis - Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 1 11

Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan - Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan Pada BT/BS BIMA Medan

0 1 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Legenda Nilam Baya Bagi Masyarakat Melayu Batubara : Kajian Fungsi

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Prevalensi Trauma Gigi Sulung Anterior pada Anak Usia 1- 4 Tahun di TK, PAUD dan Posyandu Kecamatan Medan Maimun dan Medan Perjuangan.

0 0 13

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Prevalensi Trauma Gigi Sulung Anterior pada Anak Usia 1- 4 Tahun di TK, PAUD dan Posyandu Kecamatan Medan Maimun dan Medan Perjuangan.

0 1 6