BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Produk - Pengaruh Atribut Produk dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

  2.1.1 Pengertian Produk

  Kotler (2008: 231) mendefenisikan bahwa produk adalah suatu sifat yang kompleks dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestasi perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Batasan produk adalah suatu yang dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa suatu benda ( object ), rasa ( service ), kegiatan ( acting ), orang ( person ), tempat ( place ), organisasi dan gagasan dimana suatu produk akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen, jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain yang sejenis.

  Kotler dan Amstrong (2008:266) menyatakan bahwa produk adalah semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,diminta,dicari,dibeli dan digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan Tjiptono ( 2008:95)

  2.1.2 Atribut Produk

  Kotler (2008: 152) menyatakan bahwa atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.

  Atribut yang melekat pada suatu produk, digunakan konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan kebutuhan dan keinginan.

  Bagi perusahaan dengan mengetahui atribut-atribut apa saja yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan strategi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.

  Tjiptono (2008:103), menyatakan bahwa atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan. Atribut produk meliputi :

2.1.2.1 Merek

   Menurut Keller dalam buku Sadat (2009:18) menyatakan bahwa istilah brand berasal dari kata brandr

  yang berarti “to brand”, yaitu aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi di Amerika dengan member tanda pada ternak-ternak mereka untuk memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual kepasar. Sedangkan menurut Afiff dalam buku Sadat (2009:18) menyatakan bahwa kata merek yang digunakan sebagai terjemahan kata brand berasal dari bahasa Belanda yang diadopsi dan digunakan secara luas dalam bahasa pemasaran.

  Dalam perkembangannya merek memiliki banyak defenisi. Menurut Kotler dan Armstrong (2004:349) menyatakan bahwa merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol, atau desain atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasi pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu. Menurut Keegan et al. dalam Ferrinadewi (2008:137) berpendapat bahwa merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Menurut Kotler dan Keller (2009:258) menyatakan bahwa merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.

  Menurut Kotler dan Keller (2009:259) merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen, atau organisasi untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada bagaimana pemerekan produk tersebut. Mereka belajar tentang merek melalui pengalaman masa lalu dengan produk tersebut dan program pemasarannya, menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka dan mana yang tidak.

  Merek, merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut produk lain yang diharapkan dapat memberikan identitas dan differensiasi terhadap produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Agar suatu merek dapat mencerminkan makna-makna yang ingin disampaikan maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu : a.

  Merek harus khas atau unik b.

  Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan pemakaiannya.

  c.

  Merek harus menggambarkan kualitas produk.

  d.

  Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat e.

  Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk di negara dan dalam bahasa lain.

  f.

  Merek harus dapat menyesuaikan diri (adaptable) dengan produk- produk baru yang mungkin ditambahkan ke dalam lini produk.

2.1.2.1.1 Manfaat Merek

  Menurut Sadat (2009:21) merek-merek yang kuat akan memberikan jaminan kualitas dan nilai yang tinggi kepada pelanggan, yang akhirnya juga berdampak luas terhadap perusahaan. Perusahaan yang mampu membangun mereknya dengan baik akan mampu menangkal setiap serangan pesaing sehingga dapat terus mempertahankan pelanggannya. Melalui merek, perusahaan dapat memberikan berbagai sentuhan emosional atau eksperensial yang tidak dapat diberikan oleh produk. Berikut ini terdapat beberapa manfaat merek yang dapat diperoleh pelanggan dan perusahaan:

  Tabel 2.1

Manfaat Merek bagi Pelanggan dan Perusahaan

Pelanggan Perusahaan

  a. Merek sebagai sinyal kualitas a.

  Magnet pelanggan b.

  b. Mempermudah proses/memandu Alat proteksi dai para imitator pembelian c.

  Memiliki segmen pelanggan c. yang loyal

  Alat mengidentifikasi produk d.

  d. Mengurangi risiko Membedakan produk pesaing e.

  e. Memberi nilai psikologis Mengurangi perbandingan harga

  f. Dapat mewakili kepribadian sehingga dapat dijual premium

  f. Memudahkan penawaran produk baru g.

  Bernilai financial tinggi h. Senjata dalam kompetisi

  Sumber: Sadat, (2009:21)

2.1.2.1.2 Elemen Merek

  Kotler dan Keller (2009:269) menyatakan elemen merek adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek. Menurut Sadat (2009:49) menyatakan bahwa elemen dari identitas suatu merek terdiri dari nama, logo, warna, desain dan kemasan, slogan dan tagline, endorser merek, karakter, situs web dan URL. Kotler dan Keller (2009:269) menyatakan dalam memilih elemen merek, ada enam kriteria utama, yaitu : a.

  Dapat diingat Yaitu seberapa mudah elemen merek itu diingat dan dikenali. Nama-nama pendek adalah elemen merek yang mudah diingat.

  b.

  Berarti Yaitu elemen merek kredibel dan mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya. Elemen merek menyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang yang mungkin menggunakan merek.

  c.

  Dapat disukai Yaitu berkaitan dengan seberapa menarik estetika elemen merek. Dan elemen merek dapat disukai secara visual, verbal dan cara lain.

  d. Dapat ditransfer Yaitu elemen merek dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam kategori yang sama atau berbeda. Elemen merek menambah ekuitas merek melintasi batas geografis dan segmen pasar.

  e. Dapat disesuaikan Yaitu kemudahan elemen merek disesuaikan dan diperbarui. f. Dapat dilindungi Yaitu kemudahan elemen merek untuk dapat dilindungi secara hukum dan secara kompeten.

2.1.2.2 Kemasan

  Kemasan, merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk.

  Tujuan penggunaan kemasan antara lain : Menurut Sastradipoera (2003:127) kemasan adalah: 1. Sebuah barang atau seperangkat produk yang dibungkus atau ditutup seragam untuk dijual di pasar.

  2. Setiap jenis pembungkus atau wadah yang terbuat dari bahan-bahan tertentu yang menutup sesuatu

3. Paket yang berukuran kecil atau sedang yang terbuat dari kardus atau bahan-bahan lainnya.

2.1.2.2.1 Fungsi Kemasan

  Secara tradisional, fungsi primer kemasan adalah untuk memuat dan melindungi produk. Namun beberapa waktu terakhir ini banyak faktor-faktor yang membuat pengemasan menjadi alat pemasaran yang penting. Pengemasan yang inovatif dapat memberikan keunggulan kepada sebuah perusahaan terhadap para pesaingnya. Menurut Shimp (2003: 307), selain sebagai pelindung dan pembungkus produk, kemasan juga berguna untuk:

  1. Menggambarkan perhatian pada sebuah merek

  2. Memisahkan merek dari kumpulan produk yang kompetitif pada poin pembelian.

  3. Menyesuaikan harga/nilai bagi konsumen

  4. Menandakan/mengartikan berbagai fitur dan keuntungan merek 5. Memotivasi pilihan merek.

2.1.2.2.2 Strategi Kemasan

  Strategi pengemasan menurut Satradipoera (2003: 129) adalah strategi pengemasan yang meliputi rencana dan metode yang cermat untuk melindungi dan memberikan kemudahan penggunaan produk dan memberikan kemasan yang tepat pada produk tersebut bagi kepentingan penjualan.

  Usaha untuk menentukan penampilan produk lebih baik memiliki beberapa strategi kemasan yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan, antara lain : 1.

  Mengubah kemasan Menyadari kemasan yang ditampilkan tidak memiliki daya tarik yang begitu baik lagi dari konsumen, sehingga manajemen dihadapkan untuk mengambil tindakan mengubah kemasan dengan alasan: a.

  Menangkal menurunnya omset penjualan b. Memperluas pasar dengan menarik kelompok baru pada konsumen c. Memanfaatkan bahan kemasan baru d. Membantu program promosi menjadi daya utama dalam iklan 2. Kemasan lini produk Suatu perusahaan harus memutuskan apakah mengembangkan kemasan yang sama untuk beberapa produk atau kemasan yang berbeda untuk masing-masing produk 3. Kemasan yang dipakai ulang

  Strategi dalam kebijakan kemasan adalah pemakaian ulang kemasan dari produk yang telah laku

4. Kemasan aneka ragam

  Terdapat kecenderungan dari berbagai perusahaan yang mengarah kepada penggunaan kemasan yang beranekaa ragam. Hal ini disebabkan aneka ragam dapat meningkatakan penjualan.

  Struktur Kemasan

2.1.2.2.3 Suatu kemasan mengkomunikasikan makna tentang merek melalui berbagai

  komponen simbolik yaitu warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik, serta informasi dalam label. Berbagai komponen tersebut bersama-sama diupayakan untuk mewakili apa yang bertindak sebagai struktur kemasan (Shimp, 2003:307) yaitu:

1. Pemanfaatan warna dalam kemasan

  Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal pada para pembeli perspektif termasuk kualitas, rasa serta kemampuan produk untuk merumuskan beragam kebutuhan psikologis. Strategi pemanfaatan warna dalam kemasan cukup efektif karena warna mempengaruhi orang secara emosional.

  2. Desain Desain merujuk pada pengorganisasian berbagai elemen dalam kemasan. Desain kemasan yang efektif adalah salah satu yang memungkinkan arus mata yang seha dan menyediakan poin fokus bagi konsumen.

  3. Bentuk Bentuk yang unik dan memudahkan identifikasi konsumen terhadap suatu produk yang nantinya akan memperkuat identifikasi merek tersebut.

  4. Ukuran kemasan Para produsen menawarkan wadah yang berbeda ukuran untuk memuaskan kenutuhan yang unik dari beragam segmen pasar, untuk mewakili situasi pemanfaatan yang berbeda, dan juga untuk memperoleh ruang pajang di gerai-gerai eceran (retail).

  5. Material fisik dalam kemasan Material-material kemasan dapat membangkitkan emosi konsumen, khususnya emosi bawah sadar. Berbagai kemasan dikonstruksi dari bahan yang dapat menimbulkan perasaan tertentu dibenak konsumen.

  6. Informasi produk pada kemasan Informasi merujuk pada kata-kata kunci pada kemasan, informasi pada panel/ permukaan dibagian belakang, bahan-bahan, peringatan, gambar-gambar serta ilustrasi.

2.1.3 Sikap Konsumen

  Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen . Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek, baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten (Setiadi 2003:214). Menurut Ferrinadewi, (2008: 94), sikap adalah proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi, kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya. Sikap adalah inti dari perasaan suka atau tidak suka seseorang terhadap obyek tertentu (Sangadji dan Sopiah, 2013:178).

  Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:176) sikap adalah menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Sifat yang penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut dimana tingkat kepercayaan yang dihubungkan dengan sikap adalah karena dapat mempengaruhi kekuatan hubungan di antara sikap dan perilaku, kepercayaan dapat mempengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sikap bersifat dinamis, banyak sikap akan berubah bersama waktu.

  Sikap positif konsumen terhadap merek akan menjadi asset berharga bagi perusahaan karena sikap positif yang sangat mendalam membantu konsumen melupakan berbagai kesalahan yang mungkin saja dilakukan oleh merek secara tidak sengaja. Sikap positif pada merek hanya dapat ditumbuhkan jika konsumen yakin bahwa merek memiliki atribut dan manfaat yang mampu memuaskan kebutuhan merekan.

2.1.3.1 Komponen Sikap

  Menurut Suryani (2008:162), struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

  1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipeyang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

  2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

  3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

2.1.3.2 Fungsi Sikap

  Sikap menurut Loudon dan Della Bitta dalam Harsya (2013:49) mempunyai empat fungsi: a.

  Fungsi Penyesuaian Fungsi ini mengarahkan manusia menuju objek yang menyenangkan atau menjauhi objek yang tidak menyenangkan. Hal ini mendukung konsep utilitarian mengenai maksimasi hadiah atau penghargaan dan minimisasi hukuman.

  b.

  Fungsi Pertahanan Diri Sikap dibentuk untuk melindungi ego atau citra diri terhadap ancaman serta membantu untuk memenuhi suatu fungsi dalam mempertahankan diri.

  c.

  Fungsi Ekspresi Nilai Sikap ini mengekspresikan nilai-nilai tertentu dalam suatu usaha untuk menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke dalam sesuatu yang lebih nyata dan lebih mudah ditampakkan.

  d.

  Fungsi Pengetahuan Manusia membutuhkan suatu dunia yang mempunyai susunan teratur rapi,oleh karena itu mereka mencari konsistensi, stabilitas, definisi, dan pemahaman dari suatu kebutuhan yang selanjutnya berkembanglah sikap ke arah pencarian pengetahuan.

2.1.3.3 Faktor-Faktor Pembentukan Sikap

  Terbentuknya sikap tidak terlepas dari lingkungan dimana konsumen melakukan pembelajaran. Faktor-faktor yang berperan penting dalam pembentukan sikap, yaitu (Suryani,2008:174): 1.

  Pengalaman Langsung Pengalam individu mengenai obyek sikap dari waktu ke waktu akan membentuk sikap tertentu pada individu. Karena itu, sikap akan lebih mudahterbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

  2. Pengaruh Keluarga Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan sikap maupun perilaku. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat karena konsumen melakukan interaksi lebih intensif dibandingkan dengan lingkungan yang lain. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sikap konsumen terhadap produk tertentu memiliki hubungan yang kuat dengan sikap orangtuanya terhadap produk tersebut.

  3. Teman Sebaya Tidak hanya pengaruh keluarga terhadap pembentukan sikap, teman sebaya juga juga punya peran yang cukup besar terutama bagi anak-anak remaja dalam pembentuka sikap. Adanya kecenderungan untuk mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya, mendorong para anak muda mudah dipengaruhi oleh kelompoknya dibandingkan sumber- sumber lainnya.

4. Pemasaran Langsung

  Mulai banyaknya perusahaan yang menggunakan pemasaran langsung atas produk yang ditawarkan secara tidak langsung berpengaruh dalam pembentukan sikap konsumen.Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

2.1.4 Keputusan Pembelian Konsumen

  Menurut Kotler dan Armstrong (2008:158), konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan pembelian konsumen secara sangat rinci untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, dan mengapa mereka membeli.

  Menurut Kotler dan Armstrong (2008:181), keputusan pembelian (purchase

  decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor

  bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, dan faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang aktual.

  Menurut Morissan (2010:111), keputusan pembelian (purchase decision) adalah tahap selanjutnya setelah adanya niat atau keinginan membeli, namun keputusan pembelian adalah tidak sama dengan pembelian sebenarnya (actual

  purchase). Ketika konsumen memilih untuk membeli suatu merek, ia masih harus melaksanakan keputusan dan melakukan pembelian yang sebenarnya.

  Menurut Nugroho (2010:331), mendefinisikan suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku.

  Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda. Inti dari pengambilan keputusan konsumen (cunsumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua alternatif, dan memilih satu diantaranya.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan.

2.1.4.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

  Menurut Kotler dan Armstrong (2008:179), proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pascapembelian. Adapun penjelasan dari tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

  Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku Kebutuhan Informasi Alternatif Pembelian Pasca pembelian

Gambar 2.1 : Proses Keputusan Pembelian Sumber : Kotler dan Armstrong (2008:179)

  1. Pengenalan kebutuhan (need recognition) yaitu tahap pertama proses keputusan pembeli, dimana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal dan rangsangan eksternal.

  2. Pencarian informasi (information search) yaitu tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian informasi secara aktif.

  3. Evaluasi alternatif (alternative evaluation) yaitu tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam sekelompok pilihan.

4. Keputusan pembelian (purchase decision) yaitu keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli.

  5. Perilaku pasca pembelian (postpurchase behavior) yaitu tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka.

2.1.4.2 Jenis-Jenis Perilaku Keputusan Pembelian

  Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 177), perilaku pembelian sangat berbeda untuk berbagai produk. Keputusan yang lebih kompleks biasanya melibatkan peserta pembelian dan pertimbangan pembeli yang lebih banyak.

Tabel 2.2 akan menunjukkan empat tipe perilaku pembelian.Tabel 2.2 Empat Tipe Perilaku Pembelian Keterlibatan Tinggi Keterlibatan Rendah

  

Banyak Perbedaan Perilaku pembelian Perilaku pembelian yang

Antar Merek kompleks mencari keberagaman

  Perilaku pembelian Perilaku pembelian

  Sedikit Perbedaan Antar Merek pengurangan disonansi kebiasaan

  Sumber : Kotler dan Armstrong (2008: 177) 1.

  Perilaku Pembelian Kompleks Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks (complex buying

  behavior ) ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa

  ada perbedaan yang signifikan antarmerek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, berisiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri.

  2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi Perilaku pembelian pengurangan disonansi (dissonance-reducing

  buying behavior ) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam

  pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antar merek.

  3. Perilaku Pembelian Kebiasaan Perilaku pembelian kebiasaan (habitual buying behavior) terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Konsumen memiliki keterlibatan rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli.

  4. Perilaku Pembelian Mencari Keberagaman Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keberagaman (variety-seeking buying behavior) dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan.

  2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu

  Penulis Judul Penelitian Teknik Hasil Penelitian Tahun Analisis

  Rakhmaniar Analisis Pengaruh Iklan, Regresi Hasil penelitian Nurul Merek, Dan Persepsi Linier menunjukkan variabel

  Kharista Harga Terhadan Berganda Iklan, Merek, dan (2014) Keputusan Pembelian Persepsi Harga

  Rokok Gudang Garam mempunyai pengaruh (Studi pada Konsumen positif terhadap Rokok Gudang Garam keputusan pembelian. di Kota Semarang)

  Ramlah Analisis Pengaruh Harga, Regresi Hasil penelitian Ritonga Rasa Dan Kemasan Linier menunjukkan variabel

  (2014) Terhadap Keputusan Berganda Harga, Rasa Dan Pembelian Minuman Kemasan mempunyai

  Kuku Bima Ener-G Pada pengaruh positif dan Masyarakat Di signifikan terhadap

  Kelurahan Bagan Nibung keputusan pembelian Kec.Simpang Kanan

  Kab.Rokan Hilir Riau

  Miranti Pengaruh Atribut Regresi Hasil penelitian Rosiana Produk Terhadap Linier meunjukkan variabel

  ( 2014 ) Keputusan Pembelian Berganda atribut produk Handphone Smartphone berpengaruh secara

  Samsung Galaxy simultan terhadap Young S6310 keputusan pembelian

   Lanjutan Tabel 2.3

  Penulis Tahun

  Judul Penelitian Teknik Analisis

  Hasil Penelitian Lahmsa

  Alkautsa Harysa

  (2013) Pengaru Motivasi,

  Persepsi Dan Sikap Konsumen Terhadap

  Keputusan Pembelian Minuman Kemasan

  Merek “Teh Pucuk Harum”(Studi Pada

  Mahasiswa Fakultas Ekonomika Dan Bisnis

  Universitas Diponegoro Di Semarang)

  Regresin Linier berganda

  Hasil penelitian menunjukkan variabel Motivasi, dan Sikap Konsumen berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Sementara variabel persepsi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

2.3 Kerangka konseptual

  Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli. Atribut yang melekat pada suatu produk digunakan oleh konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk yang digunakan untuk memutuskan dalam melakukan pembelian. Dengan mengetahui atribut-atribut apa saja yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka perusahaan dapat menentukan strategi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.

  Keberadaan merek memiliki sifat yang khas pada suatu produk sifat yang khas inilah yang membedakan produk yang satu dengan yang lainnya. Merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol, atau lambang, desain, warna, atau kombinasi atribut produk lain yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.

  Seiring berkembangnya waktu, kegunaan dari kemasan semakin berkembang. Kegunaan kemasan sebagai pelindung dan pembungkus suatu produk berubah menajadi posisi penting dalam memasarkan suatu produk. Selain sebagai pengemas produk, kemasan juga merupakan penampilan pertama dari citra pemasaran suatu produk. Kemasan harus menyampaikan informasi atau pesan yang jelas dan singkat untuk meraih perhatian konsumen dan tertarik dalam memutuskan pembelian.

  Unsur lain yang terdapat di atribut produk yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah layanan pelengkap. Layanan pelengkap berguna bagi konsumen dalam memutuskan pembelian. Dengan adanya layanan pelengkap, konsumen dapat mengetahui informasi dari suatu produknya. Sehingga konsumen tidak hanya membeli produk yang dapat memenuhi kebutuhannya saja, tetapi juga membeli produk yang menawarkan atribut produk yang terbaik salah satunya layanan pelengkap.

  Sikap yang dikembangkan terhadap suatu merek produk akan disesuaikan dengan kebutuhan ekspresi dan aktualisasi dirinya. Konsumen memiliki sikap dalam memutuskan pembelian bergantung pada kemampuan produk mengekspresikan dirinya dengan baik untuk dibeli. Keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Jika atribut-atribut produk mampu mengekspresikan nilai-nilai dirinya, maka konsumen akan membeli produk itu, dan akan bersikap positif terhadap produk itu tersebut.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Merek (X

  1 )

  Keputusan Kemasan (X

  2 )

  Pembelian (Y) Sikap Konsumen (X

  4 )

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

  1. Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Luwak White Koffie pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

  2. Kemasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Luwak White Koffie pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

  3. Sikap konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Luwak White Koffie pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

  4. Merek, kemasan, sikap konsumen berpengaruh positif dan signifikan secara serempak terhadap Keputusan Pembelian Luwak White Coffie pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Penerapan Metode AHP dan FDM pada Pemilihan Rancangan Rumah Tekstur Minimalis Berbasis WEB

0 0 6

Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Boyer Moore untuk Fitur Autocomplete dan Autocorrect pada Aplikasi Katalog Perpustakaan Daerah Aceh Timur

0 0 21

2.2. Fitur atau Layanan Autocomplete - Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Boyer Moore untuk Fitur Autocomplete dan Autocorrect pada Aplikasi Katalog Perpustakaan Daerah Aceh Timur

1 1 17

Induksi Tunas Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Dengan Pemberian α-Benzil Amino Purina dan α-Asam Asetat Naftalena Secara In –vitro

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perpajakan 2.1.1. Defenisi Pajak - Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia

0 1 51

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecipir - Daya Terima Brownies Tepung Biji Kecipir dan Kandungan Gizinya

0 2 16

Daya Terima Brownies Tepung Biji Kecipir dan Kandungan Gizinya

0 0 15

A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 0 89

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (Antenatal Care) 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Bidan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas di Kabupaten Aceh Barat

0 12 45