BAB II URAIAN TEORITIS - Studi Deskriptif Fungsi Komunikasi Non Verbal Emoticon dalam Instant Messaging di kalangan Mahasiswa

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

  Teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah dalam suatu penelitian. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun. 1995). Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1.1 Komunikasi non verbal

a. Definisi Komunikasi Non-verbal

  Komunikasi non-verbal menyangkut ‘rasa’ atau ‘emosi’. Di samping itu, jenis dan jumlah tindakan-tindakan non-verbal sangat beraneka ragam dan banyak, tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, perilaku non-verbal sangat membantu pembentukan makna pada setiap pesan komunikasi yang ada. Sebagai contoh, ketika seorang anak tampak senang karena mendapat nilai bagus dalam ujian matematika, dia tidak hanya bercerita pada kawan- kawannya tentang kegembiraannya, tetapi secara atraktif dia meloncat- loncat dan tertawa kegirangan.

  Frank E.X. Dance dan Carl E. Larson (1976) dalam bukunya ‘The

  Functions of Human Communication : A Theorical Approach’ ,

  menawarkan satu definisi tentang komunikasi non-verbal sebagai suatu stimulus yang pengertiannya tidak ditentukan oleh makna isi simboliknya. Sebagai contoh, orang mengedipkan mata, merah muka, mengetuk-ketuk jari ke meja, duduk bersandar, berdiri tegak, dan sebagainya. Makna dari tindakan-tindakan itu tidak tergantung dari makna isi gerakan-gerakan tersebut, tetapi tergantung pada interpretasi dari orang-orang lain yang mengamatinya. Tentunya, hal ini akan menimbulkan interpretasi makna yang berbeda-beda.

  Di lain pihak, Judee K. Burgoon dan Thomas J. Saine (1978) dalam bukunya ‘The unspoken dialoque: An Introduction to Non-Verbal

  Communication’ , memberikan definisi kerja sebagai berikut: “Komunikasi

  non-verbal adalah tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya umpan balik (feedback) dari yang menerimanya”.

  Hickson dan Stacks (1989) dalam bukunya ‘Non-verbal

  Communication Studies and Apllications ’, memperluas pengertian dari

  Burgoon dan Saine di atas, dengan mengatakan bahwa: “Stimuli tertentu dari perilaku non-verbal mungkin terjadi dengan tidak disadari dan perilaku non-verbal diatur oleh norma-norma yang dihasilkan oleh interaksi manusia.”

  Di samping itu, suatu pengertian yang praktis diberikan oleh Ronald

  B. Adler dan neil Towne (1987) dalam bukunya ‘Looking Out Looking in’, yaitu : “apabila komunikasi verbal ‘kata-kata’, tersebut tidak akurat, karena kalau dilihat dalam kenyataannya pesan-pesan tertentu ada yang tidak terucapkan dan ada aspek-aspek vokal yang tidak nyata sebagai pesan verbal. Sebagai contoh, kadangkala kita sulit untuk menggambarkan dengan kata-kata tentang ‘keindahan’, di lain waktu kita sering mengeluh yang terekspresikan lewat suara-suara ‘huh,ckk’ dan sebagainya.”

  Merangkum beberapa penjelasan di atas, Komunikasi non-verbal bisa didefinisikan secara umum sebagai “pesan-pesan yang diekspresikan secara sengaja atau tidak sengaja melalui gerakan/tindakan/perilaku atau suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa”.

  b.

   Fungsi Komunikasi non verbal Sejumlah cara berkomunikasi verbal berbeda dengan komunikasi non-verbal, tetapi keduanya dibutuhkan bersama untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif. Dengan menggabungkan keduanya, pembentukan makna suatu pesan komunikasi akan tercapai secara keseluruhan. Gambaran ini merupakan fungsi umum dari komunikasi non verbal.

  Sebenarnya ada beberapa fungsi umum dari komunikasi non verbal, tetapi dalam modul ini akan dirinci enam fungsi komunikasi non verbal bersama komunikasi verbal dalam pembentukan makna suatu pesan komunikasi. Dalam hal ini komunikasi non-verbal memodifikasi komunikasi verbal. Enam fungsi ini sesuai dengan pendapat Paul Ekman (1965) sebagai berikut: 1.

  Repetisi atau pengulangan Perilaku non verbal merupakan pengulangan untuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Jika seseorang menanyakan agar ditunjukkan letak suatu tempat, kita akan memberikan penjelasan dengan kata-kata dan kemudian menegaskan atau memperkuat penjelasan terdahulu dengan menunjukkan jari kemana arah tempat tersebut. Bahkan sering kita masih menambahkan dengan memberikan gambaran dengan peragaan-peragaan non verbal yang lain.

  Fungsi repetisi ini bisa berlaku pula untuk pemakaian isyarat atau tanda. Penggunaan tanda atau isyarat biasanya berkaitan dengan kultur atau budaya. Seperti, menganggukkan kepala berarti ‘ya’, menggelengkan kepala berarti ‘tidak’.

  Namun seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan tanda gestur itu bisa berarti lain pada kebudayaan lain yang berbeda.

2. Kontradiksi atau berlawanan

  Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya berlawanan. Tindakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap.

  Ada banyak alasan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang atau bahkan diri kita sendiri melakukan tindakan-tindakan yang bermakna rangkap.

  Orang akan lebih percaya pada perilaku non verbal dibandingkan pesan verbal di dalam komunikasi yang bermakna ganda. Seringkali proses yang demikian itu akan mempengaruhi hubungan antarpribadi yang sudah ada.

  3. Subsitusi atau pengganti Sering kali, suatu tanda juga menggantikan pesan verbal yang dikomunikasikan. Contohnya, ketika seorang teman menanyakan sesuatu, kita hanya ‘angkat bahu’ utuk mengatakan tidak tahu. Dalam hal ini sering tidak didasari tindakan-tindakan non verbal. Seperti tersenyum, menarik nafas panjang, atau mengerutkan kening.

  4. Komplemen atau pelengkap Tindakan non verbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan verbal. Kita juga menggunakan komunikasi non-verbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal.

  Misalnya, anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang. Dari contoh tersebut, banyak tindakan non verbal dari seluruh bagian tubuh digunakan melengkapi pembentukan makna pada pesan verbal. Contoh itu juga menjelaskan, bahwa tindakan non verbal dapat berfungsi melukiskan suatu ungkapan verbal. Dengan gerakan-gerakan yang wa ilustratif, proses komunikasi akan lebih bermakna.

  5. Regulasi atau pengatur Perilaku non verbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju. Gerak-gerik non-verbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir, mencodongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh-contoh dari fungsi mengatur ini.

  6. Aksentuasi atau penekanan Tanda non verbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan pesan-pesan verbal. Seperti, mengkritik seorang rekan dengan menunjukkan jari atau dengan intonasi suara yang tinggi. Fungsi aksentuasi ini sama prinsipnya dengan tanda-tanda italik (kursif atau garis miring) dalam bahasa verbal. Misalnya, anda mungkin tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau dapat memukulkan tangan anda ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu.

  c.

   Ciri-ciri dari Komunikasi Non-verbal Ciri-ciri berikut ini akan memberikan kerangka untuk mengamati kekhususan komunikasi non-verbal.

  1. Komunikatif Perilaku non-verbal dalam suatu situasi interaksi selalu mengkomunikasikan sesuatu. Tidak hanya berlaku untuk semua komunikasi, tetapi khususnya berlaku untuk komunikasi non- verbal. Kita tidak mungkin tidak bertingkahlaku, dan karenanya, kita tidak mungkin tidak mengkomunikasikan sesuatu. Apapun yang anda lakukan atau tidak anda lakukan, dan apakah tindak- tanduk anda disengaja atau tidak, perilaku non-verbal anda mengkomunikasikan sesuatu. Selanjutnya, pesan-pesan ini bisa diterima secara sadar ataupun tidak sadar. Kita tidak perlu menyadari bahwa kita sedang menerima pesan agar mereka mengkomunikasikan makna tertentu kepada kita.

  Bahkan gerakan kecil pada mata, tangan, dan otot wajah juga melakukan komunikasi, seperti gerakan nyata tubuh, duduk di sudut, atau memandang keluar jendela. Gerakan-gerakan kecil ini sangat penting dalam hubungan antarpribadi. Kita seringkali dapat mengatakan, misalnya, bahwa dua orang saling menyayangi atau bahwa mereka sekadar hanya bersikap santun satu sama lain. Seringkali kita mendasarkan penilaian ini pada perilaku-perilaku non-verbal kecil semacam itu. Gerakan otot di sekitar mata, tingkat kontak mata, cara mereka saling memandang semuanya memberikan petunjuk bagi kita untuk membuat penilaian itu. Semua perilaku non-verbal, betapa pun kecilnya, sangatlah penting. Setiap perilaku itu mempunyai makna; masing-masing melakukan komunikasi.

  a.

  Kesamaan Perilaku Satu cara yang sering kita gunakan untuk menyimpulkan apakah dua orang saling menyukai atau tidak adalah kesamaan perilaku (France & Mayo. 1978). Istilah ini mengacu pada kesamaan perilaku non-verbal dua orang, yang mungkin mempunyai banyak bentuk. Salah satu mungkin meniru orang lain, atau kedua orang ini mungkin secara spontan berperilaku sama. Kita dapat melihat kesamaan perilaku dalam gerak-gerik tubuh secara umum serta gerakan tangan selain juga sikap- sikap yang lain dan pada suara. Pada umumnya, kesamaan perilaku merupakan indeks dari rasa saling menyukai.

  b.

  Komunikasi Artifaktual Walaupun disini kita memusatkan pembahasan pada perilaku, janganlah berasumsi bahwa semua komunikasi non- verbal terjadi dalam bentuk perilaku. Banyak pesan non-verbal dikomunikasikan melalu cara berpakaian dan artifak-artifak lain (Lurie. 1983). Perhiasan, tata rias wajah, alat tulis yang digunakan, mobil yang anda kendarai, rumah yang anda diami, pemilihan Emoticon saat berkomunikasi via Instant

  

Messaging , dan, nyatanya, hampir semua benda yang berkaitan

  dengan anda mengkomunikasikan makna. Apapun yang anda kenakan dan apapun yang anda miliki semua mengkomunikasikan sesuatu tentang anda.

  2. Kontekstual Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks (situasi, lingkungan), dan konteks tersebut membantu untuk menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal. Perilaku non-verbal yang sama mungkin mengkomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Mengedipkan mata kepada seorang wanita cantik dalam bis kota mempunyai makna yang berbeda dengan mengedipkan mata di meja poker. Begitu juga, makna perilaku non-verbal tertentu akan berbeda tergantung pada perilaku verbal yang menyertainya. Menggunakan Emoticon ‘senyum dengan menjulurkan lidah’ saat bercanda sangat berbeda maknanya dengan menggunakan Emoticon ‘senyum dengan menjulurkan lidah’ di saat mengatakan maaf.

  3. Paket Perilaku non-verbal, apakah menggunakan tangan, mata, atau otot tubuh, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”, atau tandan (cluster). Seringkali perilaku seperti itu saling memperkuat; masing-masing pada pokoknya mengkomunikasikan makna yang sama. Adakalanya perilaku bertentangan satu sama lain.

  a.

  Paket Non-verbal Semua bagian tubuh biasanya bekerja bersama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Anda tidak menyatakan rasa takut dengan mata anda sementara bagian tubuh yang lain bersikap santai seperti tidur. Sebaliknyalah, keseluruhan tubuh mengekspresikan emosi ini. Sebelum dapat menerka sebarang perilaku non-verbal, perlu dilihat bagaimana keseluruhan paket ini berkaitan dengan konteks tertentu dan bagaimana setiap perilaku spesifik bersesuaian dengan paket itu. Seorang gadis cantik yang mengedipkan mata ke arah anda mungkin mengisyaratkan undangan, tetapi jangan abaikan kemungkinan bahwa lensa kontaknya tidak terpasang dengan baik. Pada umumnya kita tidak banyak menaruh perhatian pada sifat paket dari komunikasi non-verbal yang keliatan begitu wajar sehingga berlalu begitu saja tanpa disadari. Tetapi, bila ada inskosistensi barulah kita memperhatikannya.

  b.

  Paket Verbal dan Non-verbal Komunikasi non-verbal juga terpaket dengan pesan verbal yang menyertainya. Bila anda menunjukkan rasa marah secara verbal, tubuh dan wajah anda menegang, dahi anda berkerut, dan mungkin anda menunjukkan sikap siap berkelahi. Sekali lagi, kita seringkali tidak memperhatikan hal ini karena ini sepertinya wajar saja. Tetapi bila pesan non-verbal dari sosok atau wajah seseorang bertentangan dengan pesan verbalnya, kita menaruh perhatian khusus.

  Bila perilaku non-verbal bertentangan dengan perilaku verbal, tampaknya sangat beralasan untuk mempertanyakan kemungkinan komunikator ini dapat dipercaya.

4. Dapat dipercaya (Believable)

  Kita cepat mempercayai perilaku non-verbal. Ini tetap berlaku meskipun perilaku non-verbal ini bertentangan dengan perilaku verbal. Periset non-verbal pada tahun 1968 mengemukakan bukti bahwa dampak total dari suatu pesan merupakan fungsi dari formula berikut: Dampak Total = 0,007

  

verbal + 0,38 vokal + 0,55 wajah . Formula ini menunjukkan

  sangat kecilnya pengaruh pesan verbal. Lebih dari sepertiga dampak berasal dari suara atau vokal (parabahasa), dan lebih dari setengah pesan dikomunikasikan melalui wajah (roman muka). Di lain sisi, Mehrabian dan kawan-kawannya mengembangkannya dari telaaah mereka atas dampak emosional suatu pesan. Karenanya, formula ini tidak berlaku untuk semua pesan. Menurut periset non-verbal Judee Burgoon, David Buller, dan W. Gill Woodall (1989), perkiran Ray Birdwhistell bahwa 60 sampai 65 persen dari makna dikomunikasikan secara non-verbal lebih layak dipercaya.

5. Dikendalikan oleh aturan

  Komunikasi non-verbal, seperti halnya komunikasi verbal, dikendalikan aturan (rule-governed) (McLaughlin. 1984). Sebagai anak-anak, kita belajar kaidah-kaidah kepatutan sebagian besar melalui perilaku orang dewasa. Sebagai contoh, ketika berkomunikasi dengan Emoticon, tidak patut saat seseorang berbicara dengan serius dan kita menggunakan

  

Emoticon tertawa. Kita belajar bahwa menggunakan Emoticon

  ‘senyum’ ketika memaafkan seseorang lebih terlihat meyakinkan daripada tidak memakai Emoticon sama sekali.

  Seperti perilaku non-verbal itu sendiri, kita mempelajari aturan-aturan ini tanpa menyadarinya, sebagian besar melalui pengamatan atas orang lain. Aturan-aturan ini disadari adanya hanya dalam diskusi formal tentang komunikasi non-verbal, seperti dalam buku ini, dan bila kita melanggarnya dan pelanggaran ini menarik perhatian kita. Orang mengetahui adanya aturan-aturan ini dan menerapkannya setiap hari tetapi belum tentu dapat menuangkannya dalam bentuk kata-kata. Fungsi utama dari unit-unit selanjutnya mengenai komunikasi non-verbal ini adalah menyadarkan akan adanya aturan-aturan implisit ini serta makna dan implikasinya di balik penggunaan mereka yang patut dan tidak patut.

6. Metakomunikasi

  Setiap perilaku, verbal ataupun non-verbal, yang mengacu pada komunikasi bersifat metakomunikasi. Perilaku non-verbal seringkali bersifat metakomunikasi. Komunikasi non-verbal mungkin juga merupakan komentar atas komunikasi non-verbal yang lain. Contohnya adalah ketika dia mengatakan sedang sedih, tetapi mengeluarkan Emoticon senyum. Disni pesan verbal (teks) sangat bertentangan dengan pesan non-verbal yang dia pakai.

  Paling sering, bila perilaku non-verbal bersifat metakomunikasi ia menguatkan perilaku verbal atau non-verbal lainnya. Anda mungkin menggunakan Emoticon senyum saat berkenalan dengan orang baru di grup chat atau mengatakan bahwa anda akan terlambat dengan Emoticon kecewa.

2.1.2 Emoticon

  Emoticon berasal dari gabungan dua kata Emotion (Emosi) dan Icon

  (ikon). Emoticon yang merupakan singkatan dari Emotional Icon adalah hal yang menggambarkan ekspresi wajah yang diwakilkan dengan karakter dan gambar, yang dibuat sesuai dengan suasana hati seseorang. Emoticon juga sering digunakan untuk merespon suatu berita dan dapat mengubah interpretasi dari sebuah teks melalui perbedaan emosi yang mendasari berita atau pesan tersebut. Emoticon yang tepat dapat membantu mengekspresikan perasaan pada tulisan ataupun komentar khususnya di internet. Dalam konteks komunikasi melalui internet, Emoticon juga berfungsi untuk mempermudah menangkap emosi penulis serta untuk mencegah kesalahpahaman yang sering terjadi saat sang penulis ingin membuat sebuah candaan, yang sering disalah artikan sebagai penghinaan oleh pengguna lain. (Sanderson. 1997)

  Emoticon tidak lepas dengan chatting atau Instant Messaging. Instant

Messaging adalah teknologiyang memungkinkan para pengguna

  dalam jaringanuntuk mengirimkan pesan-pesan singkat secara langsung pada saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama. Dibandingkan dengan Media Sosial, Instant Messaging menjadi salah satu yang paling banyak menggunakan Emoticon sebagai pengganti komunikasi non-verbal.

a. Emoticon sebagai Komunikasi Visual

  Bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan kita menyandi peristiwa yang ada dalam bentuk kata-kata. Melalui bahasa, manusia mengkomunikasikan pemikirannya kepada orang lain dan menerima satu sama lain.

  Meski demikian ada keterbatasan dalam bahasa: (1) terbatasnya jumlah kata untuk mewakili sebuah obyek, (2) kata-kata memiliki sifat ambigu dan kontekstual, (3) kata-kata mengandung resiko bias budaya.

  Sementara ada beberapa fungsi dari komunikasi visual: (1) visual dapat berfungsi menterjemahkan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata, teks, naskah dan bisa juga sebagai pendukung teks, (2) visual sebagai representasi, (3) visual menggambarkan kenyataan yang sebenarnya (realitas), (4) visual dapat menggambarkan kesan tertentu dan menimbulkan citra tertentu, (5) visual sebagai daya tarik, (6) visual sebagai pemberi instruksional, (7) visual sebagai daya tarik tertentu.

  Penglihatan merupakan indera yang memberi informasi yang cepat dan lengkap, diperkirakan bahwa 70% hingga 80% dari pengetahuan manusia diperoleh melalui indera mata (Laseau, Paul. 1980) . Selain memanfaatkan mata sebagai sarana utama untuk memahami dunia, manusia menterjemahkan informasi yang diterima indera lain ke dalam kesan penglihatan. Dengan demikian dalam berbagai hal indera penglihatan berfungsi juga sebagai terjemahan indera yang lain.

  Komunikasi visual adalah penyampaian pesan melalui bahasa rupa. Dapat kita saksikan bahwa saat ini pemakaian visual untuk berkomunikasi semakin berkembang dan semakin baik. Kita hidup dalam media-media visual yang sangat cepat. Mulai dari yang dua dimensi statis hingga tiga dimensi dinamis. Visual-visual itu mengisi halaman surat kabar, majalah, buku, pakaian, billboard, layar komputer, layar handphone, televisi dan lain sebagainya. Salah satunya yang bisa menjadi penanda adalah:

  

Emoticon . Para pemakai aplikasi mobile seperti Line, KakaoTalk,

  WhatsApp pasti sudah sangat akrab dengan bahasa visual seperti sticker dan Emoticon yang lebih bisa mengekspresikan pesan. Hal ini terjadi semakin cepat pada satu dasawarsa terakhir. Tiada terasa kita telah berubah. Sesuatu yang belum pernah tejadi pada sejarah komunikasi massa sebelumnya. Kita telah menjadi sebuah komunitas yang dihubungkan secara visual.

Gambar 2.1 Stiker atau Emoticon pada aplikasi LINE

  Sumber:http://www.bangkokpost.com/ Pernahkah terpikirkan oleh Anda, mengapa para pengendara/ pengemudi kendaraan bermotor berhenti di depan lampu lalu lintas yang menyala merah di persimpangan jalan? Mengapa mereka patuh ‘diperintah’ oleh sebuah lampu lalu lintas? (kecuali yang memang bandel atau ada polisi lalu lintas di situ). Lalu serentak mereka kembali menjalankan kendaraannya ketika lampu menyala hijau. Atau Anda para perempuan tak perlu jatuh malu hanya karena salah masuk ke toilet laki- laki di tempat umum?

Gambar 2.2 Simbol untuk membedakan toilet Pria dan Wanita

  Sumber: http://clipartbest.com/ Itulah salah satu bentuk dari komunikasi visual. Kita dapat melihat – walau kadang kita tidak sadari – betapa luar biasa efek komunikasi visual itu. Polisi lalu lintas berkomunikasi dengan para pengguna lalu lintas dengan mempergunakan lampu pengatur lalu lintas. Pengelola gedung mempersilakan kita masuk ke toilet yang benar sesuai jenis kelamin kita.

  Meskipun manusia telah mempergunakan komunikasi tulisan dan verbal dalam kehidupan sehari-hari, namun komunikasi visual tetap memegang peranan penting dalam proses dan upaya penyampaian pesan. Komunikasi visual sebagai bentuk pesan verbal memiliki beberapa fungsi: (1) mengulang kembali pesan yang telah disampaikan secara verbal (repetisi), (2) menggantikan lambang-lambang verbal (substitusi), (3) menolak pesan verbal atau memberi arti lain dari pesan verbal (kontradiksi), (4) melengkapi pesan verbal (komplemen), (5) menegaskan pesan verbal (aksentuasi).

  Dalam beberapa kasus, komunikasi visual lebih efektif dibandingkan jenis komunikasi yang lain. Pada keadaan perbedaan bahasa, keterbatasan literatur, ketiadaan teknologi komunikasi, hambatan cuaca, jarak ataupun situasi, maka komunikasi visual dapat dipergunakan di sini. Komunikasi visual bersifat universal, meskipun begitu tetap memerlukan konvensi/persetujuan untuk dapat sama-sama dipahami dan juga lingkup referensi yang sama.

b. Emoticon sebagai Komunikasi non verbal

  Komunikasi non-verbal secara umum dipahami sebagai proses komunikasi dengan cara mengirim dan menerima pesan di luar kata-kata dan tulisan (yang disebut pesan verbal). Beberapa pesan dapat disampaikan melalui gesture (gerak tubuh), bahasa tubuh atau postur, ekspresi wajah dan kontak mata. Obyek atau benda-benda juga bisa dipakai sebagai sarana komunikasi non-verbal seperti pakaian, gaya rambut dan hingga arsitektur, simbol dan infografis.

  Pidato atau pembicaraanpun juga mengandung unsur komunikasi non-verbal yang dikenal sebagai paralinguistik, termasuk kualitas suara, emosi dan gaya bicara seperti halnya pada ciri-ciri prosody yaitu: ritme, intonasi dan tekanan. Teks tertulis pun juga memiliki elemen non-verbal seperti tipografi, gaya tulisan tangan, jarak antar kata atau pemakaian Emoticon .

  Namun, beberapa studi mengenai komunikasi non-verbal difokuskan pada interaksi langsung (face to face) di mana bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian: keadaan lingkungan di mana komunikasi dijalankan, karakter fisik dari penyampai pesan dan perilaku penyampai pesan selama berinteraksi.

  Ada beberapa pembagian pesan non-verbal, meski belum ada kesepakatan di antara para ahli komunikasi. Salah satunya adalah menurut Leathers (Jalaludin. 2011) yang membaginya ke dalam tiga kelompok besar: non-verbal visual (kinetic, proxemic dan artifactual), non-verbal auditif (paralinguistic dan auditory), non-verbal nonvisual nonauditif (tactile/tactual, olfactory).

  Emoticon mempunyai beberapa elemen Komunikasi Non-verbal yang biasanya umum terlihat, yaitu ekspresi wajah dan gerakan tubuh.

  Awalnya, Emoticon hanya terdiri dari bulatan kuning dengan garis yang membentuk wajah dengan ekspresi wajah tertentu. Seiring perkembangan teknologi, sekarang Emoticon juga dibuat berdasarkan karakter kartun tertentu dan juga tidak hanya terdiri dari ekspresi, melainkan gerakan tubuh.

1. Ekspresi Wajah

  Wajah tanpa ekspresi adalah suatu teka-teki, menyulitkan sekaligus bebas untuk ditafsirkan. Sutradara film “Queeen Christina” –yang dibintangi oleh Garbo- menisbahkan keberhasilan film ini kepada penyutradaraannya dalam adegan terakhir: “Jangan memikirkan apapun”, begitu katanya pada sang aktris. Film ini berakhir ketika Garbo, dengan wajah tanpa ekspresi, berdiri di geladak kapal, menatap kosong pada air yang bergejolak. Akhir yang samar-samar ini memberi kesempatan kepada penonton untuk memberi penafsiran masing-masing.

  Kebanyakan anggota suatu budaya tidak tahan menghadapi wajah tanpa ekspresi untuk jangka waktu yang lama. Sungguh, wajah manusia amat mudah berubah, sehingga dapat melukiskan kebosanan, heran, rasa kasih, dan ketidak setujuan, satu setelah yang lainnya dalam sekian detik saja. Kita secara konstan membaca ekspresi dari wajah-wajah orang. Kenyataannya, isyarat-isyaat wajah merupakan sumber tunggal komunikasi non-verbal yang paling penting.

  Penelitian terbaru menguatkan penelitian terdahulu yang dilakukan Smith, Chase, dan Leiblich (1974) serta Dolgin dan Sabini (1982) bahwa mengatupkan kedua bibir dan menjulurkan lidah menunjukkan kesegenanan untuk berinteraksi dengan orang lain, juga mengecilkan kontak sosial. Dua penelitian oleh Jones (1987) yang dikerjakan bersama- sama dengan para mahasiswa menemukan bahwa menampakan lidah memberi pengaruh yang nyata dalam menghalangi keinginan untuk mengganggu orang lain yang sedang sibuk.

  Penelitian juga menunjukkan bahwa kita cenderung menggambarkan wajah dalam istilah dimensi penilaian yang umum (baik atau buruk, cantik atau jelek, baik hati atau jahat, dan seterusnya) dan dalam dimensi yang dinamik (aktif atau pasif, tetap atau berubah, menarik atau membosankan)

  (Williams. 1965). Tampaknya, sebagian orang lebih akhli menafsirkan isyarat-isyarat wajah daripada sebagian orang lainnya.

  Memisahkan wajah mana yang menunjukkan suatu emosi khusus, jauh lebih sulit daripada sekedar menilai sebuah wajah. Dalam usaha (Harrison. 1965) untuk mengartikan suatu sandi wajah (facial code), kepada subjek diperlihatkan ilustrasi sederhana (“Pictomorph”). Suatu analisis statistik atas hasilnya menghasilkan kesimpulan bahwa alis yang diangkat separuhnya menunjukkan kekahawatiran, sebelah alis diangkat menunjukkan sikap argu-ragu; mata setengah tertutup, kebosanan; mata tertutup, tidur; mulut yang melengkung ke atas, kebahagiaan; dan mulut yang melengkung ke bawah, ketidakbahagiaan. Senyuman dengan mulut tertutup namun tergambar pada air muka –kesan, hampir pada semua orang, sebagai wajah yang bahagia.

  Penelitian isyarat wajah sebagai ekspresi empsi khusus memiliki sejarah panjang. Salah seorang ilmuwan yang paling terkenal dalam meneliti subjek ini adalah Charles Darwin. Darwin mencoba menemukan apakah perilaku wajah yang diasosiasikan dengan emosi khusus berlaku universal. Suatu metode yang digunakannya adalah meminta kepada subjek untuk mengenali emosi spesifik dari sejumlah wajah orang. Dalam

  

The Espression of the Emotions in Man and Animals , diterbitkan tahun

  1872, Darwin menyajikan beberapa kesimpulan dan spekulasinya tentang perliaku yang ekspresif. Ia merasa bahwa kebanyakan tindakan manusia yang ekspresif, seperti yang dimiliki hewan, merupakan perilaku naluriah, bukan perilaku yang dipelajari. Misalnya, “Kita dapat melihat seorang anak, baru berusia dua atau tiga tahun, dan bahkan mereka yang dilahirkan buta, memerah wajahnya karena merasa malu” (Darwin. 1959).

  Argumentasi Darwin tentang ekspresi wajah anak yang buta didukung oeh sejumlah penelitian selama lebih dari setengah abad setelah buku Darwin diterbitkan. Ekman dan Friesen (1971) meminta anggota budaya New Guinea untuk menilai emosi dari ekspresi orang Barat. Meskipun demikian, mereka melakukan identifikasi yang sama dengan yang dilakukan oleh orang Barat, dengan satu pengecualian mereka tidak dapat membedakan antara ekspresi takut dengan heran. Para peneliti menyimpulkan bahwa, paling sedikit dalam beberapa hal, ekspresi perilaku wajah adalah konstan di berbagai budaya. Mereka mengakui bahwa perbedaan kultural memang ada tetapi berpendapat bahwa perbedaan ini tercermin “dalam lingkungan yang menimbulkan emosi, dalam tindakan akibat suatu emosi dan dalam cara menampilkannya yang menentukan pengelolaan perilaku wajah dalam kondisi sosial terntenu”..

  Menurut Melvin Konner (1987), seorang antropolog, senyum tampaknya merupakan penampilan sosial manusia yang universal. Misalnya, film karya Eibl-Eibesfeldt dari berbagai belahan dunia, menunjukkan senyum sebagai suatu “bentuk salam yang konsisten, seringkali dikombinasikan dengan mengangkat alis”. Namun, bagaimana senyum kita ditafsirkan bergantung pada sejumlah variabel. Forgas (1987) menemukan bahwa daya tarik fisik komunikator dapat mempengaruhi cara penafsiran isyarat ekspresi wajah. Senyuman seseorang yang tidak menarik dapat ditafsirkan sebagai tanda ketundukan dan kurang percaya diri; senyuman subjek menarik cenderung dipersepsi sebagai keramahan dan rasa percaya diri.

  Ahli komunikasi verbal lainnya, termasuk Ray Birdwhistell dan Weston La Barre, tidak sependapat mengenai kemungkinan bahwa isyarat wajah adalah universal. Mereka yakin bahwa isyarat-isyarat itu khas dalam suatu budaya. Pertentangan ini tidak dapat diselesaikan. Bukti eksperimen hanya sedikit dan kontradiktif. Beberapa peneliti melaporkan hasil negatif dari hanya menggambarkan wajah saja. Misalnya, Motley dan Camden (1988) menemukan bahwa dalam komunikasi antarpersona, ekspresi spontan wajah jauh lebih sulit dikenali daripada ekspresi wajah yang secara tradisional ditampilkan dalam kajian formal. Jadi, mereka mempertanyakan penelitian terdahulu untuk digeneralisasikan. “Bila kita tergantung hanya pada ekspresi wajah saja”, kata mereka,”kita dapat membaca orang seperti buku hanya bila orang tersebut bermaksud dibaca”.

  Suatu survei atas pebelitian mengenai peran perasaan dalam komunikasi antar pribadi menunjukkan bahwa ada dua proses komunikasi yang terpisah “proses spontan yang berdasarkan pada perubahan keadaan afektif emosional/motivasional dalam interaksi dan suatu proses simbolik yang meilbatkan pesan-pesan yang disengaja” (Buck. 1984). Secara umum, kecermatan kita dalam mengidentifikasi emosi tampaknya meningkat dengan bertambahnya isyarat yang kita lihat. Perilaku di jalan yang dianut orang Amerika mengizinkan yang berpapasan saling bertatapan sampai mereka berjarak sekitar delapan kaki. Pada titik ini, kedua belah pihak menundukkan pandangannya sehingga mereka tidak tampak sedang menatap adalah suatu pengakuan diam-diam bahwa kontak mata mungkin merupakan isyrat wajah tunggal yang paling penting, yang kita gunakan dalam berkomunikasi.

  Kita merujuk pada suatu teori yang berkaitan bahwa orang memilih saluran-saluran yang digunakan untuk meneruskan dan menerima informasi: visual (berhubungan dengan penglihatan), oditori (berhubungan dengan bunyi), atau kinestestetik (data yang berhubungan dengan sentuhan, pengecapan, penciuman, atau perasaan).

2. Gerakan Tubuh

  Emoticon juga terdapat gerakan tubuh yang juga menjadi salah satu

  unsur komunikasi Non-verbal. Sebagaimana Emoticon yang terdapat pada LINE dan KakaoTalk, tidak hanya terdapat ekspresi, tetapi juga gerakan tubuh yang menandakan suatu kegiatan tertentu.

  Klasifikasi yang ditawarkan oleh Paul Ekman dan Wallace V. Friesem (1969) dalam membahas gerakan tubuh sangat berguna. Mereka membedakan lima kelas (kelompok) gerakan non-verbal berdasarkan asal- usul, fungsi, dan kode perilaku ini.

  a.

  Emblim (emblems) Emblim adalah perilaku non-verbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan. Emblim meliputi, misalnya, isyarat untuk ‘oke’, ‘jangan ribut’, ‘kemarilah’ dan ‘saya ingin menumpang’. Emblim adalah penganti non-verbal untuk kata-kata atau ungkapan tertentu.

  Walaupun emblim bersifat alamiah dan bermakna, mereka mempunyai kebebasan makna seperti sebarang kata apa pun dalam sebarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur kita sekarang belum tentu sama dengan emblim dalam kultur kita 300 tahun yang lalu atau emblim dalam kultur lain.

  b.

  Ilustrator Ilustrator adalah perilaku non-verbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal. Dalam mengatakan ‘ayo, bangun’, misalnya, kita mungkin menggerakan kepala dan tangan anda ke arah menaik, atau kita bisa juga meggunakan Emoticon dengan gerakan kepala dan tangan ke arah menaik. Begitu biasanya kita melakukan gerakan demikian sehingga sukar bagi kita untuk menukar- nukarnya atau menggunakan gerakan yang tidak tepat.

  Kita hanya menyadari sebagian ilustrator yang kita gunakan. Kadang-kadang ilustrator ini perlu kita perhatikan. Ilustrator bersifat alamiah, kurang bebas, dan lebih universal ketimbang emblim.

  Mungkin sekali ilustrator ini mengandungg komponen-komponen yang sudah dibawa sejak lahir selain juga yang dipelajari.

  c.

  Affect display Affect display adalah geraka-gerakan wajah yang mengandung makna emosional; gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Eksprsi wajah demikian “membuka rahasia kita” bila kita berusaha menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata “Anda kelihatan kesal sekali hari ini, mengapa?”. Tetapi kita dapat secara sadar mengendalikan affect display, seperti aktor yang memainkan peran tertentu. Affect display kurang bergantung pada pesan verbal seperti yang kita lakukan pada emblim dan ilustrator.

  Affect display dapat tidak disengaja –seperti ketika gerakan-gerakan ini membuka rahasia kita –tetapi mungkin juga disengaja. Kita mungkin memperlihatkan rasa marah, cinta, benci, atau terkejut dan biasanya kita mampu melakukannya dengan baik.

  d.

  Regulator Regulator adalah perilaku non-verbal yang “mengatur”, memantau, memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika anda mendengarkan orang lain, anda tidak pasif. Anda menganggukan kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata, dan membuat berbagai suara paralinguistik seperti “mmm-mm” atau “tsk”. Regulator jelas terikat pada kultur dan tidak universal.

  Regulator mengisyaratkan kepada pembicara apa yang kita harapkan mereka lakukan –misalnya, “Teruskanlah,” “lalu apalagi?” “Saya tidak percaya” atau “Tolong agak lambat sedikit”. Bergantung pada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai dengan pengarahan dari regulator.

  e.

  Adaptor Adaptor adalah perilaku non-verbal yang bila dilakukan secara pribadi –atau di muka umum tetapi tidak terlihat –berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai. Misalnya, bila anda sedang sendiri mungkin anda akan menggaruk-garuk kepada sampai rasa gatal hilang. Bila di muka umum dan ada orang yang melihat, anda melakukan perilaku adaptor ini hanya sebagian. Anda mungkin, misalnya, hanya menaruh jari anda di kepala dan menggerakannya sedikit, tetapi barangkali tidak menggaruk cukup keras seperti yang anda lakukan ketika anda sendirian.

2.1.3. Instant Messaging

  Pesan instan (bahasa Inggris: Instant Messaging) adalah sebuah teknologiyang memungkinkan para pengguna dalam jaringanuntuk mengirimkan pesan-pesan singkat secara langsung pada saat yang bersamaan (real time) dengan menggunakan teks kepada pengguna lainnya yang sedang terhubung ke jaringan yang sama.

  Konsep yang digunakan oleh teknologi ini muncul pada awal-awal pengembangandan jaringan Internet; para pengguna

  write

  yang sudah masuk log dapat mengirimkan perintah berupa talk, ,

  finger

  dan untuk melihat siapa saja yang sudah masuk log dan akhirnya mengirimkan pesan singkat kepada mereka.

  Istilan pesan instan (Instant Messaging) saat ini pada umumnya mengacu kepada sebuah teknologi yang dipopulerkan oleh

   dan perusahaan-perusahaan lainnya.

  Berikut Aplikasi Instant Messaging yang paling banyak digunakan berdasarkan data statistik pengguna:

  1. LINE Salah satu aplikasi chatting yang dikenal karena Emoticonnya adalah LINE. Pengguna LINE bisa saling bertukar pesan, gambar, video, suara, gratis video call dan percakapan hold for audio and

  LINE diluncurkan di Jepang pada tahun 2011 oleh Perusaahaan video. NAVER dan segera mendapatkan 100 juta pengguna pada 18 bulan kemudian. Pada tahun 2013, LINE menjadi jaringan sosial terbesar di Jepang dengan 300 juta pengguna di seluruh dunia dan 50 juta berasal dari Jepang.

  2. Whatsapp WhatsApp Messenger adalah aplikasi Pesan Instan layanan berlangganan untuk smartphone dengan akses internet. Selain pesan teks, pengguna dapat saling mengirim gambar lain, video, dan pesan media audio.

  Pada November 10, 2013, WhatsApp memiliki lebih dari 190 juta pengguna aktif bulanan, 400 juta foto yang dibagi setiap hari, dan sistem pesan menangani lebih dari 10 miliar pesan setiap hari. Dalam sebuah posting blog Desember 2013, WhatsApp mengklaim bahwa 400 juta pengguna aktif menggunakan layanan ini setiap bulan.

  3. Facebook Messenger Facebook Messenger adalah layanan messaging dan aplikasi perangkat lunak instan yang menyediakan teks dan berkomunikasi dengan suara. Terintegrasi dengan fitur obrolan berbasis web Facebook dan dibangun di atas protokol MQTT open-source, Facebook Messenger memungkinkan pengguna Facebook untuk chatting dengan teman-teman baik di ponsel dan di situs utama.

  4. Blackberry Messenger BlackBerry Messenger, disingkat BBM, adalah

   yang disediakan untuk para pengguna

  perangkatplikasi ini mengadopsi kemampuan fitur atau aktivitas yang populer di kalangan pengguna perangkat telepon genggam. Contohnya fitur di aplikasi

  Cara

  menggunakan BlackBerry Messenger adalah dengan penghubung nomor yang juga eksklusif dimiliki masing-masing perangkat

  ulai tanggal 23 Oktober 2013, layanan BBM secara

  resmi bisa digunakan lintas Operating System dengan dirilisnya BBM unt

  5. WeChat Pada perkembangannya, aplikasi yang tersedia di Operating

  

System ini memiliki

  pengguna sebanyak 300 juta jiwa saat ini, sedangkan pada perkembangannya di Indonesia, sejak penayangan iklan di TV, diklaim pertumbuhannya naik dari 30 ribu pendaftar tiap hari menjadi 90 ribu pendaftar untuk setiap harinya.

  1.7 Kerangka Konsep

  Kerangka Konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan penelitian (Nanawi. 1995).

  Dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian merupakan hal yang penting, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain sebuah instrumen penelitian (Bungin. 2011).

  Adapun konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini yaitu Penggunaan Komunikasi non verbal Emoticon dalam media sosial di kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

  Komunikasi non verbal dalam penggunaannya meliputi Repetisi, Subsitusi,Regulas Kontradiksi, Aksentuasi, dan Komplemen. Emoticon adalah salah satu contoh Komunikasi non-verbal di internet yang mewakili perasaan dan ekspresi pengguna saat berkomunikasi via internet. Instant Messaging adalah salah satu media yang memperbolehkan pengguna internet saling berkomunikasi dengan instan dan menyampaikan ekspresi dan perasaan melewati Emoticon.

  1.8 Model Teoritis

  Adapun variabel di dalam penelitian ini adalah : Komunikasi Non Verbal

  Emoticon Instant Messaging (LINE, Whatsapp, Facebook Messenger,

  Blacberry Messenger, dan WeChat) Fungsi Komunikasi Non Verbal:

  Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU 1.

  Repetisi 3. Kontradiksi 2. Subtitusi 4. Komplemen

  5. Regulasi 6. Aksentuasi

1.9 Variabel Penelitian

  Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka dibuatlah suatu operasional variabel agar dapat membentuk kesesuaian dan kesamaan dalam penelitian.

  Tabel 2.1

  Variabel Teoritis dan Variabel Operasional Variabel Teoritis Variabel Operasional 1.

  Komunikasi non verbal dalam bentuk Emoticon

  Karakteristik Responden 1.

  Repetisi 2. Subtitusi 3. Kontradiksi 4. Komplemen 5. Regulasi 6. Aksentuasi 1.

  LINE 2. Whatsapp 3. Skype 4. Facebook Messenger 5. WeChat

2. Instant Messaging 3.

  Tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi yang aktif dari angkatan 2011 – 2013 yang menggunakan salah satu atau lebih dari kelima aplikasi Instant Messaging yang terpilih. Sumber: Peneliti

a. Definisi Operasional

  Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan dan penjabaran lebih lanjut dari kerangka konsep. Definisi operasional adalam definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang digunakan. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan, karena dengan teramatinya konsep atau konstruksi yang diselidiki, maka memudahkan proses pengukurannya (Syafruddin. 2012).

  Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah: Variabel bebas (X) tentang Komunikasi non verbal Emoticon 1.

  Komunikasi non verbal Emoticon 1.

  Repetisi Perilaku non verbal merupakan pengulangan untuk memperkuat makna pesan-pesan verbal yang dikomunikasikan. Emoticon dapat mengulangi teks untuk memperkuat makna pesan-pesan teks dalam Instant Messaging .

  2. Kontradiksi Sebagai manusia, kita sering melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya berlawanan. Tindakan ini biasanya terekspresikan secara berbeda atau bahkan bertentangan dengan apa yang terucapkan. Sikap ini akan menimbulkan pesan-pesan yang bermakna rangkap. Emoticon dapat membantah atau bertentangan dengan teks dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan teks tersebut .

  3. Subtitusi Suatu tanda juga dapat menggantikan pesan verbal yang dikomunikasikan. Emoticon dapat menggantikan teks dalam Instant

  Messaging , jadi tanpa mengetik teks pengirim pesan bisa berinteraksi dengan orang lain.

  4. Komplemen Tindakan non verbal dapat berfungsi untuk melengkapi pesan verbal. Biasanya tindakan non verbal mengadaptasi pesan-pesan verbal. Emoticon dapat meregulasi pesan teks pada Instant Messaging.

  5. Regulasi Perilaku non verbal juga berfungsi sebagai alat kontrol atau pengatur pada komunikasi verbal. Fungsi mengatur ini biasanya berupa sikap-sikap untuk menyesuaikan atau menyatakan tidak setuju.

  Emoticon dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan pengguna untuk mengatur arus pesan teks.

  6. Aksentuasi Tanda non verbal juga berfungsi menekankan atau menegaskan pesan-pesan verbal. Emoticon memperteguh, menekankan atau melengkapi pesan teks pada Instant Messaging.

2. Instant Messaging 1.

  LINE Salah satu aplikasi chatting yang dikenal karena

  Emoticon nya adalah LINE. Pengguna LINE bisa saling bertukar

  pesan, gambar, video, suara, gratis video call dan percakapan hold

  for audio and video. Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana

  penggunaan Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi LINE.

2. Whatsapp

  WhatsApp Messenger adalah aplikasi Pesan Instan layanan berlangganan untuk smartphone dengan akses internet. Selain pesan teks, pengguna dapat saling mengirim gambar lain, video, dan pesan media audio.

  Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana penggunaan Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi Whatsapp.

  3. Facebook Messenger Facebook Messenger adalah layanan messaging dan aplikasi perangkat lunak instan yang menyediakan teks dan berkomunikasi dengan suara. Terintegrasi dengan fitur obrolan berbasis web Facebook dan dibangun di atas protokol MQTT open-source, Facebook Messenger memungkinkan pengguna Facebook untuk chatting dengan teman-teman baik di ponsel dan di situs utama. Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana penggunaan Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi Facebook Messenger.

  4. Blackberry Messenger BlackBerry Messenger, disingkat BBM, adalah

  yang disediakan untuk para pengguna

  perangkat Android dan Apple. Aplikasi ini mengadopsi kemampuan fitur atau aktivitas yang populer di kalangan pengguna perangkat telepon genggam. Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana penggunaan Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi BBM.

  5. WeChat Wechat adalah aplikasi Pesan Instan layanan berlangganan untuk smartphone dengan akses internet. Dalam pemakaiannya, akan dilihat bagaimana penggunaan Komunikasi Non-verbal Emoticon dalam aplikasi WeChat.

3. Karakteristik Responden

  Responden terdiri dari Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2010 – 2013, yang menggunakan salah satu dari kelima aplikasi Instant Messaging yang telah terpilih.