BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal Terhadap Beban Kerja Perawat di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beban Kerja

2.1.1 Pengertian Beban Kerja

  Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari- hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.

  Prihartono dan Purwondoko (2006) mengartikan beban kerja lebih merujuk pada seberapa tinggi persentase penggunaan waktu kerja produktif dan non produktif yang dilakukan karyawan jam kerjanya dengan tetap memperhitungkan kelonggaran karyawan. Beban yang timbul ini sebagai dampak dari dikenakannya pekerjaan (adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan) pada seseorang pemegang jabatan dalam wujud ukuran-ukuran pemakaian waktu kerja dan tingkat beban psiko- fisik.

  Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba, 2000).

  Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu yang tertentu (Munandar, 2001). Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Mereka mungkin ada yang lebih cocok dengan beban kerja fisik, mental atau sosial, namun sebagai persamaan, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu sesuai dengan kapasitas sewajarnya. Beban kerja yang semakin besar menyebabkan waktu seseorang dapat bekerja tanpa mengalami kelelahan atau gangguan semakin pendek.

  Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja. Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dari kepuasan kerja (Groenewegen dan Hutten, 1991).

  Gillies (1996) mengatakan bahwa untuk menentukkan beban kerja tenaga keperawatan, setidaknya ada empat yang harus diketahui:

  1) Jumlah Pasien Yang Masuk

  Pelayanan di rumah sakit dapat terjadi oleh karena adanya pengguna jasa atau pasien. Jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan di sebuah rumah sakit, ditentukan juga oleh jumlah pasien yang datang sebagai pengguna. Sehingga perhitungan kebutuhan tenaga yang akan diperlukan, senantiasa berdasarkan jumlah pasien. Tenaga keperawatan, dimana merupakan sumber data manusia terbanyak yang berada di rumah sakit terlebih di ruang rawat inap, dan jumlah pasien yang dirawat dihitung berdasarkan Bed Occupancy Rate (BOR) baik dihitung harian, bulanan bahkan tahunan. Perhitungan ini dapat dilakukan di masing-masing ruangan dan ada juga perhitungan secara keseluruhan rumah sakit itu sendiri. Ilyas (2004) menunjukkan bahwa untuk melayani pasien dan berapa lama waktu untuk menyelesaikan tugas dapat diketahui berdasarkan banyaknya jumlah pasien. Jumlah ini akan menentukan besarnya beban kerja perawat. Beban kerja tersebut dapat dihitung yaitu waktu kumulatif per hari yang dibutuhkan perawat untuk sejumlah pelayanan.

  2) Kondisi Pasien

  Beban kerja seorang perawat dapat pula ditentukan oleh tingkat ketergantungan pasien. Edwaston dalam Gillies (1996) pengelompokkan pasien berdasarkan kebutuhan keperawatan klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantungan pasien ini dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungan pada perawat atau lama waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan pasien. Tujuan pengelompokkan ini dijadikan sebagai informasi perkiraan beban kerja perawat. Klasifikasi ketergantungan pasien dapat dilihat melalui observasi terhadap pasien melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam periode waktu tertentu selama perawatan, seperti: makan, minum, kebersihan diri, eliminasi, aktivitas, perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan.

  3) Jenis Kegiatan atau Tindakan Keperawatan

  Beban kerja seorang perawat dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukannya. Menurut Gillies (1996) dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 bentuk jenis kegiatan yang dilakukannya yaitu: a.

  Kegiatan perawatan langsung Merupakan aktivitas perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologi dan spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus dan memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen.

  b.

  Kegiatan perawatan tidak langsung Merupakan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dan ini merupakan kegiatan persiapan untuk melengkapi tindakan keperawatan langsung. Kegiatan yang dimaksud antara lain administrasi pasien, menyiapkan obat-obatan, menyiapkan alat, melakukan kordinasi dan konsultasi demi kepentingan pasien, dan kegiatan kurir yang berkaitan dengan kepentingan pasien, kegiatan pengembangan keperawatan misalnya membaca buku keperawatan, diskusi antar sesama perawat atau dengan atasan maupun tim kesehatan lain terhadap pekembangan dan kondisi pasien, kegiatan pengembangan organisasi rumah sakit seperti pertemuan dengan pimpinan rumah sakit.

  c.

  Kegiatan non keperawatan Kegiatan ini non produktif antara lain: istirahat, menonton televisi, tidur, menerima dan menelepon untuk urusan pribadi, membaca koran dan majalah, menerima tamu pribadi, datang terlambat dan pulang lebih cepat dari waktu kerja selesai. Serta kegiatan pribadi, terkait aktivitas sehari-hari semisal makan, minum kekamar mandi, ganti pakaian dan sembahyang.

4) Rata-rata waktu untuk melaksanakan tindakan keperawatan.

  Lamanya hari perawatan dan masing-masing tindakan keperawatan akan mempengaruhi beban kerja perawat. Semakin lama seorang pasien di rawat, itu berarti akan makin banyak diperlukan tindakan keperawatan, maka berdampak pada beban kerja perawat semakin meningkat. Tindakan keperawatan yang akan dilakukan, diperlukan lama waktu yang bervariasi atau berbeda antara masing-masing pasien tergantung kondisi dari pasien itu sendiri. Contoh tindakan observasi untuk pasien dengan pemasangan infus, pasien dengan pemasangan infus dikarenakan kekurangan cairan, sehingga waktu observasi yang dibutuhkan juga akan berbeda, dengan demikian mempengaruhi beban kerja perawat.

  Menurut Ilyas (2004), Pada penelitian beban kerja obyektif dapat dikelompokkan kegiatan personel, yaitu:

  1. Kegiatan Langsung, yaitu kegiatan pokok pelayanan keperawatan kepada pasien secara langsung seperti observasi pasien, memberi suntikan, dan lain-lain.

  2. Kegiatan Tidak Langsung, yaitu kegiatan penunjang pelayanan keperawatan, seperti mengisi papan status, memberikan ruangan, meliputi kasa, sterilisasi alat kesehatan dan mengikuti latihan.

  3. Kegiatan Adminsitrasi, yaitu kegiatan administrasi keperawatan seperti pendataan pasien baru, membuat inventarisasi obat dan alat kesehatan, membuat laporan dinas, dan lain-lain.

  4. Kegiatan Pribadi, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan dan keperluan pribadi seperti shalat, mandi, menelepon keluarga.

  5. Sela Waktu, yaitu waktu-waktu luang diantara 2 kegiatan ataupun pada saat responden tidak melakukan kegaitan lain, seperti duduk, bercakap-cakap, beristirahat. Dari 5 kegiatan tersebut dikelompokkan menjadi kegiatan produksi yang meliputi kegiatan langsung, kegiatan administrasi dan kegiatan lain-lain kemudian kelompok kegiatan non produktif, yaitu kegiatan pribadi dan sela waktu. Untuk mengukur beban kerja dilihat dari jumlah waktu yang digunakan untuk kegiatan produktif dibagi dengan jumlah waktu kerja keseluruhan dalam satu shift. Beban kerja dikatakan tinggi bila proporsi mencapai 80% atau lebih dari keseluruhan waktu kerja (Ilyas, 2004).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

  Manuaba (2000) menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: a.

  Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti : 1.

  Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.

  2. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

  b.

  Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatik (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

  Menurut Nursalam (2011) beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat antara lain:

  1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut 2.

  Kondisi dan tingkat ketergantungan pasien 3. Rata-rata hari keperawatan 4. Pengukuran keperawatan langsung, keperawatan tidak langsung dan pendidikan kesehatan.

  5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien.

  6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan.

  Menurut Prihartono & Purwandoko (2006) permasalahan internal suatu perusahaan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pembebanan kerja disebabkan, antara lain: 1.

  Tidak jelasnya tujuan dan strategi perusahaan bagi anggota organisasi/perusahaan 2. Belum dijalankannya sistem kerja individu (SKI) 3. Ketidaktepatan dalam pemilihan struktur organisasi 4. Tidak memadainya kapabilitas sumber daya manusia perusahaan dalam melaksanakan tugas-tugas perusahaan

  5. Kurangnya trust diantara atasan dan bawahan serta antar unit kerja

  6. Sarana dan fasilitas baik jumlah dan kualitasnya tidak memenuhi tuntutan tugas pekerjaan.

  7. Tidak adanya SOP atau tidak memadainya SOP perusahaan

  2.1.3 Dampak Beban Kerja

  Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Hal ini didukung oleh penelitian Suciari (2006) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.

  Persentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari pramu kamar dengan kategori beban kerja sekali mencapai 100%, sedangkan beban kerja kategori berat mencapai 79% dan beban kerja sedang 30%.

  Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja (Manuaba, 2000).

  2.1.4 Penilaian Beban Kerja

  Ketika melakukan suatu pekerjaan atau bekerja kita memerlukan energi yang berasal dari hasil pembakaran. Energi yang diperlukan semakin besar seiring dengan semakin berat jenis pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu jumlah oksigen dan kalori yang digunakan oleh tubuh saat bekerja, timbulnya panas dari tubuh sejalan dengan kenaikan suhu tubuh serta kecepatan penguapan lewat keringat juga merupakan indikator beban kerja fisiologis, namun indikator ini masih dipengaruhi pula oleh keadaan cuaca kerja.

  Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas.

  Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering terapar zat berbahaya yang mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.

  Perhitungan beban kerja dapat dilakukan melalui observasi langsung terhadap pekerjaan yang dilakukan. Simamora (2006) teknik analisis beban kerja (workload

  

analysis ) memerlukan penggunaan pedoman penyusunan staf, standar dalam upaya

  mengidentifikasi kebutuhan sumber daya manusia. Ilyas (2004) mengatakan bahwa beban kerja dapat dihitung secara sederhana dengan menanyakan langsung kepada petugas yang bertugas tentang beban kerja yang dilaksanakan.

  WISN adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban kerja pekerjaan nyata. Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan professional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan (Depkes, 2004). Metode ini dapat diterapkan pada semua kategori tenaga, baik medis, paramedis, maupun non medis. Menurut Ilyas (2004), beban kerja dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan perawat pada waktu kerja baik kegiatan langsung, tidak langsung dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. Sumber daya manusia yang tersedia berkaitan erat dengan beban kerja.

  Keunggulan metode WISN menurut Depkes antara lain: 1.

  Mudah dilaksanakan karena menggunakan data yang dikumpulkan atau didapat dari laporan kegiatan rutin masing-masing unit pelayanan.

2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer kesehatan disemua tingkatan dapat memasukkannya ke dalam perencanaan kesehatan.

  3. Hasil perhitungannya dapat segera diketahui sehingga dapat segera dimanfaatkan hasil perhitungan tersebut oleh manajer kesehatan disemua tingkatan dalam mengambil kebijakan atau keputusan

  4. Metode perhitungan ini dapat digunakan bagi berbagai jenis ketenagaan, termasuk tenaga non kesehatan

  5. Hasil perhitungannya realistis, sehingga memberikan kemudahan dalam menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber daya lainnya Kelemahan metode WISN diantaranya:

  Input data yang diperlukan bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi kegiatan rutin satuan kerja atau institusi di mana tenaga yang dihitung berkerja, maka kelengkapan pencatatan data dan kerapihan penyimpanan data mutlak harus dilakukan dalam mendapatkan keakuratan hasil perhitungan jumlah tenaga secara maksimal.

  Menurut Shipp (1998), langkah perhitungan tenaga berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah, yaitu:

1. Menetapkan waktu kerja tersedia

  Tujuannya adalah agar diperoleh waktu kerja efektif selama satu tahun untuk masing-masing kategori SDM yang bekerja di suatu unit atau institusi Rumah Sakit.

  Rumusnya adalah Waktu Kerja Tersedia= A-{(B+C+D+E)} x F

  Keterangan:

  A= hari kerja (jumlah hari kerja/minggu) B= cuti tahunan C= pendidikan dan pelatihan D= hari libur nasional E= ketidakhadiran kerja (sesuai dengan rata-rata ketidakhadiran kerja selama kurun waktu 1 tahun, karena alasan sakit, tidak masuk kerja dengan atau tanpa alasan) F= waktu kerja (waktu kerja dalam satu hari) 2.

  Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung Tujuannya adalah diperoleh unit kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar Rumah Sakit. Informasi yang diperlukan didapatkan dari:

  a. Data pegawai yang bekerja pada tiap unit kerja di rumah sakit

  b. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan jabatan fungsional SDM Kesehatan

  c. Standar Profesi, Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada tiap unit kerja Rumah Sakit

  3. Menyusun standar beban kerja Standar beban kerja adalah volume atau kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh unit masing-masing.

  Rumusnya adalah Standar Beban Kerja=

  Data yang diperlukan antara lain:

  a. Waktu yang tersedia

  b. Bagan struktur organisasi

  c. Kegiatan pokok

  d. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok

  e. Standar profesi

  f. Menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan

  4. Menyusun standar kelonggaran Tujuannya adalah untuk diperoleh faktor-faktor kelonggaran setiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu penyelesaian suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

  Penyusunan standar kelonggaran dapat dilakukan melalui pengamatan dan wawancara tentang: a. Kegiatan-kegiatan yang tidak terlibat langsung dengan pelayanan kepada pasien

  b. Frekuensi tiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu dan bulan

  c. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk meyelesaikan kegiatan Standar Kelonggaran=

  5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja Tujuannya adalah agar diperoleh jumlah dan jenis / kategori SDM yang dibutuhkannya untuk menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan selama kurun waktu satu tahun (Depkes, 2004) Rumus perhitungan kebutuhan tenaga yaitu:

  • Kebutuhan Tenaga=

  Standar Kelonggaran Data yang diperlukan:

  a. Waktu yang tersedia

  b. Standar beban kerja

  c. Standar kelonggaran

  d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama 1 tahun Metode yang paling akurat untuk peramalan jangka pendek adalah dengan menggunakan informasi mengenai beban kerja (work load) yang sesungguhnya berdasarkan analisisi pekerjaan terhadap beban kerja yang perlu disesuaikan. Teknik analisis beban kerja (work load analysis) ini memerlukan penggunaan rasio atau pedoman penyusunan staf standar untuk menentukan kebutuhan personalia (Simamora, 1992).

2.2 Perawat

  Nursalam (2007), mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberian dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia.

  Tenaga perawat merupakan tenaga yang relatif besar dirumah sakit dan paling banyak berinteraksi dengan pasien maupun keluarganya. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu fungsi independen dan dependen. Kegiatan yang dependen berat dalam melaksanakan kegiatannya perawat berhubungan dengan profesi lainnya seperti menyuntik, memasang infus dan lain- lain. Sedangkan kegiatan independen adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh perawat tanpa tergantung dengan profesi lainnya, misalnya melaksanakan prosedur dan teknik perawatan pasien.

2.2.1 Perawat Hemodialisa

  Perawat instalasi hemodialisa adalah perawat yang memiliki kompetensi untuk merawat pasien hemodialisa dibawah pengawasan dokter. Dalam menjalankan tugasnya, perawat instalasi hemodialisa memiliki asuhan keperawatan, yaitu: (Haryati, 2010)

  1. Anamnesa

  a. Biodata pasien dan penanggung jawaban pasien b. Riwayat keperawatan berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya serta riwayat penyakit keluarga

  2. Pemeriksaan fisik berupa aktifitas/frekuensi istirahat, sirkulasi, eliminasi, nutrisi/cairan, neurosensori, nyeri/rasa nyaman, respirasi, keamanan, seksual dan pemeriksaan fisik head to foot

  3. Pengkajian psikososio spiritual yang mencakup integritas, interaksi sosial dan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan penatalaksaannya

  4. Pengkajian hasil diagnostik

2.3 Kerangka Konseptual Variabel Independen Variabel Dependen Faktor Internal 1.

  Faktor Somatis 2. Faktor Psikis

  Beban Kerja

  Faktor Eksternal 1.

  Tugas 2. Organisasi Kerja 3. Lingkungan Kerja

  Berdasarkan kerangka konsep diatas variable independen yaitu faktor internal (Faktor Somatis dan Faktor Psikis) dan faktor eksternal (Tugas, Organisasi Kerja dan Lingkungan Kerja) sedangkan variable dependen adalah beban kerja.