FENOMENA, FEMINISME DAN POLITICAL SELF SELECTION BAGI PEREMPUAN

BAGI PEREMPUAN

Phenomenon, Feminism and Political Self Selection for Women

Nurwani Idris

Dosen Fakultas Sosial dan Politik Universitas Jayabaya

ABSTRACT

Democracy needs all participation people in the country, women and men. The political right for women, as we know was feminism hard and long time struggled, therefore now the women have the high quality live in politic, the economic and social. All the country in the world have ratificated the PBB of law for political freedom for women as the same as men.

Especially in Indonesia now there‟s no formal barriers for women leadership, if they select to participate in politics but it was the phenomenon for the women among self selection in politics, the freedom to be participating and children, husband, housing, that still stronger; from which one barrier “self selection” or “culture and religion” responsibility where significantly.

Minangkabau women, forward analysis we can aim self selection or children, husband and family responsibility. It is indisputable that the women‟s awareness and struggle in the politics are debt to the feminists‟ endless efforts. The feminists have fostered the women to empower themselves by which they reach equal position compared with their counterparts, in nearly all aspects of the social life.

Keywords: phenomenon, feminism, and political self selection.

PENDAHULUAN

kemampuan dalam pekerjaan tertentu, pendapatan yang cukup bagi seseorang

Keberhasilan perjuangan feminisme untuk hidup dalam kesenangan, serta serta tuntutan demokrasi agar semua warga

memiliki legal capacity dalam hukum dan negara berpartisipasi aktif dalam politik,

akademik; dan competent yang apabila dalam penyelenggaran pemerintahan yang

diatributkan pada orang dianggap memiliki lebih baik (good government) meng-

kemampuan (ability), kekuatan (power), haruskan keikutsertaan perempuan dalam

otoritas (authority), kemampuan (skill), segala bidang termasuk politik, dengan

dan pengetahuan (knowledge) (The kata lain perempuan diharapkan ambil

Advanced Learner’s Dictionary of Current bagian dalam pengambilan keputusan

English ). Sementara itu Echols dan Shadily (compete). Istilah kompetensi politik

dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia perempuan

mendefinisikan kata competency sama belakangan ini menjadi perbincangan yang

dalam beberapa

tahun

dengan competence yakni kecakapan, menarik dalam bidang kajian birokrasi

kemampuan dan wewenang (Matullesy, pemerintahan, dalam pendidikan, dan

perusahaan. Kewenangan perempuan atau kom- Istilah ”kompetensi” berasal dari kata

petensi perempuan dalam politik, se- compete , yang berarti ikut ambil bagian

benarnya sudah lama disadari di banyak dalam balapan, kontes atau ujian.

negara di dunia, termasuk di Indonesia. Selanjutnya, competence berarti memiliki

Pemerintah Indonesia sampai saat ini Pemerintah Indonesia sampai saat ini

Secara khusus, pembagian tugas berdasar peraturan dan undang-undang. Dengan

jender yang berkelanjutan di tempat kerja berbagai alasan perempuan harus diberi

maupun di rumah dapat berubah menjadi hak-hak, kewajiban, dan kewenangan

cara tersendiri untuk memandang usulan dalam politik.

legislasi dan agenda politik berbeda, Cendekiawan Sue Thomas melontar-

karena jiwa pengabdian, pemeliharaan, dan kan lima alasan mengapa perempuan perlu

yang mereka punyai, meningkatkan partisipasinya dalam politik

religiulitas

diharapkan akan memberikan cara yang atau

berbeda dalam kepemimpinan. keterwakilannya dalam jabatan politik

untuk meningkatkan

proporsi

Sehubungan dengan itu, Christine de (Thomas dan Wilcox 1998, dalam

Pizan mengemukakan konsep keluhuran Bennion, 2001). Pertama, kesempatan

dan harmoni mengenai perempuan, bahwa: yang sama bagi kedua jenis kelamin, laki-

perempuan adalah dewi yang ber- laki dan perempuan, untuk memangku

mahkotakan keluhuran-keluhuran berupa jabatan

akal, ketulusan dan keadilan; dan de Pizan legitimasi pemerintahan demokratis yang

politik bisa

meningkatkan

menganjurkan agar perempuan ikut mengklaim

membela negara dengan keluhuran, ilmu negaranya.

mewakili

semua warga

pengetahuan (pendidikan) agar dapat Ke dua , warga negara percaya bahwa

membela kebenaran (de Pizan, 1405 dalam semua warganegara mempunyai kesem-

Losco, 2005).

patan yang sama untuk berpartisipasi Keikutsertaan perempuan juga dalam pengambilan keputusan politik. Jika

penting karena alasan keadilan, legitimasi, hal ini dapat diwujudkan, maka tingkat

stabilitas, dan simbolisme politik. Para kepercayaan dan dukungan terhadap

aktivis politik dan politisi yang berjuang pemerintah akan meningkat, dan hal ini

meningkatkan jumlah pemegang jabatan bisa membantu menciptakan pemerintahan

perempuan, seringkali mengemukakan yang lebih stabil.

bahwa perempuan akan membuat per- Ke tiga , perempuan merupakan

bedaan dalam politik bahwa mereka akan kelompok talenta yang besar. Kemampuan,

mewakili perspektif, kebutuhan, dan titik pandang, dan ide-ide mereka dapat

kepentingan warganegara perempuan. menguntungkan

Selanjutnya Virginia Sapiro yang melibatkan pemegang jabatan laki-laki dan

masyarakat

dengan

pendapat Wollstonecraft perempuan sekaligus.

menjelaskan

dalam A Vindication of the Rights of Ke

empat , pemerintahan yang Women , percaya bahwa keibuan adalah merangkul

salah satu tugas terpenting kaum perempuan menyampaikan pesan kepada

pemimpin

laki-laki dan

perempuan, meskipun dengan berjalannya kaum muda laki-laki dan perempuan, juga

waktu ia tampaknya lebih yakin bahwa warganegara dewasa dari semua kelompok

tugas-tugas domestik bukanlah tanggung umur, bahwa dunia politik terbuka bagi

jawab tunggal kaum perempuan. Itu semua orang dan semua golongan, tidak

adalah tanggung jawab bersama dengan hanya sebagai wilayah eksklusif laki-laki.

kaum laki-laki, dan kaum perempuan tidak Alasan ini didasarkan pada legitimasi,

dapat dibatasi hanya pada tugas-tugas stabilitas, dan pemanfaatan sumberdaya.

domestik. Namun, ia dengan kuat Ke lima , alasan mengenai pentingnya

menegaskan di seluruh tulisannya bahwa untuk memasukkan perempuan dalam

karakter perempuan yang ditanamkan oleh jajaran pemimpin politik dilandasi oleh

keadaan masyarakat sekarang sepenuhnya fakta bahwa laki-laki dan perempuan

tidak memadai bagi pemenuhan keibuan mempunyai pengalaman hidup berbeda.

yang luhur. Sebagai salah satu tugas Dengan adanya perbedaan ini, laki-laki dan

terpenting dalam kehidupan, pembesaran perempuan bisa saling mengisi dan

anak memerlukan kekuatan tubuh dan anak memerlukan kekuatan tubuh dan

Women’s Campaign Fund (WCF), Kaum perempuan tidak akan mampu

tahun 1974, bekerja menghasilkan anak-anak dan warga negara

didirikan

meningkatkan jumlah perempuan pro yang baik seandainya mereka sendiri tidak

pemilihan dalam jabatan yang dipilih dan dididik untuk menjadi orang-orang dewasa

memandang afiliasi dan warga-warga negara yang luhur

ditunjuk tanpa

partainya. Kedua kelompok ini percaya (Sapiro, dalam Losco, 2005).

pemimpin perempuan akan Selanjutnya dengan dideklarasikannya

bahwa

meningkatkan perhatian publik dan “Tahun Perempuan” 1992 oleh PBB, hal

memberikan solusi inovatif atas banyak ini

masalah sosial yang meliputi kemiskinan, warganegara, politisi, dan akademisi

juga meningkatkan

perhatian

pemeliharaan anak terhadap peran perempuan dalam politik,

kualitas

hidup,

berkualitas dan perawatan kesehatan, upah khususnya

setara, perumahan terjangkau, kesejah- pemegang jabatan politik. Pada masa ini

peran mereka

sebagai

teraan ibu dan anak. (Beck, 1997 dalam di Indonesia, masyarakat telah mulai

Bennion, 2001).

menyetujui dan berharap akan partisipasi Beberapa pengamat berkesimpulan perempuan yang lebih besar, walaupun

bahwa kehadiran perempuan sebenarnya bagi perempuan masih banyak hambatan

sangat dibutuhkan dalam politik untuk yang harus dilalui dan diatasi. Disamping

menjamin suara, kepentingan dan prioritas memang tidak mudah bagi perempuan

perempuan tersebut agar terwakili dalam untuk memasuki dunia politik, walaupun

pemerintahan dan dalam undang-undang tidak ada lagi aturan-aturan formal yang

yang diberlakukan oleh pemerintah. menghalangi namun juga merupakan

Banyak aktivis politik dan warganegara pilihan (self selection) yang sulit.

yang terlibat dalam politik tampaknya Pilihan inilah yang menjadi fenomena

setuju. WPC dan NWPC telah dirangkul yang juga berat saat ini bagi perempuan

oleh beberapa komite aksi politik lebih untuk memilih

karier politik dan baru yang berkomitmen memilih lebih mengorbankan keluarga seperti dikatakan

banyak perempuan untuk jabatan politik. oleh Wilson Nadiale (2002, 2004) dalam

(Bennion, 2001)

bukun ya “Lembutnya

Banyak pengamat politik, menyatakan mengungkapkan dalam Maria Etty bahwa

Hati

Ibu”

akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 perempuan yang akan berkarier harus siap

ditandai oleh “feminisasi politik.” Apa sepenuhnya menanggung segala resiko

yang disebut feminisasi politik mengacu profesionalisme. Mereka harus siap

pada prioritas yang telah diberikan para mengorbankan waktu, perasaan, kesem-

politisi pada isu-isu yang dianggap penting patan-kesempatan yang seharusnya di-

oleh perempuan dan pada gaya kampanye berikan kepada keluarganya. Perempuan

lebih personal yang didisain untuk menarik harus merelakan ini semua demi karir

dukungan pemilih perempuan. Isu-isu politik. Hal ini jelas merupakan tugas

seperti jaminan sosial, medicare, dan yang berat dan sulit.

pendidikan adalah isu-isu yang diberi prioritas lebih tinggi oleh pemilih

Perjuangan Feminisme dan Politik

perempuan daripada oleh laki-laki. Para aktivis politik telah lama

Feminisasi politik bertujuan mewujudkan mengungkapkan hubungan antara ke-

kebijakan-kebijakan yang melindungi hadiran pemegang jabatan perempuan dan

perempuan; kaum miskin, sifat agenda politik. Sebuah lengan

kaum

meredakan konflik antara keluarga dan gerakan feminis yang penting telah

kerja; dan menyediakan dukungan jaringan mengkampanyekan pemegang jabatan

pengaman bagi mereka yang tertimpa perempuan selama beberapa dekade seperti

bencana; yang menghadapi kesulitan National Women’s Political Caucus bencana; yang menghadapi kesulitan National Women’s Political Caucus

mendapatkan kebebasannya dalam segala Namun, perempuan yang ingin masuk

bidang termasuk politik. dalam dunia politik, menemukan kenya- taan bahwa lingkungan politik, publik,

a. Feminisme Gelombang Pertama:

budaya dan sosial sering tidak bersahabat

Penghapusan Diskriminasi

atau bahkan bermusuhan dengan mereka.

gelombang pertama Bahkan secara

Feminisme

berkembang pada abad ke-19 dan awal pengambil keputusan politik sekarang di

sepintas,

komposisi

abad ke-20. Pada masa ini terdapat tiga berbagai wilayah memberikan bukti bahwa

aliran feminisme dengan perspektif: (1) perempuan tetap menghadapi sejumlah

feminisme liberal berusaha memper- hambatan dalam mengartikulasikan serta

juangkan perombakan legislatif untuk menentukan kepentingannya. Perempuan

mendapatkan hak-hak pendidikan, hak di seluruh dunia pada setiap tingkat sosio-

pengaturan jarak kelahiran, politik merasa dirinya kurang terwakili

milik,

perceraian, pekerjaan dan hak pilih dalam parlemen dan jauh dari keterlibatan

(suffrage); (2) feminisme utopia menuntut dalam pengambilan keputusan. Sementara

pemerataan pekerjaan dan pendapatan (equal arena permainan politik di setiap negara

employment and income ); (3) feminisme mempunyai karakter tersendiri, ada sebuah

menuntut partisipasi penuh gambaran umum yang tetap bagi semua:

marxis

dalam produksi dan yakni bahwa hal itu tidak seimbang dan

perempuan

berakhirnya penindasan perempuan; (4) tidak kondusif bagi keikutsertaan pe-

feminisme psikoanalisis dan jender, rempuan.

berdasarkan pandangan Freud, percaya Hambatan dan situasi politik memiliki

bahwa penjelasan fundamental atas cara variasi di setiap negara, mayoritas lem-

bertindak perempuan berakar dalam psike baga-lembaga yang memerintah dido-

perempuan, terutama dalam cara pikir minasi oleh laki-laki yang mengutamakan

perempuan. Berdasarkan konsep Freud, kepentingan –kepentingan mereka sendiri.

seperti tahapan Oedipal dan kompleks Lembaga-lembaga politik pemerintah yang

Oedipus, mereka mengklaim bahwa didominasi laki-laki tidak mempromosikan

jender berakar dari perempuan atau isu-isu perempuan. Jadi

ketidaksetaraan

rangkaian pengalaman pada masa kanak- tetap penting sekali untuk menekankan

kanak awal mereka, yang mengakibatkan bahwa perempuan sendiri harus meng-

bukan saja cara laki-laki memandang organisir dan memobilisasi jaringan

dirinya sebagai feminin, melainkan juga kerjanya, belajar

masyarakat memandang bahwa kepentingan-kepentingan mereka dengan

mengkomunikasikan

cara

maskulinitas adalah lebih baik daripada organisasi-organisasi yang berbeda, dan

femininitas; (5) feminisme radikal kultural mendorong

yang dipelopori oleh Marilyn French, ningkatkan representasi diri mereka

mengatribusikan perbedaan laki-laki dan sendiri. (International IDEA, 2002).

perempuan lebih kepada biologi (nature/ alam), daripada kepada sosialisasi (nurture

Fenomena Perempuan

dalam

/pengasuhan); (6) feminisme eksistensialis

Politik dan Perjuangan Feminisme

yang dipelopori oleh Simon de Beauvoir Perlu diingat bahwa studi tentang

dalam bukunya Second Sex (Tong, 1998). perempuan

Dari sekian banyak teori feminis fenomena perempuan dalam politik, pada

yang akhirnya

menjadi

dalam studi ini dipakai konsep alienasi dasarnya merupakan sebuah produk dari

Marilyn French dan Simon de Beauvoir perjalanan panjang gerakan feminisme di

sebagai konsep dasar dari tersisihnya negara-negara Barat, khusus di Amerika

perempuan dari ranah publik, dan Serikat. Studi tentang perempuan menjadi

bagaimana cara mereka memasuki ranah semakin penting akibat munculnya tiga bagaimana cara mereka memasuki ranah semakin penting akibat munculnya tiga

yang terbaik adalah mereka untuk keluar dari ranah domestik.

masyarakat

masyarakat yang androgin, yang setiap Sesungguhnya di dalam buku Marilyn

laki-laki dan perempuan French yang berjudul Beyond Power, setelah

individu

didalamnya dapat merangkul nilai-nilai meneliti asal-muasal patriarki, French

yang secara historis adalah feminin, seperti menyimpulkan bahwa manusia awal hidup

cinta, kelembutan, kemauan saling berbagi, dalam harmoni dengan alam. Mereka

dan saling menjaga, seantusias mereka memandang diri mereka sebagai bagian

merangkul nilai-nilai ketegasan, struktur, kecil dari keseluruhan yang lebih besar,

rasa memiliki, dan status yang secara dan manusia harus menyesuaikan diri

historis adalah maskulin (French, 1985 dengan itu jika mereka ingin hidup.

dalam Tong, 1998). Namun Beauvoir Berdasarkan bukti dari primata dan sisa-

dalam feminisme eksistensialisme untuk sisa peninggalan “masyarakat sederhana”,

dalam “Second Sex ” French berspekulasi bahwa masyarakat

perempuan

mengatakan bahwa perempuan teropresi manusia awal,

seperti diulas oleh Tong (1998); dengan matrisentris (berpusat pada ibu), karena ibu

mungkin

berbentuk

mengadopsi bahasa ontologis dan bahasa yang lebih mungkin untuk memainkan

eksistensialisme, Beauvoir peran utama di dalam kegiatan keterikatan,

etis

mengemukakan bahwa laki-laki dinamai berbagi, dan partisipasi harmoni di dalam

sang Diri , sedangkan alam, yang kesemuanya berorientasi

“laki-laki”

“perempuan” sang Liyan. Jika Liyan kepada kelangsungan hidup. French juga

bagi Diri , maka berspekulasi bahwa

adalah ancaman

perempuan adalah ancaman bagi laki-laki. pertumbuhan populasi manusia, makanan

sejalan

dengan

Karena itu, jika laki-laki ingin tetap bebas, menjadi langka. Manusia kemudian

ia harus mensubordinasi perempuan membuat sumur, menggali, dan membajak

terhadap dirinya.

alam untuk memperoleh kekayaan yang Beauvoir mengatakan perempuan di disembunyikan-nya.Semakin besar kendali

Eropa sangat tersubordinasi, terkekang yang didapat manusia atas alam, semakin

oleh hukum dan sosial, perempuan terpisah manusia dari diri manusia itu sendiri

teropresi, mereka adalah makhluk kelas (French, 1985 dalam Tong, 1998).

dua, perempuan adalah liyan (the others  Alienasi, sebagaimana didefinisikan

yang lain). Perempuan tidak hanya oleh French, sebagai rasa terpisah yang

berbeda dan terpisah dari laki-laki, juga dalam, yang menimbulkan “kebencian”,

inferior terhadap laki-laki (de Beauvoir, yang pada

gilirannya menimbulkan 1952 dalam Tong, 1998:262). Selanjutnya “ketakutan” dan akhirnya “permusuhan.”

Beauvoir mengamati peran sebagai istri Tidaklah mengherankan, karena itu, bahwa

membatasi kebebasan perempuan. Meski- perasaan negatif ini mengintensifkan hasrat

pun Beauvoir percaya bahwa perempuan laki-laki untuk menguasai, bukan saja

dan laki-laki mempunyai kemampuan alam, tetapi juga perempuan, yang mereka

untuk memiliki rasa cinta yang mendalam, asosiasikan dengan alam, terutama karena

ia menyatakan bahwa lembaga perkawinan peran perempuan di dalam reproduksi

merusak hubungan suatu pasangan. (French, 1985 dalam Tong, 1998).

Perkawinan mentransformasi perasaan French selanjutnya mengatakan: jika

yang tadinya dimiliki, yang diberikan kita ingin melihat abad 21, kita harus

secara tulus, menjadi kewajiban dan hak menghargai “cinta dan kelembutan, serta

yang diperoleh dengan cara yang kemauan untuk saling berbagi, dan saling

menyakitkan. Perkawinan merupakan menjaga setara dengan kendali dan

bentuk perbudakan, menurut de Beauvoir. struktur, rasa memiliki dan status.” Jika

memberikan perempuan kita ingin menerima penegasan ini sebagai

Perkawinan

(paling tidak perempuan borjuis Perancis) mana adanya saja, kita akan dapat dengan

sedikit lebih dari “kehidupan sehari-hari mudah menyimpulkan bahwa, bagi French, sedikit lebih dari “kehidupan sehari-hari mudah menyimpulkan bahwa, bagi French,

mesin untuk mencuci, membersihkan, kehidupan yang tidak berambisi dan tidak

merawat, dan terutama untuk berkorban. mengandung hasrat, hari-hari tak bertujuan

Direduksi sebagai objek, sang ibu, tentu yang terus-menerus diulangi tanpa batas,

saja, mulai memandang dan memanfaatkan hidup yang berlalu dengan perlahan

anaknya sebagai objek, sebagai sesuatu menuju kematian tanpa mempertanyakan

mengkompensasi rasa tujuannya.” Perkawinan menawarkan pe-

yang

dapat

frustrasinya yang dalam (de Beauvoir, rempuan kenyamanan, ketenangan, dan

keamanan, tetapi perkawinan juga me- Sangatlah jelas bahwa menjadi istri rampok perempuan atas kesempatan untuk

dan menjadi ibu, dalam pandangan de menjadi hebat. Sebagai imbalan atas ke-

Beauvoir seperti diulas oleh Tong (1998), bebasannya

adalah dua peran feminin yang membatasi “kebahagiaan.” Perlahan, perempuan

perempuan

diberikan

kebebasan perempuan, tetapi hal yang belajar untuk menerima kurang dari yang

sama juga berlaku bagi peran perempuan sesungguhnya berhak diperolehnya (de

pekerja. Beauvoir menekankan bahwa Beauvoir, 1952, 2003).

perempuan pekerja sama halnya dengan Jika peran sebagai istri membatasi

istri dan ibu, tidak dapat melepaskan diri pengembangan diri perempuan, peran

dari batasan femininitas. Lebih dari itu, sebagai ibu lebih membatasi lagi.

dalam beberapa hal, perempuan pekerja Meskipun Beauvoir mengakui bahwa

bahkan berada dalam kondisi yang lebih mengasuh dan membesarkan anak hingga

buruk dibandingkan perempuan istri dan dewasa dapat bersifat mengikat eksistensi

ibu yang tinggal di rumah (yang tidak seorang perempuan, ia bersikeras bahwa

bekerja di sektor publik), karena melahirkan bukanlah tindakan, melainkan

perempuan pekerja, secara terus-menerus, semata-mata suatu peristiwa. Beauvoir

di manapun juga diharuskan untuk menjadi menekankan

dan bersikap sebagai perempuan. Dengan mengalienasi perempuan dari dirinya

bahwa

kehamilan

perkataan lain, disamping tugas-tugas sendiri, dan hal itu menyulitkan perempuan

profesionalnya, seorang pekerja diharuskan dalam menentukan arah takdirnya tanpa

melakukan pekerjaan yang terganggu. Seperti feminis radikal-

untuk

diimplikasikan oleh “ feminitasnya”, yang libertarian, Shulamith Firestone, Beauvoir

bagi masyarakat berarti kewajiban untuk mempertanyakan

yang menyenangkan. “seharusnya”

akibatnya, perempuan mengatakan bahwa bahkan perempuan

dari kehamilan,

dan

Sebagai

mengembangkan konflik internal antara yang menginginkan anak tampaknya

kewajiban profesional dan kepentingan mengalami masa-masa yang sulit selama

femininnya. Jika seorang perempuan kehamilan. Juga seperti Firestone,

pekerja mengabdikan dirinya kepada Beauvoir khawatir dengan hubungan ibu-

kepentingan profesionalnya, sehingga ia anak yang sangat mudah terdistorsi. Mula-

mengabaikan penampilannya, ia akan mula anak tampaknya membebaskan

menghadapi kenyataan bahwa ia tidak lagi perempuan dari status objeknya karena ia

memenuhi standar yang dibangun oleh “mendapatkan dari anaknya apa yang

para perempuan cantik. Ia kemudian akan dicari laki-laki dan perempuan; seorang

menemukan kesalahan-kesalahan dari Liyan , paduan alam dan nalar, yang akan

rambutnya, giginya, kukunya, kulitnya, menjadi mangsa dan juga menjadi ganda .”

bentuk tubuhnya, dan pakaiannya. Karena Sejalan dengan waktu, anak itu menjadi

panik akan berkurangnya kecantikannya, tiran yang banyak menuntut balita,

perempuan kemudian akan memotong remaja, dewasa, seorang subjek yang

waktu kerjanya agar mempunyai waktu sadar, yang dengan melihat ibunya, dapat

lebih

untuk merawat kecantikannya. Jika ia mengatur ulang

banyak banyak

dan secara inheren pekerja kemudian akan menghadapi

membebani,

mengalienasi (diri). Elshtain berspekulasi kenyataan bahwa ia hanyalah pekerja lapis

bahwa ketidakpercayaan Beauvoir secara kedua setelah laki-laki, yang tidak seperti

umum terhadap tubuh berakar dari perempuan,

eksistensialisnya tentang membangun narsisisme sebagai suatu

ketubuhan dan kematian tubuh. Tubuh karakteristik yang diinginkan (de Beauvoir,

adalah suatu masalah dalam kerangka pikir 1952, 2003).

eksistensialis, sepanjang tubuh dipandang Beberapa teoretikus feminis tidak

sebagai objek yang tidak dapat dikuasai sependapat dengan Beauvoir yang

dan tidak dapat dihindari yang membatasi cenderung memandang buku tersebut

kebebasan setiap subjek berkesadaran. sebagai sebuah studi sosiologi usang.

Beauvoir mencatat dalam memoirnya Penelitian baru telah mengungkapkan

perjuangannya sendiri melawan tubuh: kenyataan fakta-fakta empiris kehidupan

hasrat berahinya yang tertekan, usahanya kaum perempuan yang tidak terbayangkan

untuk hidup tanpa tidur, rasa ketakutannya di masa Beauvoir. Penelitian ini me-

ketika ia semakin menua. Karena nunjukkan bahwa realitas kehidupan

disintegrasi yang lambat dari tubuh tersebut jauh lebih bervariasi daripada

menandai datangnya kematian akhir dari yang disarankan Beauvoir. Senada de-

kesadaran, dari kebebasan, dari subjek- ngan itu, antropolog budaya Judith Okely

tivitas  seorang eksistensialis seperti membantah sejumlah klaim Beauvoir

Beauvoir mempunyai keinginan yang menyangkut budaya non-Barat yang sangat

sangat kecil untuk merayakan tubuh yang menghargai lembaga perkawinan yang

merepresentasikan kekuatan kematian mengharuskan menghormati suami dan

padanya.

tidak menganggap hal itu sebagai Ketidakpercayaan Beauvoir secara subordinasi laki-laki terhadap perempuan.

umum terhadap tubuh, menurut Elshtain, Selanjutnya Jean Bethke Elshtain

menjadi ketidakpercayaan secara khusus (1981 dalam Tong, 1998) menyalahkan

kepada tubuh perempuan. Menurut pemikiran Beauvoir dalam The Second Sex

Beauvoir, kapasitas reproduksi perempuan untuk tiga alasan. Ia mencatat, pertama,

merampok perempuan dari bahwa buku ini tidak dapat diakses oleh

telah

kemanusiaannya. Sebaliknya, kapasitas mayoritas perempuan. “Imanensi” dan

reproduksi laki-laki tidak mengancam “transendensi”, “esensi”, dan “eksistensi”,

kemanusiaan laki-laki. Setelah hubungan “Ada bagi Dirinya sendiri” dan “Ada pada

seksual, laki-laki tetap orang yang sama dirinya sendiri” adalah ide yang tidak

sebelum hubungan seksual. Tetapi jika muncul langsung dari pengalaman hidup

terjadi fertilisasi setelah hubungan seksual, perempuan, tetapi merupakan abstraksi

perempuan berubah dan menjadi bukan yang muncul dari spekulasi sang filsuf

orang yang sama ketika hubungan itu ketika duduk di kursi goyang. Pilihan kata

terjadi: “terjebak dalam hukum alam,

de Beauvoir, menurut Elshtain, akan perempuan hamil adalah tumbuhan dan mengarahkan perempuan yang tidak

setumpuk koloid, sebuah mendapat pendidikan formal tinggi untuk

binatang,

inkubator, sebuah telur, perempuan hamil menyetujui pemikirannya daripada me-

menakutkan bagi anak-anak yang bangga yakinkan mereka bahwa perempuan

dengan tubuh muda dan lurus, dan sesungguhnya memang “warga kelas dua”.

membuat orang muda tertawa sinis, karena Elshtain juga dengan keras menolak

ia adalah manusia, seorang subjek yang pendapat Beauvoir tentang tubuh, terutama

berkesadaran dan individu yang bebas, tubuh perempuan. Ia menyatakan bahwa

yang telah berubah menjadi alat untuk Beauvoir menampilkan semua tubuh,

melanjutkan kehidupan.” Dengan terutama tubuh perempuan sebagai negatif:

memfokuskan pada bagian ini dan bagian- merugi, tidak penting, kotor, memalukan, memfokuskan pada bagian ini dan bagian- merugi, tidak penting, kotor, memalukan,

atau untuk merangkulnya dengan lebih erat mengenai

(Elshtain, 1981 dalam Tong, 1998). mengalienasi

Dengan berjalannya waktu akhirnya hamil, yang mempunyai pandangan positif

kebanyakan

perempuan

partisipasi perempuan dalam kehidupan atas “tubuhnya yang membesar karena berisi

politik mulai mendapatkan perhatian yang bayi.” Kita tidak dapat membuat orang

cukup besar di seluruh dunia setelah menjadi feminis dengan pernyataan bahwa

Bangsa-Bangsa (PBB) perempuan hamil adalah sejenis dengan

Perserikatan

mengeluarkan Universal Declaration of sayuran.

Human Rights pada tahun 1949, yang Akhirnya,

menjamin hak asasi manusia dan Beauvoir yang dianggapnya merayakan

Elshtain

mengkritik

kebebasan fundamental seluruh umat norma laki-laki pada umumnya. Semua

manusia, laki-laki dan perempuan. Isu keluhan Beauvoir mengenai karakter

politik perempuan ini muncul sebagai perempuan sebagai pasif,

tanggapan dan hasil dari perjuangan imanen, dimaknai sebagai perayaan

submisif,

Women Liberation Movement (WLM) karakter laki-laki sebagai aktif, dominan,

yang dimulai pada dekade 1960-an di dan transeden. Perendahan tubuh pe-

Barat.

rempuan ini muncul sebagai akibat dari Pada dekade 1980-an WLM menjadi ditinggi-tinggikannya pikiran laki-laki.

gerakan perjuangan berskala besar sampai Pandangan yang merendahkan hubungan

meluas ke Dunia Ketiga dan Negara perempuan dengan alam sangat kontras

Sosialis Eropa Timur. WLM menandai dengan kekaguman akan konstruksi laki-

kemajuan yang sangat nyata dalam laki terhadap kebudayaan. Karena itu,

mobilisasi politik dan integrasi politik saran Beauvoir bagi pencapaian kebebasan

perempuan, sehingga mainstream ini tidak perempuan adalah

dengan menolak dapat diabaikan lagi oleh para elit politik. tubuhnya dan hubungannya dengan alam.

Perubahan jelas kelihatan dalam pemberian Menurut Elshtain, saran Beauvoir dengan

suara, aktivisme dalam politik, seperti ikut mengopresi perempuan adalah salah, serta

berpartisipasi dalam partai politik, LSM, meminta perempuan untuk menghilangkan

penyusunan agenda politik, formulasi identitas perempuannya tanpa memper-

politik, dan berbagai organisasi politik. timbangkan konsekuensi yang harus

Satu hal lagi, yang tak bisa dipungkiri dipertaruhkan perempuan, yaitu per-

adalah kesadaran politik perempuan yang saudaraan (sisterhood) untuk memperoleh

semakin meningkat. persaudaraan

PBB mengadopsi menurut Elshtain, adalah tidak ber-

Convention on The Elimination of All tanggungjawab.

Forms of Discrimination Against Women Para kritikus Beauvoir mengundang kita

(CEDAW/Konvensi tentang Penghapusan untuk memikirkan apakah lebih mem-

Segala Bentuk Diskriminasi terhadap bebaskan untuk berpandangan bahwa

Kaum Perempuan) pada 1979 dan perempuan adalah produk dari konstruksi

Indonesia telah meratifikasi Konvensi kebudayaan, atau sebaliknya, memandang

Perempuan tersebut melalui Undang- perempuan sebagai hasil dari pengaturan

Undang No. 7/1984. Pemerintah Indonesia alamiah. Para kritikus itu juga me-

telah mengeluarkan Konvensi Hak-Hak ngundang kita untuk berpikir apakah

Politik Perempuan melalui Undang- wahana transendensi lebih baik, lebih

Undang No. 68 tahun 1958. Walaupun buruk, atau hanya berbeda semata dari

sudah ada jaminan atas partisipasi penuh wahana imanensi. Akhirnya, para kritikus

perempuan dalam domain politik, yang itu mengundang kita untuk mem-

tertuang dalam konvensi atau konstitusi, pertimbangkan

namun dalam kenyataan sehari-hari, hak- perempuan mengharuskan perempuan

apakah

pembebasan

hak perempuan tidak sepenuhnya dipenuhi hak perempuan tidak sepenuhnya dipenuhi

mereka menjadi pijakan imajinasi dari mendapatkan hak tersebut harus dilakukan

untuk

sebuah generasi kaum perempuan. dengan perjuangan yang berat.

Selanjutnya Betty Friedan (1974) Sebagai sebuah gerakan praktis untuk

dalam bukunya The Feminine Mystique, mengubah keadaan kaum perempuan,

Filsafat Kontemporer, feminisme didominasi oleh para tokoh

sebuah buku

memiliki makna yang cukup penting dalam feminis liberal, yang pada akhir abad ke-19

dan memperkuat dan awal abad ke-20 banyak memperbaiki

mengubah

arah

liberal, serta feminisme keadaan perempuan, terutama dengan

feminisme

eksistensialis Beauvoir. Buku ini secara menghapus beberapa peraturan hukum

tegas menolak asumsi yang diterima begitu yang cacat, diberikannya pendidikan dan

saja bahwa perempuan adalah makhluk pekerjaan yang layak, dan terutama, hak

yang berbeda, memiliki karakteristik dasar untuk memberikan suara dalam pemilu.

yang sangat cocok untuk mengurusi Misalnya, Selandia Baru adalah negara

persoalan rumah tangga, dan hanya modern pertama yang mengakui hak suara

membutuhkan kesetaraan status formal. perempuan sejak 1893. Perempuan Inggris

Friedman menegaskan bahwa pandangan berusia di atas tiga puluh tahun

ini tidaklah tepat. Ia menegaskan bahwa mendapatkan hak untuk memberikan suara

perbedaan, yang disimbolkan dalam apa pertama kali tahun 1918, sementara semua

yang disebut “feminine mystique”, telah perempuan Amerika memberikan suara

dinilai terlalu tinggi. Apa yang sebenarnya untuk pertama kalinya tahun 1920

diinginkan perempuan adalah keluar ke (meskipun beberapa negara bagian telah

dunia luas, berkiprah dalam berbagai menerapkan hak ini terlebih dulu).

kegiatan dan membangun karir dan ber- Setelah hak-hak ini diakui secara tetap,

kompetisi secara setara dengan kaum laki- feminisme sebagai sebuah gerakan yang

laki.

aktif mulai mengalami masa kemandekan, seolah-olah apa yang telah dicapainya harus

b. Feminisme Gelombang Kedua:

dialami, dicerna, dan dievaluasi. Masih ada

Pembebasan Wanita

sebagian perempuan yang, melalui tindakan Feminisme gelombang kedua pada dan tulisan mereka, menantang norma-

akhir dekade 1960-an dan awal 1970-an norma yang berlaku. Meskipun demikian,

ditandai oleh kehadiran Women Liberation feminisme

Movements yang kemudian dikenal sebagai kemudian menyusut

sebagai sebuah

gerakan

gerakan feminisme radikal kultural dan perhatian

hanya menjadi

radikal libertarian dengan pelopornya Kate pembicaraan di kalangan intelektual tetap

Millet (1970 yang dikutip Tong, 1998) berlanjut dan semakin berkembang setelah

dalam bukunya Sexual Politics. Millet Perang Dunia I (Wollstonecraft dalam

mengatakan bahwa seks adalah politis, Adams, 1993, 2004:388).

terutama karena hubungan laki-laki dan Sudah ada kesetaraan formal bagi

perempuan merupakan paradigma dari kaum perempuan, dari tahun 1950-an

semua hubungan kekuasaan: “Kasta sosial hingga 1960-an kesetaraan ini terus

mendahului semua bentuk inegalite- semakin meningkat di Barat, namun masih

rianisme: ras, politik, ekonomi dan jika ada kekecewaan. Di satu sisi, nasib

penerimaan terhadap supremasi laki-laki perempuan telah mengalami perbaikan,

sebagai hak sejak lahir tidak dihilangkan, tapi di pihak lain, dalam realitasnya dunia

semua sistem opresi akan terus ber- semakin dikuasai kaum laki-laki. Di

langsung hanya atas mandat logis dan samping itu, kaum perempuan juga

emosional dalam situasi manusia yang mengalami diskriminasi di hampir semua

p rimer.”

aspek kehidupan di masyarakat. Ada dua Kendali laki-laki di dunia publik dan orang penulis yang secara khusus

privat menimbulkan patriarki, sehingga mengartikulasikan perasaan ini dan buku

penguasaan

oleh laki-laki harus oleh laki-laki harus

luar politik radikal. Millet sekadar bertanya mendapat kebebasan. Tetapi ini bukanlah

ingin

mengapa di dalam sebuah masyarakat tugas yang mudah. Untuk menghilangkan

yang bebas, di mana kaum perempuan penguasaan oleh laki-laki, perempuan dan

memiliki hak-hak politik dan sipil yang laki-laki harus menghapuskan jender 

segala kesempatan terutama status, peran, dan temperamen

lengkap,

serta

pendidikan yang terbuka lebar, semua seksual sebagaimana hal ini dibangun di

keputusan penting dalam masyarakat bawah patriarki.

hanya dibuat oleh kaum laki-laki tanpa Selanjutnya masih menurut Millet,

melibatkan kaum perempuan. Mengapa ideologi patriarkal, membesar-besarkan

kaum perempuan harus mendapatkan peran perbedaan biologis antara laki-laki dan

subordinat dari kaum laki-laki? perempuan, dan memastikan bahwa laki-

Millet juga mengembangkan gagasan laki selalu mempunyai peran yang

tentang “politik seks” (The personal is maskulin

political ) dengan menyatakan bahwa perempuan selalu mempunyai peran yang

dan dominan,

sedangkan

dalam hubungan yang paling pribadi antara subordinat, atau feminin. Ideologi ini

lelaki dan perempuan, laki-lakilah yang begitu kuat, hingga laki-laki biasanya

mengontrol hubungan seksual, mengambil mampu mendapatkan persetujuan dari

inisiatif, membatasi dan mendefinisikan perempuan yang mereka opresi. Mereka

seksualitas perempuan sesuai dengan melakukan hal tersebut melalui institusi

kebutuhan mereka, serta membiarkan akademi, gereja, dan keluarga, yang

perempuan sering tak terpenuhi kebutuhan masing-masingnya membenarkan dan

seksnya. Hal ini dianggap “politis” dalam menegaskan

artian bahwa hubungan seksual merupakan terhadap laki-laki, yang berakibat bagi

subordinasi

perempuan

relasi kekuasaan, hubungan dominasi dan kebanyakan perempuan untuk meng-

subordinasi, sebuah dimensi dari situasi di internalisasi rasa inferioritas diri terhadap

mana pihak yang subordinate hidup untuk laki-laki.

pihak yang dominan Gerakan feminisme ini dicirikan

melayani

(superordinate). Dengan kata lain, hal ini dengan dua hal pokok: (1) tuntutan akan

merupakan dimensi patriarki. Ini adalah demokrasi yang bersifat partisipatoris,

sumber slogan feminis “The Personal is the yaitu demokrasi yang melibatkan seluruh

Political (Setiap Pribadi adalah Politis)” rakyat, dan the personal is political; dan (2)

(Adam, 1993, 2004). Millet menekankan, melihat persoalan-persoalan mendasar yang

bahwa meskipun ada usaha terus- menerus saling berlawanan antara laki-laki dan

untuk mengkondisikan dan mengkoersi perempuan. Secara khusus feminisme

semua perempuan, banyak perempuan radikal ini ditandai dengan diskusi dan aksi

terbukti tidak dapat dikendalikan. politik di seputar isu-isu reproduksi (aborsi, kontrasepsi) dan kekerasan (per-

c. Feminisme Gelombang Ketiga:

kosaan, penyalahgunaan seksual) (Pascal,

Identitas Politik

1986). Feminisme gelombang ketiga, awal Pemberi karakteristik pikiran baru,

1980-an sampai awal 1990-an, ditandai yang secara luas dipengaruhi oleh

oleh pemahaman atas gerakan feminisme spektrum feminis Millet. Seperti banyak

yang semakin beragam. Di mana gerakan teori Pembebasan Perempuan awal, teori

politik sudah mengedepankan politik ini banyak dipengaruhi oleh ide-ide Kiri

perempuan, ras etnisitas, dan posisi subjek Baru dengan gagasannya tentang dominasi,

yang sering dipahami dalam rubrik “politik represi, dan alienasi, serta penggunaan

postmodern ”. Di mana segala sesuatu yang konsep psikoanalitik. Meskipun demikian,

selama ini dimarjinalkan dan terpinggirkan, masalah yang dikemukakan dan di-

dalam “teori postmodern” spesifikasi simpulkan oleh Millet memantul jauh ke

posisi mereka mulai ditonjolkan; dengan posisi mereka mulai ditonjolkan; dengan

Teori politik ini mencirikan “politik identitas” (politics of identity) dan “politik perbedaan” (politics of difference). Politik ini timbul dalam pengelompokkan politik baru, dari kategori yang telah diabaikan pada zaman modern seperti ras, jender, preferensi seksual, etnisitas, dan politik identitas.

Gaya konsep politik baru ini didasarkan pada konstruksi identitas politik dan identitas budaya melalui perjuangan politik dan komitmen politik. Memang ada perbedaan pendapat tentang masalah identitas ini seperti dikemukakan Best dan Kelner (1991), ketegangan ini bermula dari ambiguitas kata „identitas,‟ yang ber- konotasi negatif di dalam teori postmodern selama ini, karena ia mengimplikasikan logika identitas represif (dikaitkan dengan Hegel dan Marxisme) yang mereduksi heterogenitas menjadi homogenitas. Di samping itu, „identitas‟ juga berkonotasi positif selama ini, karena ia melibatkan penempaan identitas politik, dari latar belakang sejarah dan budaya seseorang, dan jender, kelas, dan status etnis seseorang. Kedua sumber subjektifitas individu dan pengelompokan politik yang

berlainan ini diistilahkan „posisi subjek‟. Dalam hal ini Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) mendeklarasikan tahun 1975-1985 sebagai Dasawarsa Perempuan, dan menginstruksikan kepada setiap negara anggotanya untuk memberikan perempuan kesempatan yang sama untuk kemajuan di bidang ekonomi, kebudayaan, agama, politik, dan hukum seperti yang dimiliki laki-laki. Diikuti tiga konferensi perem- puan internasional menandai Dasawarsa Perempuan: konferensi awal dilakukan di Mexico City (1975); konferensi tengah dilakukan di Kopenhagen (1980), dan yang terakhir adalah konferensi 12 hari di Nairobi Kenya (1985). Lebih dari 2.000 delegasi dari 140 negara menghadiri pertemuan terakhir itu, termasuk Indonesia (Tong, 1998).

Kendati ada konflik nyata ikhwal isu identitas dan perbedaan dalam teori

kontemporer dan politik, namun ada kesesuaian atau kecocokan logika antara politik perbedaan dan politik identitas, karena politik identitas bisa “menekankan berbagai kekuatan” yang membentuk identitas politik dan pentingnya meng- absahkan serta memperkuat spesifisitas kelompok politik tersebut, seperti Laclau dan Mouffe (Foucault, Deleuze dan Guattary dalam Best dan Kelner, 1991), misalnya, mengedepankan pentingnya pluralitas politik, dengan penekanan yang banyak kita jumpai pada teoretisi postmodern lain, mereka juga menekankan pentingnya membentuk identitas politik, yang harus diartikulasikan di dalam aliansi politik radikal, namun radikalisme ini gagal, namun terartikulasikan dengan baik.

Sebenarnya, gerakan feminisme yang banyak berlangsung di dunia ini, telah menempatkan kembali perempuan dalam semangat emansipasi yang tinggi dengan aturan-aturan yang telah memberi tempat perempuan dalam ranah publik, di mana kaum laki- laki dan perempuan “berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah” yang selama beabad-abad termarjinalkan di setiap aktivitas kehidupan. Gerakan emansipasi ini memberikan inspirasi besar kepada organisasi perempuan di dunia, yang mempengaruhi organisasi perempuan untuk memperjuangkan hak-hak sosial dan hak politiknya tanpa harus mengurangi peran perempuan sesuai kodratnya. Dan peran politik perempuan dari satu periode perjuangan politik ke periode perjuangan politik berikutnya, memiliki tujuan yang berbeda disesuaikan dengan periode perjuangan itu sendiri karena setiap periode perjuangan punya karakteristik yang berlainan.

Pilihan Politik bagi Perempuan (Political Self Selection)

Tidak dapat dipungkiri bahwa sudah banyak perempuan di dunia saat ini yang sudah berkarier di segala bidang kehidupan kehidupan sosial, apakah berkarier itu merupakan keharusan untuk menambah penghasilan keluarga yang tidak cukup, Tidak dapat dipungkiri bahwa sudah banyak perempuan di dunia saat ini yang sudah berkarier di segala bidang kehidupan kehidupan sosial, apakah berkarier itu merupakan keharusan untuk menambah penghasilan keluarga yang tidak cukup,

suatu kajian mengenai hambatan dan usaha Jika kita bandingkan perempuan yang

untuk mendapatkan kedudukan kepemim- bekerja di bidang lain dengan yang

pinan politik” (Nurwani Idris, 2007), dapat memasuki bidang politik, bidang politik

dilihat bahwa masih kecil sekali jumlah lebih rendah. Dalam sebuah penelitian

perempuan yang memasuki politik. yang diadaka di Sumatera Barat mengenai

Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2004

Tingkat Pendidikan

Perempuan Jumlah (1)

1. Tidak/ Belum Pernah Sekolah

2. Tidak Belum Tamat SD

3. Sekolah Dasar

4. SMTP Umum

5. SMTA Umum

6. SMTA Kejuruan

7. Diploma I / II

8. Akademi / Diploma III

9. Universitas (S1)

10. Strata-2 (S2)

1.599.986 3.061.191 Sumber : BPS, Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional, 2004. Keterangan total: (a) Jumlah total perempuan yang bekerja terlihat lebih tinggi dari laki-laki.

(b) Jumlah perempuan yang bekerja lulusan SD juga lebih banyak daripada laki-laki. (c) Yang lain rata-rata hampir sama, begitu juga yang berpendidikan sarjana, namun jumlah perempuan yang lulusan S2 (pascasarjana) lebih sedikit dari laki-laki.

Hampir tidak ada perbedaan dalam Sedangkan dari hasil perolehan suara bidang pekerjaan berdasarkan pendidikan

dalam Pemilu Legislatif pemilihan anggota di Minangkabau antara perempuan dan

DPRD Provinsi Sumatera Barat periode laki-laki, yaitu jumlahnya hampir sama.

2004-2009, hanya ada 5 perempuan yang Yang menarik, jumlah total perempuan

menjadi anggota DPRD Provinsi. (Komisi yang bekerja lebih tinggi daripada laki-

Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat, laki. Selanjutnya dari hasil perolehan suara

dalam Pemilu Legislatif DPRD Kabupaten/ Di Minangkabau Sumatera Barat Kota Provinsi Sumatera Barat tahun 2004,

ditemukan banyak hal yang menyebabkan dalam politik jumlah perempuan yang

perempuan enggan memasuki dunia politik berpartisipasi masih sangat sedikit.

antara lain diperlukan motivasi politik Di Kabupaten Agam ada 4 orang

yang tinggi yang dipengaruhi oleh hal-hal perempuan; Kabupaten Limapuluh Kota

yang multikompleks. ada 4 orang perempuan, dan Kabupaten

Secara umum pengertian dari minat Tanah Datar hanya 3 orang perempuan, dan

atau motivasi adalah rangsangan yang empat kabupaten tidak mempunyai anggota

didapat dari lingkungan, yang sangat erat perempuan.

hubungannya dengan emosi atau perasaan seseorang, yang mengarah pada terciptanya hubungannya dengan emosi atau perasaan seseorang, yang mengarah pada terciptanya

mendapatkan kedudukan politik dengan tindakan dalam hal ini tindakan politik.

karier sosial yang lain memang lebih berat, Namun pada sebagian besar perempuan

dan lebih kompleks dan rumit, terdapat Minangkabau rangsangan dari lingkungan

hambatan eksternal dan hambatan internal. politik

Hambatan eksternal adalah hambatan berminat pada politik.

yang datang dari lingkungan publik, Selanjutnya agar motivasi dapat

politik, sosial budaya yang tidak men- timbul atau meningkat, kearah pencapaian

dukung pemberdayaan perempuan dalam kesadaran diri yang tinggi, sehingga dapat

politik atau peluang bagi perempuan untuk melakukan aktivitas dalam hal politik atau

mendapatkan kedudukan kepemimpinan tindakan aktualisasi politik, Vroom (1964

politik, terdiri dari: (1) Hambatan budaya dalam Huitt, 2001) mengajukan konsep

politik dan agama, terdiri dari: a) sebagai berikut:

Pemarjinalan perempuan dari ranah publik, berupa: (1) Proses pemarjinalisasian telah

Motivasi = Persepsi Probabilitas dimulai sejak kolonialisme Belanda; (2) Keberhasilan (Expectancy)*

Framing atau pembingkaian makna bagi Hubungan antara Keberhasilan dan

masyarakat Minangkabau terhadap ke- Reward (Instrumentality)*

bebasan perem-puan; (3) Wacana ilmiah Nilai dari Mencapai Tujuan (Valance,

dan kekuasaan; (4) Program pemerintah Value).

oleh Orde Baru; (5) Perubahan kedudukan perempuan Minangkabau dalam masya-

b) Kompetensi; c) Sistem yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran

Dengan demikian motivasi politik

rakat;

perekrutan; d) Aturan partai; e) Hambatan politik yang tinggi sehingga berusaha

birokrasi; f) Hambatan ekonomi; g) untuk mencapai hasil.

Hambatan pendidikan; h) Hambatan Crittenden

Megawati, 1999) mengatakan bahwa,

menjadi hambatan usaha perempuan untuk meraih ke-

Disimpulkan

budaya politik dan agama yang diringkas pemimpinan politik juga dipengaruhi oleh

ke dalam 4 (empat) faktor hambatan: (a) keterlibatan pemerintah dalam merekrut

hambatan struktural, (b) hambatan budaya perempuan, misalnya perbaikan konstitusi,

dan agama, (c) hambatan perantaraan komitmen pemerintah yang tinggi untuk

(agency) atau intermediate organization, membantu

(d) hambatan kelembagaan (institusional). perempuan dalam politik dengan aturan

menaikkan

partisipasi

Hambatan budaya dan agama , dan sanksi yang jelas serta fasilitas

memang telah melonggar tetapi tetap penitipan anak dan sebagainya.

mempengaruhi motivasi atau dorongan Untuk mencapai tujuan kesuksesan

yang dapat membawa perempuan ke dalam dalam politik, dan partisipasi dalam politik

urusan publik, seperti kewajiban terhadap dalam arti mengaktualisasikan diri dalam

rumah tangga dan anak-anak, sementara politik, seseorang perlu berusaha, belajar,

berpolitik sangat menyita waktu dan tenaga menambah pengalaman,

diikuti pula oleh kepercayaan kepada komunikasi dengan pihak terkait dan

meningkatkan

lembaga/ institusi yang sangat kurang. lingkungan dan seterusnya. Untuk dapat

Singkatnya, penjelasan-penjelasan di sukses dalam politik sehingga dapat

atas menyatakan bahwa perempuan menduduki posisi kepemimpinan politik,

Minangkabau menduduki posisi yang kemampuan internal sangat berpengaruh,

rendah dalam parlemen: (a) karena mereka dengan menambah kemampuan secara

tidak mampu (mereka tidak punya terus menerus, untuk dapat menembus

sumberdaya); (b) mereka tidak mau hambatan.

(mereka tidak tertarik); (c) tidak ada yang meminta mereka (tidak mempunyai (mereka tidak tertarik); (c) tidak ada yang meminta mereka (tidak mempunyai

KESIMPULAN

menghalangi mereka. Dengan demikian, hambatan eksternal

Sebenarnya, gerakan feminisme yang dapat dirumuskan: hambatan budaya