konservasi tanah dan air docx

Tugas Konservasi Tanah dan Air

Denny Yulfa
NPM : E1J012095

Program Studi Agroekoteknologi
Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
2014

PENDAHULUAN
Kekuatan yang menyatukan butir-butir primer menjadi agregat relatif tidak terlalu kuat
sehingga tanah mudah ditembus oleh akar tumbuhan, zat hara dapat bergerak ke arah akar
melalui larutan tanah, dan tumbuhan dapat berdiri tegak. Di sisi lain tanah akan mudah
terdispersi apabila ada kekuatan dari luar yang bekerja terhadap agregat dengan kekuatan
yang lebih besar daripada kekuatan penyusun agregat.

Kekuatan pemecah agregat ini

biasanya berasal dari energi air dan angin.
Berdasarkan uraian di atas maka ada dua proses berlawanan yang terjadi terhadap tanah.

Pertama adalah proses pembentukan atau formasi tanah yang menyatukan butir-butir primer
menjadi butir-butir sekunder, dan ke dua adalah proses deformasi tanah yang menyebabkan
butir-butir sekunder pecah menjadi butir-butir primer. Kedua proses tersebut terjadi secara
bersamaan, proses mana yang lebih dominan akan menentukan kualitas tanah yang tersedia
untuk pertumbuhan tanaman.

Apabila proses ke dua yang dominan, maka tanah akan

mengalami degradasi secara kuantitas dan kualitas.
Proses degradasi tanah seperti diuraikan di atas lebih dikenal dengan erosi. Dengan
demikian, erosi didefinisikan sebagai suatu peristiwa berpindah atau terangkutnya butir-butir
tanah dan/atau bagian dari tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media alam. Dalam
Glossary of Soil Science, erosi diartikan sebagai terkikisnya permukaan lahan oleh air, angin,
es, gaya gravitasi atau agen-agen alami atau antropogenik yang memindahkan partikelpartikel tanah atau bahan batuan dari satu lokasi di permukaan bumi, untuk diendapkan di
tempat lain. Atau, pemindahan sedimen dan batuan oleh gaya yang ditimbulkan oleh angin,
air dan es. Dalam peristiwa ini tanah terkikis dan terangkut dari suatu tempat dan diendapkan
di tempat lain. Energi yang menyebabkan terjadinya pengangkutan atau pemindahan ini
berasal dari butir air yang jatuh dan dari pergerakan aliran permukaan air dan angin.
Pengangkutan dan pemindahan itu sendiri terjadi setelah butir-butir tanah terpisah satu sama
lain membentuk butir-butir yang lebih halus.

ISI
Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia yang beriklim tropika mempunyai rata-rata
curah hujan dan intensitas hujan yang relatif tinggi serta didukung kondisi topografi yang
berbukit-bukit merupakan salah satu pemacu timbulnya proses erosi. Bahaya erosi ini akan
semakin mengkhawatirkan, apabila di dalam mengelola sumberdaya alam tanpa
memperhatikan kaidah konservasi sumberdaya alam khususnya sumberdaya tanah, sehingga

secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelestarian kemampuan
fungsi lingkungan. Upaya pelestarian ini salah satunya adalah melalui pengendalian erosi
tanah di setiap tipe penggunaan lahan. Untuk itu usaha pengendalian erosi secara tepat perlu
dilakukan dalam upaya melestarikan kemampuan fungsi lingkungan. Erosivitas merupakan
kemampuan hujan menimbulkan erosi. Tingkat erosi ini digambarkan dalam bentuk indeks
erosivitas hujan. Indeks erosivitas hujan merupakan besaran tanpa satuan yang
menggambarkan kemampuan hujan menimbulkan erosi. Jika semakin besar nilai indeks
erosivitas, maka semakin besar pula hujan menimbulkan erosi.
Struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butir–butir tanah, gumpalan ini terjadi
dikarenakan debu, liat dan pasir menjadi satu karena ada perekat–perekatnya, yang mana
struktur ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah sebagai media tanam. Tanah
bertekstur kasar mempunyai adhesi dan kohesi lebih kecil serta kapasitas infiltrasi lebih besar
dibandingkan dengan tanah berstruktur halus.kondisi ini menguntungkan dari aspek aliran

permukaan sebagai agen transportasi dalam proses erosi, karena tanah yang berpasir adalah
agregatnya yang lemah sehingga mudah hancur apabila terkena pukulan butiran hujan,dan
sebaliknya tekstur tanah yang halus memudahkan terjadinya aliran permukaan, meskipun
curah hujannya rendah.sedangakan struktur tanah yang butiran akan menghasilkan laju
infiltrasi yang tinggi sehingga dapat mengurangi aliran permukaan atau erosi.
Tanah liat (clay) serta kation Fe dan Al dapat meningkatkan daya tahan tanah
terhadap dispersi (penguraian). Tanah liat berfungsi sebagai pengikat air, pertukaran kation,
dan perekat butir-butir tanah sehingga menjadi stabil dan tahan terhadap dispersi. Bahan
organik berfungsi sebagai agen perekat partikel-partikel tanah sehingga berhubungan langsung
dengan stabilitas agregat dan erosi. Dalam proses pembentukan agregat tanah, bahan organik
menjadi penghubungan antara partikel-partikel liat dan pasir sehingga terbentuk agregat yang
stabil. Selain itu, pelapisan agregat oleh bahan organik menyebabkan agregat tersebut bersifat
hidrofobik sehingga sulit dimasuki air dan menjadi stabil ketika terendam di dalam air. Hal ini

juga berpengaruh terhadap ketebalan solum karena semakin banyak bahan organik maka
ketebalan solum juga semakin bertambah, ketebalan solum juga mampu menyerap air hujan
yang jatuh kepermukaan tanah hal ini yang menyebabkan ketebalan solum mempengaruhi
kepekaan tanah terhadap erosi melaului kemampuan profil tanah dalam mempengaruhi laju
aliran permukaan tanah selama hujan berlangsung.
Sifat lapisan bawah tanah memegang peranan penting dalam proses terjadinya erosi

karena berkaitan dengan jumlah aliran permukaan yang terjadi selama kejadian hujan. Lapisan
bawah yang kedap air, seperti pada tanah-tanah yang diolah secara terus menerus atau yang

mengalami penumpukan liat di lapisan bawah permukaan, akan meningkatkan aliran permukaan
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Topografi merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari
kemiringan lereng dan beda tinggi dari permukaan laut. Permukaan tanah dengan beda tinggi dan
kemiringan yang sangat besar, maka disebut topografinya bergunung, sedangkan untuk beda
tinggi dan kemiringan yang lebih rendah secara berurutan disebut berbukit, bergelombang, dan
berombak. Ilmu yang membahas tentang topgrafi ini disebut geomorfologi. Dua unsur topografi
yang banyak dibahas dan besar pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang lereng (length, simbol
L) dan kemiringan lereng (slope, simbol S). Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui
aliran permukaan. Semakin curam lereng semakin besar laju dan jumlah aliran permukaan dan
semakin besar pula erosi yang terjadi. Selain itu partikel tanah yang terpercik akibat tumbukan
butir hujan semakin banyak. Jika kemiringan lereng bertambah dua kali banyaknya erosi

meningkat 2,0 sampai 2,5 kali lebih tinggi.
Vegetasi adalah setiap jenis tumbuhan yang tumbuh menutupi permukaan tanah,
misalnya rumput, semak belukar, hutan dan sebagainya, sementara jenis tumbuhan yang
dibudidayakan disebut tanaman (padi, jagung, mangga, dan lain-lain). Sisa tumbuhan seperti
daun, ranting dan cabang yang jatuh dan menutupi permukaan tanah disebut seresah.

Vegetasi, tanaman dan seresah memiliki pengaruh yang besar terhadap erosi dan aliran
permukaan.

Besaran nilai faktor vegetasi (nilai C) dalam proses erosi berkisar antara

mendekati 0 (untuk penutupan maksimum) sampai 1 (tanpa penutupan sama sekali). Mulsa
adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah.
Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga
kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar).

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hermawan, Bandi. 2010. Buku Ajar Konservasi Tanah dan Air. Badan Penerbit Fakultas
Pertanian UNIB. Bengkulu.
Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A.G., Sutedjo, M.M. 1985. Teknologi Konservasi Tanah
dan Air. Bina Aksara : Jakarta.
Sarief, E.S. 1988. Konservasi tanah dan air. Pustaka Buana. Bandung.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI Yogyakarta. Semarang.