KELUARGA sakinah keluarga tanpa BERENCANA
KELUARGA BERENCANA
411234 - (35).
B A B XII
KELUARGA BERENCANA
I.
PENDAHULUAN
Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana dalam Repelita I adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada
umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga
tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat.
Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar sukarela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan
moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidikan serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan
kesadarannya sendiri dapat menghargai dan, menerima pola
keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program keluarga berencana tidak hanya menyangkut
masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan
masyarakat.
Organisasi pelaksanaan keluarga berencana dalam Repelita I
mengalami perkembangan-perkembangan. Kegiatan secara terorganisir mulai dirintis dengan didirikannya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 1957. Akan
tetapi barulah sejak tahun 1968 dengan dibentuknya Lembaga
Keluarga
Berencana
Nasional
(LKBN),
kegiatan
keluarga
547
berencana telah ditingkatkan menjadi suatu program nasional. Sesuai dengan perkembangan pelaksanaan keluarga berencana, dibutuhkan (penyempurnaan organisasi, sehingga
dalam tahun 1970 LKBN telah dirubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya
dalam Repelita I terus dilakukan usaha-usaha penyempurnaan
organisasi BKKBN.
Untuk lebih mengembangkan pelaksanaan program keluarga
berencana dalam Repelita I telah dimanfaatkan pula berbagai
bantuan luar negeri yang serasi dengan pola kebijaksanaan
nasional untuk program keluarga berencana.
Selama masa Repelita I pelaksanaan program keluarga berencana di pusatkan di daerah Jawa dan Bali. Di daerahdaerah tersebut terdapat situasi kepadatan penduduk yang
relatif lebih kritis keadaannya dibandingkan dengan daerahdaerah lainnya di Indonesia. Walaupun demikian ternyata
bahwa di beberapa daerah di luar Jawa dan Bali selama masa
Repelita I telah dirintis pula usaha pelaksanaan keluarga berencana oleh pelbagai organisasi kemasyarakatan serta Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I
terutama meliputi kegiatan penerangan dan motivasi,
pelayanan medis, pendidikan dan latihan, pengembangan
logistik, pencatatan dan pelaporan serta penelitian dan
penilaian kegiatan keluarga berencana.
II.
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PERKEMBANGHASIL YANG DICAPAI
1.
AN
Penerangan dan motivasi
Penerangan dan motivasi keluarga berencana dalam Repelita I terutama ditujukan untuk memberikan penerangan seluas-luasnya kepada masyarakat tentang terdapatnya kemungkinan
bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan
keluarga.
548
Hal ini dilakukan baik melalui Penerangan umum, penerangan
kelompok, penyuluhan wawan-muka, maupun melalui pendidikan kependudukan.
a.
Penerangan umum.
Penerangan yang bersifat umum dilakukan terutama melalui
surat-surat kabar, majalah, kantor berita, siaran radio, TVRI,
lagu-lagu populer keluarga berencana, pembuatan film cerita
dan dokumenter tentang keluarga berencana, penerbitan-penerbitan, spanduk-spanduk, papan bergambar, stempel pos pada
surat-surat, perangko keluarga berencana dan lambang keluarga berencana pada mata uang logam.
b.
Penerangan kelompok.
Penerangan kelompok terutama dilakukan melalui bantuan
yang diberikan kepada seminar/raker/pertemuan berbagai kelompok masyarakat serta mengirimkan tenaga-tenaga penerangan untuk melakukan pendekatan terhadap berbagai kelompok khusus masyarakat di daerah-daerah tertentu. Da1am
rangka ini telah dilakukan pendekatan terhadap golongangolongan "berpengaruh" dalam masyarakat yang diharapkan
tidak hanya akan menjadi penghubung dan penyebar gagasan
keluarga berencana, akan tetapi diharapkan menjadi "orang
contoh" dalam pelaksanaan keluarga berencana. Untuk itu
selama Repelita I telah dilakukan pendekatan secara khusus
terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, alim ulama, organisasi karyawan swasta dan pemerintah, organisasi pemuda, pelajar, cendekiawan, kalangan Angkatan Bersenjata, usahawan
dan lain sebagainya.
c.
Penyuluhan wawan-muka.
Perhatian yang telah timbul dari kalangan masyarakat terhadap program keluarga berencana segera membutuhkan
penggarapan yang lebih bersifat perorangan agar
kesadaran
549
yang telah berkembang tersebut dapat tumbuh menjadi tindakan melaksanakan keluarga berencana. Hal ini dilakukan
melalui penyuluhan wawan-muka baik berupa pendekatan
secara langsung kepada calon akseptor maupun kepada mereka
yang telah menjadi akseptor. Dengan demikian diharapkan
jumlah akseptor baru terus bertambah dan bersamaan dengan
itu kelangsungan akseptor yang telah ada dapat terus dipertahankan. Kegiatan penyuluhan wawan-muka tersebut untuk
sebagian besar dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB). Oleh karena itu selama Repelita I jumlah
tenaga PLKB terus ditingkatkan. Dalam tahun 1969/70 dan tahun
1970/71 belum terdapat tenaga PLKB yang terorganisir. Sejak
tahun 1971/72 telah tercatat 1.930 orang tenaga PLKB,
kemudian dalam tahun 1972/73 terdapat tambahan 3.774 orang
dan kemudian dalam tahun 1973/74 tercatat PLKB baru sejumlah 5.969 orang (Tabel XII — 1).
TABEL XII — 1
TAMBAHAN JUMLAH SETIAP TAHUN PERSONALIA
PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA
(PLKB) DI JAWA DAN BALI
1969/70
R
E P
1973/74
E
L I
T
A
I
1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74
JUMLAH
1. PLKB
—
—
1.930
3.774
5.969
11.673
2. PIMPINAN
KELOMPOK
3. PENGAWAS
—
—
—
—
—
—
203
715
1.202
2.120
64
108
125
297
4. KOORDINATOR
—
—
—
23
21
44
d. Pendidikan kependudukan.
Pendidikan kependudukan ditujukan untuk mengembangkan
pengertian
tentang
hubungan
rasionil
antara
perkembangan
550
jumlah penduduk (manusia) dan perkembangan sumber-sumber
kehidupan yang terdapat di sekitarnya. Kegiatan ini dilakukan
baik melalui pendidikan di dalam sekolah maupun pendidikan
di luar sekolah.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan kependudukan secara terorganisir mulai dilaksanakan sejak tahun 1971/72. Langkah ini
dirintis melalui seminar dan loka karya untuk mendapatkan
pengarahan dan cara pendekatan yang tepat untuk masyarakat Indonesia. Selama masa Repelita I telah dapat diselesaikan
penyusunan bahan-bahan pelajaran pendidikan kependudukan
dan telah dapat dirumuskan 26 bahan pelajaran dari 26
judul.
2.
Pelayanan medis keluarga berencana.
Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan
keluarga berencana segera membutuhkan tersedianya sarana
pelayanan agar mereka mendapatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk melaksanakan keluarga berencana. Sarana utama
untuk melayani pelaksanaan keluarga berencana adalah tersedianya klinik-klinik keluarga berencana yang dengan mudah
dapat dicapai oleh masyarakat banyak.
Di samping memberikan pelayanan untuk pelaksanaan keluarga berencana, klinik-klinik tersebut sekaligus memberikan
pelayanan pula untuk meningkatkan kesehatan, khususnya bagi
ibu dan anak. Dalam rangka kegiatan ini tercakup pula kegiatan untuk perbaikan gizi. Dengan demikian klinik-klinik
keluarga berencana pada hakekatnya sekaligus merupakan
sarana utama pula bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
pada umumnya.
Klinik keluarga berencana pada dasarnya adalah Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) yang memberikan pelayanan keluarga berencana dan pada umumnya diintegrasikan
ke dalam Puskesmas. Penyelenggaraan klinik tersebut dilakukan oleh unit-unit pelaksana seperti Departemen Kesehatan,
Angkatan Bersenjata, Muhammadiyah, Dewan Gereja
Indone-
551
sia, perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya. Jumlah klinik
keluarga berencana terus berkembang selama Repelita I. Apabila dalam tahun 1969/70 hanya terdapat 727 klinik keluarga
berencana maka pada tahun terakhir Repelita I (1973/74)
jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2.235 buah (Tabel
XII-2).
TABEL XII — 2
JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA
MENURUT STATUS DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973/74
R
E
P
E
L
I
T
A
1969/70 1970/71 1971/72 1972/73
1. Dep. Kes.
2. ABRI
3. Instansi Pemerintahan lain
4. Swasta
TOTAL
Catatan: * )
I
1973/74
—
—
—
—
1.564
148
1.786
158
1.838
187
—
—
—
—
44
105
41
152
42
168
727*)
1.465*)
1.861
2.137
2.235
Belum ada perincian menurut status.
Perkembangan jumlah klinik tersebut membutuhkan penambahan tenaga yang dapat melayani masyarakat dengan sebaikbaiknya. Dalam rangka ini jumlah tenaga dokter yang melayani
keluarga berencana (Jawa-Bali) telah bertambah jumlahnya
dari 421 orang dalam tahun 1969/70 menjadi 1.186 orang dalam
tahun terakhir Repelita I (1973/74). Demikian pula halnya dengan tenaga bidan yang melayani keluarga berencana. Dalam
tahun 1969/70 baru tercatat 855 orang bidan yang melayani
klinik keluarga berencana. Namun pada tahun terakhir Repelita I (1973/74) untuk daerah Jawa dan Bali telah tercatat 2.241
orang tenaga bidan pada klinik keluarga berencana. Peningkatan jumlah tenaga yang melayani klinik keluarga berencana
tersebut juga berlaku bagi tenaga pembantu bidan dan tenaga
administrasi (Tabel XII — 3) .
552
GRAFIK XII - I
JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA DI JAWA - DAN BALI
1969/70 - 1973/74
553
TABEL XII — 3
JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BEREN-
CANA MENURUT KATEGORI DI JAWA DAN BALI
1969/70— 1973/74
R E
Personalia
Klinik
1969/70
P E
1970/71
L
I
T
1971/72
A
I
1972/73
1973/74
1. Dokter
421
556
791
883
1.186
2. Bidan
855
1.678
1.678
1.776
2.241
3. Pembantu Bidan
524
580
605
1.143
1.959
*)
322
1.275
1.646
1.970
4. Tenaga Administrasi
Catatan :
* ) Dalam tahun 1969/70 pekerjaan administrasi klinik dirangkap oleh
pembantu bidan.
Bagi daerah yang agak terpencil sehingga penduduknya tidak
dapat dicapai oleh klinik keluarga berencana, pelayanan dilakukan oleh Team Medis Keliling Keluarga Berencana. Selama
masa Repelita I telah dikembangkan 89 buah Team Medis Keliling Keluarga Berencana yang tersebar di daerah Jawa dan
Bali.
Sementara itu kepada ibu yang baru melahirkan di rumah
sakit, atau klinik bersalin, dilakukan "pendekatan khusus".
Pendekatan ini dimaksudkan agar ibu yang baru melahirkan
tersebut dapat memperoleh pelayanan langsung pada waktunya. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 1969 meliputi 6 buah
klinik di Jakarta dan Bandung. Sejak tahun 1971 kegiatan ini
diperluas ke daerah lainnya di Jawa, Bali dan Sumatera sehingga seluruhnya meliputi 26 buah rumah sakit.
Kecuali itu terhadap ibu-ibu yang melahirkan di luar rumah
sakit (klinik bersalin), misalnya melahirkan di rumah sendiri,
dilakukan pula "pendekatan khusus", sehingga ibu yang
ber554
555
sangkutan langsung memperoleh pelayanan keluarga berencana pada waktunya. Konsep pelaksanaan kegiatan pelayanan
keluarga berencana sesudah melahirkan di luar rumah sakit
tersebut telah diselesaikan perumusannya pada akhir Repelita
I (1973/74).
3.
Pendidikan dan latihan keluarga berencana.
Kegiatan pendidikan dan latihan keluarga berencana selama
masa Repelita I terutama meliputi usaha-usaha dalam lapangan
sebagai berikut:
a. Pengembangan sarana pusat-pusat latihan (termasuk peralatan pengajar).
b. Pengembangan tenaga-tenaga pelatih keluarga berencana.
c. Penyediaan buku pedoman.
d. Pembakuan kurikulum latihan keluarga berencana.
e. Pembinaan sistim latihan.
f. Integrasi kurikulum keluarga berencana pada universitas
dan berbagai lembaga pendidikan lainnya.
Kegiatan latihan untuk keluarga berencana selama Repelita I
meliputi pelbagai jenis tenaga, antara lain dokter, bidan, perawat, petugas lapangan keluarga berencana, pekerja sosial, petugas penerangan, dukun dan pelbagai jenis tenaga lainnya.
Selama masa Repelita I telah berhasil diberikan latihan keluarga berencana bagi 40.752 orang yang terdiri dari para petugas dari berbagai lapangan (Tabel XII — 4).
4.
Logistik.
Kegiatan di lapangan logistik keluarga berencana merupakan
kegiatan penunjang dalam pelbagai bidang yang amat mempengaruhi berhasilnya pelaksanaan program keluarga berencana secara keseluruhan. Hal ini meliputi penyediaan alat kontrasepsi, fasilitas kerja, sarana angkutan dan lain
sebagainya.
556
TABEL XII — 4
JUMLAH TENAGA-TENAGA YANG MENDAPAT LATIHAN
KELUARGA BERENCANA
1969/70 — 1973/74
KATEGORI TENAGA
K.B.
1. Dokter K B
2. Bidan/Pembantu
Bidan K B
3. P.L.K B
Pimpinan
kelompok, Pengawas
dan Koordinator
(PLKB).
4. Petugas Pencatatan
dan Pelaporan.
5. Petugas Penerangan
6. Dukun Keluarga Berencana
7. Lain-lain petugas*)
Jumlah:
1969/70
REPELITA
I
1972/73
1973/74
JUMLAH
1970/71 1971/72
251
585
434
614
274
588
272
1.298
249
1.608
1.480
4.693
172
293
3.304
3.541
4.273
11.583
—
—
2.042
716
1.386
4.144
216
—
42
—
3.012
—
162
10.965
2.312
—
5.744
10.965
337
1.231
285
78
186
2.117
1.561
2.614
9.505
17.032
10.014
40.726
Catatan: K B.
= Keluarga Berencana
P L KB = Petugas Lapangan Keluarga Berencana
*) Meliputi: Perawat, Petugas Sosial, Petugas Logistik, Administrator
Pusat dan Daerah, Petugas Penelitian dan Pelatih.
Keadaan penyediaan obat/alat kontrasepsi pada tahun-tahun
pertama Repelita I dirasakan sangat kurang. Selama masa
Repelita I berbagai langkah telah diambil agar alat .kontrasepsi
dapat tersedia pada tempat dan waktu yang tepat. Dalam
rangka memantapkan penyediaan alat kontrasepsi tersebut,
pada akhir Repelita I telah dapat dicatat kemajuan-kemajuan
sebagai berikut:
a. Produksi I.U.D. telah mulai dilakukan di Indonesia (sejak akhir
1973/74).
b. Penyediaan pil telah mulai disediakan melalui dana dalam
negeri (sejak tahun 1973/74) sedangkan sebelumnya pada
umumnya bersumber dari bantuan luar negeri.
557
c. Kegiatan swasta dalam lapangan produksi alat kontrasepsi
telah mulai berkembang (misalnya kondom).
Dalam hubungan ini, penyediaan alat kontrasepsi selama
masa Repelita I dapat dilihat pada Tabel XII — 5.
TA B E L X I I — 5
PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI
PADA KLINIK-KLINIK KELUARGA BERENCANA
1969/70 — 1973/74
(dalam ribuan)
REPELITA
I
1969/70
1970/71
1971/72
1972/73
1973/74
1.100
1.000
2.500
9.000
15.000
2. I U D
98
236,5
257
436
400
3. KONDOM
—
25
10
29
1. P M
—
Catatan :
Semua angka-angka dalam Tabel XII — 5 adalah angka yang sudah
diperbaiki.
Di samping penyediaan alat kontrasepsi, selama masa Repelita I telah dapat disediakan pula sarana angkutan (kendaraan) untuk para petugas/pelayanan keluarga berencana.
Demikian pula telah disediakan peralatan medis untuk klinik
keluarga berencana, serta peralatan untuk pusat-pusat latihan
keluarga berencana.
5.
Pencatatan dan pelaporan.
Pada tahun-tahun pertama Repelita I sistim pencatatan dan
pelaporan, khususnya untuk klinik keluarga berencana masih
belum seragam. Hal ini dirasakan mengganggu kelancaran
pe558
laksanaan sistim pencatatan dan pelaporan dan sekaligus juga
menghambat langkah-langkah untuk menilai kemajuan pelaksanaan program.
Sejak awal tahun 1971/72 telah dilaksanakan satu sistim
pencatatan dan pelaporan (serta dokumentasi) yang berlaku
seragam secara nasional. Tujuan utama pembinaan sistim, pencatatan dan pelaporan ini adalah untuk menyediakan data
tentang jalannya pelaksanaan program secara teratur dan terus
menerus. Proses pelaporan ini diusahakan berjalan secepat
mungkin sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan dan penentuan kebijaksanaan secara tepat dan
cepat.
Dalam rangka penyeragaman sistim pencatatan dan pelaporan tersebut telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
b.
Pendaftaran klinik keluarga berencana.
Penggunaan kartu dan formulir yang seragam secara nasional.
c.
Penggunaan sistim laporan yang seragam secara nasional.
d.
Mempercepat proses pelaporan balik.
e.
Identifikasi ciri-ciri akseptor secara terus menerus.
6.
Penelitian dan penilaian.
Kegiatan penelitian dan penilaian selama Repelita I terutama ditujukan untuk :
a. Mengadakan pembinaan para tenaga peneliti (dan staf)
baik di pusat maupun di daerah.
b. Mengadakan koordinasi pelaksanaan penelitian dan penilaian untuk menunjang pelaksanaan keluarga berencana.
Untuk mengadakan pembinaan penelitian keluarga berencana selama masa Repelita I telah dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
559
a. Inventarisasi Lembaga-lembaga Penelitian yang bergerak
di bidang penelitian yang ada hubungannya dengan keluarga berencana (sosial, psikologi, anthropologi dan lain sebagainya).
b. Inventarisasi lembaga penelitian yang bergerak di lapangan
keluarga berencana yang terdapat pada universitas/
perguruan tinggi.
c. Latihan bagi petugas penelitian keluarga berencana (di dalam maupun di luar negeri).
Sementara itu telah dilakukan penelitian-penelitian yang
secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Penelitian data dasar :
(1) Penelitian fertilitas dan mortalitas.
(2)
Penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan
praktek keluarga berencana.
(3)
Pencatatan data pokok tentang kelahiran dan
kematian.
(4)
Identifikasi faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat pelaksanaan keluarga berencana.
b. Penelitian dalam rangka follow up:
(1) Penelitian tentang kebenaran pelaporan jumlah akseptor.
(2) Penelitian kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.
(3) Penelitian tingkah laku akseptor setelah menerima alat
kontrasepsi.
(4) Faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu metode
keluarga berencana.
c.
Penelitian dalam rangka penilaian program:
(1) Penelitian kemampuan Petugas Lapangan Keluarga
Berencana.
560
(2) Penilaian
alat
mass
media
untuk
keluarga
(3) Penilaian hasi1 1atihan yang telah dilakukan.
(4) Penelitian
tentang
efisiensi
dan
pembiayaan.
efektifitas
berencana.
7.
Perkembangan jumlah dan ciri khas akseptor.
Dalam tahun pertama Repelita I (1969/70) jumlah akseptor
baru mencapai jumlah 53,1 ribu orang. Jumlah ini terus meningkat setiap tahun. Pada tahun terakhir Repelita I (1973/74)
jumlah akseptor mencapai jumlah 1.369,1 ribu orang (Tabel
XII — 6). Dengan demikian jumlah akseptor baru selama Repelita I (jumlah kumulatif) adalah 3.201,6 ribu orang. Jumlah
ini telah melampaui perkiraan jumlah akseptor baru selama
Repelita I, yang semula diperkirakan akan berjumlah 3.000.000
orang.
TABEL XII — 6
JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI
MENURUT METHODE KONTRASEPSI
DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973/74
(dalam ribuan)
1969/70
R E P E L I T A
I
1970/71 1971/72
1972/73
1973/7174
1. Pil
14.6
79,8
281,8
607,0
857,7
2. IUD.
29,0
76,4
212,7
380,3
293,2
9.5
24,9
24,9
91,6
218,2
53,1
131,1
519,4
1.078,9
1.369,1
3. Lain-lain
Jumlah
Catatan: Angka-angka dibulatkan.
Sementara itu pencatatan-pencatatan yang dilakukan mangenai akseptor baru keluarga berencana dalam tiga tahun
terakhir
411234 - (36).
561
GRAFIK XII — 3
JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI MENURUT
METHODE KONTRASEPSI DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973174
(dalam ribuan )
562
Repelita I (1971/72, 1972/73, 1973/74) menunjukkan beberapa
gambaran yang menarik. Ternyata misalnya bahwa kelompok
umur yang lebih muda dari para akseptor baru persentasenya
terus
menaik (Tabel XII — 7) .
Kenyataan ini cukup
menggemTABEL XII — 7
PERSENTASE AKSEPTOR BARU
MENURUT KELOMPOK UMUR DI JAWA DAN BALI
Kelompok
Umur
(Tahun)
15
20
25
30
35
40
45
—
—
—
—
—
—
—
19
24
29
34.
39
44
Ke atas
1971/1972 *) .
3,15
16,93
26,57
23,08
15,42
3,85
10,70
1972/1973 *)
4,64
19,44
28,73
26,39
16,55
3,77
0,47
1973/1974 *)
5,22
22,00
28,84
25,00
15,10
3,60
0,22
Catatan:
*) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang bersangkutan.
birakan, oleh karena ternyata bahwa pelaksanaan keluarga berencana makin mencakup kalangan penduduk yang relatif masih
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan.
Demikian pula nampak bahwa persentase turut sertanya para
akseptor baru dari kalangan petani makin bertambah meningkat (Tabel XII — 8) . Gambaran ini memberikan harapan bahwa
pelaksanaan keluarga berencana lambat laun makin menjadi
milik dari kalangan sebahagian besar masyarakat terutama
yang berada di daerah pedesaan.
Perkembangan lainnya yang menarik pula adalah, bahwa
"saluran penghubung" dari mana akseptor baru memperoleh
keterangan tentang keluarga berencana juga mengalami perubahan. Jika pada tahun 1971/72 untuk sebagian besar para
akseptor memperoleh keterangan tentang keluarga berencana
dari para petugas kesehatan, maka pada tahun 1973/74
untuk
563
TABEL XII — 8
PERSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUT
PEKERJAAN SUAMI DI JAWA DAN BALI
PEKERJAAN SUAMI
AKSEPTOR
1971/72 *)
1972/73 *)
1973/74 *)
Pegawai Negeri
1t,11
8,70
8,35
Pegawai Swasta
5,82
4,27
4,46
ABM
5,77
2,97
2,63
Pedagang
5,82
3,93
3,64
58,72
70,82
70,68
Pekerja lepas
8,57
8,46
9,51
Tidak bekerja, dan lain-lain
1,21
0,86
0,70
Petani
Catatan:
*) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang
bersangkutan.
sebagian besar keterangan tentang keluarga berencana diperoleh dari pada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (Tabel
XII — 9). Dengan demikian maka peranan para PLKB menjadi
lebih kentara dan oleh karenanya perlu lebih ditingkatkan pembinaannya untuk waktu selanjutnya.
Data-data tentang ciri khas para akseptor tersebut tidak
hanya bermanfaat untuk lebih meningkatkan usaha mendapatkan akseptor baru akan tetapi juga untuk menjaga kelangsungan daripada para akseptor yang telah ada..
564
TABEL XII — 9
PERSENTASE JUMLAH AKSEPTOR MENURUT
"SALURAN PENGHUBUNG" KEARAH PELAKSANAAN
KELUARGA BERENCANA
DATANG ATAS PETUNJUK
Teman/Suami/Famili
Akseptor lain
1971/72 *)
1972/73 *)
1973/74 *)
6,95
3,26
3,03
2,02
1,23
0,67
Petugas Kesehatan
48,09
23,54
12,97
PLKB
33,08
40,57
56,75
Dukun
3,01
2,81
1,13
Lain-lain
0,64
5,09
5,88
Tak dikenal
4,98
23,73
20,58
Catatan :
* ) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang bersangkutan.
565
411234 - (35).
B A B XII
KELUARGA BERENCANA
I.
PENDAHULUAN
Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana dalam Repelita I adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada
umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga
tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat.
Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar sukarela serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan
moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidikan serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan
kesadarannya sendiri dapat menghargai dan, menerima pola
keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program keluarga berencana tidak hanya menyangkut
masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan
masyarakat.
Organisasi pelaksanaan keluarga berencana dalam Repelita I
mengalami perkembangan-perkembangan. Kegiatan secara terorganisir mulai dirintis dengan didirikannya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 1957. Akan
tetapi barulah sejak tahun 1968 dengan dibentuknya Lembaga
Keluarga
Berencana
Nasional
(LKBN),
kegiatan
keluarga
547
berencana telah ditingkatkan menjadi suatu program nasional. Sesuai dengan perkembangan pelaksanaan keluarga berencana, dibutuhkan (penyempurnaan organisasi, sehingga
dalam tahun 1970 LKBN telah dirubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya
dalam Repelita I terus dilakukan usaha-usaha penyempurnaan
organisasi BKKBN.
Untuk lebih mengembangkan pelaksanaan program keluarga
berencana dalam Repelita I telah dimanfaatkan pula berbagai
bantuan luar negeri yang serasi dengan pola kebijaksanaan
nasional untuk program keluarga berencana.
Selama masa Repelita I pelaksanaan program keluarga berencana di pusatkan di daerah Jawa dan Bali. Di daerahdaerah tersebut terdapat situasi kepadatan penduduk yang
relatif lebih kritis keadaannya dibandingkan dengan daerahdaerah lainnya di Indonesia. Walaupun demikian ternyata
bahwa di beberapa daerah di luar Jawa dan Bali selama masa
Repelita I telah dirintis pula usaha pelaksanaan keluarga berencana oleh pelbagai organisasi kemasyarakatan serta Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Pelaksanaan program keluarga berencana dalam Repelita I
terutama meliputi kegiatan penerangan dan motivasi,
pelayanan medis, pendidikan dan latihan, pengembangan
logistik, pencatatan dan pelaporan serta penelitian dan
penilaian kegiatan keluarga berencana.
II.
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PERKEMBANGHASIL YANG DICAPAI
1.
AN
Penerangan dan motivasi
Penerangan dan motivasi keluarga berencana dalam Repelita I terutama ditujukan untuk memberikan penerangan seluas-luasnya kepada masyarakat tentang terdapatnya kemungkinan
bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan
keluarga.
548
Hal ini dilakukan baik melalui Penerangan umum, penerangan
kelompok, penyuluhan wawan-muka, maupun melalui pendidikan kependudukan.
a.
Penerangan umum.
Penerangan yang bersifat umum dilakukan terutama melalui
surat-surat kabar, majalah, kantor berita, siaran radio, TVRI,
lagu-lagu populer keluarga berencana, pembuatan film cerita
dan dokumenter tentang keluarga berencana, penerbitan-penerbitan, spanduk-spanduk, papan bergambar, stempel pos pada
surat-surat, perangko keluarga berencana dan lambang keluarga berencana pada mata uang logam.
b.
Penerangan kelompok.
Penerangan kelompok terutama dilakukan melalui bantuan
yang diberikan kepada seminar/raker/pertemuan berbagai kelompok masyarakat serta mengirimkan tenaga-tenaga penerangan untuk melakukan pendekatan terhadap berbagai kelompok khusus masyarakat di daerah-daerah tertentu. Da1am
rangka ini telah dilakukan pendekatan terhadap golongangolongan "berpengaruh" dalam masyarakat yang diharapkan
tidak hanya akan menjadi penghubung dan penyebar gagasan
keluarga berencana, akan tetapi diharapkan menjadi "orang
contoh" dalam pelaksanaan keluarga berencana. Untuk itu
selama Repelita I telah dilakukan pendekatan secara khusus
terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, alim ulama, organisasi karyawan swasta dan pemerintah, organisasi pemuda, pelajar, cendekiawan, kalangan Angkatan Bersenjata, usahawan
dan lain sebagainya.
c.
Penyuluhan wawan-muka.
Perhatian yang telah timbul dari kalangan masyarakat terhadap program keluarga berencana segera membutuhkan
penggarapan yang lebih bersifat perorangan agar
kesadaran
549
yang telah berkembang tersebut dapat tumbuh menjadi tindakan melaksanakan keluarga berencana. Hal ini dilakukan
melalui penyuluhan wawan-muka baik berupa pendekatan
secara langsung kepada calon akseptor maupun kepada mereka
yang telah menjadi akseptor. Dengan demikian diharapkan
jumlah akseptor baru terus bertambah dan bersamaan dengan
itu kelangsungan akseptor yang telah ada dapat terus dipertahankan. Kegiatan penyuluhan wawan-muka tersebut untuk
sebagian besar dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB). Oleh karena itu selama Repelita I jumlah
tenaga PLKB terus ditingkatkan. Dalam tahun 1969/70 dan tahun
1970/71 belum terdapat tenaga PLKB yang terorganisir. Sejak
tahun 1971/72 telah tercatat 1.930 orang tenaga PLKB,
kemudian dalam tahun 1972/73 terdapat tambahan 3.774 orang
dan kemudian dalam tahun 1973/74 tercatat PLKB baru sejumlah 5.969 orang (Tabel XII — 1).
TABEL XII — 1
TAMBAHAN JUMLAH SETIAP TAHUN PERSONALIA
PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA
(PLKB) DI JAWA DAN BALI
1969/70
R
E P
1973/74
E
L I
T
A
I
1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74
JUMLAH
1. PLKB
—
—
1.930
3.774
5.969
11.673
2. PIMPINAN
KELOMPOK
3. PENGAWAS
—
—
—
—
—
—
203
715
1.202
2.120
64
108
125
297
4. KOORDINATOR
—
—
—
23
21
44
d. Pendidikan kependudukan.
Pendidikan kependudukan ditujukan untuk mengembangkan
pengertian
tentang
hubungan
rasionil
antara
perkembangan
550
jumlah penduduk (manusia) dan perkembangan sumber-sumber
kehidupan yang terdapat di sekitarnya. Kegiatan ini dilakukan
baik melalui pendidikan di dalam sekolah maupun pendidikan
di luar sekolah.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan kependudukan secara terorganisir mulai dilaksanakan sejak tahun 1971/72. Langkah ini
dirintis melalui seminar dan loka karya untuk mendapatkan
pengarahan dan cara pendekatan yang tepat untuk masyarakat Indonesia. Selama masa Repelita I telah dapat diselesaikan
penyusunan bahan-bahan pelajaran pendidikan kependudukan
dan telah dapat dirumuskan 26 bahan pelajaran dari 26
judul.
2.
Pelayanan medis keluarga berencana.
Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan
keluarga berencana segera membutuhkan tersedianya sarana
pelayanan agar mereka mendapatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk melaksanakan keluarga berencana. Sarana utama
untuk melayani pelaksanaan keluarga berencana adalah tersedianya klinik-klinik keluarga berencana yang dengan mudah
dapat dicapai oleh masyarakat banyak.
Di samping memberikan pelayanan untuk pelaksanaan keluarga berencana, klinik-klinik tersebut sekaligus memberikan
pelayanan pula untuk meningkatkan kesehatan, khususnya bagi
ibu dan anak. Dalam rangka kegiatan ini tercakup pula kegiatan untuk perbaikan gizi. Dengan demikian klinik-klinik
keluarga berencana pada hakekatnya sekaligus merupakan
sarana utama pula bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
pada umumnya.
Klinik keluarga berencana pada dasarnya adalah Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) yang memberikan pelayanan keluarga berencana dan pada umumnya diintegrasikan
ke dalam Puskesmas. Penyelenggaraan klinik tersebut dilakukan oleh unit-unit pelaksana seperti Departemen Kesehatan,
Angkatan Bersenjata, Muhammadiyah, Dewan Gereja
Indone-
551
sia, perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya. Jumlah klinik
keluarga berencana terus berkembang selama Repelita I. Apabila dalam tahun 1969/70 hanya terdapat 727 klinik keluarga
berencana maka pada tahun terakhir Repelita I (1973/74)
jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2.235 buah (Tabel
XII-2).
TABEL XII — 2
JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA
MENURUT STATUS DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973/74
R
E
P
E
L
I
T
A
1969/70 1970/71 1971/72 1972/73
1. Dep. Kes.
2. ABRI
3. Instansi Pemerintahan lain
4. Swasta
TOTAL
Catatan: * )
I
1973/74
—
—
—
—
1.564
148
1.786
158
1.838
187
—
—
—
—
44
105
41
152
42
168
727*)
1.465*)
1.861
2.137
2.235
Belum ada perincian menurut status.
Perkembangan jumlah klinik tersebut membutuhkan penambahan tenaga yang dapat melayani masyarakat dengan sebaikbaiknya. Dalam rangka ini jumlah tenaga dokter yang melayani
keluarga berencana (Jawa-Bali) telah bertambah jumlahnya
dari 421 orang dalam tahun 1969/70 menjadi 1.186 orang dalam
tahun terakhir Repelita I (1973/74). Demikian pula halnya dengan tenaga bidan yang melayani keluarga berencana. Dalam
tahun 1969/70 baru tercatat 855 orang bidan yang melayani
klinik keluarga berencana. Namun pada tahun terakhir Repelita I (1973/74) untuk daerah Jawa dan Bali telah tercatat 2.241
orang tenaga bidan pada klinik keluarga berencana. Peningkatan jumlah tenaga yang melayani klinik keluarga berencana
tersebut juga berlaku bagi tenaga pembantu bidan dan tenaga
administrasi (Tabel XII — 3) .
552
GRAFIK XII - I
JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA DI JAWA - DAN BALI
1969/70 - 1973/74
553
TABEL XII — 3
JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BEREN-
CANA MENURUT KATEGORI DI JAWA DAN BALI
1969/70— 1973/74
R E
Personalia
Klinik
1969/70
P E
1970/71
L
I
T
1971/72
A
I
1972/73
1973/74
1. Dokter
421
556
791
883
1.186
2. Bidan
855
1.678
1.678
1.776
2.241
3. Pembantu Bidan
524
580
605
1.143
1.959
*)
322
1.275
1.646
1.970
4. Tenaga Administrasi
Catatan :
* ) Dalam tahun 1969/70 pekerjaan administrasi klinik dirangkap oleh
pembantu bidan.
Bagi daerah yang agak terpencil sehingga penduduknya tidak
dapat dicapai oleh klinik keluarga berencana, pelayanan dilakukan oleh Team Medis Keliling Keluarga Berencana. Selama
masa Repelita I telah dikembangkan 89 buah Team Medis Keliling Keluarga Berencana yang tersebar di daerah Jawa dan
Bali.
Sementara itu kepada ibu yang baru melahirkan di rumah
sakit, atau klinik bersalin, dilakukan "pendekatan khusus".
Pendekatan ini dimaksudkan agar ibu yang baru melahirkan
tersebut dapat memperoleh pelayanan langsung pada waktunya. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 1969 meliputi 6 buah
klinik di Jakarta dan Bandung. Sejak tahun 1971 kegiatan ini
diperluas ke daerah lainnya di Jawa, Bali dan Sumatera sehingga seluruhnya meliputi 26 buah rumah sakit.
Kecuali itu terhadap ibu-ibu yang melahirkan di luar rumah
sakit (klinik bersalin), misalnya melahirkan di rumah sendiri,
dilakukan pula "pendekatan khusus", sehingga ibu yang
ber554
555
sangkutan langsung memperoleh pelayanan keluarga berencana pada waktunya. Konsep pelaksanaan kegiatan pelayanan
keluarga berencana sesudah melahirkan di luar rumah sakit
tersebut telah diselesaikan perumusannya pada akhir Repelita
I (1973/74).
3.
Pendidikan dan latihan keluarga berencana.
Kegiatan pendidikan dan latihan keluarga berencana selama
masa Repelita I terutama meliputi usaha-usaha dalam lapangan
sebagai berikut:
a. Pengembangan sarana pusat-pusat latihan (termasuk peralatan pengajar).
b. Pengembangan tenaga-tenaga pelatih keluarga berencana.
c. Penyediaan buku pedoman.
d. Pembakuan kurikulum latihan keluarga berencana.
e. Pembinaan sistim latihan.
f. Integrasi kurikulum keluarga berencana pada universitas
dan berbagai lembaga pendidikan lainnya.
Kegiatan latihan untuk keluarga berencana selama Repelita I
meliputi pelbagai jenis tenaga, antara lain dokter, bidan, perawat, petugas lapangan keluarga berencana, pekerja sosial, petugas penerangan, dukun dan pelbagai jenis tenaga lainnya.
Selama masa Repelita I telah berhasil diberikan latihan keluarga berencana bagi 40.752 orang yang terdiri dari para petugas dari berbagai lapangan (Tabel XII — 4).
4.
Logistik.
Kegiatan di lapangan logistik keluarga berencana merupakan
kegiatan penunjang dalam pelbagai bidang yang amat mempengaruhi berhasilnya pelaksanaan program keluarga berencana secara keseluruhan. Hal ini meliputi penyediaan alat kontrasepsi, fasilitas kerja, sarana angkutan dan lain
sebagainya.
556
TABEL XII — 4
JUMLAH TENAGA-TENAGA YANG MENDAPAT LATIHAN
KELUARGA BERENCANA
1969/70 — 1973/74
KATEGORI TENAGA
K.B.
1. Dokter K B
2. Bidan/Pembantu
Bidan K B
3. P.L.K B
Pimpinan
kelompok, Pengawas
dan Koordinator
(PLKB).
4. Petugas Pencatatan
dan Pelaporan.
5. Petugas Penerangan
6. Dukun Keluarga Berencana
7. Lain-lain petugas*)
Jumlah:
1969/70
REPELITA
I
1972/73
1973/74
JUMLAH
1970/71 1971/72
251
585
434
614
274
588
272
1.298
249
1.608
1.480
4.693
172
293
3.304
3.541
4.273
11.583
—
—
2.042
716
1.386
4.144
216
—
42
—
3.012
—
162
10.965
2.312
—
5.744
10.965
337
1.231
285
78
186
2.117
1.561
2.614
9.505
17.032
10.014
40.726
Catatan: K B.
= Keluarga Berencana
P L KB = Petugas Lapangan Keluarga Berencana
*) Meliputi: Perawat, Petugas Sosial, Petugas Logistik, Administrator
Pusat dan Daerah, Petugas Penelitian dan Pelatih.
Keadaan penyediaan obat/alat kontrasepsi pada tahun-tahun
pertama Repelita I dirasakan sangat kurang. Selama masa
Repelita I berbagai langkah telah diambil agar alat .kontrasepsi
dapat tersedia pada tempat dan waktu yang tepat. Dalam
rangka memantapkan penyediaan alat kontrasepsi tersebut,
pada akhir Repelita I telah dapat dicatat kemajuan-kemajuan
sebagai berikut:
a. Produksi I.U.D. telah mulai dilakukan di Indonesia (sejak akhir
1973/74).
b. Penyediaan pil telah mulai disediakan melalui dana dalam
negeri (sejak tahun 1973/74) sedangkan sebelumnya pada
umumnya bersumber dari bantuan luar negeri.
557
c. Kegiatan swasta dalam lapangan produksi alat kontrasepsi
telah mulai berkembang (misalnya kondom).
Dalam hubungan ini, penyediaan alat kontrasepsi selama
masa Repelita I dapat dilihat pada Tabel XII — 5.
TA B E L X I I — 5
PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI
PADA KLINIK-KLINIK KELUARGA BERENCANA
1969/70 — 1973/74
(dalam ribuan)
REPELITA
I
1969/70
1970/71
1971/72
1972/73
1973/74
1.100
1.000
2.500
9.000
15.000
2. I U D
98
236,5
257
436
400
3. KONDOM
—
25
10
29
1. P M
—
Catatan :
Semua angka-angka dalam Tabel XII — 5 adalah angka yang sudah
diperbaiki.
Di samping penyediaan alat kontrasepsi, selama masa Repelita I telah dapat disediakan pula sarana angkutan (kendaraan) untuk para petugas/pelayanan keluarga berencana.
Demikian pula telah disediakan peralatan medis untuk klinik
keluarga berencana, serta peralatan untuk pusat-pusat latihan
keluarga berencana.
5.
Pencatatan dan pelaporan.
Pada tahun-tahun pertama Repelita I sistim pencatatan dan
pelaporan, khususnya untuk klinik keluarga berencana masih
belum seragam. Hal ini dirasakan mengganggu kelancaran
pe558
laksanaan sistim pencatatan dan pelaporan dan sekaligus juga
menghambat langkah-langkah untuk menilai kemajuan pelaksanaan program.
Sejak awal tahun 1971/72 telah dilaksanakan satu sistim
pencatatan dan pelaporan (serta dokumentasi) yang berlaku
seragam secara nasional. Tujuan utama pembinaan sistim, pencatatan dan pelaporan ini adalah untuk menyediakan data
tentang jalannya pelaksanaan program secara teratur dan terus
menerus. Proses pelaporan ini diusahakan berjalan secepat
mungkin sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan dan penentuan kebijaksanaan secara tepat dan
cepat.
Dalam rangka penyeragaman sistim pencatatan dan pelaporan tersebut telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
b.
Pendaftaran klinik keluarga berencana.
Penggunaan kartu dan formulir yang seragam secara nasional.
c.
Penggunaan sistim laporan yang seragam secara nasional.
d.
Mempercepat proses pelaporan balik.
e.
Identifikasi ciri-ciri akseptor secara terus menerus.
6.
Penelitian dan penilaian.
Kegiatan penelitian dan penilaian selama Repelita I terutama ditujukan untuk :
a. Mengadakan pembinaan para tenaga peneliti (dan staf)
baik di pusat maupun di daerah.
b. Mengadakan koordinasi pelaksanaan penelitian dan penilaian untuk menunjang pelaksanaan keluarga berencana.
Untuk mengadakan pembinaan penelitian keluarga berencana selama masa Repelita I telah dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
559
a. Inventarisasi Lembaga-lembaga Penelitian yang bergerak
di bidang penelitian yang ada hubungannya dengan keluarga berencana (sosial, psikologi, anthropologi dan lain sebagainya).
b. Inventarisasi lembaga penelitian yang bergerak di lapangan
keluarga berencana yang terdapat pada universitas/
perguruan tinggi.
c. Latihan bagi petugas penelitian keluarga berencana (di dalam maupun di luar negeri).
Sementara itu telah dilakukan penelitian-penelitian yang
secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Penelitian data dasar :
(1) Penelitian fertilitas dan mortalitas.
(2)
Penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan
praktek keluarga berencana.
(3)
Pencatatan data pokok tentang kelahiran dan
kematian.
(4)
Identifikasi faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat pelaksanaan keluarga berencana.
b. Penelitian dalam rangka follow up:
(1) Penelitian tentang kebenaran pelaporan jumlah akseptor.
(2) Penelitian kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi.
(3) Penelitian tingkah laku akseptor setelah menerima alat
kontrasepsi.
(4) Faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu metode
keluarga berencana.
c.
Penelitian dalam rangka penilaian program:
(1) Penelitian kemampuan Petugas Lapangan Keluarga
Berencana.
560
(2) Penilaian
alat
mass
media
untuk
keluarga
(3) Penilaian hasi1 1atihan yang telah dilakukan.
(4) Penelitian
tentang
efisiensi
dan
pembiayaan.
efektifitas
berencana.
7.
Perkembangan jumlah dan ciri khas akseptor.
Dalam tahun pertama Repelita I (1969/70) jumlah akseptor
baru mencapai jumlah 53,1 ribu orang. Jumlah ini terus meningkat setiap tahun. Pada tahun terakhir Repelita I (1973/74)
jumlah akseptor mencapai jumlah 1.369,1 ribu orang (Tabel
XII — 6). Dengan demikian jumlah akseptor baru selama Repelita I (jumlah kumulatif) adalah 3.201,6 ribu orang. Jumlah
ini telah melampaui perkiraan jumlah akseptor baru selama
Repelita I, yang semula diperkirakan akan berjumlah 3.000.000
orang.
TABEL XII — 6
JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI
MENURUT METHODE KONTRASEPSI
DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973/74
(dalam ribuan)
1969/70
R E P E L I T A
I
1970/71 1971/72
1972/73
1973/7174
1. Pil
14.6
79,8
281,8
607,0
857,7
2. IUD.
29,0
76,4
212,7
380,3
293,2
9.5
24,9
24,9
91,6
218,2
53,1
131,1
519,4
1.078,9
1.369,1
3. Lain-lain
Jumlah
Catatan: Angka-angka dibulatkan.
Sementara itu pencatatan-pencatatan yang dilakukan mangenai akseptor baru keluarga berencana dalam tiga tahun
terakhir
411234 - (36).
561
GRAFIK XII — 3
JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI MENURUT
METHODE KONTRASEPSI DI JAWA DAN BALI
1969/70 — 1973174
(dalam ribuan )
562
Repelita I (1971/72, 1972/73, 1973/74) menunjukkan beberapa
gambaran yang menarik. Ternyata misalnya bahwa kelompok
umur yang lebih muda dari para akseptor baru persentasenya
terus
menaik (Tabel XII — 7) .
Kenyataan ini cukup
menggemTABEL XII — 7
PERSENTASE AKSEPTOR BARU
MENURUT KELOMPOK UMUR DI JAWA DAN BALI
Kelompok
Umur
(Tahun)
15
20
25
30
35
40
45
—
—
—
—
—
—
—
19
24
29
34.
39
44
Ke atas
1971/1972 *) .
3,15
16,93
26,57
23,08
15,42
3,85
10,70
1972/1973 *)
4,64
19,44
28,73
26,39
16,55
3,77
0,47
1973/1974 *)
5,22
22,00
28,84
25,00
15,10
3,60
0,22
Catatan:
*) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang bersangkutan.
birakan, oleh karena ternyata bahwa pelaksanaan keluarga berencana makin mencakup kalangan penduduk yang relatif masih
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melahirkan.
Demikian pula nampak bahwa persentase turut sertanya para
akseptor baru dari kalangan petani makin bertambah meningkat (Tabel XII — 8) . Gambaran ini memberikan harapan bahwa
pelaksanaan keluarga berencana lambat laun makin menjadi
milik dari kalangan sebahagian besar masyarakat terutama
yang berada di daerah pedesaan.
Perkembangan lainnya yang menarik pula adalah, bahwa
"saluran penghubung" dari mana akseptor baru memperoleh
keterangan tentang keluarga berencana juga mengalami perubahan. Jika pada tahun 1971/72 untuk sebagian besar para
akseptor memperoleh keterangan tentang keluarga berencana
dari para petugas kesehatan, maka pada tahun 1973/74
untuk
563
TABEL XII — 8
PERSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUT
PEKERJAAN SUAMI DI JAWA DAN BALI
PEKERJAAN SUAMI
AKSEPTOR
1971/72 *)
1972/73 *)
1973/74 *)
Pegawai Negeri
1t,11
8,70
8,35
Pegawai Swasta
5,82
4,27
4,46
ABM
5,77
2,97
2,63
Pedagang
5,82
3,93
3,64
58,72
70,82
70,68
Pekerja lepas
8,57
8,46
9,51
Tidak bekerja, dan lain-lain
1,21
0,86
0,70
Petani
Catatan:
*) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang
bersangkutan.
sebagian besar keterangan tentang keluarga berencana diperoleh dari pada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (Tabel
XII — 9). Dengan demikian maka peranan para PLKB menjadi
lebih kentara dan oleh karenanya perlu lebih ditingkatkan pembinaannya untuk waktu selanjutnya.
Data-data tentang ciri khas para akseptor tersebut tidak
hanya bermanfaat untuk lebih meningkatkan usaha mendapatkan akseptor baru akan tetapi juga untuk menjaga kelangsungan daripada para akseptor yang telah ada..
564
TABEL XII — 9
PERSENTASE JUMLAH AKSEPTOR MENURUT
"SALURAN PENGHUBUNG" KEARAH PELAKSANAAN
KELUARGA BERENCANA
DATANG ATAS PETUNJUK
Teman/Suami/Famili
Akseptor lain
1971/72 *)
1972/73 *)
1973/74 *)
6,95
3,26
3,03
2,02
1,23
0,67
Petugas Kesehatan
48,09
23,54
12,97
PLKB
33,08
40,57
56,75
Dukun
3,01
2,81
1,13
Lain-lain
0,64
5,09
5,88
Tak dikenal
4,98
23,73
20,58
Catatan :
* ) Penelitian dilakukan pada triwulan IV tahun yang bersangkutan.
565