tugas dan fungsi lembaga negara struktur

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Reformasi di Indonesia merupakan suatu gerakan yang mengamanatkan
perubahan kehidupan ketatanegaraan yang didasarkan pada pemerintahan yang
demokratis dan berlandaskan hukum (rule of law). Sebelum reformasi, praktik
pemerintahan cenderung diwarnai praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Kondisi tersebut membuat masyarakat tidak percaya pada aparat pemerintah,
sehingga untuk memperbaki citra pemerintahan, mutlak diperlukan pemerintahan
yang baik dan bersih (good governance) melalui upaya penegakan asas-asas
pemerintahan yang baik dan penegakan hukum.
Perubahan konstitusi di Indonesia pada era reformasi dalam hal ini UUD 1945
bukanlah sekedar perubahan ketentuan, kebijakan dan pasal-pasal belaka . Lebih dari
itu terjadi perubahan secara structural dan komprehensif terhadap beberapa lembaga
Negara. Hal tersebut tidak banyak diketahui oleh khalayak luas. Tidak tentang
amandemen konstitusinya maupun reformasi lembaga-lembaga negaranya. Perubahan
formal UUD 1945 baru yang dihasilkan oleh MPR pada era reformasi sekitar tahun
1999-2002 menghasilkan banyak perubahan karena mengalami empat kali
amandemen. Reformasi konstitusi tersebut telah membawa perubahan juga pada
lembaga-lembaga Negara baik status, kedudukan, hubungan maupun eksistensinya

dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
Dalam rangka menegakkan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan
pelayanan publik kepada masyarakat, maka diperlukan keberadaan lembaga
pengawas yang secara efektif mampu mengontrol penyelenggaraan tugas aparat

penyelenggara negara. Selama ini, pengawasan secara internal dinilai kurang
memenuhi harapan masyarakat dari sisi obyektifitas dan akuntabilitas. Sehingga,
dibutuhkan lembaga pengawas eksternal agar mekanisme pengawasan pemerintahan
bisa diperkuat dam berjalan secara lebih efektif untuk mewujudkan birokrasi yang
bersih, transparan dan responsif terhadap kebutuhan publik.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tugas dan fungsi lembaga Negara structural ?
2. Apa saja tugas dan fungsi lembaga Negara non structural ?
3. Seperti apa overlapping yang terjadi pada lembaga Negara Nonstruktural
terhadap Lembaga Negara structural?

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Lembaga Negara
Konsep organ Negara dan lembaga Negara mempunyai makna yang sangat luas,
sehingga tidak dapat dipersempit hanya pada pengertian ketiga cabang kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pertama, dalam arti yang paling luas, organ Negara
mencakup individu yang menjalankan fungsi law-creating dan law-applying. Kedua,
yaitu mencakup individu yang menjalankan fungsi law-creating dan law-applying dan
juga mempunyai posisi sebagai atau dalam struktur jabatan kenegaraan atau jabatan
pemerintahan. Ketiga, organ Negara dalam arti lebih sempit, yaitu badan atau
organisasi yang menjalankan fungsi law-creating dan/atau law-applying dalam rangka
struktur dan sistem kenegaraan atau pemerintahan. Keempat, organ atau lembaga
Negara itu hanya terbatas pada pengertian lembaga-lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Kelima, lembagalembaga seperti MPR, DPR, MA, MK dan BPK dapat pula disebut sebagai lembaga
Negara dalam arti sempit. Lembaga-lembaga Negara dalam arti sempit yang dapat
disebut sebagai lembaga tinggi Negara itu menurut UUD 1945 ada tujuh institusi,
yaitu presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, MPR, Mahkamah Konstitusi,
Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Perkembangan masyarakat secara ekonomi, politik, dan social budaya serta
pengaruh globalisme dan lokalisme menghendaki struktur organisasi Negara lebih
responsif dan efisien dalam melakukan pelayanan publik dan mencapai tujuan
penyelenggaraan pemerintahan. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap

struktur organisasi Negara termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga
Negara.

B. Lembaga Negara Struktural
Lembaga-lembaga Negara yang termasuk lembaga Negara Struktural adalah :
1. Presiden dan Wakil Presiden
 Tugas dan fungsi Presiden
a) Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
b) Memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut
dan angkatan udara
c) Mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas
RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU.
d) Menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (dalam
kegentingan yang memaksa)
e) Menetapkan peraturan pemerintah
f) Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
g) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain dengan persetujuan DPR
h) Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

i) Menyatakan keadaan bahaya.
j) Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR
k) Menerima

penempatan

pertimbangan DPR.

duta

negara

lain

dengan

memperhatikan

l) Memberi


grasi,

rehabilitasi

dengan

memperhatikan

pertimbangan

mahkamah agung
m) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
n) Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur
dengan UU
o) Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
p) Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh komisi yudisial
dan dan disetujui DPR
q) Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR,

dan Mahkamah Agung
r) Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR mempunyai fungsi ; legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dijalankan
dalam kerangka representasi rakyat.
a. Legislasi, Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku
pemegang kekuasaan membentuk undang-undang
b. Anggaran, Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan
persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undangundang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
c. Pengawasan, Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang dan APBN.


a.

Tugas DPR
Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama


b.

Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang

c.

Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan
dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan

d.

Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
DPD

e.

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah


f.

Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan
pertimbangan DPD

g.

Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;

h.

Memberikan

persetujuan

kepada

Presiden


atas

pengangkatan

dan

pemberhentian anggota Komisi Yudisial
i.

Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial
untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden

j.

Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya
kepada Presiden untuk ditetapkan;

k.

Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta,

menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam
pemberian amnesti dan abolisi
Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,

l.

membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain
m.

Menyerap,

menghimpun,

menampung

dan

menindaklanjuti

aspirasi


masyarakat
n.

Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN
dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama;

o.

Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD
terhadap

pelaksanaan

undang-undang

mengenai

otonomi

daerah,

pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tugas dan fungsi MPR
a. Mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar
b. Melantik presiden dan wakil presiden hasil pemilihan umum
c. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya
d. Melantik presiden menjadi wakil presiden
e. Memilih wakil presiden

f. Memilih presiden dan wakil presiden
4. Mahkamah Konstitusi
Tugas dan fungsi
a. untuk melakukan uji materil atas undang-undang;
b. memberikan

putusan

atas

pertentangan

antar

undang-undang;

serta

kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.
c. memberikan putusan atas persengketaan kewenangan antarlembaga negara,
antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah
daerah.
d. kewenangan mahkamah konstitusi disepakati untuk ditentukan secara limitatif
dalam undang-undang dasar.
e. menilai konstitusionalitas dari suatu undang-undang atau sengketa antar
lembaga negara yang kewenangannya ditentukan dalam undang-undang dasar
f. menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar,
g. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan undang-undang dasar;
h. memutus pembubaran partai politik;
i. memutus perselisihan tentang hasil pemlihan umum.
j. Dalam rangka proses pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden, atas
permintaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Konstitusi RI
berkewajiban untuk memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atu Wakil
Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan

tercela dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
k. Untuk

menegakkan

prinsip

negara

hukum

Indonesia

dan

prinsip

konstitusionalisme
l. Menata kembali dan reposisioning lembaga-lembaga negara yang sebelum
perubahan UUD 1945 berlandaskan pada supremasi MPR sebagai lembaga
tertinggi negara.
5. Mahkamah Agung
Tugas dan fungsi Mahkamah Agung
a. Mengadili suatu perkara tingkat kasasi
b. Menguji peraturan perundang undangan di bawah UU terhadap UU
c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang undang tersebut
d. Mengawasi dan memimpin jalannya perelihan pemerintahan pada seluruh
tingkat pengadilan
e. Menguji secara meteril perundang undangan dibawah UU

6. Dewan Perwakilan Daerah
Tugas dan Fungsi

a. Mengajukan rancangan undang undang yang berkaitan dengan otonomi

daerah kepada DPR
b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang undang tersebut

7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Tugas dan Fungsi
a.

Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan
sesuai yang telah disetujui DPR

b. Memberitahukan kepada DPR hasil hasil pemeriksaan nya
C. Lembaga Non Struktural
Lembaga Nonstruktural adalah lembaga Negara Indonesia yang dibentuk
untuk melaksanakan fungsi sektoral dari lembaga pemerintahan yang sudah ada. LNS
bertugas untuk memberi pertimbangan kepada presiden atau menteri atau dalam
rangka koordinasi atau pelaksanaan kegiatan tertentu atau membantu tugas tertentu
dari suatu kementrian.
LNS bersifat nonstructural dalam arti tidak termasuk dalam struktur organisasi
kementrian ataupun lembaga pemerintah nonkementrian. Kepala LNS umumnya
ditetapkan oleh presiden, tetapi LNS dapat juga dikepalai oleh menteri, bahkan wakil
presiden atau presiden sendiri. Sedangkan nomenklatur yang digunakan antara lain
adalah "dewan", "badan", "lembaga", "tim", dan lain-lain. LNS merupakan lembaga
yang bersifat independen serta memiliki otonomi dalam menjalankan mandatnya
sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Keanggotaan LNS tersebut bersifat adil,
dan terdiri dari berbagai unsur.

Daftar Nama Lembaga-Lembaga Yang termasuk Lembaga Nonstruktural. Lembaga
Administrasi Negara (LAN) mengidentifikasi pada pertengahan tahun 2009 terdapat
LNS sejmlah 92 lembaga, beberapa diantaranya adalah :


Badan Pelaksana APEC



Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas)



Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo



Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian



Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas)



Badan Pengembangan Ekspor Nasional



Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan Kerjasama Internasional



Badan Pertimbangan Jabatan Nasional (Baperjanas)



Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek)



Badan Pertimbangan Perfilman Nasional



Badan Reintegrasi Aceh (BRA)



Dewan Buku Nasional



Dewan Ekonomi Nasional (DEN)



Dewan Gula Indonesia



Dewan Kelautan Indonesia



Dewan Ketahanan Pangan



Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD)



Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres)



Dewan TIK Nasional (Detiknas)



Komisi Hukum Nasional (KHN)



Komisi Independen Pengusutan Tindak Kekerasan di Aceh



Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP)



Komisi Kejaksaan Republik Indonesia



Komisi Kepolisian Nasional



Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)



Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)



Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)



Lembaga Sensor Film (LSF)



Tim Bakorlak Inpres 6



Tim Pengembangan Industri Hankam



Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
(UKP4)

Lembaga independen juga sering diklasifikasikan sebagai LNS. Lembagalembaga ini dibentuk oleh pemerintah pusat, namun bekerja secara independen.
Berikut adalah daftar beberapa lembaga independen:


Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)



Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI)



Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)



Dewan Pers



Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)



Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)



Komisi Pemilihan Umum (KPU)



Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)



Komisi Penanggulan Aids



Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)



Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)



Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)



Komisi Yudisial (KY)



Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)



Ombudsman Republik Indonesia (ORI)



Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

Tugas dan Fungsi Lembaga Nonstruktural
a. untuk menciptakan kelembagaan yang tepat ukuran dan tepat fungsi
b. untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara
c. untuk melakukan fungsi surveillance kepada lembaga/departemen.

d. Untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap birokrasi, dimana pada
era reformasi luntur kepercayaan

publik terhadap lembaga-lembaga

pemerintah yang konvensional karena dinilai tidak efektif da efisien dalam
kinerjanya
D. Overlapping (tumpang tindih) kinerja lembaga nonstruktural terhadap
lembaga pemerintah (struktural)
Keberadaan lembaga nonstruktural, yang setiap tahun jumlahnya bertambah,
diharapkan bisa ditata ulang. Pemerintah diminta membuat desain penataan lembaga
nonstruktural, sekaligus memangkas jumlah lembaga di luar struktur pemerintahan,
paling lambat tahun 2012. Pengkajian ulang tersebut dibutuhkan, mengingat sebagian
besar lembaga nonstruktural tak efektif bekerja. Keberadaan lembaga nonstruktural
itu pun menambah beban keuangan negara. Hasil evaluasi LAN terhadap LNS
dengan nomenklatur "komisi" dan "dewan" menyimpulkan bahwa masih terdapat
tumpang tindih (overlapping) dalam pelaksanaan tugas LNS, baik antar-sesama LNS
maupun dengan lembaga pemerintah. Hasil evaluasi tersebut yang diharapkan bisa
dijadikan pertimbangan untuk menata kembali keberadaan lembaga nonstructural.
Kewenangan dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga
nonstructural yang ada perlu dikaji ulang. Jika fungsinya tumpang-tindih, sebaiknya
digabungkan atau dilekatkan di kementerian. Sepanjang tidak ada tuntutan netralitas
dan keahlian, cukup dilakukan kementerian. Lembaga atau komisi negara memang
perlu dievaluasi secara mendalam, apakah kinerja lembaga itu efektif atau tidak,
termasuk kontribusinya bagi kepentingan bangsa dan negara. Evaluasi harus
dilakukan oleh masyarakat, Presiden, dan DPR.
Empat hal yang menyebabkan ketidakefektifan dari suatu Lembaga Nonstruktural
adalah:

a) Pembentukan LNS lebih banyak bersifat by accident, bukan by design.
( ketidakseriusan dalam merancang pembenahan institusional pascareformasi terlihat jelas.
b) Tidak ada jaminan finansial bagi komisi Negara (Selain jarak finansial,
karena kewenangannya terbatas hanya membuat rekomendasi, tidak ada
jaminan rekomendasi itu ditindaklanjuti pihak terkait
c) tidak jelasnya mekanisme rekrutmen (ini termasuk seleksi dan pengisian)
calon anggota lembaga itu
d) Muncul kecenderungan pelemahan komisi negara akibat konflik politik
dan pelanggaran hukum anggotanya
Jika ditemukan lembaga yang tidak efektif kinerjanya dan hanya
menghabiskan anggaran negara, patut dipertimbangkan, apakah masih dibutuhkan
atau tidak. Jangan sampai kewenangan sebuah lembaga yang sudah ada kemudian
ditumpangi oleh kewenangan lembaga baru. Pengkajian terhadap evaluasi kinerja
LNS diperlukan sebuah pertimbangan , antara lain dasar hukum pembentukan,
potensi tumpang tindih dengan kementerian; lembaga, alokasi anggaran negara, dan
kinerja LNS yang bersangkutan.
Tujuan dan Manfaat Penataan Lembaga Nonstruktural
1) Efisiensi pelayanan;
2) Pemusatan (konsentrasi/integrasi) fungsioonal;
3) Independensi dari intervensi politik dan mencegah konflik kepentingan;
4) Pronsip pembagian habis fungsi-fungsi kekuasaan negara dan pemerintahan
sehingga tidak ada yang tumpang tindih.
Pola Konsolidasi dan Integrasi

Setelah dievaluasi secara seksama, akan ditemuka adanya lembaga-lembaga
negara dan pemerintahan yang bersifat tumpang tindih dalam norma dan praktik
kerjanya di lapangan. Untuk itu, ada baiknya keberadaan lembaga-lembaga negara
dan pemerintahan yang saling bertumpang tindih itu ditangani dengan pelbagai
pilihan kebijakan sebagai berikut:
1) Pembubaran lembaga yang bersangkutan secara tegas;
2)

Penetapan bidang-bidang koordinasi lembaga-lembaga dimaksud dengan
kementerian Negara yang sudah ada berdasarkan prnsip bahwa tugas-tugas
pemerintahan harus dipandang telah terbagi habis dalam pembidangan kabinet
pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden, baik sebagai Kepala
Pemerintahan ataupun Kepala Negara;

3) Penggabungan fungsi ke unit kerja kementerian Negara yang ada sesuai
dengan prinsip pembagian habis tugas-tugas pemerintahan sebagaimana
dimaksud di atas;
4) Penggabungan dengan lembaga lain yang sejenis;
5)

Penggabungan dengan lembaga lain dengan peningkatan fungsinya sesuai
dengan kebutuhan;

6) Penguatan dan peningkatan fungsi dan kewenangan lembaga-lembaga yang
dipandang kurang berguna, atau tidak sebanding dengan energy social,
ekonomi, dan politik yang diserapnya dengan produk pelayanan yang dapat
dihasilkan untuk kepentingan Negara dan rakyat;
7)

Jika ada ide-ide kelembagaan baru, tambahkan saja fungsinya ke dalam
struktur dan fungsi kementerian negara atau lembaga lain yang sudah ada.

Model Integrasi
1) Sekretariatnya digabungkan;

2) Satuan kerja anggarannya disatukan
3) Lembaganya dibangun dengan sub-sub, seperti komisi dengan sub-komisi;
4) Digabung dengan tupoksi baru;
5) Digabung ke dalam tupoksi lembaga lain;
6) Akhiri tugas dan fungsinya sama sekali atau dibubarkan.

Penting disadari bahwa pengkajian mengenai problem tumpang tindih,
malfungsi, dan bahkan disfungsi kelembagaan negara dan pemerintahan ini sudah
banyak dilakukan. Karena suatu hal yang perlu dilakukan adalah bertindak dengan
menetapkan keputusan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ditata
kembali dengan baik. Beberapa langkah konkrit yang dapat diusulkan sehubungan
dengan hal itu antara lain adalah sebagai berikut:
1) Presiden menetapkan dan mengumumkan kebijakan moratorium penghentian
pembentukan LNS atau lembaga khusus baru;
2) Adakan performance audit oleh BPK atau audit kinerja dan audit fungsional
(tupoksi) oleh Menpan, serta audit hokum (legal audit) oleh Sekneg.
3) Susun desain kebijakan jangka panjang, menengah, dan jangka pendek tentang
efektifitas dan efisiensi fungsi LNS (lembaga khusus).
4) Aksi percontohan dimulai dengan pembubaran LNS atau lembaga khusus
yang mudah dan tidak berisiko terhadap keseluruhan sistem administrasi
negara atau pemerintahan, yang berada dalam lingkup kewenangan Presiden,
seperti misalnya Komisi Hukum Nasional.
Keberadaan LNS dapat menjadi faktor pendorong dalam rangka checks and
balances, terwujudnya sistem administrasi negara yang baik, serta birokrasi
pemerintahan yang berkualitas. Namun, eksistensi LNS harus dapat dikendalikan agar
tidak menjurus ke arah terciptanya “kekuasaan” baru yang lebih dominan daripada
lembaga negara lainnya.
Keberadaan LNS sebagai organ negara di luar organ utama yang ditentukan

UUD adalah sesuatu yang sah, bahkan dalam perkembangan organisasi negara
modern, keberadaan organ sejenis sangat diperlukan. Sesungguhnya, UUD
memberikan kebebasan dan tidak membatasi pembentukan organ-organ itu
tergantung pada kebutuhan pelaksanaan fungsi negara yang efektif.
Mekanisme baik pembentukan maupun penataan organ negara, termasuk LNS tidak
secara tegas diatur di dalam UUD. Walaupun demikian, mekanisme baik
pembentukan maupun penataan LNS dapat mengikuti prinsip-prinsip konstitusi dan
hukum administrasi, bahwa sebuah aturan atau norma termasuk suatu institusi hanya
dapat dibatalkan atau diubah oleh institusi yang membentuknya; atau organ yang ada
di atasnya; atau organ yang lebih superior; atau oleh putusan pengadilan yang
berwenang untuk itu.
Penataan lembaga state and presidential sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh dan terintegrasi serta berkelanjutan. Hal ini sangat penting dilakukan
dalam kerangka reformasi birokrasi sebagai agenda politik utama pemerintahan
sebagaimana yang dilakukan di berbagai negara sehingga menjadi pilar utama
terwujudnya negara yang maju, bangsa yang bermartabat, dan pemerintahan yang
berwibawa.
Contoh overlapping yang terjadi pada lembaga-lembaga Negara :
 Lembaga Negara nonstructural Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
Komisi yang dibentuk pada 2005 ini memiliki tugas dan fungsi membantu
presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia

dan

memberikan

pertimbangan

kepada

presiden

dalam

pengangkatan dan pemberhentian Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Tugas dan fungsi itu merupakan hasil penjabaran Perpres Nomor 17 Tahun
2005 dan amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
RI. stakeholder Kompolnas adalah Presiden RI dan Kepolisian RI, dengan
dibiayai dari APBN. lembaga ini direkomendasikan untuk dibubarkan saja

karena hal yang ditangani sama dengan lembaga lain yang sejenis. jika tidak
akan terjadi suatu fungsi lembaga yang tumpang tindih.
 Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).
Terbentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005. Komnas
Perempuan bertugas menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan yang berlangsung di Indonesia. Selain itu,
juga mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.
Dalam proses pengkajian, fungsi tersebut merupakan wilayah kepentingan
Departemen Pemberdayaan Perempuan serta Departemen Hukum dan HAM,
dibiayai dengan APBN. Setelah dilakukan pertimbangan dan diskusi,
akhirnya lembaga ini diusulkan untuk dibubarkan, mengingat bisa dilebur
atau fungsinya digabungkan dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan
serta Departemen Hukum dan HAM.
 Beberapa Lembaga Negara nonstructural yang dihapuskan adalah Komite
antar Departemen Bidang Kehutanan, Dewan Buku Nasional, Badan Kebijakan serta Pengendalian Perumahan dan Permukiman Nasional. Selain itu
juga ada Lembaga Koordinasi dan Pengendalian Peningkatan Kesejahteraan
Sosial Penyandang Cacat. Keempat LNS tersebut sudah tidak melakukan
tugas dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dan tidak ada dukungan
anggaran SDM maupun sarana dan prasarana.

 Sedangkan beberapa Lembaga Negara nonstructural yang dialihkan adalah
Komite Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk pada
Anak dialihkan ke Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Komisi
Hukum Nasional dialihkan ke Kementerian Hukum dan HAM, Dewan Gula
Indonesia dialihkan ke Kementerian Pertanian dan Badan Pengembangan

Kawasan Ekonomi Terpadu dialihkan ke Kementerian Pekerjaan Umum.
Selain itu juga ada, Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional dialihkan ke
Lembaga Penerbangan dan Antaraiksa Nasional serta Dewan Pengembangan
Kawasan Timur Indonesia dialihkan ke Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal. Keenam LNS tersebut tugas dan fungsinya tumpang tindih dengan
Kementerian/Lembaga terkait. SDM, anggaran, serta sarana dan prasarana
menempel pada Kementerian/Lembaga lain. LNS lainnyayaitu Standar
Nasional untuk Satuan Ukuran dialihkan ke Badan Standardisasi Nasional.
Upaya ini diharapkan untuk meningkatkan efisiensi anggaran negara.

BAB III
KESIMPULAN

Dalam rangka menegakkan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan
pelayanan publik kepada masyarakat, maka diperlukan keberadaan lembaga
pengawas yang secara efektif mampu mengontrol penyelenggaraan tugas aparat
penyelenggara negara. Selama ini, pengawasan secara internal dinilai kurang
memenuhi harapan masyarakat dari sisi obyektifitas dan akuntabilitas. Sehingga,
dibutuhkan lembaga pengawas eksternal agar mekanisme pengawasan pemerintahan
bisa diperkuat dam berjalan secara lebih efektif untuk mewujudkan birokrasi yang
bersih, transparan dan responsif terhadap kebutuhan publik.
Lembaga Negara yang termasuk lembaga Negara structural adalah lembaga
Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, fungsi legislative dan fungsi yudikatif.
yang termasuk dalam lembaga Negara structural diantaranya adalah presiden dan
wakil presiden, DPR, MPR, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, DPD dan
Badan Pemer\iksa Keuangan (BPK). Lembaga nonstruktural adalah lembaga Negara
Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi sektoral dari lembaga
pemerintahan yang sudah ada. LNS bertugas untuk memberi pertimbangan kepada
presiden atau menteri atau dalam rangka koordinasi atau pelaksanaan kegiatan
tertentu atau membantu tugas tertentu dari suatu kementrian.
Overlapping yang terjadi terhadap kinerja lembaga nonstructural dan lembaga
structural adalah masih terdapat tumpang tindih (overlapping) dalam pelaksanaan
tugas LNS, baik antar-sesama LNS maupun dengan lembaga pemerintah. Keberadaan
LNS saat ini dianggap hanya menghabiskan anggaran Negara tanpa suatu kinerja
yang efektif terhadap visi dan misi sebelumnya tentang alasan mengapa LNS tersebut
didirikan. Agar tercipta good public governance maka sebaiknya lembaga-lembaga
negara dan komisi-komisi yang ada saat ini ditata ulang. Lembaga atau komisi yang
fungsinya tumpang tindih dengan yang lain, segera dibenahi. dapat disatukan atau
ada yang dibubarkan. dapat juga dengan cara lebih memperkuatnya, agar lembaga
dan komisi itu bisa menjalankan fungsinya dengan lebih cepat dan lebih baik.

Penataan lembaga state and presidential sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh dan terintegrasi serta berkelanjutan. Hal ini sangat penting dilakukan
dalam kerangka reformasi birokrasi sebagai agenda politik utama pemerintahan
sebagaimana yang dilakukan di berbagai negara sehingga menjadi pilar utama
terwujudnya negara yang maju, bangsa yang bermartabat, dan pemerintahan yang
berwibawa.

TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA NEGARA STRUKTURAL
DAN LEMBAGA NEGARA NONSTRUKTURAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

Disusun oleh :
Ratih Putri A

MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012