PROTEKSI REGULASI KEBUDAYAAN INDONESIA S

PROTEKSI REGULASI KEBUDAYAAN INDONESIA
SEBAGAI ASET DAN NILAI LUHUR BANGSA
PADA DEKADE GLOBAL
Oleh :
Amanda Arbella Putri
110620170025

Dosen:
Prof.Dr. H.Rukmana Amanwinata,S.H.,M.H.
Dr.Hernadi Affandi,S.H., LL.M.

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Politik Hukum

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG

2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, kebudayaan dapat diartikan sebagai bentuk perwujudan dari
karya, karsa dan cipta manusia setelah sebelumnya melalui proses yang
melibatkan banyak daya imajinatif, kreatif, inovatif dan kebiasaan yang dimiliki
ole manusia itu sendiri. Begitupun dengan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia, artinya merupakan sebuah perwujudan yang dimiliki oleh bangsa
indonesia itu sendiri. Pada dasarnya, kebudayaan adalah keseluruhan hidup,
proses dan aktivitas manusia dalam keberadaannya dimuka bumi ini. Jika
membicarakan bangsa ini, maka arti kebudayaan adalah penjelmaan kelakuan
sekelompok manusia berpokok pada pola sikap budi manusia yang berdasarkan
pemandangan hidup dunia serta melahirkan mentalitas dan cara berfikir
kebudayaan.1
Kebudayaan di mata bangsa Indonesia memiliki kedudukan dan
kepentingan

tersendiri


oleh

keberadaannya.

Sebuah

langkah

pemajuan

kebudayaan Indonesia memiliki banyak tujuan atau harapan yang dicita-citakan,
sebagaimana halnya tercantum dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2017 Tentang Pemajuan kebudayaan, bahwasannya pemajuan kebudayaan
tersebut bertujuan untuk : a) mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; b)
memperkaya keberagaman budaya; c) memperteguh jati diri bangsa; d)
memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa; e) mencerdaskan kehidupan bangsa;
f) meningkatkan citra bangsa; g) mewujudkan masyarakat madani; h)
meningkatkan kesejahteraan rakyat; i) melestarikan warisan budaya bangsa; dan j)
mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, sehingga Kebudayaan
menjadi haluan pembangunan nasional.


1 Soerjanto Poespawardojo, Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan Filosofis, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal 87-90.

3

4

Apa yang termaktub dalam peraturan tersebut adalah menunjukkan suatu
perhatian yang lebih terhadap kesadaran dalam meningkatkan kebudayaan.
Dengan kata lain, kesadaran akan pentingnya memperhatikan kebudayaan
nampaknya semakin meningkat. Hal ini jelas tidak bertentangan dengan titik berat
bidang kesadaran akan adanya rongrongan dari luar (globalisasi). Sebaliknya,
justru kesadaran akan pentingnya pendekatan budaya, mengingatkan kita bahwa
bagaimanapun jalan yang ditempuh, tetaplah manusia sebagai tujuan dan subyek
globalisasi. Hendaknya manusia tidak dikorbankan untuk mencapai tujuan lain
selain dirinya.2
Kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia sangatlah kaya dan beraneka
ragam, kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia itu juga yang
menjdaikan bangsa-bangsa lain cemburu dan menginginkan kekayaan budaya

yang dimiliki oleh bangsa indonesia. Dengan kata lain, kebudayaan yang kita
miliki haruslah dijaga, dirawat, dilestarikan dan bahkan ditingkatkan sebagai
penghormatan dan penghargaan kita terahadap warisan bangsa yang memiliki
nilai sangat mahal. Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah
banyak pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang termaktub
dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi
terbentuknya kebudayaan nasional.3
Perjalanan panjang hampir enam dasawarsa kemerdekaan Indonesia telah
memberikan banyak pengalaman kepada warganegara tentang kehidupan
berbangsa dan bernegara. Nation and character building sebagai cita-cita
membentuk kebudayaan nasional belum dilandasi oleh suatu strategi budaya yang
nyata (padahal ini merupakan

konsekuensi dari dicetuskannya Proklamasi

2Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2000), hlM 1-5.
3Dr. Meutia Farida Hatta Swasono, “Kebudayaan Nasional Indonesia:Penataan Pola Pikir”,

hlm. 1 (inti Pemikiran yang tertuang pada tulisan ini pernah diajukan pada Kongres Kebudayaan V
di Bukittinggi , tgl 20– 22 Oktober 2003)

5

Kemerdekaan sebagai “de hoogste politieke beslissing” dan diterimanya Pancasila
sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai hukum dasar negara).4
Kebudayaan yang dimiliki bangsa indonesia tidak memiliki jaminan akan
bertahan selamanya dan tetap utuh adanya seperti semula, akan tetapi hal itu
dikembalikan kepada bagaimana sikap dari seorang pemiliknya, maka itulah yang
akan menentukan baik atau buruk, lestari atau punah dan utuh atau hancurnya
suatu kebudayaan. Pada hari ini, kesadaran dalam meningkatkan kebudayaan
banyak menemui tantangan dan hadangan, salah satunya adalah kemajuan zaman
atau era globalisasi yang jika tidak diimbangi dengan kemajuan komponenkomponen lainnya maka akan timbul ketimpangan, begitupun dengan
kebudayaan. Tantangan yang selanjutnya adalah proteksi peraturan perundangundangan terhadap kebudayaan harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman agar seirama dan tidak saling tertinggal, dalam arti agar terwujud
keseimbangan dan keselarasan.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dibahas pada bagian latar belakang diatas, upaya
pemajuan kebudayaan yang dicanangkan oleh pemerintah melalui UndangUndang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang kemudian

dihadapkan pada suatu masa atau era yang penuh dengan tekanan arus globalisasi
setidaknya penulis memiliki keyakinan masih terdapat banyak masalah yang harus
dilakukan pengkajian secara terperinci dan mendalam. Adapun beberapa
permasalahan yang penulis yakini dapat dikerucutkan kepada 2 (dua) pokok
permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana

ketahanan

pengarusutamaan

pemajuan

kebudayaan

yang

dihadapkan pada era globalisasi serta ekses yang ditimbulkannya?
2. Bagaimana pelaksanaanRegulasi dan institusi pengarusutamaan pemajuan
kebudayaan pada era globalisasi saat ini ?


4Ibid,hlm. 1

BAB II
PEMBAHASAN
1. Ketahanan Pengarusutamaan Pemajuan Kebudayaan Yang Dihadapkan
Pada Era Globalisasi Serta Ekses Yang Ditimbulkan
Kebudayaan tidak serta merta terwujud begitu saja tanpa ada nilai dan
pesan yang termuat padanya. Karena tanpa nilai dan pesan suatu hal tidaka akan
pernah menjelma sebagai budaya, begitupun dengan budaya yang berlandaskan
nilai-nilai yang tidak baik tidak akan pernah hadir sebagai budaya yang
dibanggakan, kalaupun harus hadir itu hanya sementara dan cenderung
dipaksakan. Hal tersebut beralasan karena manusia itu sendiri memiliki fitrah
yang telah tuhan anugerahkan kepadanya. Melalui fitrah tersebut manusia akan
menilai dan mampu membedakan antara baik dan buruk atau bermanfaat dan siasia. Mengenai kebudayaan ini ada sebuah pemahaman yang ditulis oleh seorang
akademisi, pada tulisan tersebut ia mencoba mencerminkan tentang keberadaan
kebudayaan bangsa indonesia, adapun tulisan tersebut saya kutip yaitu :
Di masa lalu, kebudayaan nasional digambarkan sebagai “puncak-puncak
kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia”. Namun selanjutnya,
kebudayaan nasional Indonesia perlu diisi oleh nilai-nilai dan norma-norma

nasional sebagai pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di antara
seluruh rakyat Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai yang menjaga
kedaulatan negara dan integritas teritorial yang menyiratkan kecintaan dan
kebanggaan terhadap tanah air, serta kelestariannya, nilai-nilai tentang
kebersamaan, saling menghormati, saling mencintai dan saling menolong antar
sesama warganegara, untuk bersama-sama menjaga kedaulatan dan martabat
bangsa. Singkatnya, kebudayaan nasional adalah sarana bagi kita untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan: “Siapa kita (apa identitas kita)? Akan kita
jadikan seperti apa bangsa kita? Watak bangsa semacam apa yang kita inginkan?
Bagaimana kita harus mengukir wujud masa depan bangsa dan tanah air kita?” 5

5 Ibid, hal. 2

7

Pesan yang bisa penulis ambil dari pemahaman tersebut adalah sebuah
kebudayaan harus memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi daya jual dan manfaat
dengan keberadaannya, kebudayaan tidak selalu apa yang dipertontonkan di
secara visual, baik itu melalui media elektronik ataupun media cetak. Akan tetapi
kebudayaan itu sendiri bisa bersifat abstrak yang hanya mampu dikenali dan

dilukiskan oleh kepribadian suatu bangsa. Semangat hidup, kecintaan dan
kebanggaan terhadap tanah air serta isinya merupakan salah satu kebudayaan yang
harus dipertahankan dan ditingkatkan.
Kebudayaan yang dimiliki bangsa indonesia bersifat multikultural, hal ini
didasarkan pada sejarah pembentukan bangsa indonesia itu sendiri berasal dari
kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di daerah nusantara, dari kerajaan-kerajaan
kecil tersebut mereka memiliki kekhasan masing-masing. dari perbedaan tersebut
memiliki keuntungan dan kelemahanya. Dari sisi kelebihannya adalah dapat
menjadi kekayaan tersendiri bagi budaya bangsa.
Interaksi masyarakat yang majemuk dalam sebuah negara sedikit
banyaknya mampu memunculkan arus pandang yang berbeda dalam perilaku,
tradisi aturan hidup. Hal demikian merupakan tanda bahwa dinamika globalisasi
memunculkan reaksinya.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan
permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untukkepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah

istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer
sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah,
globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.6

6 Munir Suratman,Umi Salamah, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Malang, Intimedia:
2011), hlm . 33.

8

Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah
dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang,
mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi
tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai
pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan
terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara
lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola
konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.
Konsep akan globalisasi mengacu pada penyempitan dunia secara insentif
dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi

global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia
dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran
dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.7
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang.
Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau
menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian
lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat
dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya.
Upaya pengembangan kebudayaan telah mencapai signifikasi yang baik
sejak tahun 2005 sampai dengan Juni 2008 diarahkan melalui kebijakan Bappenas
yang berupaya; (1) mengembangkan modal sosial untuk mengaktualisasikan nilainilai luhur budaya bangsa dalam menghadapi derasnya arus budaya global dengan
mendorong terciptanya ruang yang terbuka dan demokratis bagi dialog
kebudayaan; (2) mendorong percepatan proses modernisasi yang dicirikan dengan
terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia modern yang berkelanjutan,
dan menguatnya masyarakat sipil; (3) menyelesaikan peraturan perundangundangan di bidang kebudayaan serta penyusunan petunjuk pelaksanaannya; (4)
7Roland Robertson, Globalization: Social Theory And Global Culture, (London, Sage
Publications: 1992), hlm 97.

9

reaktualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan
etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasional; (5) mengembangkan
kerja sama yang sinergis antarpihak terkait dalam upaya pengelolaan kekayaan
budaya; dan (6) perwujudan masyarakat Indonesia yang berkepribadian, berbudi
luhur, dan mencintai kebudayaan Indonesia dan produk dalam negeri.8
Disamping dari upaya pengembangan upaya Ketahanan dalam kebudayaan
juga menjadi indikator utama dalam tetap lestarinya kebudayaan. Dalam rangka
meningkatkan ketahanan budaya nasional dan memperkukuh jati diri bangsa
diperlukan filter yang mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai
negatif dan mampu memfasilitasi teradopsinya budaya asing yang bernilai positif
dan produktif langkah-langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bappenas adalah
(1) melakukan revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter bangsa; (2)
melakukan

pelestarian

dan

pengaktualisasian

nilai-nilai

tradisi;

(3)

mengembangkan masyarakat adat; (4) mendukung pengembangan nilai budaya
daerah; (6) menyelenggarakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada
masyarakat; dan (7) memanfaatkan naskah kuno Nusantara.9
Yang dimaksud dengan revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter
bangsa menurut penulis adalah ; sebagai masyarakat majemuk, budaya harus
mampu menghantarkanmasyarakat pada satu budaya terhadap masyarakat dengan
budaya lain agar tetap senantiasa harmonis, rukun, aman dan saling menunjukkan
kepedulian sebagai bagian dari menunjukkan eksistensi warga negara yang baik.
Oleh karena itu asas persatuan dan keberadaban dalam bernegara menjadi
indikator utama dalam revitalisasi nilai luhur, budi pekerti, dan karakter bangsa.
Selanjutnya, sebagai bentuk pengukuhan terhadap adanya budaya haruslah
dimulai dengan upaya pelestarian. Upaya melestarikan budaya dapat dilihat
dengan membiasakan diri atau mengaktualisasikan tradisi dan sudut pandang
budaya yang memiliki nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah
8Lihat pada laman https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3-20090202204616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada pukul 13.21 WIB.
9Lihat pada laman https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3-20090202204616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada pukul 13.21 WIB.

10

kebutuhan dan juga kesadaran. Lebih rinci A.W. Widjaja mengartikan pelestarian
sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu
guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap
dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif.10 Ini dapat diartikan bahwa harus
ada konsistensi pengamalan budaya dalam skala lokal dan nasional jika memadai.
Dalam upaya mengembangkan masyarakat adat dapat dilihat pada cara
pandang masyarakat dalam memenuhi hajatnya dalam upaya mempertahankan
keberlangsungan hidup. Kekeliruan cara pandang yang saat ini dirasakan salah
satunya dapat dilihat pada pengembangan adat yang hanya menyentuh persoalan–
persoalan permukaan, dari pada penghargaan terhadap nilai–nilai agung dari
kearifan lokal dan pengetahuan tradisional.
Sudah saatnya, perlindungan sumberdaya genetik diberikan keleluasaan
sebesar-besarnya pada masyarakat adat, dengan harapan bahwa jaminan
keberlangsungan dan pemanfaatanya dapat berimbang dan harmonis. Dengan
demikian, yang diharapkan adalah orientasi pemberdayaan masyarakat adat dalam
pengembangan ekonomi kerakyatan. Salah satu upaya pengembangan masyarakat
adat dalam hal ekonomi dapat diterapkan melalui : 1.) Pemuliaan varietas
tradisional untuk bahan obat-obatan dikembalikan kepada masyarakat pemilik
aslinya, sebagai sumber pendapatan yang besar bagi mereka. Setiap pemanfaatan
sumber daya genetik dari resep jamu atau obat-obatan tradisional haruslah dengan
ijin dan musyawarah dengan masyarakat adat. Termasuk dibuka peluang produksi
jamu atau bahan obatobatan yang dikelola langsung oleh masyarakat adat sebagai
salah satu sumber pendapatan dan dana bagi upaya pelestarian itu.2.) Produksi
makanan–minuman khas harus diorientasikan kepada home industri yang dimiliki
oleh masyarakat adat, sehingga keaslian rasa dan kualitas produksi tetap terjaga.
Makanan minuman khas, disamping untuk kebutuhan masyarakat itu sendiri,
memiliki peluang yang sangat besar sebagai bagian dari usaha pariwisata yang
tengah digalakkan pemerintah. Untuk itu, perlu upaya bantuan pengelolaan usaha
dalam hal pemasaran maupun pengelolaan keuangan.3.) Penguatan kembali
10Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, (Ghalia Indonesia,
Bandung: 2006 ), hlm. 115

11

varietas lokal dan etnobotani sebagai pilihan dalam pengelolaan prtanian dan
perkebunan, termasuk didalamnya menghargai pilihan untuk melakukan gerakan
non pestisida yang memiliki nilai jual tinggi seraya menjaga kelestarian
lingkungan.4.) Perlunya dukungan pemasaran terhadap produk–produk kearifan
tradisional dari Daya Generik lokal dalam pemanfaatan sebagai sumberdaya
ekonomi. Seperti pengenalan anfaat kayu sentigi sebagai kayu anti ular dan
serangga, sebagai pilihan lain dari anti erangga yang cenderung membunuh dan
erusak kesehatan, dan berbagai jenis Sumber Daya Gaya lain yang punya khasiat
tertentu.11
Sampai saat ini, belum ada upaya perhatian dan pengembalian hak–hak
masyarakat adat sebagai pewaris dari sumberdaya genetik di indonesia. Jika saja,
perlindungan sumberdaya genetik dapat dirangkai sebagai bagian dari
pengembangan ekonomi kerakyataan maka peningkatan kesejahteraan masyarakat
dapat diharapkan meningkatkan martabat dan kesejahteraan secara simultan.
Ketahanan Budaya haruslah beranjak dari berkembangnya apresiasi akan
kekayaan budaya. Apresiasi yang dapat dilakukan ialah dengan

dilakukan

serangkaian langkah-langkah kebijakan yaitu (1) mengembangkan nilai sejarah
dan geografi sejarah nasional; (2) melakukan pengelolaan dan penyelamatan
peninggalan

kepurbakalaan

dan

peninggalan

pusaka

bawah

air;

(3)

mengembangkan dan mengelola museum; (4) mengembangkan pemahaman
kekayaan budaya; (5) memberikan dukungan terhadap pengelolaan dan
mengembangkan museum dan kekayaan budaya daerah; (6) melestarikan fisik dan
kandungan naskah kuno; (7) melakukan perekaman dan digitalisasi bahan
pustaka; (8) mengelola koleksi deposit nasional; dan (9) mengembangkan statistik
perpustakaan dan perbukuan.12
11Lalu Pharmanegara, Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Erlindungan Dan
Pengelolaan Sumberdaya Genetik Sebagai Alternatif Penguatan Ekonomi Rakyat, Badan Pekerja
Majelis Kebudayaan – Majelis Adat Sasak Pengurus Nasional Pengetahuan Tradisional,
disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di
Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional, hlm. 59.
12Lihat
pada
laman
https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-320090202204616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada pukul 13.21
WIB.

12

2.

Pelaksanaan Regulasi Dan Institusi Pengarusutamaan Pemajuan
Kebudayaan Pada Era Globalisasi
Pemerintah sebagai penyelenggara berbagai kepentingan negara hendaknya

tidak lupa pula terhadap peran mempertahankan tradisi maupun kebudayaan yang
telah lama ada sebelum negara lahir. Sebagai jaminan bahwa unsur dasar dalam
kemajemukan masyarakat yang dipahami sebagai cara pandang dalam prilaku dan
tradisi senantiasa mendapatkan proteksi agar keberlangsungannya senantiasa
terjaga.
Kebudayaan merupakan bagian dari aspirasi masyarakat indonesia, oleh
karena itu keseluruhannya harus memiliki instrumen hukum yang diharapkan
dapat memenuhi asas kepastian hukum dalam bernegara. Perlindungan
kebudayaan memberikan dampak besar bagi masyarakat majemuk. Khasanah
kekayaan budaya bangsa sedikit banyaknya telah mampu membawa nilai-nilai
kebaikan dalam masyarakat agar senantiasa berada dalam kondisi menjaga
stabilitas berbangsa dan bernegara. Sudah sepantasnya nilai-nilai kebaikan
tersebut harus senantiasa dilestarikan dan dijaga agar tidak tergerus dengan
globalisasi.
Negara kesatuan republik indoneisa secara tegas menyatakan dirinya
sebagai negara hukum, sebagaimana yang termaktub dalam pasal 1 ayat 3 undangundang dasar republik indonesia tahun 1945. Artinya disini berlaku suatu kaidah
hukum dalam arti segala hal yang dilakukan, dibuat dan dilaksanakan harus
didasarkan pada aturan yang mengaturnya. Dalam istilah hukum terdapat dua
istilah yang terkenal, ialah ius constitutum dan ius constituendum. Ius constitutum
dan ius contituendum adalah dua istilah hukum yang mempunyai arti berbeda,
tidak ada persamaan. Sebagaimana yang dijelaskan singkat dalam artikel Hak
Hidup dalam Konstitusi Masih Berupa Ius Constituendum, dalam ilmu hukum
dikenal dua jenis hukum. Pertama, ius constitutum yang artinya hukum yang
berlaku saat ini atau hukum yang telah ditetapkan. Sedangkan kebalikannya, ius

13

constituendum yang berarti hukum yang dicita-citakan atau yang dianganangankan.13
Sedangkan pendapat beberapa tokoh mengenai pengertian Ius constitutum
dan ius contituendum diantaranya dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo
dalam bukunya Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, menjelaskan bahwa
berdasarkan kriterium waktu berlakunya, hukum dibagi menjadi:14
1. Ius Constitutum; Yaitu hukum yang berlaku di masa sekarang, Dalam
Glossarium di buku yang sama, Sudikno menambahkan bahwa ius
constitutum adalah hukum yang telah ditetapkan.15 Dan;
2. Ius Contituendum; Yaitu hukum yang dicita-citakan (masa mendatang).
Kemudian dalam Glossarium disebutkan bahwa ius constituendum adalah
hukum yang masih harus ditetapkan; hukum yang akan datang.16
Sedangkan ada sedikit yang menjadi pembeda dari dua istilah tersebut
hanyalah pada sisi waktu, yaitu masa kini dan masa mendatang. Jika ius
constitutum bersifat masa kini sebaliknya ius constituendum bersifat msa yang
akan datang.
Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh kalangan tertentu, bahwa
setelah diundangkan maka ius consituendum menjadi ius constitutum.17 Dengan
demikian, ius constitutum kini, pada masa lampau merupakan ius constituendum.
Apabila ius constitutum kini mempunyai kekuatan hukum, maka ius
constituendum mempunyai nilai sejarah.18

13Editor,
‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-iusconstitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB
14Editor,
‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-iusconstitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB, lihat
juga ; Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2006),
hal. 25
15Ibid, hlm. 120
16Ibid, hlm. 121
17Editor,
‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-iusconstitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB, lihat
Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Aneka Cara Pembedaan Hukum, hlm. 6
18Ibid, hlm. 8

14

Hukum senantiasa bersifat dinamis dalam perkembangannya menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi tertentu. Artinya hukum harus selalu mengalami
pembaharuan guna mencapai nilai keseimbangan dalam menerapkan peran dan
fungsinya.
Sama halnya dengan peraturan yang lain, peraturan yang dibuat dalam
rangka mengawal upaya pemajuan kebudayaan senantiasa disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan pengaturannya. Salah satu regulasi yang telah diundangkan
terbaru ini adalah undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan.
Pada prinsipnya inti dari peraturan perundang-undangan yang dalam hal ini
adalahundang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, ia
menekankan betapa penting dan sangat dibutuhkannya kesadaran nasional dalam
meningkatkan kebudayaan tersebut. Dalam undang-undang tersebut dikatakan
bahwa tujuan pemajuan kebudayaan memiliki makna yang sarat akan
keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Intisari dari penjabaran undangundang tersebut, setidaknya dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama,
pengarusutamaan

dalam

undang-undang

pemajuan

tersebut

kebudayaan

ini

pula

ditekankan

diarahkan

pada

bahwa
aspek

pendidikan,seperti yang tercantum dalam pasal 7 undang-undang nomor 5 tahun
2017 tentang pemajuan kebudayaan. sedangkan lingkup dari pemajuan ini
didasarkan kepada beberapa pokok pikiran, diantaranya :
1) pokok pikiran kebudayaan daerah kabupaten/kota
2) pokok pikiran kebudayaan daerah provinsi
3) strategi kebudayaan, dan
4) rencana induk pemajuan kebudayaan
Kedua, didalamnya terdapat aspek perlindungan terhadap kebudayaan yang
meliputi inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan dan publikasi.
Keselluruhan aspek perlindungan tercantum mulai dari pasal 16 sampai dengan
pasal 29. Penjelasan dari beberapa aspek tersebut, yaitu :

15

1) inventarisasi, merupakan sebuah upaya pendataan kebudayaan yang
meliputi pencatatan dan pendokumentasian, penetapan dan pemutakhiran
data
2) pengamanan, proses pengawalan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa
indonesia hingga sampai kepada perolehan hak paten sebagai warisan
dunia
3) pemeliharaan, merupakan pelestarian kebudayaan yang dilakukan dengan
tujuan

untuk

meminimalisir

keberpunahan

atau

tergerus

oleh

perkembangan zaman
4) penyelamatan, merupakan upaya referentif yang harus dilakukan oleh
pemerintah manakala kebudayaan tersebut dianggap terancam punah atau
ancaman-ancaman

yang

lainnya,

penyelamatan

objek

pemajuan

kebudayaan ini dapat dilakukan dengan cara revitalisasi, repatriasai atau
restorasi
5) publikasi, merupakan langkah blow up atau penunjukkan kepada khalayak
umum tentang kebudayaan tersebut, baik itu sifatnya perkenalan atau
bahkan sampai kepada promosi
Ketiga, pengembangan yang merupakan cara meningkatkan baik secara
kualitas maupun kuantitas kebudayaan tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya : penyebarluasan, pengkajian dan pengayaan keberagaman.
Keempat, pemanfaat yang dimaksud adalah upaya pemajuan kebudayaan ini
dapat memiliki nilai utility bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Kelima, pengaturan tentang sanksi bagi pelanggar upaya pemajuan
kebudayaan yang terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari administratif hingga
pidana.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam rangka meningkatkan ketahanan budaya nasional dan
memperkukuh jati diri bangsa diperlukan filter yang mampu menangkal
penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan mampu memfasilitasi
teradopsinya budaya asing yang bernilai positif dan produktif langkahlangkah kebijakan yang ditempuh oleh Bappenas adalah (1) melakukan
revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter bangsa; (2) melakukan
pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai tradisi; (3) mengembangkan
masyarakat adat; (4) mendukung pengembangan nilai budaya daerah; (6)
menyelenggarakan

pelayanan

perpustakaan

dan

informasi

kepada

masyarakat; dan (7) memanfaatkan naskah kuno Nusantara.
Keberadaan pengaturan tentang pemajuan kebudayaan tersebut
relatif memadai, hanya saja ada kelemahan pada bab sanksi bagi pelanggar
pemajuan kebudayaan yang dicanangkan oleh pemerintah. Yaitu terletak
pada sanksi negara atau pihak asing yang seringkali melakukan klaim
terhadap warisan budaya bangsa indonesia, seperti yang pernah dilakukan
oleh negara malaysia yang melakukan klaim terhadap batik dan reog serta
kebudayaan bangsa indonesia lainnya, serta keberadaan UNESCO sebagai
lembaga internasional yang khusus menangani kebudayaan seringkali
tidak bersikap sigap terhadap suatu permasalahan yang berkaitan dengan
kebudayaan.
B. Rekomendasi
1. Masyarakat dan Pemerintah harus mampu meningkatkan kuantitas
program kerja, aktualisasi penyelenggaraan negara dan berbangsa yang
berbasis budaya dan senantiasa menyelipkan penguatan nilai luhur
pancasila sebagai pengikat.
2. Perlunya kemasan pengembangan budaya yang berskala lokal dan
nasional sebagai penguat kesadaran berbudaya. Serta mulai menerapkan
budaya pada sektor ekonomis agar tidak mudah untuk ditinggalkan,
namun dianggap sebagai sebuah kebutuhan ditengah globalisasi.

17

3. Perlunya perlindungan hukum dari negara terkait apresiasi dan aspirasi
budaya agar memiliki visi yang sesuai dengan arah pembangunan dan
kebijakan negara.

DAFTAR REFERENSI
A. BUKU
Aminuddin, M. Faishal 2009 Globalisasi dan Neoliberalisme: Pengaruh
dan Dampaknya Bagi Demokratisasi Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka
Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000
Dr. Meutia Farida Hatta

Swasono,

“Kebudayaan

Nasional

Indonesia:Penataan Pola Pikir”, hlm. 1 (inti Pemikiran yang tertuang pada tulisan
ini pernah diajukan pada Kongres Kebudayaan V di Bukittinggi , tgl 20– 22
Oktober 2003)
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar,
(Ghalia Indonesia, Bandung: 2006 )
Munir Suratman,Umi Salamah, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Malang,
Intimedia: 2011)
Rohidi T.R. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung:
STSI PRESS
Roland Robertson, Globalization: Social Theory And Global Culture,
(London, Sage Publications: 1992)
Saidi, R (1998) Kebudayaan di Zaman Krisis Moneter. dalam Indonesia di
Simpang Jalan. Bandung : Mizan.
Soelaeman, Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika
aditama
Soerjanto Poespawardojo, Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan
Filosofis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993)
Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Aneka Cara Pembedaan
Hukum, 2009
Sudikno

Mertokusumo,

Penemuan

Hukum

Sebuah

Pengantar,

(Yogyakarta: Liberty, 2006)

B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
C. Internet

19

Lihat

pada

laman

https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3-20090202204616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada
pukul 13.21 WIB.
Lihat

pada

laman

https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3-20090202204616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017
pada pukul 13.21 WIB.
Lihat pada laman
https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3
20090202204616-1756-4.pdf2, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017
pada pukul 13.21 WIB.
Editor,
‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-iusconstitutum -dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23
november pkl. 12.24 WIB
Editor,
‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-iusconstitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november
pkl. 12.24 WIB, lihat juga ; Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum
Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2006), hal. 25
Editor,
‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-iusconstitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november
pkl. 12.24 WIB, lihat Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Aneka
Cara Pembedaan Hukum, hlm. 6