Makalah pengantar ilmu komunikasi Komuni

Makalah pengantar ilmu komunikasi
Komunikasi Verbal dan komunikasi Non-vebal

Disusun oleh:
Berliana maria purba (1401110410)
Kelas

: D KOM

Jurusan

: Ilmu komunikasi

Dosen

: Ibu Nova Yohana S.sos, M.I.kom

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah kami diberikan kesehatan sehingga makalah
ini dapat diselesaikan. Makalah yang membahas tentang Komunikasi
Verbal dan Non-verbal ini berulang kali mengalami penyempurnaan
hingga baru kemudian dapat kami selesaikan. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen bidang studi pendidikan pengantar
Komunikasi Ibu Nova Yohana S.sos,M.si yang telah membimbing dan
mengajarkan kami. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi
wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca mengenai
komunikasi Verbal dan Non-verbal.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2016

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar belakang
Komunikasi merupakan hal yang sangat lazim dan menjadi
keharusan bagi individu, individu adalah makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. Sejak pagi hingga malam hari dan berlanjut seterusnya
waktu yang digunakan untuk aktifitas salah satunya adalah
berkomunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh David K. Berlo
mengemukakan 70% dari waktu bangun digunakan untuk berkomunikasi
(Rakhmat, 2008).
Komunikasi merupakan cara individu untuk menyampaikan pesan
dan informasi kepada orang lain, agar dapat berinteraksi dan memahami
perasaan serta memahami keinginan orang lain (Cangara, 1998). Didalam
kehidupan bermasyarakat, tidak sedikit ditemukan perbedaan dalam
berpendapat, ketidaknyamanan, bahkan konflik kesalah pahaman dalam
komunikasi. Kehidupan manusia ternyata sangat bergantung dengan
proses komunikasi dan interaksi dengan orang lain.
Komunikasi yang sering ditemui dalam individu adalah
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah proses
komunikasi antar dua orang atau lebih, baik secara verbal maupun non

verbal, sehingga pada awalnya timbul interaksi (Rakhmat, 2008).
Aktifitas komunikasi berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua
orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan
orang (Wiryanto, 2005). Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi
yang dipakai oleh seseorang dengan orang lain. Tanpa ada bahasa kita
tidak akan dapat mengerti apa yang dimaksudkan oleh seseorang kepada
kita.

Bahasa juga merupakan alat pemersatu antarsesama. komunikasi
nonverbal. Bahasa verbal merupakan suatu alat komunikasi yang dapat
menggambarkan cara manusia hidup, berpikir, berpengetahuan,
menyusun konsep tentang dunianya, dan mengungkapkan secara lisan
maupun tertulis. Bahasa nonverbal adalah bahasa yang tidak
mementingkan/tidak menggunakan kata-kata penyampaian pesan, tetapi
menggunakan symbol lain.

I.2 Tujuan
Adapun tujuan utama penulisan dan pembuatan makalah ini ialah sebagai
berikut :
1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

2) Untuk memberikan penjelasan tentang Komunikasi Verbal dan Non-verbal

I.3 RUMUSAN MASALAH
Dari paparan pendahuluan diatas, untuk itu dalam pembuatan
makalah ini penulis mengambil sebuah judul “KOMUNIKASI VERBAL
DAN NON-VERBAL”. Maka penulis mengemukakan pokok masalah
sebagai berikut :
1) Apakah yang dimaksud dengan Komunikasi Verbal dan Nonverbal?
2) Apa fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal?
3) Bagaimana karakteristik Komunikasi Verbal dan Nonverbal?
4) Apa saja tipe Komunikasi Verbal dan Nonverbal?
5) Apa perbedaan Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal?

BAB II
PEMBAHASAN
2.I Pengertian komunikasi Verbal
A. Komunikasi verbal ( verbal communication )
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan
(oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya,

ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara
verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik
pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan
yang disampaikan.
contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan
media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon.
Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara
tidak

langsung

antara

komunikator

dengan

komunikan.

Proses


penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media
surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.
Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus
disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa
Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan
disusun dengan tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
 Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I
change some money?).
 Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je
change de l’argent?).

5

 Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich
etwasGeld wechseln?).
 Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar
dinero?).
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik.
1. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa.

2. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat.
3. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan katakata.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai
tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi
informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan
objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat
dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan
dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan
dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada
orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan
bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan
kesinambungan

budaya

dan

tradisi


kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles,
Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil,
setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja
yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada
masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul
dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka
untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan
lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
3. Untuk

menciptakan

koherensi


dalam

kehidupan

kita.

Bahasa

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri
kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Dari keseluruhan komunikasi yang kita lakukan, ternyata
komunikasi verbal hanya memiliki porsi 35%, sisanya adalah komunikasi
nonverbal. Dengan porsi demikian pun, bahasa masih memiliki
keterbatasan, yaitu:
1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata adalah kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,
peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya.
Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Adakalanya
kita sulit menamai suatu objek, misalnya mungkin kita kesulitan mencari
kata yang tepat untuk derajat suhu tertentu, yang lebih panas dari hangat

tapi lebih dingin dari panas.
2. kata bersifat ambigu dan kontekstual. Dikatakan bersifat ambigu karena
kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang
berbeda, yang menganut latar belakang sosial yang berbeda pula, sehingga
terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata tersebut.
Sebagai contoh, kata ”berat” bisa memiliki makna berbeda bila kita
gunakan dalam kalimat yang berbeda, seperti ”batu itu berat”, ”kepala
saya terasa berat”, ”ujian yang berat”, dsb.
3. Adanya percampuradukan fakta dan penafsiran.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian),
penafsiran (dugaan), dan penilaian. Contoh: Saat melihat seorang wanita
sedang menggunting tangkai-tangkai daun bunga (fakta),mungkin

seseorang menyatakan bahwa wanita tersebut sedang ”bersantai”
(penafsiran), sementara orang lain mungkin menyatakan bahwa wanita
tersebut sedang ”bekerja” (penafsiran). Pernyataan pertama bisa benar,
bila wanita tersebut adalah seorang yang bekerja di bidang lain (misalnya
ibu rumah tangga atau profesi lain) yang memang sedang bersantai
mengisi waktu luangnya dengan cara merawat bunga. Pernyataan kedua
bisa benar bila wanita itu memang bekerja dalam bisnis bunga.

Komunikasi akan efektif bila kita dapat memisahkan pernyataan fakta
dengan dugaan.
B. TUJUAN KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal melalui lisan dapat di lakukan secara langsung
bertatap muka antara komunikator dan komunikan seperti berpidato dan
berceramah. Selain itu komunikasi secara verbal melalui lisan juga dapat
di lakukan melalui media. Contohnya seseorang yang bercakap melalui
telepon. Sedangkan komuunikasi verbal melalui tulisan di lakukan
dengan cara tidak lansung antara komunikator dan komunikan. Proses
informasi di lakukan dengan menggunakan media berupa, surat, lukisan,
gambar, grafik dll. Adapun tujuan menggunakan komunikasi verbal
antara lain:


Penyampaian, penjelasan, pemberitahuan,arahan dan lain sebagainya.



Presentasi penjualan di hadapan paraa audience.



Penyelenggaraan rapat.



Wawan cara dengan orang lain



Pemasaran melalui telepon, dsb.

C. Ciri-ciri komunikasi verbal
Komunikasi verbal di tandai dengan:
1. Di sampaikan secara lisan/bicara atau tulisan.
2. Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah.
3. Kualitas proses komunikasi seringkali di tentukan oleh komunikasi
non verbal.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN
KOMUNIKASI VERBAL
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal,yaitu:
1. Faktor Inteligensi
Orang yang inteligensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam
berbicara, karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan
bahasa yang baik. Cara berbicaranya terputus-putus,bahkan antara kata
yang satudengan lainnya tidak/kurang memiliki relevansi. Sebaliknya
dengan yang memiliki inteligensi tinggi.Masalah komunikasi akan muncul
apabila orang yang berinteligensi tinggi tidak mampu beradaptasi dengan
orang yang berinteligensi rendah, misalnya dalam pemilihan pengunaan
kata-kata.Contoh: Ada seseorang yang berinteligensi tinggi sehingga ia
mampu menguasai banyak perbendaharaan kata-kata asing. Saat berbicara
dengan orang yang berinteligensi rendah, ia menggunakan kata-kata asing
tersebut sehingga sulit dipahami orang yang yang berinteligensi rendah
tadi karena memang perbendaharaan kata-katanya sangat terbatas.
2. Faktor Budaya
Setiap budaya memiliki bahasa yang berbeda-beda. Apabila orang
yang berkomunikasi tetap mempertahankan bahasa daerahnya masingmasing, maka pembicaraan mereka menjadi tidak efektif. Akibatnya,
komunikasi menjadi terhambat atau bahkan timbul kesalahpahaman di
antara mereka. Faktor perbedaan cara berkomunikasi juga menghambat
komunikasi. Sebagai contoh: Orang Batak terbiasa berbicara keras
daripada orang Jawa atau Sunda. Bila orang Jawa atau Sunda merasa
tersinggung dan mengganggap orang Batak tidak sopan, maka akan

terjadi antipati dari orang Sunda atau Jawa tersebut kepada orang Batak
sehingga tidak akan terjadi jalinan komunikasi.
3. Faktor Pengetahuan
Makin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang maka makin banyak
perbendaharaan kata yang dapat mendorong yang bersangkutan untuk
berbicara lebih lancar. Apabila orang-orang yang berbeda pengetahuan
saling berkomunikasi tanpa mengidahkan perbedaan pengetahuan di antara
mereka, maka tidak akan terjadi komunikasi yang mengenakkan bagi
mereka berdua. Hal ini terjadi karena ketika salah seorang berbicara sesuai
dengan pengetahuannya tanpa menjelaskan dengan detil, maka seorang
yang lain tidak akan paham apa yang dimaksud lawan bicaranya. Misalnya
seorang insinyur sedang berbicara dengan seorang dokter.Dokter tersebut
menjelaskan penyakit yang diderita si insinyur dengan menggunakan
istilah-istilah kedokteran. Bila penjelasan dokter tersebut tidak detil dan
runtut serta menggunakan bahasa yang lebih umum maka si insinyur
tersebut pun tidak akan paham maksud si dokter.
4. Faktor Kepribadian
Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan, biasanya
kurang lancar berbicara. Hal ini disebabkan ia tidak terbiasa
berkomunikasi dengan orang lain. Ia tidak memiliki pengetahuan yang
luas karena kurangnya pergaulan tersebut. Pemahaman dia mengenai
sesuatu hal sangat minim sehingga tidak nyambung dengan temantemannya.
5. Faktor Biologis
Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-kelainan, seperti:
 Sulit mengatakan kata desis (lipsing), karena ada kelainan pada
rahang, bibir, gigi.
 Berbicara tidak jelas (sluring), yang disebabkan oleh bibir
(sumbing), rahang, lidah tidak aktif.
6. FaktorPengalaman

Makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, makin terbiasa ia
menghadapi sesuatu. Orang yang sering menghadapi massa, sering
berbicara di muka umum, akan lancar berbicara dalam keadaan apapun
dengan siapapun.Seorang pembicara atau MC terbiasa berbicara di depan
orang banyak. Namun seorang penyiar radio, belum tentu dia mampu
ketika ditugaskan sebagai MC, karena pekerjaannya tidak menuntutnya
harus berhadapan dengan orang banyak. Walaupun di balik peralatan audio
visual dan telepon ia biasaberbicara dengan pendengar, namun ia tidak
berhadapan secara langsung dengan pendengar.
2.3 HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
Hal-hal yang dapaat menghambat komunikasi verbal, yaitu:
1. Intelegensi
Artinya, orang yang intelegensinya tinggi tentu lebih lancar berbicara karena
perbendaharaan kata dan bahasanya relatif lebih banyak, bagitu sebaliknya
dengan orang yang intelegasinya rendah.
2. Pengetahuan, selain intelegensi yang dapat membuat orang lancar
berkomunikasi adalah luas pengetahuannya. Di samping lancar ia dapat
memahami berbagai topik lawan bicaranya.
3. Kepribadian
Malu berbuat salah itu baik, namun malu bergaul justru tidak baik, karena hal
ini akan menghambat komunikasi.
4. Biologis
5. Kelainan fisik, seperti bibir sumbing, kelainan pada gigi, rahang sebagai
alat ucap bisa menjaddi kendala saat bebicara.
6. Pengalaman
Ini berkaitan dengan pengetahuan dan kepribadian semakin banyak bergaul,
mengobrol semakin mudah pula dalam berkomunikasi
2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KOMUNIKASI VERBAL


Kelebihan

1. Komunikasi dapat di sampaikan melalui lisan maupun tulisan.
2. Komunikasi verbal dapat membahas kejaddian masalalu, ide
atau abstraksi.
3. Komunikasi dapat menggunakan kata-kata yang lebih mudah
di kendalikan daripada menggunakan bahasa isyarat (gerakan
badan/tubuh) atau ekspresi wajah.



Kekurangan
1. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi,
repetisi,ambiguity, dan abstraksi.
2. Adanya keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk
mewakili objek.
3. Kata-kata yang mengandung bias budaya.
4. Di perlukan banyaak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita
secara verbal, sehingga dari segi waktu pesan verbal sangat
tidak efisien.
5. Kata-kata yang di sampaikan dalam suatu percakapan hanya
membawa sebagian dari pesan.

2.5 PRAKTEK KOMUNIKASI VERBAL

Praktek komunikasi verbal bisa di lakukan dengan cara:
a) Berbicara dan menulis
Umumnya untuk menyampaikan, orang cenderung lebih menyukai
speaking daripada writing. Selain karena praktis speaking di anggap
lebih mudah “menyentuh” sasaran karena langsung di dengar
komunikan.
b) Mendengarkan dan membaca
Kenyataan menunjukan pelaku bisnis lebih sering mendapatkan
informasi daripada menyampaikan informasi. Pesan bisnis ini di lakukan
lewat prroses listening dan reading.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita dalam
bentuk lambang(verbal atau non verbal). Proses ini lazim di sebut
penyandian (enconding).

2.6. PENGERTIAN KOMUNIKASI NONVERBAL
2.6.1 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal lebih tua dan lebih dulu munculnya dari pada
komunikasi verbal. Kita juga mempresepsi manusia tidak hanya melalui
bahasa verbalnya, bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu
berbahasa

asing

dan

sebagainya),

namun

juga

melalui

perilaku

nonverbalnya. Pentingnya pesan nonverbal ini misalnya dilukiskan frase,
“Bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya”.
Melalui perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional
seseorang, apakah ia sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita
pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong
kita untuk mengenalnya lebih jauh.

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang
bukan kata-kata. Pesan-pesan nonverbal ini sangat berpengaruh dalam
komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga
tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, dapat dipelajari bukan
bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Bila
kebanyakan perilaku verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara
kognitif, perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering
berlangsung cepat, dan di luar kesadaran dan kendali kita. Karena itu
Edward T. Hall menamai bahasa nonverbal ini dengan “bahasa diam” (silent
language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension).
Yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan
pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi
yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata,
kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga
dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak
berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan
komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui
ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara.
Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat diindentifikasikan
seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk,
berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada
orang lain. Tiap-tiap gerakan yang kita buat dapat menyatakan asal kita,
sikap kita, kesehatan atau bahkan keadaan psikologis kita. Ada peribahasa
mengatakan apa yang kamu katakan dengan keras tidak dapat didengar
orang, tetapi tanda-tanda diam seperti anggukan kepala, rasa kasih saying,
kebaikan, rasa persaudaraan, didengar oleh yang lain dan merupakan pesan
yang nyata dan jelas.

Komunikasi nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan
verbal. Bila ada ketidaksejajaran antara komunikasi verbal dengan
komunikasi nonverbal orang khususnya lebih percaya pada komunikasi
nonverbal yang menyertainya. Ada 3 hal yang perlu diingat dalam
komunikasi nonverbal, yaitu :
1. Karena interpretasi adalah karakteristik yang kritis dalam komunikasi
nonverbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan stimulasi nonverbal
tertentu dengan satu pesan verbal khusus. Didalam komunikasi nonverbal
hendaklah dihindarkan melakukan generalisasi karena keseluruhan arti
tidaklah dapat didesain untuk tindakan nonverbal tertentu. Hati-hatilah
dalam menginterpretasikan tanda-tanda nonverbal yang diperlukan. Setiap
tanda nonverbal bagi suatu kultur mungkin berbeda maksudnya dengan
kultur yang lain.
2. Komunikasi nonverbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri. Tetapi
lebih merupakan bagian dari sistem verbal. Komunikasi nonverbal
umumnya tidaklah membawa informasi yang cukup, yang menjadikan
penerima menyampaikan arti keseluruhan yang timbul dari pertukaran
pesan tertentu. Sistem komunikasi nonverbal terbatas dan tidaklah
memperlihatkan ketepatan bila hanya digunakan tersendiri.
3. Komunikasi nonverbal dapat dengan mudah ditafsirkan salah. Oleh karena
itu adalah berbahaya membuat arti tingkah laku nonverbal tertentu, karena
adanaya perbedaan dalam kebudayaan di antar sesame kita. Tanpa latar
belakang yang cukup atau data verbal yang mendukung, seseorang dapat
salah menafsirkan pesan. Nilai komunikasi nonverbal tidaklah terletak
sebagai pengganti, pertukaran pesan tulisan tetapi sebagai satu jaringan
yang menyokong.
Komunikasi nonverbal tidak hanya mempengaruhi hubungan personal
dan bisnis, tetapi mempunyai pengaruh penting terhadap pengiriman atau
penerimaan pesan itu sendiri. Contohnya seorang karyawan sedang asyik

mengerjakan tugas-tugasnya yang harus diselesaikan dengan cepat. Tibatiba supervisornya datang dan menyuruh dia mengerjakan pekerjaan lain
dengan segera. Respons karyawan tersebut secara verbal haruslah
mengatakan mau mengerjakan tugas tersebut tetapi kalau dilihat dari segi
komunikasi nonverbal yang mengiringi jawaban “Ya” tersebut mungkin arti
jawaban “Ya” itu bertentangan dengan tingkah laku pesan nonverbalnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa memang kita berkomunikasi
dengan kata-kata, tetapi arti dari pesan itu bukanlah terletak pada kata
tersebut. 93% dari arti pesan diterima dari komunikasi nonverbal yang
melatarbelakangi komunikasi verbal dan hanya 7% dari pesan verbal. Dari
hasil penelitian ini jelas bahwa komunikasi nonverbal sangat membantu
dalam menginterpretasikan arti pesan verbal. Tetapi kalau pesan nonverbal
saja yang dikirimkan akan sulit menginterpretasikannya dengan tepat.
2.6.2 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Meskipun komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal berbeda
dalam banyak hal namun kedua bentuk komunikasi itu seringkali bekerja
sama. Atau dengan kata lain komunikasi nonverbal ini mempunyai fungsi
tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utamanya adalah sebagai
berikut :

1. Pengulangan
Kita sering menggunakan pengulangan terhadap apa yang telah dikatakan
secara verbal. Pengulangan-pengulangan yang demikian umum terdapat
pada bidang olahraga. Dalam kehidupan sehari-hari tingkah laku
nonverbal seperti ini juga banyak kita jumpai.
Contohnya : Dalam suatu organisasi seorang sekretaris bertanya kepada
atasannya, di mana surat yang akan diketik. Atasannya menjawab diatas
meja sambil menunjuk kearah meja tersebut. Perbuatan nonverbal

menunjuk kea rah meja adalah merupakan pengulangan dari pesan verbal
di atas meja.
2. Pelengkap
Tanda-tanda nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi, menguraikan atau
memberikan penekanan terhadap pesan verbal. Banyak tingkah laku
nonverbal lainnya yang berisi ilustrasi yang menemani dan mendukung
kata-kata yang diucapkan.
Contohnya : Seorang karyawan pada waktu pagi masuk kantor mengucapkan
selamat pagi pada teman-temannya yang sudah lebih dulu datang, diiringi
senyuman yang hangat sambil memandang kepada teman-temannya.
Senyuman dan kontak mata berfungsi sebagai pelengkap ucapan selamat
pagi karyawan tersebut.

3. Pengganti
Kita sering menggunakan pesan nonverbal pada tempat pesan verbal.
Penggantian yang demikian umum dilakukan apabila pembicara tidak
memungkinkan, tidak diinginkan atau tidak tepat diucapkan. Begitu juga
halnya bila seseorang malas mengemukakan perasaannya dengan verbal
mereka menggunakan tanda nonverbal sebagai penggantinya.
Contohnya : Dalam suatu kelas seseorang bertanya kepada temannya di mana
letak suatu barang. Temannya yang tidak tahu tentang hal itu hanya
menggelengkan kepalanya sebagai kata pengganti jawaban verbal tidak
tahu.
4. Memberikan Penekanan
Kadang-kadang kita menggunakan tanda-tanda nonverbal untuk memberikan
penekanan terhadap kata-kata yang diucapkan. Gerakan kepala dan nada
suara adalah bentuk yang umum digunakan dalam memberikan penekanan
secara nonverbal yang memberikan kejelasan pada orang lain.

Contohnya : Mengatakan tidak kepada seseorang dengan nada suara tinggi dan
gelengan kepala yang mewakili pesan verbal benar-benar tidak mau atau
tidak ingin.
5. Memperdayakan
Kadang-kadang tanda-tanda nonverbal sengaja diciptakan untuk memberikan
informasi yang salah, dengan maksud memberikan pengarahan yang tidak
benar atau untuk memperdayakan orang lain sehingga orang mungkin
salah dalam menafsirkan pesan tersebut.
Contohnya : Kita akan berusaha mengelola tingkah laku nonverbal kita pada
saat berpidato didepan umum atau pada saat mengikuti interview untuk
mendapatkan pekerjaan, walaupun dalam diri kita pada saat-saat tersebut
tidak tenang kita berusaha sedapat mungkin kelihatan tenang atau tidak
memperlihatkan perasaan kita yang sesungguhnya kepada orang lain.
Paul Ekman (dalam Mulyana, 2001: 314) menyebutkan lima
fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku
mata, yakni sebagai :
1. Embelem, gerak mata tertentu merupakan simbol yang memiliki
kesetaraan dengan simbol nonverbal.
2. Illustrator, pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau
kesedihan.
3. Regulator, kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan
muka menandakan ketidakpastian berkomunikasi.
4. Penyesuaian, kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada
dalam tekanan. Itu merupakan respons yang tidak disadari yang
merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
5. Affect Display, pembesaran maik-mata (pupil) menunjukkan peningkatan
emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau
senang.
2.6.3

Karakteristik Komunikasi Nonverbal

Kita dapat belajar banyak dari orang lain dengan mengobservasi
tingkah laku nonverbalnya dan orangpun juga dapat mengetahui lebih
banyak mengenai kita dengan mengobservasi tingkah laku nonverbal
kita. Kita akan dapat menginterpretasikan komunikasi nonverbal dengan
lebih baik bila kita mengetahui karakteristik dasarnya. Kita harus
mempertimbangkan bahwa interpretasi tanda-tanda nonverbal tergantung
kepada konteks lebih dapat dipercaya daripada komunikasi verbal serta
komunikasi nonverbal adalah cara yang utama untuk menyatakan
perasaan dan sikap kita kepada orang lain.
1. Kita Selalu Berkomunikasi
Bila ada orang lain yang terlibat kita mesti berkomunikasi. Komunikasi itu
apakah berupa kontak mata, senyuman, kerutan dahi atau mencoba
mengenal mereka semua. Kadang-kadang, tidak apa yang dikatakan itu
yang penting, tetapi apa yang tidak dikatakan. Untuk menggambarkan
bahwa kita selalu berkomunikasi, apakah secara sengaja atau tidak
perhatikanlah contoh berikut ini. Ada dua orang pemuda yang
mempunyai penampilan berbeda. Yang seorang selalu berdandan rapid
an memakai lotion mahal. Sedangkan seorang lagi mempunyai rambut
sampai kebahu dan selalu memakai pakaian yang apa adanya. Dengan
hanya memandang kita tidak sesungguhnya menceritakan apa yang
ingin disampaikan oleh kedua pemuda tersebut. Tetapi yang jelas
mereka ingin mengkomunikasikan sesuatu tentang diri mereka melalui
penampilannya.

2. Arti Tergantung Kepada Konteks
Konteks dimana komunikasi nonverbal ini terjadi memainkan peranan
yang krusial dalam menginterpretasikannya. Bila kita berkomunikasi

menggunakan tanda-tanda nonverbal dan verbal, biasanya melengkapi
dan mendukung satu sama lain. Tanpa memahami konteks, dimana
komunikasi terjadi adalah hampir tidak mungkin menceritakan arti
tingkah laku nonverbal tertentu dan tidak ada jaminan bahwa salah
pengertian akan terjadi bahwa bila konteks dipahami semuanya.
3. Komunikasi Nonverbal Lebih Dapat Dipercaya
Kebanyakan kita cenderung lebih mempercayai komunikasi nonverbal,
bahkan bila hal itu bertentangan dengan pesan verbal yang
menyertainya. Misalnya seorang mahasiswa yang berusaha membujuk
dosennya bahwa ia mempunyai alasan yang tepat tidak menyerahkan
makalah tepat pada waktu yang ditentukan. Dia menjelaskan bahwa
makalah tersebut sudah lama dikerjakannya tetapi pada saat hamper
siap mengetiknya, tiba-tiba mesin tiknya rusak tidak dapat digunakan
sehingga tidak selesai mengetik pada waktunya. Melalui percakapan
mahasiswa tersebut kelihatan bahwa ia berbicara agak gugup, tidak
berani mengadakan kontak mata dengan dosennya dan tersenyum pada
saat yang tidak tepat. Berdasarkan tingkah laku nonverbalnya dosen
tersebut berkesimpulan bahwa dia berbohong dan menolak untuk
menerima makalahnya. Pada contoh ini dosen lebih percaya pada
pesan nonverbalnya dari pada pesan verbalnya.
4. Cara yang Utama dalam Menyatakan Perasaan dan Sikap
Adalah biasa bagi kita mendeteksi perasaan orang lain tanpa mereka
mengatakannya. Ini disebabkan karena komunikasi nonverbal sangat
kuat. Misalnya, pada waktu upacara kelulusan yang dihadiri oleh
banyak anak-anak muda, seorang gadis kecil masuk ruangan beserta
ibunya. Tiba-tiba gadis itu melihat gadis tetangganya berdiri dalam
ruangan tersebut, dia berpaling dan berlari keluar. Ibunya heran dan
mengejar anaknya keluar. Pada waktu ditanya kenapa dia berbuat
demikian dia berkata bahwa dia benci pada gadis tetangganya berdiri

disitu. Dari contoh tersebut kelihatan bahwa gadis tersebut bicara
melalui tindakannya, apabila disengaja atau tidak disengaja.
Menurut Joseph A. Devito (1997: 178) ada enam ciri umum dari pesanpesan nonverbal, yaitu :
1. Pesan nonverbal bersifat komunikatif, artinya perilaku nonverbal dalam
suatu situasi interaksi selalu mengkomunikasikan sesuatu. Dalam hal ini
seringkali kita temukan orang yang memiliki kesamaan perilaku
(behavioral synchrony). Umumnya kesamaan perilaku ini merupakan
indeks dari rasa saling menyukai atau faktor ikatan psikologis. Pada sisi
yang lain tidak berarti bahwa komunikasi nonverbal harus dalam bentuk
perilaku. Banyak pesan nonverbal dikomunikasikan melalui cara
berpakaian dan artifak-artifak lain.
2. Kontekstual. Seperti halnya komunikasi verbal, komunikasi nonverbal
terjadi dalam suatu konteks (situasi atau lingkungan). Konteks ini
membantu untuk menentukan makna dari setiap perilaku nonverbal.
Perilaku nonverbal yang sama mungkin mengkomunikasikan makna yang
berbeda dalam konteks yang berbeda.
3. Paket. Perilaku nonverbal, apakah menggunakan tangan, mata atau tubuh
lainnya, biasanya terjadi dalam bentuk “paket”. Seringkali perilaku seperti
itu

saling

memperkuat,

masing-masing

pada

pokoknya

mengkomunikasikan makna yang sama. Ada kalanya perilaku ini
bertentangan satu sama lainnya. Oleh karena itu, bila perilaku nonverbal
bertentangan dengan perilaku verbal, tampaknya sangat beralasan untuk
mempertanyakan kemungkinan komunikatornya dapat dipercaya.
4. Komunikasi
komunikasi

nonverbal
verbal

dan

dapat

dipercaya

nonverbal

(believable).

konsisten.

Umumnya

Penelitian

banyak

menemukan bahwa seseorang pembohong kurang banyak bergerak
ketimbang orang yang mengatakan sebenarnya, kalaupun banyak bergerak
sering salah tingkah. Selain itu pembohong berbicara lebih lambat dan
membuat banyak kesalahan bicara. Indikator utama kebohongan menurut

Albert Mehrabian (dalam Devito, 1997: 181) adalah bahwa pembohong
menggunakan lebih sedikit kata-kata, terutama dalam menjawab
pertanyaan dan jarang sekali jawabannya medalam dari segi isi.
5. Dikendalikan oleh aturan. Komunikasi nonverbal, seperti halnya
komunikasi verbal, dikendalikan oleh aturan (rulegoverned) Kita belajar
kaidah-kaidah kepatutan sebagian besar melalui pengamatan lingkungan
sosial kita.
6. Komunikasi nonverbal bersifat metakomunikasi. Setiap perilaku, verbal
maupun

nonverbal,

yang

mengacu

pada

komunikasi

bersifat

metakomunikasi.
2.6.4

Tipe Komunikasi Nonverbal

1. Vokalik
Yang dimaksud vokalik adalah tingkah laku nonverbal yang
berupa suara, tetaoi tidak berupa kata-kata. Atau dapat juga dikatakan
tanda-tanda yang diciptakan dalam proses mengucapkan pesan, selain
dari kata-kata itu sendiri. Termasuk kedalam vokalik hal-hal seperti
berikut ini :
a. Kualitas suara, yang berkenaan dengan control vokal, turun naik suara,
pengontrolan nada suara pengucapan kata dengan jelas, gema suara dan
kecepatan berbicara.
b. Karakteristik vokal, seperti tertawa, menangis, berbisik, keluh kesah,
menguap.
c. Pemberi sifat vokal, intensitas, tinggi suara dan luas suara.
d. Pemisahan vokal dan perbedaan diam dan gangguan suara.
Tidak seperti halnya bahasa, vokalik memberikan informasi tentang
informasi, atau dinamakan meta komunikasi. Pesan verbal yang persis sama
kata-katanya dapat sangat berbeda artinya kalau pesan tersebut diucapkan
dengan nada suara yang berbeda. Jadi berdasarkan vokalik kita dapat

membuat banyak pertimbangan mengenai apa yang dikatakan orang, apa
yang orang ucapkan, dan tingkat dipercayanya suatu pesan.
2. Bahasa Badan
Yang termasuk kategori bahasa badan ini adalah ekspresi muka,
pandangan mata, gerakan isyarat dengan menggunakan tangan, bahu, kepala
dan kaki, sentuhan dan sikap badan.
a. Ekspresi Muka
Ekspresi

muka

dapat

merupakan

sumber

informasi

yang

menggambarkan keadaan emosional seseorang seperti perasaan takut,
marah, jijik, muak, sedih, gembira, dan minat. Para peneliti percaya bahwa
peranan muka berhubungan dengan perasaan adalah sudah umum bagi
manusia. Hanya saja keadaan-keadaan tertentu dan kejadian yang
mencetuskan emosi seseorang berbeda-beda antara satu individu dengan
individu lainnya dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.
Kita sebenarnya dapat mengontrol ekspresi muka kita kalau kita
menyadarinya tetapi kadang-kadang muncul tanpa disadari.
Pengembangan Facial Affect Scoring oleh Ekman menjadikan peneliti
dapat mengidentifikasi 6 macam perasaan, yaitu : gembira, marah, terkejut,
sedih, muak, dan takut dengan mengobservasi 3 area di muka, yaitu alis dan
dahi, area mata dan hidung, dan area muka bagian bawah seperti pipi, dagu,
hidung, mulut, dan rahang. Knapp (1978) mengemukakan hasil penelitian
dengan menggunakan alat ukur FAST di atas seperti berikut :
1) Prediktor yang terbaik bagi perasaan gembira adalah pada area muka
bagian bawah dan mata.
2) Mata bannyak mengatakan kesedihan.
3) Area mata dan muka bagian bawah menceritakan kepada kita perasaan
terkejut.
4) Perasaan marah paling baik diidentifikasi dengan muka bawah dahi.

5) Area muka bagian bawah paling baik memprediksi rasa muak atau jijik.
6) Perasaan takut paling banyak dapat dikenal dari area mata.
Penelitian lain yang berkenaan dengan ekspresi muka dilakukan oleh
Tomkins dan Mc Carter (1964). Mereka mengembangkan 8 kategori
perasaan menurut ekspresi wajah yang kelihatan.
1) Minat dan kegembiraan, ekspresi muka yang kelihatan alis mata turun,
mata mengikuti memandang dan mendengar.
2) Kesukaan atau suka, ekspresi tersenyum, bibir dilemparkan keluar, dengan
senyuman.
3) Terkejut atau merasa ngeri, alis mata naik, mata berkedip.
4) Susah dan sedih, ekspresi menangis, alis mata melengkung, mulut turun,
pedih, terisak-isak.
5) Takut dan merasa terancam, mata terbuka lebar, muka pucat, dingin,
menggigil, rambut berdiri.
6) Malu dan merasa terhina, mata turun.
7) Jijik dan muak, bibir atas naik, senyum menyeringai.
8) Marah, muka merah, rahang dikatupkan.
Dengan memperhatikan isyarat-isyarat atau tanda pada muka tersebut
orang dapat memprediksikan bagaimana perasaan kita pada saat tersebut.
Interpretasi ini akan menjadi kuat bila diiringi pesan verbal yang sejalan,
maksudnya dengan pesan yang dapat dibaca pada muka.
b. Pandangan Mata
Elemen muka yang memberikan pengaruh kuat dalam berkomunikasi
adalah mata. Dari pandangan mata dapat diketahui bagaimana sikap
seseorang apakah dia siap untuk berinteraksi apakah berminat atau
memperhatikan pesan yang disampaikan atau tidak.
Ada ssituasi tertentu di mana tatapan mata sebagai pilihan artinya
dapat dilakukan dan dapat tidak. Dalam situasi demikian perjanjian

nonverbal dibaca sebagai ekspresi minat dari sebagai suatu keinginan dan
kemauan terhadap janji verbal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi utama dari mata
adalah untuk mengatur interaksi. Kontak mata merupakan suatu tanda siap
untuk berinteraksi dan apabila kontak mata tidak ada disengaja atau tidak,
akan mengurangi kemungkinan adanya interaksi. Umumnya pembicaraan
dirasa lebih positif apabila individu mengikuti pembicaraan kita dengan
kontak mata yang lebih banyak. Barangkali dengan alasan ini, kita sering
menduga bahwa orang yang melihat cara kita adalah menarik bagi kita.
Dalam kebanyakan kebudayaan saling kontak mata adalah satu
bentuk komunikasi yang paling segera diterima. Bila mata bertemu, kita jadi
sadar terhadap orang lain, dan kesadaran ini dirasakan oleh orang lain.
Kontak mata mempunyai fungsi dalam komunikasi interpersonal yaitu pada
fase permulaan, fase pertukaran, dan fase mengakhiri interaksi.
Mc Croskey dan kawan-kawannya (1971) mengatakan bahwa :
1) Kontak mata perlu dilakukan dalam keadaan:
a) Bila orang mencari balikan yang berkenaan dengan reaksi orang lain.
b) Bila kita ingin member isyarat bahwa saluran komunikasi terbuka.
c) Bila ingin menyampaikan kebutuhan berafiliasi atau mau terlibat
dengan suatu pembicaraan.
2) Kelihatannya wanita lebih banyak terlibat kontak mata dalam berbagai
situasi daripada laki-laki.
3) Kontak mata tampaknya bertambah sesuai dengan bertambahnya jarak
orang yang berbicara.
4) Kontak mata juga berguna untuk menimbulkan kecemasan pada orang
lain.
5) Kontak mata biasanya dilakukan dalam situasi:
a) Bila orang ingin menyembunyikan perasaan dalam dirinya.

b) Dalam situasi persaingan, bila ada perasaan tidak suka atau ketegangan
atau bila ada kecurangan yang baru saja dilakukan.
c) Bila dua kelompok sangat dekat satu sama lain secara fisik.
d) Bila si pembicara mulai penguraian yang panjang atau bila pendengar
sudah bosan.
e) Bila seorang individu ingin menghindari kontak sosial.
c. Gestur atau Gerakan Isyarat
Yang dimaksud dengan gerakan isyarat adalah gerakan badan,
kepala, tangan, dan kaki yang dimaksud untuk menyampaikan pesan
tertentu. Gerakan isyarat mempunyai peranan penting dalam komunikasi
karena dapat merupakan pengganti, dan pelengkap bahasa verbal.

Diantara bermacam-macam tipe dari gerakan isyarat tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Tanda yang Mengarahkan
Salah satu tipe dari gerakan isyarat adalah menggunakan tanda-tanda yang
digarisbawahi atau menekankan pada poin tertentu dari pesan verbal.
Misalnya dari gerakan ini adalah gerakan kepalan tangan atau tinju,
gerakan jari telunjuk dan tangan. Contoh dari gerakan ini misalnya
menggunakan jari telunjuk untuk memberi isyarat pada orang lain.
2) Tanda-Tanda Ya dan Tidak
Bentuk lain dari gerakan isyarat adalah kategori tanda-tanda yang mengatakan
ya atau tidak. Biasanya gerakan kepala digunakan tanda ini dan mungkin
ini telah umum bagi beberapa kebudayaan. Tanda-tanda ya dan tidak,

dapat juga dengan menggunakan tangan dan jari tetapi itu hanya mungkin
berlaku bagi kebudayaan tertentu.
3) Tanda Salam Pertemuan
Salam adalah sebagai bentuk gerakan isyarat yang lain. Bentuk yang paling
dikenal sebagai sambutan/salam adalah berjabatan tangan, berciuman atau
berpelukan sebagai tanda senang akan kedatangan seseorang. Bentuk
salam yang digunakan biasanya mencerminkan hubungan individu.
4) Tanda Ikatan
Gerakan isyarat juga menunjukkan ikatan atau hubungan satu sama lain.
Misalnya orang berjalan bergandengan, berpegangan tangan, duduk dan
berjalan dekat-dekat secara fisik dan selalu berbagi objek apa saja, ini
menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka mempunyai ikatan tertentu.
5) Tanda Isolasi
Ada tanda isyarat lain seperti menyilangkan tangan dan kaki, untuk
menyembunyikan atau menahan bagian badan dari pandangan. Tanda ini
dinamakan tanda isolasi. Isyarat isolasi mungkin merupakan pesan
nonverbal yang disengaja, walaupun seringkali tidak bertujuan.
d. Sentuhan
Sebagai salah satu cara berhubungan dengan orang lain yang masih
bersifat primitif adalah sentuhan. Sentuhan mempunyai aspek yang kritis
dalam berkomunikasi. Sentuhan juga memainkan peranan yang penting
dalam memberikan dorongan, pernyataan kehalusan budi, sokongan
emosional dan bahkan lebih mempunyai kekuasaan daripada kata-kata.
Banyak macam sentuhan yang cocok dengan berbagai situasi dan
tergantung kepada individu dan hubungan mereka satu dengan yang
lainnya.Tingkat kontak dan kebiasaan bersentuhan ini bervariasi secara

luasdari satu kebudayaan kepada kebudayaan lainnya. Sentuhan dapat
mengkomunikasikan banyak pesan di antaranya menunjukkan rasa sosial
dan sopan seperti bersalaman dengan orang yang baru dikenal.
Walaupun sentuhan ini dapat mengkomunikasikan bermacam-macam
pesan

tetapi

mungkin

menimbulkan

kesalahan

dalam

menginterpretasikannya karena adanya faktor-faktor yang ikut menentukan.
Bentuk sentuhan yang sama mungkin mempunyai arti yang berbeda bagi
kelompok bangsa yang lain.
e. Sikap Tubuh
Sikap tubuh juga merupakan satu tanda nonverbal dalam komunikasi.
Pesan yang disampaikan dengan sikap tubuh yang sebenarnya tidak dapat
kita amati tetapi menurut ahli psikolog sikap tubuh merupakan kunci
perasaan rileks dalam situasi yang tidak ada ancaman dan bebas dari
ancaman.
Hasil penelitian dari Knap (1978) menunjukkan bahwa sikap tubuh
memberikan informasi tentang sikap, status, emosi, dan kehangatan.
Menurut Mehrabian orang akan bersikap lebih rileks bila berkomunikasi
denganorang yang lebih rendah statusnya atau dengan teman sebaya. Tetapi
orang aka kurang rileks bila berhadapan dengan orang yang mempunyai
status yang lebih tinggi, atau dengan orang-orang yang tidak disukainya.
3. Pengguanaan Ruangan atau Jarak
Penggunaan ruang dan jarak memainkan peranan tertentu dalam
komunikasi manusia. Edward Hall telah banyak memperluas pemahaman
kita tentang cara penggunaan ruang dalam komunikasi tatap muka. Hall
mengemukakan bahwa ada 4 macam jarak yang kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pembagian jarak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Jarak yang Menunjukkan Keintiman
Menurut Hall jarak keintiman ini mulai dari kontak kulit sampai jarak
18 inci. Kebanyakan dapat dilihat bahwa kontak bagi jarak intim ini adalah
untuk interaksi dengan orang-orang yang kita rasa dekat secara emosional
dan untuk situasi yang lebih bersifat pribadi.Jarak intim juga mungkin
terjadi dalam keadaan yang kurang intim seperti mengunjungi dokter gigi
atau piñata rambut.
b. Jarak Pribadi atau Personal
Jarak pribadi atau jarak personal yang berkisar dari 45 cm sampai 135
cm. Bila suatu pasangan berada di tempat pesta dan tiba-tiba datang seorang
teman yang berlainan jenis kelaminnya mendekati salah seorang mereka,
maka partenrnya yang lain mungkin merasa tidak senang.
c. Jarak Sosial
Daerah hubungan sosial yang berkisar antara 135 cm sampai 4 m.
Dalam jarak ini bermacam-macam komunikasi dapat terjadi seperti
komunikasi dalam bisnis.
d. Jarak Umum
Jarak yang paling jauh dalam komunikasi dinamakan jarak umum
lebih dari 4 m. Jarak umum yang terdekat biasanya digunakan guru dimuka
kelas. Dalam beberapa hal adalah penting menggunakan jarak umum seperti
melakukan pembicaraan terhadap kelompok yang agak banyak dan dalam
keadaan lain jaraj umum ini digunakan apabila orang tidak tertarik untuk
mengadakan dialog.
2.6.5

Perbedaan Komunikasi Nonverbal dan Komunikasi Verbal
Setidaknya ada 3 ciri utama yang menandai wujud atau bentuk bahasa
verbal dan nonverbal, yaitu :

1. Lambang-lambang nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir
didunia ini, sedangkan setelah tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita,
barulah bahasa verbal kita pelajari.
2. Bahasa verbal dinilai kurang universal dibandingkan dengan bahasa
nonverbal, sebab bila kita pergi keluar negeri misalnya dan kita tidak
mengerti bahasa yang digunakan oleh masyarakat dinegara tersebut, kita
bisa menggunakan isyarat-isyarat nonverbal dengan orang asing yang kita
ajak berkomunikasi.
3. Bahasa verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual disbanding
dengan bahasa nonverbal yang merupakan aktivitas emosional. Artinya,
dengan bahasa verbal, sesungguhnya kita mengkomunikasikan gagasan
dan konsep-konsep yang abstrak, sementara melalui bahasa nonverbal, kita
menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian, perasaan
dan emosi yang kita miliki.
Bila kita membedakan verbal dari nonverbal dan vokal dari nonvokal,
maka kita mempunyai 4 kategori atau jenis komunikasi. Komunikasi
verbal/vokal merujuk pada komunikasi melalui kata yang diucapkan.
Misalnya, Dicky dan ayahnya mendiskusikan mobil baru yang akan dibeli
oleh Dicky, dan berencana untuk mengumpulkan uang untuk membelinya.
Bila Dicky menulis surat kepada ayahnya mengenai mobil, komunikasinya
verbal tapi nonvokal. Bila Dicky berbicara tentang rencana membeli mobil
dengan meminjam uang ayahnya dan ayahnya menggerutu; gerutuan atau
vokalisasi, ini bentuk dari komunikasi nonverbal/vokal.
Komunikasi nonverbal/nonvokal terjadi bila hanya bersikap dan
berpenampilan, misalnya ayah Dicky kelihatan marah dan senang, atau
mungkin hanya bingung. Dari sini terlihat bahwa komunikasi nonverbal
membawa pesan-pesan nonlinguitik.

Don Stack, dkk. (dalam Sendjaja, 2002: 65) menjelaskan 3 perbedaan
utama di antara komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan tersebut
didasarkan pada beberapa hal, yaitu :
1. Kesengajaan pesan (intensionality of the message). Suatu perbedaan utama
antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah presepsi mengenai niat.
Niat ini menjadi penting ketika membicarakan bahasa verbal. Sedangkan
komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. Presepsi sederhana
mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan
menjadi komunikasi nonverbal.
2. Tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism
in the act or message). Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya
merupakan sebuah bentuk komunikasi yang dimediasi. Dalam arti kata,
kita mengambil makna dari kata dan pilihan kata, yang sudah disepakati
maknanya. Sebaliknya komunikasi nonverbal lebih alami, ia beroperasi
sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Tegasnya
komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti dapat
dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang
berubah-ubah. Sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksireaksi alami seperti perasaan atau emosi.
3. Pemerosesan mekanisme (processing mechanism). Pesan-pesan verbal
lebih terstruktur dan nonverbal tidak terstruktur. Tidak seperti bahasa
verbal, bahasa nonverbal tidak mengekspresikan peristiwa komunikasi di
masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal
mensyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks dimana interaksi itu
terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut.
Meskipun ada beberapa perbedaan yang dimiliki antara komunikasi
verbal dan komunikasi nonverbal. Namun demikian, pada dasarnya
komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak
dipisahkan, karena kedua bahasa tersebut berkerja bersama-sama untuk
menciptakan suatu makna.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Nonverbal
itu lebih tua dan lebih dulu munculnya dari pada komunikasi verbal.
komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan
tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan
gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata,
ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Komunikasi Nonverbal
memiliki fungsi pengulangan, pelengkap, pengganti, memberikan
penekanan, dan memperdaya. Banyak juga perbedaan antara Komunikasi
Verbal dan Komunikasi Nonverbal. Namun demikian, pada dasarnya
komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak

dipisahkan, karena kedua bahasa tersebut berkerja bersama-sama untuk
menciptakan suatu makna.
Dalam berkomunikasi yang efektif perlu di timbangkan banyak
aspek, seperti bahasa, intonasi, kecepatan berbicara, maupun dari segi
subjeknya sendiri yaitu komunikator maupun komunikan haruslah saling
mendukung antara satu sama lain.
Bahasa harus mudah di mengerti, intonasi yang baik dan perhatian
kepada lawan bicara/lawan berkomunikasi, tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat dalam berbicara. Semua itu harus di usahakan sebaik
mungkin agar mudah di pahami oleh lawan bicara.

DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Yasir. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Riau: Pusat Pengembangan Pendidikan
Universitas Riau.
Cangara, Hafied, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122HERLINA/IP-TM4_KOMUNIKASI_VERBAL.pdf
http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dannonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/