Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

(1)

1 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Isnaini Indah Mawarni Nim : 105018200680

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011


(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN KOMUNIKASI GURU-SISWA DENGAN

PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

DI MAN 15 JAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam bidang Manajemen Pendidikan

Oleh :

ISNAINI INDAH MAWARNI NIM : 105018200680

Di bawah bimbingan

Zikri Neni Iska, M.Psi Drs. H. Mu’rif SAM, M.Pd NIP. 19690206 199503 2 001 NIP. 196507 17199403 1 005

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul “Hubungan Komunikasi Guru-Siswa Dengan Prestasi

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta” diajukan kepada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 12 Januari 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan.

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Jurusan Kependidikan Islam

Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phill ………. ………

NIP. 19560530 198503 1 002

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

Drs. H. Mu’rif SAM, M.Pd ………. ………

NIP. 19650717 199403 1 005 Penguji I

Drs. Fathil Ismail, MM ………. ………

NIP. 19491012 197803 1 002 Penguji II

Dra. Manerah ………. ………

NIP. 19680323 199403 2 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada M.A NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 5 Januari 2009

FITK No. Revisi: : 00

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Isnaini Indah Mawarni Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 20 Januari 1986

NIM : 105018200680

Jurusan / Prodi : KI-Manajemen Pendidikan

Judul Skripsi : “Hubungan Komunikasi Guru-Siswa dengan Prestasi Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta”

Dosen Pembimbing : 1. Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi 2. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 14 Desember 2010 Mahasiswa Ybs.

Isnaini Indah mawarni NIM.. 105018200680


(5)

v

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara komunikasi guru-siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, seberapa besar kontribusi yang diberikan, dan apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2010 di MAN 15 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi guru-siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rhitung sebesar 0,973 dan termasuk

kategori sangat kuat (nilai rhitung pada rentang 0,80-1,000) dengan nilai KD

sebesar 94,7% dan thitung 6,537.

Dengan demikian terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara komunikasi guru-siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta dan komunikasi guru siswa memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajara IPS di MAN 15 Jakarta.

Kata kunci : Komunikasi Guru-Siswa, Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS


(6)

vi

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesabaran, kemudahan dan kekuatan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw yang teramat besar cintanya kepada umatnya dan membimbingnya menuju jalan yang diridhai Allah. Semoga kemuliaan pun tercurah kepada keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa itsiqomah menetapi sunnahnya hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed,M.Phil., Ketua jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

3. Drs. H. Mu’arif SAM., M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan sekaligus Dosen Pembimbing, atas kesabaran memberikan bimbingan kepada penulis

4. Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi., Dosen Pembimbing atas kesabaran memberikan bimbingan kepada penulis

5. Kepala Sekolah beserta dewan guru MAN 15 Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

6. Keluargaku tercinta terutama kedua orang tua; umi dan bapak atas do’a, kesabaran dan motivasi yang tiada henti kepada penulis


(7)

vii

Manajemen Pendidikan Angkatan 2005. Saudaraku di Lembaga Dakwah Kampus, sohib-sohib di Winning Digital atas do’a, motivasi dan dukungannya selama ini. Semoga Allah mengganti dengan kebaikan yang berlipat ganda dan menguatkan silaturrahim kita serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu

Barakallaahulakum..

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat ha-hal yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian. Semoga menjadi amal kebaikan yang dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.Amin.

Jakarta, 11 Desember 2010


(8)

viii

Lembar Pernyataan Karya Sendiri ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Prestasi Belajar Siswa ... 10

B. Komunikasi Guru-Siswa ... 20

C. Mata Pelajaran IPS ... 41

D. Kerangka Berpikir ... 48

E. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

C. Metode Penelitian... 52

D. Variabel Penelitian ... 52

E. Populasi dan Sampel ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53


(9)

ix BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MAN 15 Jakarta ... 61

B. Deskripsi Data ... 64

C. Pengujian Prasyarat Analisis Data Pengujian Hipotesis ... 69

D. Pengujian Hipotesis ... 70

E. Pembahasan ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran-saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya untuk suatu perkembangan dan kemajuan. Salah satu upaya untuk membangun SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan formal di sekolah. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 1 menyebutkan bahwa,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara formal, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar. Fungsi dari pendidikan tersebut termaktub di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi :

1


(11)

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi siswa didik agar menjadi peserta didik yang beriman, bertakwa pada Tuhan, berakhlak mulia, sehat berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis dan

bertanggung jawab”2

Dari pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan wadah yang sengaja dibuat untuk generasi muda agar dapat mengembangkan potensi apapun yang ada dalam dirinya dan tujuan pendidikan tidak hanya menginginkan generasi muda yang cerdas dan berintelektual yang tinggi dari segi kognitif, namun diharapkan juga menjadi generasi muda yang memiliki sikap dan akhlak yang baik yang semua itu tercipta setelah melalui proses pendidikan. Ketika suatu proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka yang diharapkan suatu Negara terhadap generasi mudanya akan tercapai. Oleh karena itu proses pendidikan yang baik tergantung dari komunikasi guru dan siswa yang baik pula di sekolah.

Everett M. Rogers mengemukakan bahwa “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.3 Lebih lanjut Karlfried Knapp menyatakan bahwa “komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual)”.4

Dalam dunia pendidikan terutama di sekolah tidak terlepas dari adanya interaksi antara guru dan siswa. Kadangkala interaksi ini bisa bersifat satu arah atau dari guru ke siswa maupun interaksi yang bersifat dua arah yaitu dari guru ke siswa, siswa ke guru atau pun antara siswa

2

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 7

3

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 21

4

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: MedPress, 2009), h. 6


(12)

dengan siswa. Dalam melakukan komunikasi, seorang guru sering menggunakan simbol verbal maupun non verbal. Interaksi yang dilakukan oleh guru ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi siswa ke arah yang lebih baik, dengan demikian seorang guru diharapkan mampu membina komunikasi yang baik dengan murid-muridnya.

Menurut Karti Soeharto, kemampuan berkomunikasi di dalam kelas

yaitu “kemampuan guru dalam menciptakan iklim komunikatif antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran”.5 Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dan siswa. Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan atau materi yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Komunikasi yang positif antara guru dengan siswa akan menghasilkan individu yang senantiasa mempunyai semangat yang positif dalam belajar. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang positif dalam belajar memacu kondisi belajar siswa yang positif sehingga siswa dapat berprestasi. Pentingnya komunikasi dalam proses pembelajaran tidaklah dapat dipungkiri, hal ini sesuai dengan salah satu fungsi komunikasi, yaitu mass education, yaitu untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.

Dalam lembaga sekolah, siswa yang berprestasi tidak terlepas dari peran guru yang aktif dalam berkomunikasi kepada siswanya, guru selalu berkomunikasi dengan cara memberikan nasihat-nasihat, memperhatikan siswa, memantau siswa dalam melakukan kegiatan/aktifitas di lingkungan sekolah dan lain-lain. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

5

Nadala, Kemampuan Guru Berkomunikasi diakses dari

http://3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=kemampuan+guru+berkomunikasi&meta pada 14 Januari 2010


(13)

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.”6 Dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan gambaran dari hasil belajar yang diperoleh siswa akibat dari proses atau kegiatan belajar, sehingga menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, daya analisis sintesis dan evaluasi.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, Pada hakikatnya guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai

“dwi tunggal” yang kokoh bersatu. Posisi mereka mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang, jarak dan waktu. Tidak pula dapat dicerai beraikan oleh lautan, daratan dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap anak didik.7

Berdasarkan pendapat Syaiful di atas, jelaslah bahwa seorang guru memiliki ikatan yang cukup kuat dengan siswanya sehingga diibaratkan sebagai satu jiwa. Hal ini tentunya akan membuat komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan baik, karena guru akan memahami siswanya dan permasalahannya. Dengan dwi tunggalnya, seorang guru dapat merasakan apa yang dirasakan siswanya sehingga ia dapat menjadi tempat memecahkan persoalan siswa. Jika sudah seperti ini, maka seorang guru akan lebih mudah untuk mengarahkan siswa pada kondisi pembelajaran yang diharapkan guru. Dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.

Akan tetapi pada kenyataannya, masih terdapat berbagai kendala yang terjadi di dalam komunikasi guru dan siswa di sekolah. Seringkali siswa sebagai subjek sekaligus objek belajar dalam kesehariannya di sekolah mengalami masalah dalam berkomunikasi terutama dalam proses belajar mengajar. Siswa kadangkala tidak memahami apa yang dibicarakan guru dalam memberikan materi pelajaran di kelas. Hal ini diperkuat oleh

6

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 2


(14)

Husaini Usman. Menurutnya terdapat 18 hambatan komunikasi di kelas, yaitu :

(1) komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami, (2) perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda, (3) terjemahan yang salah, (4) kegaduhan, (5) reaksi emosional seperti terlalu bertahan (defensif) atau terlalu menyerang (agresif), (5) gangguan fisik (gagap, tuli, buta), (6) semantic yaitu pesan bermakna ganda, (7) belum berbudaya baca dan tulis, serta budaya diam, (8) kecurigaan, (9) teknik bertanya yang buruk, (10) teknik menjawab yang buruk, (11) tidak jujur, (12) tertutup, (13) destruktif, (14) kurang dewasa (15) kurang respect, (16) kurang menguasai materi, (17) kurang persiapan, dan (18) kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.8

Hal-hal tersebut masih sering terjadi dalam proses belajar mengajar dimana guru masih sangat kurang dalam berkomunkasi terhadap siswanya. Biasanya guru hanya datang ke sekolah dan memberikan materi sesuai kurikulum tanpa melihat kondisi atau kendala siswa yang dihadapi dalam proses belajar mengajar, apalagi seorang guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Sehingga akan menghambat profesionalitasnya sebagai seorang guru yang menjadikan siswa menuju arah yang lebih baik karena kurangnya totalitas dalam mengajar. Selain itu materi yang diajarkan oleh guru juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa seperti mata pelajaran IPS. Menurut Beduatsuko dalam artikelnya tentang tentang konsep pendidikan IPS, dikatakan bahwa

Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu

8

Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2008), h. 396


(15)

diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.9

Dari pendapat Beduatsuko tersebut, jelas bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mudah karena objek materinya adalah telaah tentang manusia dan dunianya, tentang kehidupan sehari-hari siswa. Namun pada kenyataannya, mata pelajaran sosial kurang diminati oleh siswa. Hal lni disebabkan oleh bagaimana guru melakukan komunikasi dengan para siswanya.

Hal ini yang terjadi di Madrasah Aliyah Negeri 15 Jakarta. Sedikit akan penulis paparkan tentang kondisi komunikasi guru dan siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di sekolah tersebut.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 15 Jakarta merupakan MAN yang baru dinegerikan sendiri pada bulan Maret 2009. Awalnya MAN 15 Jakarta bernama MAN 2 Jakarta kampus KDW yang berlokasi di jln. Inayah Rt.03/08 No.24 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur. Madrasah ini memiliki empat program keterampilan yaitu, otomotif, AC kulkas(elektro), tata busana dan desain grafis. Beberapa orang guru IPS juga menjadi tenaga pengajar pada program keterampilan dan ada juga yang menjabat sebagai ketua jurusan program keterampilan. Adanya suatu komunikasi yang baik adalah terjadinya proses belajar mengajar yang baik pula, proses belajar mengajar yang baik terletak pada komunikasi yang efektif artinya adalah suatu proses komunikasi yang membutuhkan aktifitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.

Beberapa guru IPS MAN 15 Jakarta juga mengajar program keterampilan. Dapat dibayangkan bagaimana seorang guru mengatur konsenterasinya untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswa-siswinya. Mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa tidak fokus sehingga guru harus membagi konsenterasinya dalam mengajar, belum

9

Beduatsuko, Kosnep Pendidikan IPS diakses dari

http://beduatsuko.blogspot.com/2009/02/makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html pada 14 Januari 2010


(16)

lagi guru IPS yang selain mengajar program keterampilan, juga menjabat sebagai ketua jurusan program keterampilan. Selain itu ada beberapa dari mereka yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tentunya semua itu menyita waktu dan perhatian guru kepada siswa-siswinya di sekolah. Mereka sudah merasa lelah ketika berada di dalam kelas, yang tentunya akan berpengaruh terhadap proses komunikasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Sehingga metode yang digunakan dalam mengajar IPS pun adalah metode pembelajaran yang menjenuhkan, yaitu ceramah. Hal ini menyebabkan siswa merasa bosan. Hal ini dapat diindikasikan dari seringnya siswa-siswi yang meminta ijin keluar kelas, siswa yang mengobrol dengan siswa lainnya, mendengarkan musik dengan headset, bahkan ada pula siswa yang tidur-tiduran sampai yang tertidur ketika pembelajaran berlangsung. Padahal seorang guru harus senantiasa tampil bersemangat di depan siswanya, hal ini dimaksudkan untuk menularkan energi positif pada diri siswa sehingga siswa termotivasi dalam belajar, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.

Rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa MAN 15 Jakarta seperti dapat dilihat dari hasil try out UN kelas XII tahun pelajaran 2009/2010 dimana nilai rata-rata yang diperoleh untuk bidang studi sosial ialah 5,3. Nilai ini masih berada di bawah nilai rata-rata try out UN untuk bidang studi bahasa Indonesia, yaitu 5,52. 10

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan mengangkat judul Hubungan Komunikasi Guru-Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di MAN 15 Jakarta “

10

Dokumen data nilai try out UN siswa-siswi MAN 15 Jakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang diperoleh dari Bpk. Irwan Susanto selaku staf bidang kurikulum MAN 15 Jakarta


(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi berbagai masalah yang terkait dengan hubungan komunikasi yang dilakukan guru kepada para siswanya dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS, yaitu :

1. Bentuk komunikasi yang dilakukan guru dengan para siswanya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS masih bersifat searah

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS

3. Metode pembelajaran guru pada mata pelajaran IPS masih bersifat konvensional (ceramah)

4. Hubungan Komunikasi guru-siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang telah diidentifikasi, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti hanya pada Hubungan Komunikasi Guru-Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di MAN 15 Jakarta

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan :

“ Adakah Hubungan Komunikasi Guru-Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di MAN 15 Jakarta ” ?


(18)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Peneliti, sebagai bahan untuk menambah wawasan dibidang pendidikan secara aplikatif

2. Guru, sebagai informasi perlunya pembinaan dalam rangka meningkatkan komunikasi dengan para siswa dengan bentuk komunikasi yang efektif

3. Kepala sekolah, dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembinaan guru untuk meningkatkan komunikasi yang efektif dengan para siswa

4. Siswa, dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan prestasi belajarnya


(19)

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti “hasil yang

telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.11 Sedangkan menurut Sunartombs, prestasi adalah “hasil yang telah dicapai sesorang dalam melakukan kegiatan”.12

Dari pengertian di atas jelas bahwa prestasi diperoleh seseorang setelah ia melakukan sebuah pekerjaan. Dalam proses pembelajaran, seorang siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang optimal setelah ia mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sedangkan “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).”13 Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

11

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), cet ke-3, h. 895

12

Sunartombs, Pengertian Prestasi Belajar, diakses dari

http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar, pada 14 Januari 2010

13

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet.ke-4, h.27


(20)

mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami dan menimbulkan perubahan pada perilaku. Dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengalami secara langsung proses pembelajaran, sehingga ilmu yang diperoleh akan membekas dalam dirinya.

Menurut Skinner, seperti dikutip oleh Muhibbin Syah dalam

bukunya „Psikologi Belajar’, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu

proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara

progresif.”14

Berdasarkan pendapat Skinner, maka senada dengan Oemar Hamalik, belajar juga merupakan sebuah proses yang diperoleh oleh seseorang yang berlangsung secara progresif sebagai hasil dari penyesuaian dirinya terhadap lingkungan dimana ia berada. Maka seorang siswa harus mulai belajar bagaimana ia beradaptasi dengan teman-teman maupun gurunya di kelas.

Selanjutnya, Zikri Neni Iska menambahkan bahwa “belajar adalah aktivitas individu dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, menyangkut aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap, keyakinan, kebiasaan), konatif (motif, minat, cita-cita), dan psikomotorik (keterampilan) melalui interaksi dengan lingkungan.”15 Jadi, proses belajar yang progresif tersebut menyangkut seluruh aspek kehidupan seseorang, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan motoriknya. Seorang guru menjadi fasilitator bagi pengembangan potensi siswa pada semua ranah.

Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip oleh Yatim Riyanto, “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”16

14

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 64

15

Zikri Neni Iska, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 89

16

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet.pertama, h.5


(21)

Lebih lanjut, Degeng menambahkan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.17

Jadi, dari kedua pendapat dia atas, dengan belajar siswa akan mengalami kemajuan atau perkembangan pada dirinya. Dalam belajar siswa pun harus merasakan proses belajar dan terdapat perubahan pada dirinya sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Siswa yang belajar namun tidak mengalami perubahan pada dirinya, maka ia dikatakan tidak belajar atau stagnan karena perubahan ini bersifat progres dan berbekas serta berpengaruh terhadap performansi siswa ke arah yang lebih baik.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah “proses perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang

setelah melakukan aktivitas tertentu yang terjadi pada seluruh aspek, baik kognitif, afektif, konatif maupun psikomotorik siswa. Dalam belajar yang terpenting adalah proses, bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang anak mendapatkan hasil tes yang bagus, tidak dapat dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya didapat dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil menyontek.

Juga dijelaskan bahwa belajar menghasilkan sebuah perubahan pada siswa, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Bandura yang dikutip oleh Muhibbin Syah, bahwa setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi :

a. Tahap perhatian (attentional phase)

b. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase) c. Tahap reproduksi (reproduction phase)

17


(22)

d. Tahap motivasi (motivation phase)18

Yang dijelaskan oleh Bandura tersebut merupakan proses dari belajar. Dimana pada tahap perhatian, siswa umumnya memusatkan perhatian pada objek materi yang baru atau yang lebih menarik dibandingkan dengan materi yang sebelumnya telah mereka miliki. Disini peran guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran sebagai sesuatu yang menarik perhatian siswa.

Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan, informasi yang berupa materi ditangkap, diproses, dan diproses dalam ingatan. Hal ini akan lebih baik apabila informasi tersebut disertai dengan penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.

Pada tahap reproduksi, segala informasi yang telah tersimpan dalam memori diproduksi atau dikeluarkan kembali. Untuik mengidentifikasi tingkat penguasaan siswa, guru dapat melakukan metode tanya jawab mengenai apa-apa yang telah mereka serap.

Dan pada tahap motivasi, sebagai tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement atau „penguatan’. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberikan pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada peserta didik yang berprestasi baik. Sebaliknya memberikan motivasi bagi mereka yang belum menunjukkan prestasi yang optimal.

Suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki cirri-ciri perwujudan yang khas antara lain :

a. Perubahan intensional b. Perubahan positif dan aktif

c. Perubahan efektif dan fungsional 19

18

Muhibbin Syah, psikologi belajar, … h. 112

19


(23)

Perubahan intensional artinya perubahan dalam proses belajar yang terjadi karena berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan pada dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan.

Perubahan positif dan aktif. Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

Perubahan efektif dan fungsional. Perubahan dikatakan efektif apabila berhasil guna artinya perubahan tersebut membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.

Sama halnya dengan cirri-ciri belajar yang diberikan oleh Muhibbin Syah, ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto yang dikutip Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, namun lebih rinci meliputi :

a. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional

c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial.20

Dengan demikian, apabila ada perubahan dalam perilaku siswa yang tidak sesuai dengan cirri khas perilaku belajar tersebut, maka hal tersebut bukanlah perubahan yang diakibatkan oleh proses belajar.

20

Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.10


(24)

Setelah adanya proses belajar siswa maka terdapat suatu tujuan, yaitu prestasi dalam belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.”21

Dapat dijelaskan kembali bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dengan sengaja atau sudah terencana. Hal ini dapat dilihat dari pengertian di atas bahwa prestasi belajar muncul karena adanya proses pembelajaran secara formal yang sudah terencana dan sistematis. Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah diharapkan untuk selalu berprestasi sebagai hasil yang ia peroleh setelah mengikuti pembelajaran, karena apabila siswa tersebut berprestasi setelah mengikuti suatu proses pembelajaran, maka akan berdampak pada perubahan yang baru terhadap dirinya juga terhadap lingkungan sekitar.

Nana Syaodih mengemukakan bahwa “hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.”22

Dari pemaparan di atas, bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan individu baik secara formal maupun informal yang dapat memberikan suatu hal yang baru ataupun penyempurnaan dari suatu bentuk yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan perilaku pada individu baik dari penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motoriknya, dan juga dapat diketahui dengan adanya perubahan pada lingkungan sekitar.

Sutratinah Tirtonegoro menambahkan, bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam

21 M. Rus’an Haetami, Peran Komunikasi Guru dan siswa Dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Siswa, (Jakarta: ttp, 2010), h.13-14

22M. Rus’an

Haetami, Peran Komunikasi Guru dan siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, … h.14


(25)

bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.” 23

Menurut Sutratinah Tirtonegoro, prestasi belajar yang diperoleh siswa di sekolah atau lembaga pendidikan biasanya dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat sebagai pencerminan dari proses belajar yang telah diikuti oleh siswa.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Dengan demikian, dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak didalam kelas, apakah ia termasuk kelompok anak pandai, sedang, atau kurang. Yang dengan hal ini, guru dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa definisi prestasi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa akan penguasaan pengetahuan atau keterampilannya dalam menguasai mata pelajaran yang didapat dan dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang diberikan oleh guru pada periode tertentu.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pada dasarnya, prestasi belajar siswa yang optimal dalam kegiatan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang itu digolongkan ke dalam tiga macam, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal), yang meliputi : aspek fisiologis, psikologis dan pendekatan belajar, dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). 24 berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor tersebut :

23

Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal & Program Pendidikannya, (Jakarta: Bina Aksara, tth), h. 43

24


(26)

a. Faktor Internal Siswa 1) Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh. Organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengaran, penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses belajar. Sebaliknya, dalam kondisi sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh, akan mengganggu kebugaran tubuh sehingga siswa mengalami kesulitan belajar.

2) Aspek Psikologis a) Intelegensi

Menurut Claparede dan Stern, “intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru”. K. Buhler mendefinisikan “intelegensi sebagai perbuatan yang disertai dengan pemahaman dan pengertian”. Sedangkan menurut David Wechsler, “intelegensi adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”. 25

Menurut Helbert intelegensi adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Sedangkan secara morfologi menurut Hornby, intelligence berarti “the power of learning, understanding, and reasoning, mental ability”. Inteligensi adalah kemampuan belajar, memahami dan memberikan alasan yang kesemuanya itu merupakan kemampuan mental.26

Jadi, intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan

25

Zikri Neni Iska, Psikolog; Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 86

26


(27)

normal atau di atas normal, maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, apabila seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan di bawah normal, maka sangatlah sukar baginya untuk bersaing dalam pencapaian prestasi tinggi seperti murid-murid yang mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal. Kepada murid-murid yang demikian harus diberi pertolongan khusus atau pendidikan khusus. Dengan demikian diharapkan mereka dapat mencapai prestasi yang tinggi sesuai dengan keadaan masing-masing.

b) Bakat

“Bakat atau aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang”.27 Dengan demikian, sebetuknya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Setiap siswa memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Siswa yang mempunyai bakat pada salah satu bidang akan mudah menguasai bidang tersebut sehingga akan mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut.

c) Minat

Secara sederhana, “minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu”.28

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Guru dalam hal ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun sikap positif siswa.

27

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,… h. 150

28


(28)

d) Motivasi

“Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu. Motivasi merupakan keinginan yang tedapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku.29

Seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar, akan berperilaku ulet, suka bekerja keras, rajin mengerjakan tugas tepat waktu, dan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semuanya itu akan berpengaruh dalam proses pencapaian prestasi belajarnya di sekolah. Namun sebaliknya, bila siswa tidak memiliki motivasi maka prestasi belajarnya pun kurang optimal.

b. Faktor Eksternal Siswa 1) Lingkungan Keluarga

Keluarga mempunyai peranan yang sangat besar terhadap keberhasilan siswa. Apabila keluarga, khususnya orang tua mendukung, memotivasi, dan membimbing terhadap aktivitas belajar anaknya, hal ini memungkinkan diri anak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Namun sebaliknya, apabila orang tua tidak mendukung aktivitas anak, maka kemungkinan anak akan kurang atau tidak memiliki semangat belajar, sehingga sulit untuk mencapai prestasi yang tinggi.

2) Lingkungan Sekolah

Hubungan guru dengan murid yang kurang baik karena sesuatu pengalaman, hubungan murid dengan murid yang tidak menyenangkan, tujuan pelajaran yang ditetapkan ada diatas kemampuan murid, semuanya dapat mempengaruhi belajar dan hasil belajar murid. Disamping itu guru yang kurang atau tidak

29

Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2008), h. 245


(29)

menyadari peranannya di dalam membantu proses belajar mengajar, dapat mempengaruhi hasil belajar murid-muridnya. Oleh sebab itu kepada guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar

3) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan berbeda antara satu dengan lainnya, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya yang juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajar generasi muda.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada ketika ia menggunakan pendekatan belajar surface atau achieving approach.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa prestasi belajar siswa di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa tidak saja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal), tetapi juga dipengaruhi pula oleh faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor-faktor eksternal).

Dengan demikian, jika faktor-faktor tersebut saling mendukung dan melengkapi maka dapat dipastikan siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik. Namun sebaliknya, jika diantara faktor yang satu dengan faktor lainnya tidak saling mendukung, maka tidak menutup kemungkinan prestasi belajar yang diperoleh siswa pun akan menunjukkan hasil yang kurang maksimal.


(30)

B. Komunikasi Guru-Siswa 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang

berarti „pemberitahuan’ atau „pertukaran pikiran’. Secara garis besar,

dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). Sedangkan secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.30

Dari pengertian ini, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Adapun definisi komunikasi menurut para pakar diantaranya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Laswell yang dikutip oleh Tommy Suprapto bahwa

“komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa, dan dengan efek apa”.31 Selanjutnya, Everett M. Rogers mengemukakan bahwa “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.32

Senada dengan itu Carl I. Hovland menyatakan bahwa

komunikasi adalah “The process by which an individuals (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicant)” yang berarti proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan).33

Komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell memperlihatkan proses dari komunikasi seperti subjek komunikasi, sasarannya, tujuan, dan media serta perubahan yang diharapkan terjadi pada diri komunikan. Hal ini

30

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: MedPress, 2009), h. 6

31

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi,…h.5

32

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 21

33


(31)

senada pula dari pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers dan Carl I. Hovland dimana diharapkan adanya perubahan pada diri orang yang menjadi komunikan dalam proses komunikasi. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru melakukan komunikasi kepada siswa dalam bentuk penyampaian materi pembelajaran dan diharapkan siswa mengerti dengan apa yang telah disampaikan oleh guru, hal ini dapat diindikasikan dengan perubahan pada perilaku siswa, baik kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

Secara komprehensif, Karlfried Knapp mendefinisikan “komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual)”.34 Sebagaimana menurut Berelson dan

Steiner yang dikutip oleh Dani Vardiansyah dalam bukunya „Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar’, bahwa “komunikasi adalah suatu proses

penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain”.35

Dari pengertian komunikasi yang diberikan oleh Karlfried Knapp, dikatakan bahwa komunikai adalah interaksi antar pribadi, dalam istilah psikologi komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi interpersonal. Dalam proses pembelajaran, hal ini dapat berlangsung antara guru dengan siswa. Seperti halnya menurut Berelson dan Steiner, dalam komunikasi terdapat proses transfer ilmu disertai dengan transfer segi-segi emosi dari guru kepada siswa. Misalnya, terhadap siswanya yang kurang berprestasi, ia akan memberikan motivasi-motivasi disamping pemberian materi pelajaran.

Lebih lanjut Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa komunikasi ialah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari

34

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi,…h.6

35

Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks, 2005), h. 25


(32)

satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal. Orang yang melakukan komunikasi disebut komunikator. Orang yang diajak berkomunikasi disebut komunikan. Orang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif. Orang yang komunikatif adalah orang yang mampu menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal sehingga orang lain dapat menerima informasi (pesan) sesuai dengan harapan si pemberi informasi (pesan). Sebaliknya, ia mampu menerima informasi atau pesan orang lain yang disampaikan kepadanya, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal.36

Jadi, komunikasi dapat berlangsung secara tatap muka ataupun dengan media sebagai sarananya dan dengan bahasa lisan ataupun tulisan. Seseorang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif, artinya ia mampu mengkomunikasikan atau menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain, dan sebaliknya ia mampu menangkap dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan orang lain kepadanya dengan baik, yaitu apa yang diinterpretasikannya sama dengan apa yang dimaksud oleh komunikator.

Dari beberapa definisi diatas, maka yang dimaksud dengan komunikasi adalah bentuk penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang-lambang secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, maka komunikasi antara guru dan siswa dapat diartikan sebagai proses penyampaian isi materi pembelajaran dari guru kepada siswa dengan menggunakan media pembelajaraan agar terjadi perubahan pada diri siswa kearah yang positif, baik kognitif, afektif, konatif, maupun psikomotoriknya sebagai hasil dari proses belajar mengajar.

36


(33)

2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Fungsi komunikasi ada empat, yaitu :

a. Mass Information, yakni untuk memberi dan menerima informasi kepada khalayak. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi

b. Mass Education, yakni untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan

c. Mass Persuation, yakni untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Dan ini lebih banyak digunakan oleh orang yang berbisnis, dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat

d. Mass Entertainment, yakni untuk menghibur. Biasanya dilakukan antara lain oleh amatir radio, televisi, ataupun orang yang mempunyai profesi menghibur. 37

Dari fungsi komunikasi di atas dapat dijelaskan, mass information, maksudnya komunikasi sebagai proses informasi dimana komunikator sebagai pemberi informasi dan komunikan sebagai penerima pesan, misalnya seorang dokter yang memberikan informasi kesehatan kepada para pasien. Mass education, seperti telah dikatakan di atas, komunikasi disini lebih bersifat mendidik dimana diharapkan adanya perubahan pada komunikan setelah melakukan proses komunikasi, contohnya adalah komunikasi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengubah perilaku siswa kearah kedewasaan. Namun, komunikasi ini juga dapat dilakukan oleh siapa saja yang bertujuan untuk mendidik atau mengarahkan seseorang. Mass persuation, komunikasi ini dmaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu atau pun khalayak ramai. Hal ini dapat kita lihat pada iklan-iklan yang mempromosikan suatu produk. Mereka menggunakan kata-kata yang membuat orang lain tertarik atau terpengaruh untuk membeli produk tersebut. Mass entertainment, Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa komunikasi ini berfungsi untuk menghibur, jadi siapa pun dapat

37


(34)

melakukannya. Namun biasanya komunikasi ini banyak digunakan oleh orang-orang yang berada dalam dunia hiburan.

Jadi, berdasarkan fungsi-fungsi komunikasi di atas, maka komunikasi antara guru dengan siswa termasuk ke dalam fungsi komunikasi pendidikan (mass education), yaitu guru dan lembaga sekolah dapat memberikan pendidikan melalui proses belajar mengajar terhadap siswa yang tujuannya agar siswa tersebut dapat berprestasi setelah melakukan komunikasi terhadap guru dan pihak sekolah.

Sedangkan menurut Harold. D Laswell sebagaimana dikutip oleh

Roudhonah dalam bukunya, „Ilmu Komunikasi’, secara umum terdapat

empat tujuan komunikasi, yaitu :

a. Social change, perubahan sosial. Seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain diharapkan adanya perubahan sosial dalam kehidupannya, seperti halnya kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi

b. Attitude change, perubahan sikap. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan sikap

c. Opinion change, perubahan pendapat. Seseorang dalam berkomunikasi mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat

d. Behavior change, perubahan perilaku. Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan perilaku.38

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tujuan komunikasi di atas. Social change, atau perubahan sosial. Tujuannya adalah agar terjadi perubahan sosial setelah seseorang melakukan komunikasi, misalnya adanya penyuluhan dari puskesmas tentang pentingnya kesetiaan antara suami dan isteri, hal ini sebagai salah satu upaya terhindar dari penyakit AIDS. Attitude change, atau perubahan sikap. Komunikasi ini untuk mengubah sikap komunikan setelah melakukan komunikasi. Contohnya seorang siswa yang tidak lagi merokok setelah mendapatkan informasi tentang bahaya rokok dari gurunya.

Opinion change, atau perubahan pendapat. Yakni diharapkan adanya perubahan pebdapat setelah seseorang melakukan komunikasi. Contohnya

38


(35)

adalah seorang siswa yang awalnya menganggap belajar sebelum ujian itu tidak terlalu penting berubah pendapat menjadi belajar jauh-jauh hari sebelum ujian itu amat penting. Behavior change, atau perubahan perilaku. Tujuan komunikasi salah satunya adalah agar terjadi perubahan perilaku pada komunikan. Misalnya, seorang siswa yang berusaha tidak lagi menyontek setelah melakukan komunikasi dengan guru BK nya tentang tidak baiknya perilaku menyontek dan kerugian-kerugian yang akan diperolehnya apabila siswa tersebut terbiasa untuk menyontek.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, bahwa guru dan siswa merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Guru sebagai fasilitator dalam proses transfer ilmu pengetahuan harus memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan para siswanya agar kesulitan serta hambatan siswa dalam proses belajar dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu guru sebagai komunikator harus memberikan signal, baik verbal maupun non verbal, yang dapat dipahami oleh siswa, sehingga apa yang dikomunikasikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Dengan adanya komunikasi yang efektif antara guru dan siswa maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan diharapkan prestasi belajar yang diperoleh siswa pun optimal.

3. Bentuk-bentuk Komunikasi

Setelah dijelaskan tentang fungsi dan tujuan komunikasi, maka akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk komunikasi. Bentuk-bentuk komunikasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :

a. Komunikasi Tertulis atau komunikasi tulisan

Menurut Subarna yang dikutip oleh Sihnu Bagus, adalah “suatu proses penyampaian pesan komunikasi dengan menggunakan

kata-kata dalam bentuk tulisan”.39

Dalam komunikasi tulisan, kita

39

Sihnu Bagus, Pengertian Komunikasi Tulisan, diakses dari http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-tulisan.html pada 14 Januari 2010


(36)

mempunyai cukup waktu untuk merumuskan dan merancang pesan yang disampaikan. Komunikasi tertulis dilakukan baik antara individu dan bagian dalam struktur organisasi maupun dengan pihak ketiga.

Menurut Bovee dan Thill sebagaimana dikutip oleh Sihnu Bagus, dalam penyampaian pesan secara tertulis mempunyai keuntungan yang sangat besar yaitu :40

1) Adanya peluang untuk mengontrol pesan.

2) Isi pesan yang disampaikan dapat memuat informasi yang sangat kompleks dan memerlukan uraian sangat detail.

3) Pesan yang disampaikan dapat didokumentasikan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk rujukan pada masa mendatang. 4) Pesan dapat disebabkan secara luas, ketika khalayak yang ingin

dijangkau sangat besar dan terpisah secara geografis. b. Komunikasi Lisan

Adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat pula melalui telepon. Di dalam komunikasi lisan ada dua cara dasar dalam berkomunikasi, yaitu : komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata (bahasa). Sedangkan dalam komunikasi non verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat.41

c. Komunikasi Non Verbal

Sedangkan menurut Nana Sujana, sebagaimana dikutip Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, menurutya terdapat tiga bentuk komunikasi yang dapat

40

Sihnu Bagus, Pengertian Komunikasi Tulisan, diakses dari http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-tulisan.html pada 14 Januari 2010

41

Purnawan Kristanto, Memahami Proses Komunikasi, diakses dari


(37)

digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu :

1) Komunikasi Sebagai Aksi Atau Komunikasi Satu Arah

Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif, contohnya ceramah. Pada dasarnya ceramah adalah komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar

2) Komunikasi Sebagai Interaksi Atau Komunikasi Dua Arah

Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Disini terlihat adanya hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dan pelajar secara individual, antara pelajar dan pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya tidak dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama 3) Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi

Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.42

Dalam berkomunikasi, biasanya seseorang akan menggunakan salah satu dari bentuk-bentuk komunikasi di atas. Adapun guru dalam proses pembelajaran akan menggunakan semua bentuk komunikasi di atas, namun tidak secara bersamaan melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

42

Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami,…h. 39-41


(38)

4. Membangun Komunikasi Efektif Guru-Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Sebelum membahas tentang bagaimana cara membangun komunikasi yang efektif antara guru dan siswa, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai komunikasi yang efektif dan tidak efektif serta peran komunikasi guru dan siswa.

a. Komunikasi Efektif dan Tidak efektif

Seperti dikatakan oleh Ashley Montagu yang dikutip oleh

Roudhonah, bahwa “kita belajar menjadi manusia melalui

komunikasi, manusia bukan dibentuk oleh lingkungan tetapi oleh caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang

diterimanya”.43

Komunikasi dijalankan dalam rangka membentuk kepribadian manusia dan kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita. Agar komunikasi mencapai hasil yang diinginkan, maka harus dilakukan secara efektif.

Pengertian efektif secara bahasa adalah antara lain : a. untuk obat, berarti mujarab/manjur. b. untuk pajak, berarti berlaku. c. untuk yang formal, berarti dapat mendatangkan hasil yang baik. Dan d. untuk lawan bicara, berarti mengesankan. 44

Kaitannya dengan prinsip komunikasi yang efektif adalah, bila terjadi komunikasi dengan orang lain, maka komunikasinya dapat membuat orang lain terkesan dan dapat diterima serta dapat dimengerti. Menurut Cultip dan Center, komunikasi yang efektif itu harus melalui empat tahapan, yakni :45

1) Fact Finding , yaitu mencari/mengumpulkan fakta-fakta/ data-data sebelum seseorang melakukan sesuatu kegiatan atau

43

Roudhonah, Ilmu Komunikas,…h. 56-57

44

Roudhonah, Ilmu Komunikasi,…h. 57

45


(39)

tindakan. Seperti apa yang diperlukan, siapa yang akan diajak berkomunikasi, bagaimana keadaan komunikan dll.

2) Planning, setelah mendapat data, maka dibuatlah rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi problema-problema tersebut. Planning ini sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan.

3) Tahap Komunikasi, bagaimana mengkomunikasikan dan apa yang akan dikomunikasikan, yang sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang diharapkan dapat dihasilkan dari suatu kegiatan berkomunikasi

4) Tahap Evaluasi, setelah komunikasi (sesuai rencana) dilaksanakan, maka untuk mengetahui akibat dan pengaruh-pengaruhnya terhadap public, dilaksanakan melalui evaluasi, seperti riset khalayak

Sementara menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Moss, komunikasi efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu :

1) Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator

2) Kesenangan, artinya komunikasi disampaikan hanya untuk

kesenangan, seperti ketika kita mengucapkan “selamat pagi” atau

tegur sapa antara orang yang sudah saling kenal

3) Mempengaruhi sikap, artinya komunikasi disampaikan untuk mempengaruhi sikap orang lain. Contohnya guru ingin mengajak muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan

4) Hubungan sosial yang baik, komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri

5) Tindakan, komunikasi dilakukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki

Jadi, komunikasi yang efektif akan terjadi apabila tahapan-tahapan di atas terjadi dan menimbulkan lima tindakan di atas. Pada dasarnya komunikasi yang efektif dapat terjadi manakala tiga unsur


(40)

komunikasi yang penting, yakni komunikator, pesan, dan komunikan benar-benar diperhatikan dan masing-masing memperhatikan karakteristiknya masing-masing.

Selanjutnya, Schram sebagaimana dikutip oleh Effendy dalam bukunya „Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi’, menekankan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, jika pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain perkataan situasi menjadi tidak komunikatif atau dengan rumusan lain terjadi miscommunication (miskomunikasi).46

Menurut Schram, bidang pengalaman atau dapat juga dikatakan sebagai latar belakang seseorang baik latar belakang pendidikan, status sosial, agama, suku dan usia cukup menentukan terjadinya keselarasan dalam berkomunikasi sehingga tercipta komunikasi yang efektif antara komunikator dan komunikan. Sebaliknya jika bidang pengalaman antara komunikator dan komunikan tidak sama, maka akan terjadi miscommunication (miskomunikasi).

Sedangkan yang dikatakan dengan komunikasi yang tidak efektif adalah penghambat atau gangguan dalam komunikasi. Berikut ini adalah macam-macam gangguan dalam komunikasi :

1) Gangguan

“Gangguan adalah hal-hal yang merintangi atau menghambat komunikasi dan merusak konsentrasi sehingga penerima pesan salah menafsirkannya. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses

46

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), Cet. Ke-3, h.30


(41)

komunikasi, tetapi mempunyai pengaruh terhadap proses komunikasi”.47

a) Gangguan Mekanik (mechanical, channel noise)

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Contoh : bunyi mengaung pada pengeras suara,gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi, huruf yang tidak jelas.

b) Gangguan Semantik (semantic noise)

Semantik adalah pengetahuan mengenai kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan. Ini disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-kata : ada yang mempunyai pengertian denotatif dan ada yang mempunyai pengertian konotatif.

Contoh : secara denotatif semua orang akan setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Secara konotatif, banyak orang yang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat,dan panjang ingatan. Namun untuk yang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang menakutkan dan berbahaya.

2) Kepentingan

Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita serta merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

47


(42)

3) Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. Dalam pada itu seringkali pula terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah

tampaknya khusu’ (attentive) menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak bersesuaian dengan motivasinya. Tanggapan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam.

4) Prasangka 48

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata bagaimanapun. Oleh karena prasangka itu sudah mencekam, maka seseorang tak akan dapat lagi berpikir secara objektif dan segala apa yang dilihatnya selalu akan dinilai secara subjektif. Sesuatu yang positif pun akan dinilai negatif.

Dalam komunikasi pun dikenal hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan. Hambatan fisik misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan panca indera atau cacat tubuh. Peserta didik yang menyenangi mata pelajaran, topik, dan gurunya, cenderung lebih berprestasi dibandingkan dengan peserta didik yang membenci mata pelajaran, topik, dan gurunya.

Komunikasi juga dapat dihambat oleh kultur seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai

48


(43)

panutan. Tanda setuju di Indonesia dengan menganggukkan kepala. Sebaliknya, di India menganggukkan kepala berarti tidak setuju. Keadaan lingkungan yang bising, panas, berdesak-desakan juga dapat menghambat komunikasi.

Hambatan-hambatan komunikasi lainnya ialah (1) komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami, (2) perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda, (3) terjemahan yang salah, (4) kegaduhan, (5) reaksi emosional seperti terlalu bertahan (defensif) atau terlalu menyerang (agresif), (5) gangguan fisik (gagap, tuli, buta), (6) semantic yaitu pesan bermakna ganda, (7) belum berbudaya baca dan tulis, serta budaya diam, (8) kecurigaan, (9) teknik bertanya yang buruk, (10) teknik menjawab yang buruk, (11) tidak jujur, (12) tertutup, (13) destruktif, (14) kurang dewasa (15) kurang respect, (16) kurang menguasai materi, (17) kurang persiapan, dan (18) kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk.49

Dapat disimpulkan, terdapat banyak hambatan dalam melakukan komunikasi yang efektif, baik secara psikologi, fisik, ataupun budaya. Dengan demikian, guru dalam melakukan komunikasi kepada para siswanya dalam rangka proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hambatan-hambatan tersebut di atas agar tercipta komunikasi yang efektif sehingga terwujud aktifitas pembelajaran yang kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Komunikasi Guru-Siswa Yang Efektif

Salah satu tujuan komunikasi adalah attitude change atau perubahan sikap pada diri komunikan. Begitu pula seorang guru yang mengadakan komunikasi dengan siswanya, mengharapkan adanya perubahan sikap pada diri siswa secara menyeluruh kearah kedewasaan. Oleh sebab itu, peran komunikasi guru kepada siswa haruslah jelas. Maka penulis akan membahas apa saja yang

49


(44)

seharusnya dilakukan oleh guru untuk melakukan komunikasi kepada siswa agar komunikasi yang dilakukan dapat efektif.

1) Komunikasi Guru

Di dalam komunikasi guru dengan siswanya, terdapat tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap pada diri siswa. Setidaknya terdapat dua hal yang dijadikan tuntutan agar fungsi komunikasi antara guru dan siswa dilakukan sebagaimana mestinya, yaitu :

a) Profesionalisme Guru

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, sikap professional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Guru yang professional bukanlah mengajar apa adanya dengan pola DDCH (duduk, dengar, catat dan hapal), tetapi ia berusaha membelajarkan siswa dengan segala keaktifannya. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya untuk mencapai hasil yang optimal.50

b) Tanggung Jawab Guru

Komunikasi guru dan siswa akan terjadi apabila guru memiliki tanggung jawab terhadap siswanya, yaitu dengan merencanakan dan menuntun siswa melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkannya.

Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yang menurut Wens Tanlain dan kawan-kawan seperti dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, yaitu :

1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan

2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas bukan menjadi beban baginya)

50

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), h. 354


(45)

3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang timbul 4. Mengahrgai orang lain, termasuk anak didik 5. Bijaksana dan hati-hati

6. Takwa terhadap Tuhan Yang maha Esa 51

Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.

Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat tidak sembarang, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti :52

a) Takwa Kepada Allah swt

guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah swt, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya, sebagaimana Rasulullah saw menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

b) Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemilikinya telah mempunyai ilmu

51

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,…h. 36

52


(46)

pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus memiliki ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.

c) Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak didik. Di samping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar. d) Berkelakuan baik

Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin dapat dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula.

Jadi, guru yang professional menjadikan komunikasi sebagai wadah untuk membentuk siswa yang cerdas. Bagaimanapun perilaku siswa akan dapat diatasi apabila guru memiliki tata cara komunikasi yang baik. Tidak diharuskan seorang guru haruslah tampan atau pun mapan untuk dapat membimbing siswanya, namun keterampilan seorang guru yang baik akan melahirkan siswa-siswa yang berprestasi dan berakhlak baik.

2) Komunikasi Siswa

Peran komunikasi siswa disini adalah bagaimana ia dapat menangkap hal-hal yang diberikan oleh guru melalui lisan dalam proses belajar mengajar. Hal di atas akan terjadi apabila komunikasi guru dan siswa terjalin dengan baik.


(47)

Ada beberapa hal yang menjadi penghambat bagaimana para siswa berkomunikasi kepada gurunya, disinilah para guru dapat menggunakan perannya sebagai seorang komunikator.

a) Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya prestasi belajarnya. Namun hal ini tidak selamanya disebabkan karena tingkat inteligensi siswa yang rendah, namun dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor non inteligensi.

Dibawah ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan kesuilitan belajar siswa :53

1. Faktor internal

a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap

c. Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran

2. Faktor eksternal

a. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan antara ayah dan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga b. Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan yang kumuh dan teman sepermainan yang nakal

c. Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat belajar yang berkualitas rendah

Dari pernyataan di atas, dapat dibayangkan betapa mudahnya siswa mengalami kesulitan dalam belajar, disinilah peran guru, orang tua dan lingkungan sekitar untuk selalu memberikan banyak pengaruh positif kepada siswa agar

53


(48)

mereka mampu mengatasi kesulitan-kesulitannya dalam belajar. Khusunya kepada guru, dimana lebih banyak melakukan komunikasi terhadap siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu dengan cara memberikan nasihat, motivasi dan saran ketika proses pembelajaran berlangsung.

Seorang guru sangat berperan bagi siswa-siswanya, bagaimanapun sikap yang mereka tunjukkan. Seorang guru harus dapat memahami bahwa setiap siswa itu berbeda dan tugas guru adalah membantu mereka dalam menemukan jati diri mereka. Sehingga mereka dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki.

b) Perihal Anak Bermasalah

Tolok ukur keberhasilan seorang guru dapat diindentifikasikan dengan sikap dan perilaku yang baik yang ditunjukkan oleh anak didiknya. Sebagai pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-anak didiknya dapat diajak bekerjasama dalam proses pembelajaran. Makna kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka proses pembelajaran, namun adakalanya sikap dan perilaku anak-anak didiknya menyebabkan seorang guru tidak bertahan lama berada dalam kelas dan ingin segera menyelesaikan pembelajaran.

Sebenarnya sikap dan tingkah laku siswa yang tidak mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses pembelajaran. Sebagian besar alasan yang menyebabkan mereka tidak mau diajak bekerjasama oleh guru dalam pembelajaran dikarenakan mereka memiliki masalah. Seorang siswa dikatakan sebagai siswa yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan oleh siswa pada umumnya.


(1)

21 83

12 3

68 4624

39601

22 83 68 4624

23 83 63 3969

24 84

13 4

69 4761

77841

25 84 70 4900

26 84 70 4900

27 84 70 4900

28 85

14 3

72 5184

47089

29 85 72 5184

30 85 73 5329

31 86

15 2 73 5329 21316

32 86 73 5329

33 87 16 1 73 5329 5329

34 88 17 1 73 5329 5329

35 89

18 2 73 5329 21609

36 89 74 5476

37 90

19 4

74 5476

88209

38 90 74 5476

39 90 74 5476

40 90 75 5625

41 91 20 1 75 5625 5625

42 92 21 1 76 5776 5776

43 93 22 1 76 5776 5776

44 94 23 1 77 5929 5929

45 96 24 1 77 5929 5929

46 98

25 2 77 5929 23716

47 98 77 5929

48 102 26 1 79 6241 6241

JKE = 522−

52 2

1 + 59

2 59 2

1 + 65

2 65 2 1 + 622+ 622 + 632− 62 + 62+63 2

3 + 68

2 68 2 1 + 652+ 662 − 65 + 66 2

2 + 66

2 66 2

1 + 69

2 69 2 1 + 672 + 672+ 672 − 67 + 67+67 2

3 +

672 + 672+ 672 + 682− 67 + 67+67+ 68 2

4 + 68

2+ 662 68+66 2 2 + 682 + 682+ 632 − 68+68+63 2


(2)

692 + 702+ 702 + 70− 69+70+70+70 2

4 +

722 + 722+ 732 − 72+72+73 2

3 + 73

2+ 732 73+73 2 2 + 732 − 73 2

1 + 73

2 73 2

1 + 73

2+ 742 73+74 2 2 + 742+ 742+ 742+ 752− 74 + 74+74+75 2

4 + 75

2 75 2

1 + 762 − 76 2

1 + 76

2 76 2

1 + 77

2 77 2

1 + 77

2 77 2 1 + 772+ 772− 77+77 2

2 + 79

2 79 2 1

= 3844 + 3844 + 3969− 34969

3 + 4225 + 4356−

17161 2 + 4489 + 4489 + 4489 + 4624− 72361

4 + 4624 + 4356 − 17956

2 + 4624 + 4624 + 3969 − 39601

3 + 4761 + 4900 + 4900 + 4900− 77841

4 + 5184 + 5184 + 5329 − 47089

3 + 5329 + 5476 − 21609

2 +

5476 + 5476 + 5476 + 5625− 88209 4

= (11657 - 11656,33) + (8581 – 8580,5) + (18091 – 18090,25) + (8980 - 8978) + (13217 – 13200,33) + (19461 – 19460,25) + (15697 – 15696,33) + (10805 – 10804,5) + (22053 – 22052,25)

= 0,67 + 0,5 + 0,75 + 2 + 16,67 + 0,75 + 0,67 + 0,5 + 0,75 = 27,76


(3)

5. Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC)

JKTC = JKRes - JKE = 78,57 – 27,76 = 50,81

6. Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC)

RJKTC = �−2�� =

50,81 26 −2 =

50,81

24 = 2,12

7. Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE)

RJKE = � −�� =

27,76 48 −26 =

27,76

22 = 1,26

8. Mencari nilai Fhitung dengan rumus

Fhitung = � ��

� = 2,12

1,26 = 1,68

9. Menentukan nilai Ftabel

Ftabel = F(1 - �) (dk TC, dk E)

= F(1 – 0,05) (dk = k - 2, dk = n - k)

= F(0,95) (dk = 26 - 2, dk = 48 - 26)

= F(0,95) (24, 22)

Cara mencari Ftabel ; dk = k – 2 = pembilang

dk = n – k = penyebut

Dengan merujuk pada tabel distribusi F, maka nilai Ftabel pada pembilang

24 & penyebut 22 dan � = 5% adalah 2,03. Berdasarkan pada hasil penghitungan di atas diperoleh nilai Fhitung = 1,68 dan Ftabel = 2,03. Hal ini

berarti nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dengan demikian dapat disimpulkan


(4)

Lampiran 16

Penghitungan Uji Hipotesis Variabel X dan Y dengan Menggunakan

Korelasi Product Moment

No. X Y X2 Y2 XY

1 84 70 7056 4900 5880

2 98 77 9604 5929 7546

3 90 75 8100 5625 6750

4 81 68 6561 4624 5508

5 85 70 7225 4900 5950

6 90 74 8100 5476 6660

7 93 76 8649 5776 7068

8 91 74 8281 5476 6734

9 84 72 7056 5184 6048

10 77 66 5929 4356 5082

11 83 68 6889 4624 5644

12 73 66 5329 4356 4818

13 73 63 5329 3969 4599

14 73 62 5329 3844 4526

15 89 74 7921 5476 6586

16 81 67 6561 4489 5427

17 83 69 6889 4761 5727

18 94 77 8836 5929 7238

19 82 68 6724 4624 5576

20 69 61 4761 3721 4209

21 90 74 8100 5476 6660

22 89 73 7921 5329 6497

23 84 72 7056 5184 6048

24 74 63 5476 3969 4662

25 98 77 9604 5929 7546

26 75 65 5625 4225 4875

27 102 79 10404 6241 8058

28 92 76 8464 5776 6992

29 85 70 7225 4900 5950

30 60 52 3600 2704 3120

31 87 73 7569 5329 6351

32 90 75 8100 5625 6750

33 82 68 6724 4624 5576

34 86 73 7396 5329 6278

35 81 67 6561 4489 5427

36 84 69 7056 4761 5796

Hipotesis statistik: Ho : r = 0

Ha : r ≠ 0

Kriteria Pengujian:

 Jika rhitung = 0, artinya

tidak ada hubungan antara variabel X dan Y.

 Jika rhitung ≠ 0, artinya

ada hubungan antara variabel X dan Y.


(5)

rxy = N XY− X Y

N X2 − X 2 N Y2− Y 2

= 48 . 281586− 4011 . 3345

48 . 338439 − 4011 2 48 . 234487− 3345 2

= 13516128−13416795

16245072 − 16088121 11255376−11189025

= 99333

156951 66351

= 99333

10413855801=

99333 102048,30

rxy = 0,973

37 80 67 6400 4489 5360

38 81 67 6561 4489 5427

39 80 67 6400 4489 5360

40 78 67 6084 4489 5226

41 80 66 6400 4356 5280

42 85 73 7325 5329 6205

43 83 68 6889 4624 5644

44 67 59 4489 3481 3953

45 75 65 5625 4225 4875

46 88 73 7744 5329 6424

47 96 77 9216 5929 7392

48 86 73 7396 5329 6278


(6)

Dari penghitungan di atas diperoleh nilai rhitung sebesar 0,973. Hal ini

berarti Ho ditolak dan Ha diterima karena rhitung≠ 0 atau dapat disimpulkan bahwa

terdapat korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya, nilai rtabel pada

N = 48 dan taraf signifikansi ( ) = 0,05 adalah 0,284. Hal tersebut berarti rhitung >

rtabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang

signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Selanjutnya dicari koefisien determinasi (KD) dengan cara: KD = r2 x 100%

= 0,9732 x 100% = 0,947 x 100% = 94,7%

Dari penghitungan di atas, terlihat bahwa koefisien determinasinya adalah 94,7%. Hal ini berarti faktor komunikasi antara guru dengan siswa memberikan kontribusi sebesar 94,7% terhadap faktor prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, sedangkan sisanya (5,3%) dipengaruhi oleh faktor yang lain.