KERAGAMAN KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

  

KERAGAMAN KONSEP KEPEMIMPINAN

DALAM ORGANISASI

  Oleh: Hafulyon

  • Abstract:

  Keragaman kepemimpinan berkembang pesat seiring berubahnya organisasi.Kepemimpinan termasuk elemen kunci sebagai lokomotif mencapai tujuan organisasi.Untuk keberhasilan pemimpin secara konvensional diperlukan pendekatan-pendekatan diantaranya pendekatan sifat, perilaku dan situasional.Sedangkan kepemimpinan dalam Islam memakai istilah umara atau ulil amri dan khadimul ummah.Keragaman kepemimpinan tersebut dapat dilihat dari beberapa variabel gaya kepemimpinan diantaranya otokratis, demokratis, laissez-faire Keragaman tersebut prakteknya dapat di kombinasikan dalam menggerakkan bawahan dalam organisasi, termasuk membaurkan keragaman tersebut dalam konsep kepemimpinan Islam melalui beberapa pendekatan diantaranya pendekatan keteladanan, integritas, dan musyawarah (demokratis) untuk mencapai tujuan organisasi.

  Kata kunci: keragaman, kepemimpinan dan organisasi PENDAHULUAN

  epemimpinan merupakan ele- men yang sangat penting da- lam sebuah organisasi, dibanding- kan dengan elemen lainnya. Me- ngapa Kepemimpinan itu penting? karena manusia yang mengendali- kan elemen-elemen tersebut. Apabila kita telusuri peranan pemimpin yang berkaitan dengan organisasi adalah mengarahkan kerja yang

  strategis untuk mencapai tujuan

  organisasi, baik program jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Kepeminpinan tentu saja sangat erat hubungannya dengan individu dan situasi dan iklim yang berada dalam suatu organisasi. Kepemimpinan yang efektif dalam organisasi diantaranya dapat men- dorong, membangun, memberi bimbingan, nasehat, pelindung, te- ladan dan pengaruh terhadap indi- vidu dan kelompok yang berada dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Orga- nisasi merupakan suatu wadah/alat dalam aktivitas mencapai tujuan yang dilakukan melalui bauran konsep-konsep kepemimpinan, baik dalam arti organisasi secara umum atau mengacu bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama.

  Oleh karena itu Kepemimpin- an adalah kemampuan mem- pengaruhi orang-orang untuk men- capai orga-nisasional (Daft, 2008:

  313) , Sedang-kan organisasi adalah

  sekelompok orang yang berinteraksi

  K

  • *Penulis adalah Lektor Kepala dalam Mata Kuliah Manajemen pada STAIN Batusangkar

  JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 115

  lity and its effects). Kepribadian

  bagai titik sentral, sebab dalam kehidupan organisasi dari ke-

  of proceses). Kepemimipinan se-

  5. Kepemimpinan merupakan ti- tik sentral proses kegiatan kelompok (leadership as a focus

  dalam arti ini digambarkan se- bagai serangkaian perilaku se- seorang yang mengarahkan kegiatan-kegiatan bersama. Dari serangkaian perilaku tersebut dapat berupa menilai anggota kelompok, menentu- kan hubungan kerja sama, mampu memperhatikan ke- pentingan bawahan, dan se- bagainya.

  sactor behavior). Kepemimpinan

  4. Kepemimpinan adalah tin- dakan dan perilaku (leadership

  dapat diartikan sebagai sifat- sifat (traits) dan watak yang dimilki oleh pemimpin yang menunjukkan keunggulan, se- hingga menyebabkan pemim- pin tersebut memiliki peng- aruh terhadap bawahan.

  3. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang memiliki pe- ngaruh (leadership as persona-

  bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama (Siswanto, 1990: 74).

  Kepemimpinan adalah suatu kemampuan mempengaruhi orang lain yang dilakukan bu- kan melalui paksaan melain- kan himbauan dan persuasi.

  (leadership as a form persuation).

  2. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi dan inspirasi

  1. Kepemimpinan sebagai suatu seni untuk menciptakan ke- sesuaian paham. (leadership as the art of inducing compliance). Ini berarti bahwa setiap pe- mimpin (leader) melalui kerja sama yang sebaik-baiknya ha- rus mampu membuat para bawahan mencapai hasil yang telah ditetapkan. Peranan pe- mimpin memberikan dorong- an terhadap bawahan untuk mengerjakan apa yang dike- hendaki pemimpin. Oleh ka- rena itu, pemimpin adalah suatu seni bagaimana mem- buat orang lain mengikuti serangkaian tindakan men- capai tujuan.

  Wahjosumidjo 1994: 22-24)

  Pengertian kepemimpinan da- lam tulisan ini akan dikemukakan oleh beberapa pendapat para ahli berikut ini: a. Kepemimpinan dikemukakan oleh Ralph M. Stogdill dalam

  Tulisan ini akan memuncul- kan aneka ragam terhadap pem- bauran dari beberapa konsep- konsep kepemimpinan dalam orga- nisasi. Berdasarkan hal tersebut penulis juga akan mengumukakan konsep-konsep kepemimpinan ter- sebut, juga dibaurkan dengan konsep kepemimpinan pendekatan Islam.

  Keragaman konsep kepemim- pinan dalam organisasi disini mak- sudnya adalah mengintegrasikan atau pembauran konsep-konsep ke- pemimpinan yang sangat beragam berkaitan dengan interaksi dan kerjasama dalam mencapai tujuan pada suatu organisasi.

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

  116 Hafulyon, Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi

  pemimpinan diharapkan lahir berbagai gagasan baru, yang memberikan dorongan lahir- nya perubahan., kegiatan dan seluruh proses kegiatan kelom- pok. Oleh karena itu, kepe- mimpinan tidak dapat dipi- sahkan daripada kehidupan kelompok dan menduduki posisi tinggi dalam kehidupan kelompok dalam menentukan struktur kelompok, suasana kelompok dan aktivitas ke- lompok.

  6. Kepemimpinan merupakan hubungan kekuatan dan kekuasaan (leadership as a power

  relation). Kepemimpinan se-

  bagai suatu bentuk hubungan kelompok orang, hubungan antara yang memimpin dan yang dipimpin, di mana hu- bungan tersebut mencermin- kan seseorang atau sekelom- pok orang berperilaku karena akibat adanya kewibawaan/ kekuasaan yang ada pada orang yang memimpin. Dan dalam hubungan ini orang yang memimpin lebih banyak mempengaruhi daripada yang dipengaruhi.

  7. Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan (leaderhip as

  an instrument of goal achieve- ment). Dalam hubungan ini

  pemimpin merupakan sese- orang yang memiliki suatu program dan yang berprilaku secara bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok de- ngan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuasaan dinamik yang mendorong, memotivasi dan mengkoor- dinasikan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  8. Kepemimpinan merupakan ha- sil dari interaksi (leadership as a

  effect of interaction ). Kepemim-

  pinan sebagai suatu proses sosial, merupakan hubungan antar pribadi, di mana pihak lain mengadakan penyesuaian. Suatu proses di mana saling mendorong dalam mencapai tujuan bersama. Jadi, kepe- mimpinan bukan merupakan sebab melainkan sebagai aki- bat hasil daripada perilaku kelompok. Kepemimpinan timbul dari proses interaksi ke- lompok itu sendiri. Kepe- mimpinan adalah benar, apa- bila diakui dan didukung oleh anggota kelompok.

  9. Kepemimpinan adalah peran- an yang dibedakan (leadership

  as a differentiatedrole).

  Dalam kehidupan organisasi masing- masing anggota mempunyai sumbangan yang berbeda-be- da. Demikian pula kepemim- pinan yang muncul sebagai akibat interaksi dalam kehi- dupan organisasi, karena kele- bihan-kelebihan dan sumbang- annya dia diangkat peranan- nya sebagai pemimpin. Sejauh seseorang dipandang oleh ang- gota-anggota lain sebagai sum- ber yang dapat memberikan sumbangan yang tidak dapat diabaikan, ia akan diangkat dan diakui sebagai pemimpin.

  JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 117

  10. Kepemimpinan adalah sebagai agar organisasi/perusahaan inisiasi struktur (leadership as yang dipimpinnya maju, karya-

  the intitation of structure). Kepe- wan sejahtera, serta masyarakat

  mimpinan jangan dipandang atau lingkungannya menikmati sebagai jabatan pasif, malain- kehadiran organisasi/perusa- kan harus berperan sebagai haan. (Hafidhuddin, 2003: 119- suatu jabatan yang terlihat da- 120). lam suatu tindakan memenuhi

  Hal ini dipertegas dalam Al- Qur’an pembentukan struktur dalam sebagai berikut: interaksi, sebagai bagian dari proses pemecahan masalah

          bersama.          

  b. Kepemimpinan menurut Stephen P. Robbins adalah kemampuan          

  untuk mempengaruhi suatu ke- lompok untuk mencapai tujuan.

     (Robbins, 2002: 163) .

  Hai orang-orang yang beriman,

  c. Kepemimpinan menurut Richard L taatilah Allah dan taatilah Rasul Daft adalah: kemampuan mem- (nya), dan ulil amri di antara kamu.

  pengaruhi orang-orang untuk

  Kemudian jika kamu berlainan

  mencapai tujuan organisasional

  pendapat tentang sesuatu, Maka (Daft 2006: 313) . kembalikanlah ia kepada Allah (Al

  d. Kepemimpinan G.R.Terry dan Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika L.W.RVC adalah kemampuan kamu benar-benar beriman kepada

  mengarahkan pengikut-pengikut-

  Allah dan hari kemudian. yang

  nya untuk bekerja bersama de-

  demikian itu lebih utama (bagimu)

  ngan kepercayaan serta tekun

  dan lebih baik akibatnya (QS.An

  mengerjakan tugas-tugas yang Nisa 59:18). diberikan pemimpin mereka.

  (Terry,2000: 152).

LAHIRNYA KEPEMIMPINAN

e. Kepemimpinan pendekatan Islam

  antara lain ada 2 pengertian: Penyebab lahirnya kepemim-

  1. Umara atau Ulul Amri, mak- pinan sangat beragam, seperti sudnya adalah orang yang membentuk diri sendiri yang disebut mendapat amanah untuk

  “self made man” yaitu kepemimpinan

  mengurus urusan rakyat.Kalau yang muncul karena kemampuan dalam organisasi/perusahaan pada saat-saat yang penting atau pemimpin tersebut mengurus situasi tertentu, dipilih oleh peng- kepentingan organisasi. ikut-pengikutnya, ditunjuk dari atas

2. Khadimul Ummah menempatkan

  atau diangkat. Dengan kata lain, diri pada posisi sebagai pe-

  “headership” ditunjuk oleh “Board of

  layan masyarakat. Kalau dalam

  Direction” untuk memimpin per-

  organisasi/perusahaan harus usahaan atau diangkat oleh Dewan berusaha berpikir cara-cara

  Komisaris, di antaranya juga ada

  118 Hafulyon, Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi

PENGERTIAN ORGANISASI

  b. Pengertian organisasi menurut

  1. Pemerincian Pekerjaan Memerinci seluruh peker- jaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap organisasi dibentuk dengan seperangkat tujuan: misalnya ru-

  86-87 ) adalah:

  Proses pengorganisasian multi langkah, (Dale dalam Sabardi, 2001:

  (Hafidhuddin, 2003: 27).

  organisasi sebagai wadah atau tempat, dan kedua, pengertian organisasi sebagai proses yang dilakukan bersama-sama, dengan landasan yang sama, dan juga dengan cara-cara yang sama

  Didin Hafidhuddin, yaitu pertama,

  c. Pengertian organisasi menurut

  (Siswanto,1990: 74)

  adalah: sekelom- pok orang yang saling berinter- aksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama

  Bedjo Siswanto

  (Burhanudin 1994: 192).

  tiga teori lain yaitu:

  mempunyai struktur dan peren- canaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan ber- hubungan satu sama lain dengan suatu cara yang terkoordinasi dan kooperatif guna mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan

  Burhanuddin , adalah: suatu sistem,

  kan oleh Dalas S Beach dalam

  a. Pengertian organisasi dikemuka-

  Pengertian organisasi akan dikemukakan menurut pendapat ahli sebagai berikut ini:

  Dari beberapa pengertian ke- pemimpinan di atas dapat ditarik simpulan, bahwa kepemimpinan itu akan muncul dalam situasi dan kon- disi tertentu individu mem- pengaruhi perilaku orang lain, baik secara individu maupun kelompok, sedangkan kalau ditinjau dari perspektif Islam adalah mengurus dan melayani orang lain,bawahan masyarakat, agar maju, berkembang dan sejahtera.

  kedua hal itu bahwa: seseorang hanya berhasil menjadi pemimpin yang baik bila ia pada waktu kelahirannya memiliki bakat- bakat kepemimpinan, bakat-bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman, yang memungkinkan untuk me- ngembangkan lebih lanjut bakat- bakat yang dimilikinya (Herujito, 2001: 200).

  terori genetis, bahwa setiap orang bisa jadi pemimpin bila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

  born”. Jadi berlawanan dengan

  2. Teori Sosial, ini teori ekstrim inti ajarannya, Leader are made and not

  determinatis .

  1. Teori Genetis (heredity theory) , Disebut “Leader are born not made”, seseorang menjadi pemimpin karena dilahirkan dengan bakat- bakat kepemimpinan, Secara filo- sofis pandangan ini tergolong pada pandangan fatalis atau

3. Teori Ekologis , sebagai reaksi

PROSES PENGORGANISASIAN

  JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 119

  merawat orang sakit, perusahaan dibentuk untuk menghasilkan barang dan jasa, tim sepak bola dibentuk untuk memenangkan pertandingan. Pencapaian tiap tujuan jelas sekali dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan organisasi, pertama-tama harus ditentukan tugas organisasi secara keseluruhan. Sebagai con- toh, sebelum organisasi rumah sakit dapat membantu orang yang sakit, mereka harus membeli per- alatan, memperkerjakan dokter dan pegawai profesional dan non profesional lainnya, membentuk berbagai departemen medis khu- sus, mengatur adanya pengakuan dari organisasi-organisasi profe- sional, koordinasi dengan ber- bagai lembaga kemasyarakatan dsb.

  2. Pembagian Pekerjaan Membagi beban kerja ke dalam aktivitas-aktivitas yang secara logis dan menyenangkan apat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang. Or- ganisasi dibentuk karena peker- jaan yang akan diselesaikan tidak dapat dilakukan oleh satu orang saja. Dengan demikian, pekerjaan organisasi haruslah dibagi secara tepat di antara anggotanya. Istilah tepat berarti: (a) Pertama dimak- sukan bahwa setiap orang akan diberikan tugas atas dasar kuali- fikasinya atau tugas tersebut dan (b) kedua, bahwa tidak seorangpun yang akan ditugas untuk melak- sanakan beban kerja yang terlalu berat atau terlalu ringan.

  3. Pemisahan Pekerjaan (Pendepar- temenan) Pada suatu perusahaan memperbesar ukurannya dan mengangkat pegawai lebih ba- nyak untuk melakukan berbagai aktivitas, maka pekerjaan masing- masing kelompok anggota perlu dikaitakan/dipadukan. Departemen-departemen yang umum dijumpai dalam per- usahaan manufaktur adalah: a.

  Penjualan b. Produksi c. Akuntansi d. Personalia

  e. Pemasaran Dalam departemen tertentu terdapat karyawan-karyawan yang memiliki se-jumlah ke- terampilan dan tingkat keahlian yang berda-beda, di mana inter- aksi antar mereka diatur dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Pemisahan pekerjaan seperti itu pada umumnya disebut sebagai

  departemen.

  4. Koordinasi Pekerjaan Penepatan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan ang- gota organisasi satu kesatuan yang harmonis. Contoh, manajer pemasaran dalam suatu perusaha- an manufaktur bole jadi men- desak adanya anggaran per- iklanan yang lebih besar untuk memacu atau menarik permintaan sedangkan perusahaan lebih me- naruh perhatian pada penanaman modal dalam peralatan otomatis untuk memperkecil pengeluaran biaya produksi.

  120 Hafulyon, Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi

  theory). Pada tahun 1910, Thomas Carlyle mengemukakan ”teori yang

  d. Sikap-sikap hubungan manu- siawi, (Keith,1972:103-104).

  c. Keluasan hubungan social

  b. Kedewasan

  a. Kecerdasan

  a. Sifat-sifat fisik: kuat, sehat, menarik, vitalis b. Sifat-sifat kepribadian: ambisi, percaya diri, jujur, berinisiatif, cepat tanggap, tenang, mampu berimajinasi c. Sifat-sifat pribadi: kemampuan verbal, bijaksana, adil, cerdas, rajin berprestasi, bertanggung jawab d. Sifat-sifat sosial : simpati, sabar, tenggang rasa, dapat dipercaya, berpartisipasi, punya posisi resmi, (Sabardi, 2001: 160) Konsep lain yaitu Keith Davis mengetengengahkan empat sifat utama pemimpin yang dapat me- mbantu sukses kepribadiannya di dalam organisasi yaitu:

  besar” tentang kepemimpinan itu menetapkan bahwa kemajuan dunia adalah buah hasil karya dari orang- orang besar. Untuk mengidentifikasi pemimpin-pemimpin potensial dan kepemimpinan yang efektif harus punya sifat-sifat sebagai berikut:

  Teori sifat pemimpin (Traitist

  5. Monitoring dan reorganisasi Memonitor efektifitas orga- nisasi dan pengambilan langkah- langkah penyesuaian untuk mem- pertahankan atau meningkatka efektifitas. Karena pengorgani- sasian merupakan suatu proses yang berkelanjutan, maka di- perlukan adanya penilaian ulang terhadapa keempat langkah se- belumnya secara berkala.

  Teori sifat kepemimpinan

  Ada tiga pendekatan terhadap telaah kepemimpinan antara lain yaitu pendekatan sifat-sifat, perilaku dan situsional atau “Contingency”di dalam telaah kepemimpinan.

  Pendekatan konsep kepemimpinan secara konvensional

  Keragaman konsep kepemim- pinan dalam organisasi pada pem- bahasan ini, penulis membatasi melalui pendekatan konsep kepe- mimpinan secara konvensional dan kepemimpinan melalui pendekatan Islam.

  KERAGAMAN KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

  Berpijak dari pengertian orga- nisasi menurut para ahli tersebut di atas bahwa organisasi dapat di artikan sebagai wadah/tempat seke- lompok orang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah di- tetapkan bersama.

  Tidak ada cara terbaik untuk merancang struktur yang dapat diterapkan bagi semua oarga- nisasi. Struktur yang paling di- inginkan berbeda-beda, bergan- tung pada masing-masing orga- nisasi dan dalam organisasi sekalipun struktur itu akan berbada dari waktu ke waktu.

  Meskipun beberapa penelitian menyarankan pentingnya sifat-sifat pemimpin, tetapi penelitiann-pene- litian lainnya menyatakan sulit untuk mengidentifikasi sifat-sifat

  JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 121

  nakan terus sebagai standar untuk diri tujuan yang akan dicapai mengukur individu-individu baik dan menyelesaikan sendiri sebagai pemimpin maupun bukan. masalahnya.

  Pendekatan Perilaku (Gaya dan

  Seperti juga gaya di atas,

  tipe-tipe Kepemimpinan)

  (Haiman,1982:382) mengemukakan: Kepemimpinan Autokratik (Autoc- -

  Pemimpin menggunakan ke-

  ratic Leadership )

  kuasaanya, ada tiga tipe dasar, Kepemimpin Demokratik (Democ- - adalah authocratic, democratic atau

  ratic Leadership ) participative, dan free rein atau laissez

  Kepemimpinan Bebas (Free-rein -

  faire, (Koontz, 1984: 509): Leadership )

  a. Gaya kepemimpinan otoriter Ketiga gaya kepemimpinan

  (autocratic)

  tersebut di atas apabila dijabar lebih Pemimpin yang bertipe sempit adalah sebagai berikut: demikian dipandang sebagai

  a. Kepemimpinan Autokratik orang yang memberikan pe- Karakteristiknya adalah sebagai rintah dan mengharapkan pe- berikut: laksanaannya secara dogmatis

  Kekuasaan dan hak pemimpin - dan selalu positif. Dengan se- berdasarkan pada wewenang gala kemampuannya, ia ber- posisinya usaha menakut-nakuti bawah-

  Semua keputusan dibuat oleh - annya dengan jalan memberi- pemimpinan kan hukuman tertentu bagi

  • yang berbuat negatif.

  Pemimpin menggunakan balas

  jasa (reward) dan hukuman

  b. Gaya kepemimpinan demok-

  (punishment) untuk mengendali-

  ratis (Democratic) kan para bawahan Pemimpin yang bertipe

  • demikian mengadakan kon- rinci dan standar kerja dite- sultasi dengan para bawah- rapkan secara kaku annya mengenai tindakan-tin-

  Pekerjaan dirumuskan secara

  Gaya ini tepat di dalam siatuasi dakan dan keputusan-keputus- sebagai berikut: an yang diusulkan/dikendaki Para bawahan tidak punya - olej pimpinan, serta berusaha pengalaman kerja memberikan dorongan untuk

  Keadaan darurat, keputusan - turut serta aktif melaksanakan harus segera dibuat semua keputusan dan kegiatan-

  • Diperlukan tindakan penertiban kegiatan yang telah ditetap- dan sebagainya kan.

  Pada umumnya reaksi para

  c. Gaya kepemimpinan bebas bawahan adalah sebagai berikut:

  (Laissez-Faire)

  Menolak baik pemimpin mau- - Pemimpin hanya ber- pun metode dalam perintahnya partisipasi minimum, para

  Takut dan sangat tergantung - bawahannya menentukan sen-

  122 Hafulyon, Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi

  • mengikuti perintah pemimpin Para bawahan menghormati

  Mencari “amannya” dengan pinan ini sebagai berikut :

  Bawahan yang “mampu” men- atasan tidak hanya karena jadi frustasi karena tidak dapat posisinya tetapi juga pribadinya

  • menunjukkan kemampuannya Para bawahan merasa dapat bekerja sama dengan pemim-

  b. Kepemimpinan pinnya serta merasakan suassan

  demokratik/partisipatif

  kerja yang harmonis Karakteristiknya adalah sebagai

  c. Kepemimpinan bebas (Free-rein berikut: atau Laisser Faire)

  • tanggung jawab kepada para Karakteristiknya adalah seba- bawahan sebagai suatu “team gai berikut:

  Mendelegasikan wewenang dan

  work” sesuai dengan kete-

  • rampilan dan pengalaman yang para bawahan untuk memberi- dimiliki para bawahan kan kelompok kerja mereka

  Pemimpin memeberi kebebasan

  Lebih menekankan pada pen- - - Pembuatan keputusan dilakukan capaian tujuan atau hasil dari melalui diskusi terbuka, krea- pada kerja atau kegiatannya tifitas individu dan semua Perhatian pada produksi dan pandangan dihormati

  • karyawan besar serta men- Pembuatan keputusan diten- - dorong kerja sama kelompok tukan dengan ukuran mayoritas untuk meningkatkan produk-

  Gaya ini tepat untuk situasi tivitas dan kreatifitas yang lebih sebagai berikut: besa.

  • Kelompok terdiri dari orang

  Merumuskan sasaran kelompok - ahli yang sudah berpengalaman kemudian memberikan kebe- dan ingin membuat keputusan basan di dalam pencapaiannya sendiri

  Menerima tanggungjawab pe- - Kelompoknya kecil dan punya - nuh didalam membuat semua banyak kesempatan berinteraksi keputusan akhir. di antara para anggota terutama

  Gaya ini tepat di dalam situasi dalam pemecahan masalah sebagai berikut: yang dihadapi Punya banyak waktu di dalam -

  • pengambilan keputusan dan berpengalaman Para bawahan mampu bekerja -

  Para bawahan sudah terlatih

  Pada umumnya reaksi para mandiri dengan sedikit kontak bawahan terhadap gaya kepe- langsung dengan supervisor mimpinan ini ada sebagai berikut

  Kelompok kerja teruji dapat - Para bawahan merasakan

  • bekerja sama dan melaksanakan suasana kerja yang bebas dan kerja dengan tim secara baik informal sehingga setiap individu dapat memecahkan

  Pada umumnya reaksi para

  • dan perasaan kurang “aman” bawahan terhadap gaya kepemim-

  JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 123

  karena kurangnya wewenang ORIENTASI dan tanggung jawab pembuatan keputusan yang spesifik KEPADA PEMIMPIN Kurangnya kohesif perilaku ORIENTASI

  • dapat menimbulkan klik-klik yang menghambat pencapaian KEPADA BAWAHAN tujuan
  • DAERAH DAERAH

      n OTORITAS ATASAN

      Kemudian ada juga model lain OTORITAS ATASAN

      aa as

      gaya kepemimpinan menurut

      u ek DAERAH

      teori perilaku yang dipelopori DAERAH

      k er

      oleh (Robert Tannenbaum dan

      b OTORITAS BAWAHAN OTORITAS BAWAHAN m Warren H Schmidt dengan Model u S

      Leadership Continuum dalam Wahjosumidjo,1987:64)

      1 2 3 4 5 6 7 Jadi berdasarkan teori konti-

      Gambar 1: Model Leadership

      num , perilaku pemimpin pada Continuum (Wahjosumidjo, 1987:

      dasarnya bertitik tolak dari dua 65 ) pandangan dasar:

      a. Berorientasi kepada pemimpin

      Keterangan gambar:

      b. Berorientasi kepada bawahan

      1. Pemimpin membuat dan Dari gambar 1 dapat dijelaskan mengumumkan keputusan seperti berikut: terhadap bawahan (telling) a. Jika bergeser ke kanan, makin

      2. Pemipin menjual dan meluas kebebasan bawahan, menawarkan keputusan terhadap sehingga makin nyata bawahan bawahan (selling) dilibatkan dalam proses peng-

      3. Pemimpin menyampaikan ide ambilan keputusan. Dan seba- dan mengundang pertanyaan liknya makin sempit otoritas

      4. Pemimpin memberikan pemimpin. Jadi, perilaku pe- keputusan tentatif, dan keputusan mimpin berorientasi kepada masih dapat diubah bawahan atau disebut kepe-

      5. Pemimpin memberikan problem mimpinan yang bergaya de- dan minta saran pemecahannya mokratis kepada bawahan (consulting)

      b. Jika bergeser ke kiri, makin

      6. Pemimpin menentukan batasan- meluas otoritas pemimpin. Se- batasan dan minta kelompok hingga makin sempit atau ma- untuk membuat keputusan kin dibatasi kebebasan bawah-

      7. Pemimpin mengizinkan bawahan an di dalam keterlibatan peng- berfungsi dalam batas-batas yang ambilan keputusan. Jadi, peri- ditentukan (joining) laku pemimpin berorientasi (Wahjosumidjo, 1987 : 64) kepada pemimpin atau dapat

      Pendekatan situsional atau

      disebut pula kepemimpinan

       Contingency” yang bergaya otoriter.

      124 Hafulyon, Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi

      Pendekatan situsional atau pekerjaan lebih penting untuk “Contingency adalah model ke- dikerjakan dari pada membangun pemimpinan yang mendeskripsikan relasi dengan orang-orang.

    • hubungan antara gaya kepemimpin- Hight task and hight an dan situasi-situasi organisasional relationship: pemimpin dalam tertentu. (Daft.L , 2006: 325-326).

      situasi ini berhadapan dengan Pendekatan ini menjelaskan tim kerja yang baik sehingga para pemimpin perlu menyesuaikan mereka tidak perlu diarah secara gaya kepemimpinan mereka sebagai ekstra untuk bekerja bahkan respon terhadap berbagai karakter mungkin saja kepemimpinan dari orang-orang yang menjadi yang bersifat laissez-faire sekali- bawahannya, seperti: harapan kerja, pun masih memungkinkan orga- pengalaman, keahlian dan kesang- nisasi ini dapat berjalan karena gupan dalam menerima tanggung organisasi memiliki orang-orang jawab. Pendekatan ini dapat dilihat yang secara tim kerja baik, dalam model kepemimpinan si- sakalipun memiliki untuk ber- tuasional berikut ini: prestasi dalam pekerjaan yang lebih tinggi.

      Gambar : 2 (Sule: 2006:265-266)

    • Hight Relationship and low Higt Hight Hight Task

      task: pemimpin dalam meng- Relationship And And High hadapi situasi ini perlu untuk Low Task Relationshi p pekerja untuk melakukan apa memberikan dukungan kepada yang terbaik dari pekerjaan me- RELATIONSH IP Low Loe reka melalui pemberian motivasi (Memberikan BEHAVIOR And And Relationship Relationship akan pentingnya peningkatan Low Task Hight Task prestasi dukungan)Low relationship and low task:

      pemimpin perlu bekerja keras Low untuk memotivasi para pekerja sekaligus memberikan panduan mengenai apa yang seharusnya TASK BEHAVIOR Hight mereka lakukan. Laissez-faire

      Low (memberikan panduan

      manajemen style bisa berbahaya untuk dilakukan di situasi ini karena akan menyebabkan organisasi tidak berjalan (Sule,

      Situasional Model Kepemimpinan

      2006: 265-266)

    • a. Situasi dalam memimpin. Pe-

      Hight task and low relationship:

      mimpin dalam teori ini, mengubah – pemimpin yang berorientasi pada ubah perilaku sesuai dengan situasi- pekerjaan yang lebih tinggi di- nya, dan mampu memperlakukan butuhkan, kadangkala bawahan sesuai dengan kebutuhan kecenderungan sedikit otoriter, dan motif yang berbeda-beda. karena pada situasi seperti ini

    • P3 Tipe kepemimpinan yang
    • P4 Tipe pemimpin yang mem- berikan direktif dan suportif rendah.
    • P1 seorang pemimpin memberikan

      DELEGATIF P = 4 DIREKTIF P - 1 KONSULTATIF P - 2

      PARTISIPATIF P - 3

      P - 4 Tinggi pengarahan dan rendah dukungan P - 1

      Rendah dukungan dan rendah pengarahan

      P - 3 Tinggi pengarahan dan tinggi dukungan P - 2

      Tinggi dukungan dan rendah pengarahan

      1. Tipe Direktif ditandai dengan adanya komunikasi satu arah,

      Gambar di atas 4 tipe dasar ke- pemimpinan dalam pemecahan ma- salah dan pengambilan keputusan :

      Rendah- Perilaku – Direktif- Tinggi

      b. Perilaku Pemimpin sebagai bentuk Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. Gambar: 4 (Wahjosumidjo,1987:102)

      memiliki ciri suportif yang tinggi, tetapi direktif rendah. Pemimpin mengambil keputusan bersama dengan bawahan dalam mencapai penyelesaian.

      Pemimpin menyerahkan keputus- an dan pertanggungjawaban ke- pada bawahan.

      direktif yang berupa penyelesaian dtugas-tugas bawahan.

      berikan penelasan tentang ke- putusan-keputusan yang akan diambil dan memperhatikan sa- ran-saran yang diberikan oleh bawahan, tetapi tetap memberikan

      suportif tinggi. Pemimpin mem-

      Pemimpin memberikan perintah- perintah yang harus dikerjakan oleh bawahan dengan memberi- kan pengawasan ketat.

      direktif tinggi dan saportif rendah.

      Dari gambar tesebut bahwa gaya kemimpinan (P.1, P2, P3 dan P4) merupakan kombinasi dari tiga dimensi, yaitu banyaknya pengarah- an yang diberikan oleh pimpinan, banyaknya dukungan yang diberi- kan oleh pemimpin, banyaknya ke- terlibatan pengikut dalam peng- ambilan keputusan. Dijelaskan se- bagai berikut:

      Rendah–Perilaku Mengarahkan- Tinggi

      Kepemimpinan situasional dalam konsep ini bahwa segala variabel situasi sangat penting dalam tingkah laku pemimpin yang berhubungan dengan bawahan. Pemimpin yang cendrung mengarahkan (direktif) dan memberikan dukungan (suportif) digambarkan sebagai berikut: Gambar: 3 (Wahjosumidjo,1987:100)

      JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 125

    • P2 adalah tipe seseorang pemim- pin yang membrikan direktif dan

      126 Hafulyon, Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi

      Pimpinan membatasi peranan bawahan.Selanjutnya hak ba- bawahan dan menunjukkan wahan untuk menentukan kepada bawahan: apa, kapan, langkah-lngkah bagaimana di mana dan bagaimana se- keputusan dilaksanakan. Ba- suatu tugas harus dilaksana- wahan diberikan wewenang kan. Pemecahan masalah dan untuk menyelesaikan tugas- pengambilan keputusan se- tugas sesuai dngan keputusan mata-mata menjadi tanggung sendiri. Sebab mereka di- jawab pemimpin, yang ke- anggap telah memiliki ke- mudian disampaikan kepada cakapan dan dipercaya untuk bawahan. memikul tanggung jawab

      2. Tipe Konsultatif, pemimpin untuk mengerahkan dan me- masih memberikan direktif ngelola dirinya sendiri.

      (Wahjosumidjo, 1987:100-103)

      yang cukup besar serta me- netapkan keptusan-keputus- Dengan demikin tinjauan ter- an. Bedanya dengan tipe hadap perilaku kepemimpinan kreatif, dalam tipe konsultatif datangnya dua arah, yaitu dari mempergunakan komunikasi

      internal (pemimpin itu sendiri) dan

      dua arah dan memberikan dari pihak eksternal (diluar dari diri

      suportif terhadap bawahan.

      pemimpin). Pemimpin mau mendengar- kan keluhan dan perasaan

      KONSEP KEPEMIMPINAN PEN-

      bawahan mengenai keputus-

    DEKATAN ISLAM

      an yang diambil.Tipe ini dapat disebut selling.

      K epemimpinan pendekatan

      3. Tipe Partisipatif, kontrol atas Islam sangat banyak ragamnya pemecahan masalah dan antara lain adalah pengambilan keputusan an-

      1. Pendekatan Keteladanan tara pemimpin dan bawahan dalam keadaan seimbang.

      Model kepemimpinan yang Pemimpin dan bawahan sa- ideal dalam Islam diantaranya ada- ma-sama terlibat dalam pe- lah meniru/merujuk/berpedoman mecahan masalah dan peng- kepada model kepemimpinan ambilan keputusan. Komu-

      Rasulullah SAW, yaitu ketepatan nikasi dua arah mangkin

      sistem, metode dalam berdiskusi,

      meningkat. Pemimpin makin sebagaimana dibuktikan dalam Surat mendengarkan secara intensif

      An Nahlu berikut ini: terhadap bawahannya.

             

      

    4. Tipe Delegatif , pemimpin men-

      diskusikan masalah-masalah

               

      yang dihadapi dengan ba- wahan, dan selanjutnya

             

      mendelegasikan pengambilan

      Serulah (manusia) kepada jalan

      keputusan seluruhnya kepada

      Tuhan-mu dengan hikmah dan

      JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 127 pelajaran yang baik dan bantahlah

                 mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang

             lebih mengetahui tentang siapa yang Dia-lah yang menjadikan kamu tersesat dari jalan-Nya dan dialah khalifah-khalifah di muka bumi. yang lebih mengetahui orang-orang barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) yang mendapat petunjuk (QSAn kekafirannya menimpa dirinya Nahl,016:125). sendiri. dan kekafiran orang-orang

      Kepemimpinan Rasul ini penuh yang kafir itu tidak lain hanyalah dengan kebijaksanaan dan berdis- akan menambah kemurkaan pada sisi

      Tuhannya dan kekafiran orang-orang

      kusi dengan bawahan dengan metode

      yang kafir itu tidak lain hanyalah

      yang baik,, pendelegasian wewe-

      akan menambah kerugian mereka

      nang, bertipe kharismatik dan de- belaka. (QS.Faathir, 35:39). mokratis. Keteladanan Nabi Muhammad SAW sesuai dengan

      Kepemimpinan yang memiliki ayat berikut:

      integritas yang tinggi adalah orang

      dengan penuh keberanian serta

               

       berusaha tanpa kenal putus asa untuk dapat mencapai apa yang ia

             

      cita-citakan.Integritas akan membuat

      Sesungguhnya Telah ada pada (diri)

      dipercaya, dan kepercayaan itu akan

      Rasulullah itu suri teladan yang baik

      menciptakan pengikut. Dan kemudia

      bagimu (yaitu) bagi orang yang

      tercipta sebuah kelompok yang

      mengharap (rahmat) Allah dan

      memiliki kesamaan tujuan (Agustian

      (kedatangan) hari kiamat dan dia 2008:152) banyak menyebut Allah.(QS. Al

      Pemimpin wajib mempunyai Ahzab,33:21).

      integritas tinggi otomatis kejujur-

      Bertitik tolak dari keteladanan annya dan kepercayaannya teruji Nabi Muhammad SAW diantaranya dalam kewajiban melaksanakan tu- ialah kepribadian yang tannguh dan gas, sebagaimana ditegaskan dalam prinsip yang kokoh dan kuat. ayat berikut:

      2. Pendekatan Integritas,

            

      Pendekatan integritas adalah suatu

              

      yang memperoleh kepercayaan.

      Integritas , komitmen dan konsis-    

      ten dalam memimpin dibuktikan

      Sesungguhnya kami Telah menge-

      dengan perilaku dalam organisasi,

      mukakan amanat kepada langit, bumi

      yaitu kesesuaian antara ucapan

      dan gunung-gunung, Maka semua-

      dan tindakan untuk membangun

      nya enggan untuk memikul amanat

      kepercayaan, sebagaimana yang

      itu dan mereka khawatir akan

      tertuang dalam ayat berikut ini:

      mengkhianatinya, dan dipikullah           amanat itu oleh manusia. Se- sungguhnya manusia itu amat zalim

      128 Hafulyon, Keragaman Konsep Kepemimpinan dalam Organisasi dan amat bodoh, (Al-Ahzaab, 33: 72).

      Amanah tersebut dapat di- gambarkan diantaranya melalui amanah moral, yang berarti bukan hanya masalah materi saja, tetapi juga non-materi. Termasuk ketuntas- an pekerjaan yang telah ditugaskan untuk mencapai tujuan yang sem- purna, dan tidak mengeksploitasi bawahan untuk kepentingan indi- vidu, kelompok juga menghilangkan hak-hak bawahan. Untuk itu perlu standar kepemimpinan sebagaimana ditegaskan ayat berikut ini:

                  Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya" . (Al- Qashash:28:26 ).

      3. Pendekatan Musyawarah (demokratis)

      Pemimpin yang sukses adalah yang mampu bermusayawarah dengan bawahannya dalam me- lakukan pelaksanaan proses ber- organisasi. sebagaimana ditegas- kan ayat berikut ini:

                  Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. (Asy – Syuura, 42:38)

      Hal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau sebenarnya mampu membuat ke- putusan sendiri, namun melalui musyawarah dapat membangun per- saudaraan dan melibatkan bawahan untuk mengambil keputusan dan pemecahan masalah bersama dalam organisasi.

      Dari konsep-konsep kepemim- pinan perspektif Islam tersebut di atas terbangun kepemimpinan yang sejati yaitu seseorang yang selalu men- cintai dan memberi perhatian ke- pada orang lain, sehingga ia dicintai, Memiliki integritas yang kuat, se- hingga dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting adalah memimpin ber- landaskan hati yang fitrah (Agustian, 2001: 167).

      PENUTUP

      Berdasarkan pembahasan yang berkaitan dengan keragaman konsep kepemimpinan dalam orga- nisasi dapat disimpulkan sebagai berikut :

      1. Dari beberapa pengertian ke- pemimpinan di atas dapat ditarik simpulan, bahwa kepemimpinan itu akan muncul dalam situasi dan kondisi tertentu. Individu dapat mempengaruhi perilaku orang lain, baik secara individu maupun kelompok.

      2. Keragaman konsep kepemimpin- an secara konvensional melalui

      JURIS Volume 11, Nomor 2 (Desember 2012) 129

      pendekatan teori sifat, teori peri- Herujito Yayat M, Dasar-dasar laku dan situasional dalam orga- Manajemen , Jakarta, PT nisasi, maksudnya kepemimpin- Grasindo, 2001. an sering berbeda-beda dari kon-