Pengertian dan Kriteria Profesi Dan Ciri Khas
Pengertian dan Kriteria Profesi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang diinginkan atau dicita-citakan secara khusus,
bertumpu pada landasan intelektual yang dalam mencapainya memerlukan pendidikan dan
latihan khusus, memerlukan tolak ukur, persyaratan khusus dan kode etik oleh suatu badan serta
dapat diterapkan pada masyarakat untuk memecahkan suatu masalah.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu,
istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan
kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan
tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu
profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknik dan desainer
Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang
akan mengabdikan dirinya kepadasuatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang
tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sikun Pribadi, 1976)
Sedangkan menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu
sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena
banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.
Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE :
PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu
luang.
B. Makna Pengertian Profesi
Dari berbagai pengertian profesi diatas maka didapatlah makna yang terkandung dalam
pengrtian profesi itu sendiri yaitu :
1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka.
Suatu pernyataan atau suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga profesional tidak sama
dengan suatu pernyataan yang dikemukakan oleh nonprofesional. Pernyataan profesional
mengandung makna terbuka yang sungguh-sungguh, yang keluar dari lubuk hatinya.Pernyataan
demikian mengandung norma-norma atau nilai-nilai etik. Orang yang membuat pernyataan itu
yakin dan sadar bahwa pernyataan yang dibuatnya adalah baik. "Baik" dalam arti bermanfaat
bagi orang banyak dan bagi dirinya sendiri.
Pernyataan janji itu bukan hanya sekadar keluar dari mulutnya, tetapi merupakan ekspresi
kepribadiannya dan tampak pada tingkah lakunya sehari hari. Janji yang bersifat etik itu mau tak
mau akan berhadapan dengan sanksi-sanksi tertentu. Bila dia melanggar janjinya, dia akan
berhadapan dengan sanksi tersebut, misalnya hukuman atau protes masyarakat, hukuman dari
Tuhan, dan hukuman oleh dirinya sendiri. Jika seseorang telah menganut suatu profesi tertentu,
dia akan berbuat sesuai dengan janji tersebut. Janji- janji itu biasanya telah digariskan dalam
kode etik profesi bersangkutan, dalam hal ini, Profesi kependidikan.
2.
Profesi mengandung unsur pengabdian.
Suatu profesi bukan bermaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, baik
dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis, tetapi untuk pengabdian pada masyarakat. Ini
berarti, bahwa profesi tidak boleh sampai merugikan, merusak, atau menimbulkan malapetaka
bagi orang lain dan bagi masyarakat. Sebaliknya, profesi itu harus berusaha menimbulkan
kebaikan, keberuntungan, dan kesempurnaan serta kesejahteraan bagi masyarakat.
Pengabdian diri berarti lebih mengutamakan kepentingan orang banyak. Misalnya,
profesi dalam bidang hukum adalah untuk kepentingan kliennya bila berhadapan dengan
pengadilan, profesi kedokteran adalah untuk kepentingan pasien agar cepat sembuh penyakitnya,
profesi kependidikan adalah untuk kepentingan anak didiknya, profesi pertanian adalah untuk
meningkatkan produksi pertanian agar masyarakat lebih sejahtera dalam bidang pangan, dan
sebagainya.
Dengan demikian, pengabdian yang diberikan oleh profesi tersebut harus sesuai dengan
bidang-bidang pekerjaan tertentu. Dengan pengabdian pada pekerjaan itu, seseorang berarti
mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu sang dengan
sendirinya menuntut keahlian,pengetahuan, dan keterampilan tertentu pula. Dalam pengertian
profesi telah tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan
sebaik-baiknya. Dalam hal ini, pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan
lainnya, oleh sebab mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat.
Kompetensi sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi profesi. Dalam masyarakat
yang kompleks seperti masyarakat modem dewasa mi, profesi menuntut kemampuan membuat
keputusan yang tepat dan kemampuan membuat kebijaksanaan yang tepat. Untuk itu diperlukan
banyak keterangan yang lengkap agar jangan menimbulkan kesalahan yang akan menimbulkan
kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Kesalahan dapat menimbulkan akibat
yang fatal atau malapetaka yang dahsyat. Itu sebabnya, kebijaksanaan,pembuatan keputusan,
perencanaan, dan penanganan harus ditangani oleh para ahlinya, yang memiliki kompetensi
profesional dalam bidangnya.
Uraian di atas dan definisi seperti yang dikemukakan oleh Dr. Sikun Pribadi ternyata
sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Frank H. Blackington sebagai berikut :
”A profession may define most simply as a vocation which is organized, incompletely, no
doubt, but genuinely, for the performance offitnction. (Blackington, 1968)
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga
tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi
profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan
untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum
menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan
profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang
tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap
sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
C. Syarat Profesi
Mengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka profesi ini memerlukan
persyaratan khusus sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.
Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk memenuhi
panggilan tugasnya, baik berupa in-service training (diklat/penataran) maupun pre-service
training (pendidikan keguruan secara formal).
Syarat sebuah profesi diberikan oleh AECT (Association for Educational Communication
and Technology) dan dinyatakan Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I pada tahun 1988,
keduanya memberikan beberapa syarat dalam mendefinisikan suatu profesi, secara garis besar
harus ada : Latihan dan Sertifikasi, Standard dan Etika, Kepemimpinan, Asosiasi dan
Komunikasi, Pengakuan Sebagai Profesi, Tanggung Jawab Profesi dan Hubungan dengan Profesi
Lainnya.
Made Pidarta (1997 : 269-271) menyatakan bahwa diperlukan hal-hal berikut untuk
memenuhi persyaratan profesi pendidik, yaitu : Pertama, perlunya diperkenalkan penjelasan
pengertian pendidikan bagi calon pendidik memberikan kesempatan berpikir untuk memahami
profesi mendidik tersebut. Kedua, perlu dikembangkan kepada calon pendidik kriteria
keberhasilan mendidik, keberhasilan ini bukan atas prestasi akademik pendidik namun lebih
dicerminkan oleh keberhasilan mendidik dengan kriteria-kriteria tertentu seperti Memiliki sikap
suka belajar, tahu tentang cara belajar dan lainnya. Ketiga, memperkenalkan perilaku di lapangan
yang dapat dipilih beberapa di antaranya yang sesuai dengan tujuan pendidikan setiap kali tatap
muka.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Profesi pendidik merupakan suatu bidang yang memerlukan profesionalisme dalam
menjalankannya. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan diperlukan para
pendidik yang profesional yang ditopang dengan pengelola kependidikan yang profesional pula
dan perlu kebersamaan dalam menjalankannya.
Hambatan dalam mewujudkan profesionalisme ini berupa masih berjalannya sistem orde
baru yang tidak kondusif, penuh KKN dan moral yang rendah dari sebagian tenaga pendidik.
Pencapaian profesionalisme pendidikan memerlukan tahapan-tahapan, perlu aplikasi bidang lain
yang bersesuaian untuk kemajuan pendidikan dan pembinaan moral yang melibatkan pendidikan
agama.
Syarat-Syarat Guru Profesional
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional meliputi:
1. Kompetensi Paedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru
harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasi manajemen kurikulum, mulai dari
merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum,
serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan
perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.
2. Kompetensi Personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28
ayat 3 butir b). Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi
sumber inspirasi bagi siswa. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut
diteladani, sehingga mampu melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. (di
depan guru member teladan/contoh, di tengah memberikan karsa, dan di belakang memberikan
dorongan/motivasi).
3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya
guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter
yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep
teoretis, mampu memilih model, strategi, dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum,
dan landasan kependidikan.
4.
Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (SNP, penjelasan Pasal 28
ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan muridmuridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat
luas.
Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut di atas, maka guru tersebut telah
memiliki hak professional karena ia telah jelas memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung
jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3. Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam
rangka menjalankan tugas sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang
inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual maupun
secara institusional.
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, guru merupakan ujung tombak atau
pelaksana yang terdepan. Bila diumpamakan bidang kedoktera, teknik, politik, ekonomi,
pertanian, industri, dan lain-lain adalah untuk kepentingan manusia, maka guru bertugas untuk
membangun manusianya itu sendiri. Hal ini tentu memerlukan persyaratan khusus untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut di atas, yaitu guru sebagai suatu profesi, sebagai perpaduan antara
panggilan, ilmu, teknologi, dan seni, yang bertumpu pada landasan pengabdian dan sikap
kepribadian yang mulia.
Pada hakikatnya tugas guru tidak saja seharusnya diperlukan sebagai suatu tugas yang
professional, tetapi adalah wajar bilamana melihatnya sebagai suatu profesi utama, karena
mengajar antara lain berarti turut menyiapkan subjek didik ke arah berbagai jenis profesi.
Dikaitkan dengan angkatan kerja, maka implikasinya ialah guru merupakan angkatan kerja
utama, oleh karena guru merupakan tenaga yang turut menyiapkan tenaga pembangunan lainnya.
Berkenaan dengan uraian di atas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa di atas pundak
gurulah terdapat beban yang berat dan semakin menantang, karena memang tugas guru adalah
sedemikian kompleks dan akan semakin kompleks dengan majunya masyarakat serta
berkembangnya IPTEK, maka sudah sewajarnya apabila kepada setiap guru diberikan jaminan
sepenuhnya agar ia menghayati haknya sebagai seorang guru professional. Kepada para guru,
sudah saatnya untuk meningkatkan kemampuannya, sejalan dengan semakin meningkatnya
penghargaan masyarakat terhadap profesi guru. Terutama setelah adanya sertifikasi guru, baik
melalui penilaian portofolio maupun jalur pendidikan profesi guru.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang diinginkan atau dicita-citakan secara khusus,
bertumpu pada landasan intelektual yang dalam mencapainya memerlukan pendidikan dan
latihan khusus, memerlukan tolak ukur, persyaratan khusus dan kode etik oleh suatu badan serta
dapat diterapkan pada masyarakat untuk memecahkan suatu masalah.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu,
istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan
kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan
tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu
profesi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknik dan desainer
Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang
akan mengabdikan dirinya kepadasuatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang
tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sikun Pribadi, 1976)
Sedangkan menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu
sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena
banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.
Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE :
PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu
luang.
B. Makna Pengertian Profesi
Dari berbagai pengertian profesi diatas maka didapatlah makna yang terkandung dalam
pengrtian profesi itu sendiri yaitu :
1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka.
Suatu pernyataan atau suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga profesional tidak sama
dengan suatu pernyataan yang dikemukakan oleh nonprofesional. Pernyataan profesional
mengandung makna terbuka yang sungguh-sungguh, yang keluar dari lubuk hatinya.Pernyataan
demikian mengandung norma-norma atau nilai-nilai etik. Orang yang membuat pernyataan itu
yakin dan sadar bahwa pernyataan yang dibuatnya adalah baik. "Baik" dalam arti bermanfaat
bagi orang banyak dan bagi dirinya sendiri.
Pernyataan janji itu bukan hanya sekadar keluar dari mulutnya, tetapi merupakan ekspresi
kepribadiannya dan tampak pada tingkah lakunya sehari hari. Janji yang bersifat etik itu mau tak
mau akan berhadapan dengan sanksi-sanksi tertentu. Bila dia melanggar janjinya, dia akan
berhadapan dengan sanksi tersebut, misalnya hukuman atau protes masyarakat, hukuman dari
Tuhan, dan hukuman oleh dirinya sendiri. Jika seseorang telah menganut suatu profesi tertentu,
dia akan berbuat sesuai dengan janji tersebut. Janji- janji itu biasanya telah digariskan dalam
kode etik profesi bersangkutan, dalam hal ini, Profesi kependidikan.
2.
Profesi mengandung unsur pengabdian.
Suatu profesi bukan bermaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, baik
dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis, tetapi untuk pengabdian pada masyarakat. Ini
berarti, bahwa profesi tidak boleh sampai merugikan, merusak, atau menimbulkan malapetaka
bagi orang lain dan bagi masyarakat. Sebaliknya, profesi itu harus berusaha menimbulkan
kebaikan, keberuntungan, dan kesempurnaan serta kesejahteraan bagi masyarakat.
Pengabdian diri berarti lebih mengutamakan kepentingan orang banyak. Misalnya,
profesi dalam bidang hukum adalah untuk kepentingan kliennya bila berhadapan dengan
pengadilan, profesi kedokteran adalah untuk kepentingan pasien agar cepat sembuh penyakitnya,
profesi kependidikan adalah untuk kepentingan anak didiknya, profesi pertanian adalah untuk
meningkatkan produksi pertanian agar masyarakat lebih sejahtera dalam bidang pangan, dan
sebagainya.
Dengan demikian, pengabdian yang diberikan oleh profesi tersebut harus sesuai dengan
bidang-bidang pekerjaan tertentu. Dengan pengabdian pada pekerjaan itu, seseorang berarti
mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu sang dengan
sendirinya menuntut keahlian,pengetahuan, dan keterampilan tertentu pula. Dalam pengertian
profesi telah tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan
sebaik-baiknya. Dalam hal ini, pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan
lainnya, oleh sebab mempunyai fungsi sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat.
Kompetensi sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi profesi. Dalam masyarakat
yang kompleks seperti masyarakat modem dewasa mi, profesi menuntut kemampuan membuat
keputusan yang tepat dan kemampuan membuat kebijaksanaan yang tepat. Untuk itu diperlukan
banyak keterangan yang lengkap agar jangan menimbulkan kesalahan yang akan menimbulkan
kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Kesalahan dapat menimbulkan akibat
yang fatal atau malapetaka yang dahsyat. Itu sebabnya, kebijaksanaan,pembuatan keputusan,
perencanaan, dan penanganan harus ditangani oleh para ahlinya, yang memiliki kompetensi
profesional dalam bidangnya.
Uraian di atas dan definisi seperti yang dikemukakan oleh Dr. Sikun Pribadi ternyata
sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Frank H. Blackington sebagai berikut :
”A profession may define most simply as a vocation which is organized, incompletely, no
doubt, but genuinely, for the performance offitnction. (Blackington, 1968)
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga
tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi
profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan
yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan
untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum
menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan
profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis
mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang
tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap
sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
C. Syarat Profesi
Mengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka profesi ini memerlukan
persyaratan khusus sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.
Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk memenuhi
panggilan tugasnya, baik berupa in-service training (diklat/penataran) maupun pre-service
training (pendidikan keguruan secara formal).
Syarat sebuah profesi diberikan oleh AECT (Association for Educational Communication
and Technology) dan dinyatakan Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I pada tahun 1988,
keduanya memberikan beberapa syarat dalam mendefinisikan suatu profesi, secara garis besar
harus ada : Latihan dan Sertifikasi, Standard dan Etika, Kepemimpinan, Asosiasi dan
Komunikasi, Pengakuan Sebagai Profesi, Tanggung Jawab Profesi dan Hubungan dengan Profesi
Lainnya.
Made Pidarta (1997 : 269-271) menyatakan bahwa diperlukan hal-hal berikut untuk
memenuhi persyaratan profesi pendidik, yaitu : Pertama, perlunya diperkenalkan penjelasan
pengertian pendidikan bagi calon pendidik memberikan kesempatan berpikir untuk memahami
profesi mendidik tersebut. Kedua, perlu dikembangkan kepada calon pendidik kriteria
keberhasilan mendidik, keberhasilan ini bukan atas prestasi akademik pendidik namun lebih
dicerminkan oleh keberhasilan mendidik dengan kriteria-kriteria tertentu seperti Memiliki sikap
suka belajar, tahu tentang cara belajar dan lainnya. Ketiga, memperkenalkan perilaku di lapangan
yang dapat dipilih beberapa di antaranya yang sesuai dengan tujuan pendidikan setiap kali tatap
muka.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Profesi pendidik merupakan suatu bidang yang memerlukan profesionalisme dalam
menjalankannya. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan diperlukan para
pendidik yang profesional yang ditopang dengan pengelola kependidikan yang profesional pula
dan perlu kebersamaan dalam menjalankannya.
Hambatan dalam mewujudkan profesionalisme ini berupa masih berjalannya sistem orde
baru yang tidak kondusif, penuh KKN dan moral yang rendah dari sebagian tenaga pendidik.
Pencapaian profesionalisme pendidikan memerlukan tahapan-tahapan, perlu aplikasi bidang lain
yang bersesuaian untuk kemajuan pendidikan dan pembinaan moral yang melibatkan pendidikan
agama.
Syarat-Syarat Guru Profesional
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional meliputi:
1. Kompetensi Paedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru
harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasi manajemen kurikulum, mulai dari
merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum,
serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan
perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.
2. Kompetensi Personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28
ayat 3 butir b). Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi
sumber inspirasi bagi siswa. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut
diteladani, sehingga mampu melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. (di
depan guru member teladan/contoh, di tengah memberikan karsa, dan di belakang memberikan
dorongan/motivasi).
3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya
guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter
yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep
teoretis, mampu memilih model, strategi, dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum,
dan landasan kependidikan.
4.
Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (SNP, penjelasan Pasal 28
ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan muridmuridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat
luas.
Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut di atas, maka guru tersebut telah
memiliki hak professional karena ia telah jelas memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung
jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3. Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam
rangka menjalankan tugas sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang
inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual maupun
secara institusional.
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, guru merupakan ujung tombak atau
pelaksana yang terdepan. Bila diumpamakan bidang kedoktera, teknik, politik, ekonomi,
pertanian, industri, dan lain-lain adalah untuk kepentingan manusia, maka guru bertugas untuk
membangun manusianya itu sendiri. Hal ini tentu memerlukan persyaratan khusus untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut di atas, yaitu guru sebagai suatu profesi, sebagai perpaduan antara
panggilan, ilmu, teknologi, dan seni, yang bertumpu pada landasan pengabdian dan sikap
kepribadian yang mulia.
Pada hakikatnya tugas guru tidak saja seharusnya diperlukan sebagai suatu tugas yang
professional, tetapi adalah wajar bilamana melihatnya sebagai suatu profesi utama, karena
mengajar antara lain berarti turut menyiapkan subjek didik ke arah berbagai jenis profesi.
Dikaitkan dengan angkatan kerja, maka implikasinya ialah guru merupakan angkatan kerja
utama, oleh karena guru merupakan tenaga yang turut menyiapkan tenaga pembangunan lainnya.
Berkenaan dengan uraian di atas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa di atas pundak
gurulah terdapat beban yang berat dan semakin menantang, karena memang tugas guru adalah
sedemikian kompleks dan akan semakin kompleks dengan majunya masyarakat serta
berkembangnya IPTEK, maka sudah sewajarnya apabila kepada setiap guru diberikan jaminan
sepenuhnya agar ia menghayati haknya sebagai seorang guru professional. Kepada para guru,
sudah saatnya untuk meningkatkan kemampuannya, sejalan dengan semakin meningkatnya
penghargaan masyarakat terhadap profesi guru. Terutama setelah adanya sertifikasi guru, baik
melalui penilaian portofolio maupun jalur pendidikan profesi guru.