laporan pendahuluan pre post op BPH
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep teori
1.
Definisi
Benigna prostatic hyperplasia (BPH), adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat. (Yuliana,
Elin,2011).
BPH adalah pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat
membesar.
2.
Etiologi
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan usia, akan terjadi perubahan
keseimbangan testoteron estogenkarena produksi testoteron menurun dan terjadi
dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jaringan adipose diperifer.
Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan efek perubahan juga
terjadi perlahan-lahan. ( Wim dejong: 2002)
3.
Manifestasi Klinis
Gejala awal muncul ketika prostat yang mengalami pembesaran mulai
menyumbat saluran kencing(uretra). Penderita mulai sulit untuk mulai berkemih
dimalam hari (nokturia) dan harus mengedan lebih kuat ketika berkemih.
Gejala BPH berganti-ganti dari waktu- kewaktu dan mungkin terjadi semakin
parah, menjadi stabil, atau semakin baruk secara spontan.
4
5
a. Kategori keparahan BPH berdasarkan tanda dan gejala
Keparahan
Kekhasan tanda dan gejala
penyakit
ringan
Asimthopatik
Kecepatan urinary puncak < 10ml/s
Volume urine residual setelah pengosongan >2550ml
sedang
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Semua
tanda
diatas
ditambah
obstruksi
penghilangan gelaja dan iritatif.
Penghilangan gejala (tanda dari destrusor yang
parah
tidak stabil).
Semua yang diatas ditambah satu /2 lebih
Dari komplikasi BPH.
Sumber : 150 farmakologi 2 hal :146
b. Manifestasi klinis berdasarkan grade nya.
Grade 1
1) Berbulah-bulah
6
2) Mengeluh kemih tidak lampias
3) Pancaran lemah
4) Nocturia
Grade 2
1) Disuria
2) Nocturia memberat
3) Kadang disertai menggigil dan nyeri pinggang bila terjadi infreksi
Grade 3
Gejala pada grade 1 dan 2
Dan semakin berat
Grade 4
1) Blass penuh
2) Colic abdomen
3) Overlow incontinence
4) Teraba tumor
5) Demam 40-41 C
6) Gigil, delirium, come
c. Manifestasi BPH menurut Rumahorbo (2000)
1) Keluhan saluran kemih bagian atas. (gejala iritatis dan obstruktif)
Gejala iritatif
a)
Frekuensi
b) Nocturia
c)
Urgensi
d) disuria
Gejala obstruktif
a)
rasa tidak lampias setelah miksi
b) hesitanty
c)
staining
d) intermitten
7
2) Pada saluran kemih atas
berupa obstruksi : nyeri pinggang, benjolan pinggang (tanda hidronefrosis)
selnjutnya menjadi gagal ginjal. Dapat ditemukan uremia, peningkatan TD,
perikarditis, foerouremik dan neuropati ferifer.
3) Luar saluran kemih
Pasien datang diawali dengan penyakit hernia ingiunalis/ hemoroid, timbul
penyakit ini di karenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga
menyebabakan tekanan intra abdomen
4.
Patofisiologi
Pada benigna prostat hyperplasia proses terjadinya terkadang dari penyebab
yang tidak diketahui dan kemungkinan terjdi adanya perubahan kadar hormone
yang terjadi karena proses penuaan.
Posisi dari kelenjar prostat yaitu mengelilingi uretha (saluran yang membawa
air kemih keluar dari tubuh)sehingga pertumbuhan pada kelenjar secara bertahap
akan menyempit uretra. Dan pada akhirnya aliran air kemih mengalami
penyumbatan. Jika seorang penderita BPH berkemih, kandung kemih nya tidak
sepenuhnya kosong. Sebagian air kemih masih tertahan didalam kandung kemih.
Sehingga penderita mudah mengalami infeksi atau terbentuknya batu. Dan
penyumbatan saluran kemih untuk jangka panjang bias menyebabkan kerusakan
pada ginjal.
8
5.
Pathway PRE OPERASI
Hormone ekstrogen dan
factor usia
proliferasi
abnormal sel Testoteron tidak seimbang
&
produksi stoma epitel berlebih
Prostat membesar
Penyempitan
lumen
ureter
prostatika
TURP
Obstruksi
Retensi urine
hidro nefritis
nyeri akut
iritasi mukosa
kandung kemih,
terputusnya
kontinuitas
jaringan
rangsangan
syaraf diameter
kecil
pasang
DC
luka
kurang
informasi
ansietas
9
resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan
gangguan
eliminasi urin
open gate
control
tempat masuk
mikroorganism
e
resiko infeksi
(Nurhalis ahuda amin, Kusuma Hardi 2013,Aplikasi Askep berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC,Yogyakarta : Medical Publishing
PATHWAY POST OPERASI
prostat membesar
pembedahan
iritasi mukosa VU
kerusakan integritas kulit
terputusnya kontinuitas jaringan kulit
resiko pembedahan
syok hipovolemik
rangsangan syaraf diameter kecil
open gate control
10
nyeri akut
takut bergerak
Gangguan
mobilisasi
11
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Dilakukan pemeriksaan colok dubur (rektaltuse) untuk merasakan / meraba
kelenjar prostat. Dengan pemeriksaan inni bias diketahui adanya pembesaran
prostat. Benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan (menunjukan
adanya infeksi).
b. Biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal dan
untuk penyaringan kanker prostat. (mengukur kadar antigen spesifik prostat /
PSA). Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat 30-50%. Jika peningkatan
terus terjadi perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah
penderita juga menderita kanker prostat.
c. Pengukuran jumlah air kemih yang tersisa di bladder setelah pernderita
berkemih, dilakukan pemeriksaan kateter / penderita diminta berkemih ke
dalam sebuah uroflowmeter (alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran
air kemih).
d. Dengan USG, bias menentukan ukuran kelenjar dan pennyebab BPH.
e. Endoskopi yang dimasukkan oleh uretra untuk mengetahui penyebab lainnya
dari penyumbatan saluran kemih.
f. Rontgen untuk mengetahui adana penyumbatan saluran kemih.
g. Analisa air kemih dilakukan untuk melihat adanya darah ayau infeksi.
7. Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbul keluhan, tanda dan gejala mungkin tampak
dengan bantuan pemeriksaan diagnostic. Pasien diminta melakukan tirah
baring dan dipuasakan. Dan observasi tanda-tanda vital dan lakukann
pemasangan infuse (tarapi intravena) untuk pemenuhan keseimbangan cairan
dan elektrolit pasien. Serta lakukan pemasangan kateter untuk membantu
pengeluaran unrine.
12
2) Pemberian antibiotic bila perlu disesuaikan dengan intruksi medis
3) Penkes (pendidikan kesehatan)
Perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Seperti menjelaskan
tujuan dan prosedur. Dengan tujuan untuk meningkatkan koping pasien dan
mencegah ansietas.
b. Saat operasi
c. Setelah oprasai
Pantau selalu TTV pasien, kaji kondisi luka post operasi pasien
Pengkajian serta observasi ketat pasien post prostatektomi sangat penting
dikarenakan untuk mencegah komplikasi serta perdarahan post protatektomi.
Selain itu kondisi kondisi psikologis pasien juga perlu dikaji dikarenakan
seringnya terjadi gangguan emosional post prostatektomi seperti adannya
gangguan citra tubuh, dan juga gangguan nyeri protatektomi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian pengobatab sesuai instruksi dan
berkolabotasi juga dengan ahli gizi untuk pemenuhan mutrisi pasien post
prostatektomi.
(Brunner & Suddent, 1998)
13
B. KONSEP ASKEP PRE OPERATIF
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan menjadi
landasan untuk kesuksesan pada tahapan-tahapan berikutnya.
1. Pengkajian pada fase para operatif
Kaji pemahaman pasien tentang
a.
Penyakitnya
b.
Pengalaman operasi sebelumnya
c.
Tujuan dan operasi tindakan operasi
d.
Persiapan operasi baik fisik maupaun penunjang
e.
Situasi dan kondisi kamar operasi dan petugas
f.
Latihan yang harus dlakukan sebelum operasi dan yang harus dijalankan
setelahnya, seperti latihan napas dalam, batuk efektif, ROM, dll
Kaji gejala yang dialami pasien
a. Kaji pola tidur pasien
b. Pemeriksaan fisik
1) TTV sebelum masuk kamar operasi
2) Kaji jalan napas : daerah kepala dan leher untuk melihat adanya tismus,
keadaan gigi geligi, adanya gig palsu, gangguan fleksi dan ekstensi
leher, devisiasi trachea, adanya massa.
3) Jantung untuk mengevolusi kondisi jantung
4) Paru-paru untuk menilai adanya, dispnea, ronci dan mengi
5) Abdomen untuk menilai adany distensi, massa, achites, hernia, tanda
regurtitasi, faeses dicolon.
6) Punggung untuk melihat deformitas, memar atau infeksi
7) Neurologis : status mental, fungsi saraf cranial, kesadaran, fungsi
sensorimotorik
14
8) Ekstrimitas,untuk melihat perfusi distal, jari tubuh, sianosis, kulit dan
vena serta fungsi vena.
c. Mengkaji daerah pembedahan
d. Menelaah identitas pasien (rekam medik)
e. Pemerisaan diagnostic
f. Pemeriksaan laboratorium rutin
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, massa
pembedahan, dan pembekuan
2) Urine : protein, reduksi, sedimen
g. Pemeriksaan laboratorium khusus
1) Fungsi hati
2) Fungsi ginjal
h. X-ray
1) Thorak foto (untuk bedah mayor)
2) Foto lain sesuai indikasi
15
A. DIANGNOSA KEPERAWATAN PADA FASE PRE OPERATIF
1. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, psikologis)
2. Ansietas b/d (terpajan toksin, hubungan keluarga/ herediter, stress, krisis situasi
atau maturasi, penyalahgunaan zat, ancaman kematian, ancaman konsep diri,
konflik yang tidk disadari)
3. Gangguan Eliminasi b/d obstruksi pintu keluar kandung kemih, efek samping
obat dekongestik
B. INTERVENSI
DX 1
Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, psikologis)
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Kriteria hasil
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktika dengan indicator
sebagai berikut (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu)
mengenali awitan nyeri
Mampu menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan indicator sebagai
berikut :
(sangat berat, berat, sedang, ringan, atau bahkan tidak ada)
NIC
Guidance :
- gunakan
laporan
pasien
sendiri
sebagai
pilihan
pertama
untuk
pengumpulkan informasi pengkajian.
- Minta pasien untuk minilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0-10
- Kaji dampak agama , budaya, kepercayaan dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon nyeri
16
- Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
R/ pencegahan komplikasi, mengetahui tentang nyeri & menpermudah
intervensi, dan mengetahui penyebab nyeri.
Support :
- Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif dimasa
lalu seperti, distraksi, relaksasi, kompres hangat dingin
R/ meningkatkan rasa nyaman pasien
- Lakukan perubahan posisi, massase punggung dan relaksasi
R/ menurunkan nyeri dan meningkatkan rasa nyaman
- Bantu pasien untuk lebih focus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, radio, tape,
dan interaksi dengan pengunjung.
R/ untuk mengalihkan nyeri pasien
Teaching :
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan balik
biologis, trankutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupuntur, kompres hangat atau dingin, massase) sebelum,
setelah, dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menimbulkan nyeri.
- Informasikan / instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat
jika peredaan nyeri tidak tercapai.
R/ membantu pasien agar dapat memenegemen nyerinya secara mandiri dan
mencegah komplikasi.
Dev Environment :
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
R/ meningkatkan rasa nyaman pasien
Collaboration :
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis sesuai
indikasi.
R/ mengurangi dan mampu menghilangkan nyeri secara farmakologi
17
Dx II
NOC
-
Anxiety self control
-
anxiety level
-
coping
Kriteria Hasil
klien mmpu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas dengan
indikator (Tidak Pernah, Jarang, Kadang-kadang, Sering, Selalu)
vital sign dalam batas normal
Poatur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan anxietas
NIC
Guidence :
kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk sikap reaksi
fisik.
Rasional : mengetahui tingkat kecemasan dan memudahkan intervensi
Kaji faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi penyebab
anxietas.
Rasional : mengetahui penyebab anxietas dan memudahkan intervensi
Reduksi anxietas, menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan pengetahuan pasien
Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan anxietas di masa lalu
Rasional : Mengetahui teknik terbaik dalam pemberian intervensi
18
Support :
berikan dorongan kepada pasien untuk mengunkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk mengekternalisasikan anxietas
Rasional : mengurangi beban pikiran pasien dan menurunkan kecemasan
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
anxietas
Rasional : mengetahui pertahanan terbaik untuk mengurangi anxietas
dorong pasien untuk mengekpresikan kemarahan dan iritasi serta izinkan
pasien untuk menangis
Rasional : ekpresi yang dikeluarkan dapat menurunkan anxietas dan
membuat tenang
sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan anxietas dan memperluas fokus
Rasional : mengalihkan kecemasan pasien melalui media
Teaching :
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik
dan gejala penyakit fisik
Rasional : memudahkan intervensi dan mengurangi kecemasan
Instruksikan oasien tentang ppenggunaan teknik relaksasi
Rasional : mengajarkan pasien untuk mampu mengontrol cemasnya
Developmen and Environment :
ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
singkirkan sumber-sumber anxietas jika memungkinkan
Rasional : menghindari kambuhan cemas dan menurunkan anxietas
Colaboration :
Berikan Obat untuk menurunkan anxietas
Rasional : Mengurangi/menghilangkan anxietas secara farmakologis
19
DX III
NOC
-
Urinary elimination
-
Urinary Continue
Kriteria Hasil
Menunjukkan kontinensia urine, yang dibuktikan dengan indikator : tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu ditunjukkan
mengosongkan bladder secara umum
mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang adekuat
urine residu pasca berkemih >100 – 200 Ml
ISK (Hitung sel darah putih
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep teori
1.
Definisi
Benigna prostatic hyperplasia (BPH), adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat. (Yuliana,
Elin,2011).
BPH adalah pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat
membesar.
2.
Etiologi
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan usia, akan terjadi perubahan
keseimbangan testoteron estogenkarena produksi testoteron menurun dan terjadi
dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jaringan adipose diperifer.
Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan efek perubahan juga
terjadi perlahan-lahan. ( Wim dejong: 2002)
3.
Manifestasi Klinis
Gejala awal muncul ketika prostat yang mengalami pembesaran mulai
menyumbat saluran kencing(uretra). Penderita mulai sulit untuk mulai berkemih
dimalam hari (nokturia) dan harus mengedan lebih kuat ketika berkemih.
Gejala BPH berganti-ganti dari waktu- kewaktu dan mungkin terjadi semakin
parah, menjadi stabil, atau semakin baruk secara spontan.
4
5
a. Kategori keparahan BPH berdasarkan tanda dan gejala
Keparahan
Kekhasan tanda dan gejala
penyakit
ringan
Asimthopatik
Kecepatan urinary puncak < 10ml/s
Volume urine residual setelah pengosongan >2550ml
sedang
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Semua
tanda
diatas
ditambah
obstruksi
penghilangan gelaja dan iritatif.
Penghilangan gejala (tanda dari destrusor yang
parah
tidak stabil).
Semua yang diatas ditambah satu /2 lebih
Dari komplikasi BPH.
Sumber : 150 farmakologi 2 hal :146
b. Manifestasi klinis berdasarkan grade nya.
Grade 1
1) Berbulah-bulah
6
2) Mengeluh kemih tidak lampias
3) Pancaran lemah
4) Nocturia
Grade 2
1) Disuria
2) Nocturia memberat
3) Kadang disertai menggigil dan nyeri pinggang bila terjadi infreksi
Grade 3
Gejala pada grade 1 dan 2
Dan semakin berat
Grade 4
1) Blass penuh
2) Colic abdomen
3) Overlow incontinence
4) Teraba tumor
5) Demam 40-41 C
6) Gigil, delirium, come
c. Manifestasi BPH menurut Rumahorbo (2000)
1) Keluhan saluran kemih bagian atas. (gejala iritatis dan obstruktif)
Gejala iritatif
a)
Frekuensi
b) Nocturia
c)
Urgensi
d) disuria
Gejala obstruktif
a)
rasa tidak lampias setelah miksi
b) hesitanty
c)
staining
d) intermitten
7
2) Pada saluran kemih atas
berupa obstruksi : nyeri pinggang, benjolan pinggang (tanda hidronefrosis)
selnjutnya menjadi gagal ginjal. Dapat ditemukan uremia, peningkatan TD,
perikarditis, foerouremik dan neuropati ferifer.
3) Luar saluran kemih
Pasien datang diawali dengan penyakit hernia ingiunalis/ hemoroid, timbul
penyakit ini di karenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga
menyebabakan tekanan intra abdomen
4.
Patofisiologi
Pada benigna prostat hyperplasia proses terjadinya terkadang dari penyebab
yang tidak diketahui dan kemungkinan terjdi adanya perubahan kadar hormone
yang terjadi karena proses penuaan.
Posisi dari kelenjar prostat yaitu mengelilingi uretha (saluran yang membawa
air kemih keluar dari tubuh)sehingga pertumbuhan pada kelenjar secara bertahap
akan menyempit uretra. Dan pada akhirnya aliran air kemih mengalami
penyumbatan. Jika seorang penderita BPH berkemih, kandung kemih nya tidak
sepenuhnya kosong. Sebagian air kemih masih tertahan didalam kandung kemih.
Sehingga penderita mudah mengalami infeksi atau terbentuknya batu. Dan
penyumbatan saluran kemih untuk jangka panjang bias menyebabkan kerusakan
pada ginjal.
8
5.
Pathway PRE OPERASI
Hormone ekstrogen dan
factor usia
proliferasi
abnormal sel Testoteron tidak seimbang
&
produksi stoma epitel berlebih
Prostat membesar
Penyempitan
lumen
ureter
prostatika
TURP
Obstruksi
Retensi urine
hidro nefritis
nyeri akut
iritasi mukosa
kandung kemih,
terputusnya
kontinuitas
jaringan
rangsangan
syaraf diameter
kecil
pasang
DC
luka
kurang
informasi
ansietas
9
resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan
gangguan
eliminasi urin
open gate
control
tempat masuk
mikroorganism
e
resiko infeksi
(Nurhalis ahuda amin, Kusuma Hardi 2013,Aplikasi Askep berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC,Yogyakarta : Medical Publishing
PATHWAY POST OPERASI
prostat membesar
pembedahan
iritasi mukosa VU
kerusakan integritas kulit
terputusnya kontinuitas jaringan kulit
resiko pembedahan
syok hipovolemik
rangsangan syaraf diameter kecil
open gate control
10
nyeri akut
takut bergerak
Gangguan
mobilisasi
11
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Dilakukan pemeriksaan colok dubur (rektaltuse) untuk merasakan / meraba
kelenjar prostat. Dengan pemeriksaan inni bias diketahui adanya pembesaran
prostat. Benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan (menunjukan
adanya infeksi).
b. Biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal dan
untuk penyaringan kanker prostat. (mengukur kadar antigen spesifik prostat /
PSA). Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat 30-50%. Jika peningkatan
terus terjadi perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah
penderita juga menderita kanker prostat.
c. Pengukuran jumlah air kemih yang tersisa di bladder setelah pernderita
berkemih, dilakukan pemeriksaan kateter / penderita diminta berkemih ke
dalam sebuah uroflowmeter (alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran
air kemih).
d. Dengan USG, bias menentukan ukuran kelenjar dan pennyebab BPH.
e. Endoskopi yang dimasukkan oleh uretra untuk mengetahui penyebab lainnya
dari penyumbatan saluran kemih.
f. Rontgen untuk mengetahui adana penyumbatan saluran kemih.
g. Analisa air kemih dilakukan untuk melihat adanya darah ayau infeksi.
7. Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbul keluhan, tanda dan gejala mungkin tampak
dengan bantuan pemeriksaan diagnostic. Pasien diminta melakukan tirah
baring dan dipuasakan. Dan observasi tanda-tanda vital dan lakukann
pemasangan infuse (tarapi intravena) untuk pemenuhan keseimbangan cairan
dan elektrolit pasien. Serta lakukan pemasangan kateter untuk membantu
pengeluaran unrine.
12
2) Pemberian antibiotic bila perlu disesuaikan dengan intruksi medis
3) Penkes (pendidikan kesehatan)
Perlu diberikan untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Seperti menjelaskan
tujuan dan prosedur. Dengan tujuan untuk meningkatkan koping pasien dan
mencegah ansietas.
b. Saat operasi
c. Setelah oprasai
Pantau selalu TTV pasien, kaji kondisi luka post operasi pasien
Pengkajian serta observasi ketat pasien post prostatektomi sangat penting
dikarenakan untuk mencegah komplikasi serta perdarahan post protatektomi.
Selain itu kondisi kondisi psikologis pasien juga perlu dikaji dikarenakan
seringnya terjadi gangguan emosional post prostatektomi seperti adannya
gangguan citra tubuh, dan juga gangguan nyeri protatektomi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian pengobatab sesuai instruksi dan
berkolabotasi juga dengan ahli gizi untuk pemenuhan mutrisi pasien post
prostatektomi.
(Brunner & Suddent, 1998)
13
B. KONSEP ASKEP PRE OPERATIF
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan menjadi
landasan untuk kesuksesan pada tahapan-tahapan berikutnya.
1. Pengkajian pada fase para operatif
Kaji pemahaman pasien tentang
a.
Penyakitnya
b.
Pengalaman operasi sebelumnya
c.
Tujuan dan operasi tindakan operasi
d.
Persiapan operasi baik fisik maupaun penunjang
e.
Situasi dan kondisi kamar operasi dan petugas
f.
Latihan yang harus dlakukan sebelum operasi dan yang harus dijalankan
setelahnya, seperti latihan napas dalam, batuk efektif, ROM, dll
Kaji gejala yang dialami pasien
a. Kaji pola tidur pasien
b. Pemeriksaan fisik
1) TTV sebelum masuk kamar operasi
2) Kaji jalan napas : daerah kepala dan leher untuk melihat adanya tismus,
keadaan gigi geligi, adanya gig palsu, gangguan fleksi dan ekstensi
leher, devisiasi trachea, adanya massa.
3) Jantung untuk mengevolusi kondisi jantung
4) Paru-paru untuk menilai adanya, dispnea, ronci dan mengi
5) Abdomen untuk menilai adany distensi, massa, achites, hernia, tanda
regurtitasi, faeses dicolon.
6) Punggung untuk melihat deformitas, memar atau infeksi
7) Neurologis : status mental, fungsi saraf cranial, kesadaran, fungsi
sensorimotorik
14
8) Ekstrimitas,untuk melihat perfusi distal, jari tubuh, sianosis, kulit dan
vena serta fungsi vena.
c. Mengkaji daerah pembedahan
d. Menelaah identitas pasien (rekam medik)
e. Pemerisaan diagnostic
f. Pemeriksaan laboratorium rutin
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, golongan darah, massa
pembedahan, dan pembekuan
2) Urine : protein, reduksi, sedimen
g. Pemeriksaan laboratorium khusus
1) Fungsi hati
2) Fungsi ginjal
h. X-ray
1) Thorak foto (untuk bedah mayor)
2) Foto lain sesuai indikasi
15
A. DIANGNOSA KEPERAWATAN PADA FASE PRE OPERATIF
1. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, psikologis)
2. Ansietas b/d (terpajan toksin, hubungan keluarga/ herediter, stress, krisis situasi
atau maturasi, penyalahgunaan zat, ancaman kematian, ancaman konsep diri,
konflik yang tidk disadari)
3. Gangguan Eliminasi b/d obstruksi pintu keluar kandung kemih, efek samping
obat dekongestik
B. INTERVENSI
DX 1
Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, psikologis)
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
Kriteria hasil
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktika dengan indicator
sebagai berikut (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu)
mengenali awitan nyeri
Mampu menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan indicator sebagai
berikut :
(sangat berat, berat, sedang, ringan, atau bahkan tidak ada)
NIC
Guidance :
- gunakan
laporan
pasien
sendiri
sebagai
pilihan
pertama
untuk
pengumpulkan informasi pengkajian.
- Minta pasien untuk minilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0-10
- Kaji dampak agama , budaya, kepercayaan dan lingkungan terhadap nyeri
dan respon nyeri
16
- Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
R/ pencegahan komplikasi, mengetahui tentang nyeri & menpermudah
intervensi, dan mengetahui penyebab nyeri.
Support :
- Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif dimasa
lalu seperti, distraksi, relaksasi, kompres hangat dingin
R/ meningkatkan rasa nyaman pasien
- Lakukan perubahan posisi, massase punggung dan relaksasi
R/ menurunkan nyeri dan meningkatkan rasa nyaman
- Bantu pasien untuk lebih focus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, radio, tape,
dan interaksi dengan pengunjung.
R/ untuk mengalihkan nyeri pasien
Teaching :
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan balik
biologis, trankutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi music, distraksi, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupuntur, kompres hangat atau dingin, massase) sebelum,
setelah, dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menimbulkan nyeri.
- Informasikan / instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat
jika peredaan nyeri tidak tercapai.
R/ membantu pasien agar dapat memenegemen nyerinya secara mandiri dan
mencegah komplikasi.
Dev Environment :
- Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
R/ meningkatkan rasa nyaman pasien
Collaboration :
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis sesuai
indikasi.
R/ mengurangi dan mampu menghilangkan nyeri secara farmakologi
17
Dx II
NOC
-
Anxiety self control
-
anxiety level
-
coping
Kriteria Hasil
klien mmpu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas dengan
indikator (Tidak Pernah, Jarang, Kadang-kadang, Sering, Selalu)
vital sign dalam batas normal
Poatur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan anxietas
NIC
Guidence :
kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk sikap reaksi
fisik.
Rasional : mengetahui tingkat kecemasan dan memudahkan intervensi
Kaji faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi penyebab
anxietas.
Rasional : mengetahui penyebab anxietas dan memudahkan intervensi
Reduksi anxietas, menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan pengetahuan pasien
Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan anxietas di masa lalu
Rasional : Mengetahui teknik terbaik dalam pemberian intervensi
18
Support :
berikan dorongan kepada pasien untuk mengunkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk mengekternalisasikan anxietas
Rasional : mengurangi beban pikiran pasien dan menurunkan kecemasan
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
anxietas
Rasional : mengetahui pertahanan terbaik untuk mengurangi anxietas
dorong pasien untuk mengekpresikan kemarahan dan iritasi serta izinkan
pasien untuk menangis
Rasional : ekpresi yang dikeluarkan dapat menurunkan anxietas dan
membuat tenang
sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan anxietas dan memperluas fokus
Rasional : mengalihkan kecemasan pasien melalui media
Teaching :
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panik
dan gejala penyakit fisik
Rasional : memudahkan intervensi dan mengurangi kecemasan
Instruksikan oasien tentang ppenggunaan teknik relaksasi
Rasional : mengajarkan pasien untuk mampu mengontrol cemasnya
Developmen and Environment :
ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
singkirkan sumber-sumber anxietas jika memungkinkan
Rasional : menghindari kambuhan cemas dan menurunkan anxietas
Colaboration :
Berikan Obat untuk menurunkan anxietas
Rasional : Mengurangi/menghilangkan anxietas secara farmakologis
19
DX III
NOC
-
Urinary elimination
-
Urinary Continue
Kriteria Hasil
Menunjukkan kontinensia urine, yang dibuktikan dengan indikator : tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu ditunjukkan
mengosongkan bladder secara umum
mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang adekuat
urine residu pasca berkemih >100 – 200 Ml
ISK (Hitung sel darah putih