STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah salah satu penyakit urologi,
dengan diagnosis adanya proliferasi sel prostat (Heidelbaugh, 2008). Benign
Prostatic Hyperplasia atau dalam bahasa umumnya dinyatakan sebagai
Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) merupakan masalah yang sering terjadi pada
kebanyakan pria berusia diatas 50 tahun dan insidennya semakin meningkat
dengan bertambahnya usia (Pakasi, 2009).
Menurut penelitian, secara global prevalensi, lebih dari 50% pria berusia 60
tahun atau lebih dan insidennya memuncak menjadi 90% pada laki-laki 85 tahun
atau lebih (Yoshida et al., 2011). Sedangkan berdasarkan bukti mikroskopis
histologis nodular hiperplasia dapatkan kira-kira 20% pria 40 tahun, meningkat
hingga 70% dengan umur 60 tahun dan 90% usia 70 tahun (Deep et al., 2010). Di
Indonesia PPJ merupakan kelainan urologi kedua setelah batu saluran kemih dan
diperkirakan 50% pada pria berusia diatas 50 tahun. Di

Rumah

Sakit


Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta ditemukan rata-rata 150 sampai 200
penderita pembesaran prostat setiap tahun yang memerlukan tindakan operasi,
dan kecenderungan angka tersebut terus meningkat. Di SMF Urologi RS Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, dalam 5 tahun terakhir ini PPJ menduduki
peringkat pertama menggeser batu saluran kemih (protap 10 penyakit SMF
Urologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo) (Pakasi, 2009).
Mekanisme penyebab BPH belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan
patofisiologi

terjadinya

BPH

berkaitan

dengan

proses


penuaan

yang

mengakibatkan penurunan kadar hormon testosteron pria. Hormon testosteron
dalam kelenjar prostat akan diubah menjadi intraprostatic dihydrotestosterone
(DHT) sebagai metabolit aktif. Dihydrotestosterone inilah yang kemudian secara
kronis merangsang pertumbuhan kelenjar prostat sehingga membesar (Sarma &
Wei, 2012).

1

2

Manifestasi klinik pada BPH dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih
(ISK), urosepsis, trabekulasi buli, sakulasi buli, divertikulasi buli, hidronefrosis,
hematuria, batu kandung kemih, cistitis, pielonefritis, retensi urin akut atau
kronik, refluks vesiko-ureter, hidroureter, inkontinensia ginjal, dan gagal ginjal
(Heidelbaugh, 2008).
Pilihan pengobatan penyakit BPH mencakup pemantauan penyakit (watchfull

waiting), medikametosa dan terapi intervensi. Terapi intervensi dibagi menjadi
dua yaitu tindakan pembedahan dan teknik instrumentasi alternatif. Tindakan
pembedahan meliputi pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, HoLAP,
HoLEP, HoLRP, dan PVP. Sedangkan teknik instrumentasi alternatif meliputi
TUNA, dan TUMT. Pilihan pengobatan tersebut dipilih berdasarkan tingkat
keadaan pasien dengan skala yang telah ditentukan oleh AUA (American
Urological Association). Pasien BPH tingkat ringan mendapatkan terapi watchfull
waiting. Terapi medikametosa diberikan pada pasien tingkat sedang, dengan
golongan obat Alpha-adrenergic Blockers misalnya tamsulosin, doxasosin,
terazosin, dan 5-Alpha-reductase Inhibitors (5-ARIs) misalnya finasteride dan
dutasteride. Sedangkan pada pasien tingkat sedang dan berat perlu dilakukan
tindakan operasi/pembedahan (McVary et al, 2010).
Penanganan operasi pada BPH, dilakukan dengan membuka traktus urinarius,
sehingga tergolong operasi bersih terkontaminasi. Resiko infeksi berpotensi besar
terjadi pada pasca bedah BPH. Infeksi pasca operasi pada pasien BPH
digambarkan dengan adanya inflamasi. Menurut penelitian, terdapat 7 kasus
(7,78%) dari pasien paska bedah Holmium Laser Enucleation (HoLEP)
mengalami infeksi yakni 3 pasien mengalami prostatitis, 2 pasien mengalami
pyelonephritis, dan 2 pasien mengalami epididimimis (Shigemura et al, 2012).
Sedangkan pada pembedahan Transurethral Resection of The Prostate (TURP)

berpotensi terjadinya morbilitas (McVary et al,2010). Selain itu, pemasangan
kateter pada pasien juga berpengaruh besar terhadap terjadinya infeksi bakteri
maupun jamur (Zarei et al, 2009).
Infeksi, dapat terjadi pula pada pasien yang belum pasti dilakukan tindakan
pembedahan. Infeksi saluran kemih ditemukan 8% - 24% pada pasien BPH
sebelum bedah (Fitzpatrick, 2007). Hal tersebut disebabkan, pasien mengalami

3

LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) akibat adanya BPH, yang menyebabkan
urin tidak dapat dikeluarkan dari tubuh, sehingga bahaya terjadinya infeksi sangat
besar. Infeksi terjadi disebabkan urin merupakan sisa metabolisme tubuh yang
harus dikeluarkan oleh tubuh, karena banyak mengandung bakteri patogen, seperti
Echerichia coli, Staphylococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, dan
Enterobacter spp. Menurut penelitian, terdapat 56% pasien BPH yang mengalami
infeksi bakteri Echerichia coli (Marschall et al, 2012). Adanya infeksi juga
terbukti pada pemeriksaan penunjang dasar pada urinalisis dan kultur urin yaitu
dengan Pemeriksaan Darah Lengkap (DPL) pada pasien BPH dengan gejala
hematuria pada awal masuk rumah sakit (Grace, 2007).
Untuk menghindari terjadinya infeksi pada tidakan operasi pasien BPH,

diperlukan tindakan pencegahan, salah satunya adalah dengan pemberian terapi
antibiotik profilaksis. Selain, antibiotik profilaksis terapi antibiotik juga perlu
diberikan pada pasien BPH untuk pengobatan penyakit infeksi yang menyertai
pada pasien BPH, seperti infeksi kandung kemih, prostatitis, urosepsis, dan
sebagainya. Antibiotik yang biasa digunakan pada pasien BPH meliputi antibiotik
golongan quinolon, sefalosporin, dan aminoglikosida. Antibiotik golongan
aminoglikosida biasanya digunakan sebagai antibiotik alternatif pada BPH,
apabila ditemukan pasien terbukti mengalami alergi terhadap antibiotik beta
laktam sehingga menimbulkan reaksi yang kurang baik terhadap antibiotik
golongan sefalosporin (Wolf et al, 2008). Selain itu, didukung pula dengan telah
dilakukannya kultur urin dan terbukti positif mengandung bakteruria/bakteribakteri yang sensitif terhadap antibiotik golongan aminoglikosida.
Aminoglikosida adalah senyawa dengan aktivitas yang sangat baik dan
berspektrum luas terhadap banyak spesies bakteri. Meskipun penggunaannya
terbatas oleh rasio toksik dan teraupetik buruk, aminoglikosida masih merupakan
terapi pertama infeksi-infeksi serius yang disebabkan oleh basilus gram negatif
aerob maupun fakultatif, gram positif kokus, dan beberapa strain mikobakteri
(Champney, 2008). Aminoglikosida biasa digunakan untuk indikasi pengobatan
pasien dengan infeksi berat seperti sepsis, nosokomial infeksi saluran pernafasan,
komplikasi infeksi saluran kencing, dan komplikasi infeksi intra abdomen (Huth
et al, 2011). Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, hasil


4

uji kepekaan kuman terhadap antibiotika golongan aminoglikosida menunjukkan
kepekaan paling tinggi terdapat pada Escherichia coli (92,6%), Peudomonas sp.
(75,0%) terhadap amikasin, Klebsiella sp. (86,0%) terhadap netilmisin, diikuti
amikasin (82,9%) (Refdanita, 2004). Aminoglikosida umumnya resisten terhadap
bakteri Pseudomonas, Burkholderia, dan Stenotrophomonas (Wiley John & Sons,
2007). Efek-efek toksik aminoglikosida dapat dibagi menjadi tiga tipe utama yaitu
nefrotoksisitas, ototoksisitas, dan blokade neuromuskular. Efek nefrotoksik
biasanya diinduksikan

aminoglikosida

dengan

bersifat

reversibel


akibat

penghentian terapi dan pemberian dengan dosis tinggi secara tidak tepat. Beberapa
data klinik menggambarkan bahwa insiden nefrotoksisitas aminoglikosida dapat
meningkat

pada

pasien-pasien

yang

mendapatkan

kombinasi

terapi

aminoglikosida dengan beta laktam (Leibovici et al, 2009). Menurut penelitian
ASHA’s (American Speech-Language-Hearing Association) dari 48 kasus pada

penggunaan aminoglikosida efek ototoksisitas meliputi 31,25% pada penggunaan
amikasin, 41,67% pada penggunaan gentamisin, 25% efek penggunaan
tobramisin, 8,33% streptomisin, dan 6,25% kanamisin (Frymark et al, 2010).
Meskipun begitu, secara keseluruhan tingkat kepekaan antibiotik aminoglikosida
terhadap Enterobacteriaceae masih melebihi 90%, sehingga merupakan salah satu
antibiotik pilihan utama untuk menangani infeksi serius (Pangalila, 2012).
Terkait hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan suatu studi penggunaan obat,
untuk mengetahui profil antibiotik aminoglikosida pada kasus Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH) di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola penggunaan antibiotika golongan aminoglikosida pada pasien
BPH di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pola penggunaan antibiotika pada pasien dengan kasus BPH di
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang, yang meliputi dosis yang diberikan,
rute pemberian, dan lama pemberian serta waktu pemberian.


5

2. Mengkaji hubungan terapi antibiotika golongan aminoglikosida dengan dosis
yang diberikan, rute pemberian, lama pemberian, dan waktu pemberian yang
dikaitkan dengan data klinik dan data laboratorium, yang diperoleh di Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan mampu dihasilkan penelitian ini adalah:
1. Sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam menentukan
kebijaksanaan tentang penggunaan antibiotika golongan aminoglikosida
pada kasus BPH.
2. Sebagai sumber informasi kepada para praktisi kesehatan, masyarakat
umum dan penelitian pendahuluan mengenai penggunaan antibiotika
golongan aminoglikosida pada kasus BPH.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di rumah sakit kepada pasien
terkait dengan kepatuhan pasien dalam menggunakan antibiotika golongan
aminoglikosida pada kasus BPH.

SKRIPSI


FARADINA ZULAILI IFA EFENDY

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA
PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA)
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

i

ii

iii


KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, tuhan semesta alam karena
berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA
PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian di
Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang).
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari
peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.

ALLAH SWT, tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan
hidayahNYA kepada umatnya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun
kita menuju jalan yang lurus.

2.

Ibu Tri Lestari H.M.Kep.Sp.Mat., dan Ibu Siti Rofida, S.Farm.,Apt.,
selaku Dekan dan pembantu dekan 3 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis
belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3.

Ibu Nailis Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan
kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang.

4.

Dr. Budi Rahayu MPH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang
beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

5.

Staf pengawai Diklit dan RMK RSSA Malang Bapak Dadang, Ibu Sari dan
Ibu Yuni yang banyak membantu dalam proses pengambilan data skripsi.

iv

6.

Bapak Drs. Didik Hasmono,M.S.,Apt., dan ibu Hidajah Rachmawati,
S.Si.,Apt.,Sp.FRS selaku Dosen Pembimbing I dan II, disela kesibukan
Bapak dan Ibu masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi
ini.

7.

Ibu

Dra.

Lilik

Yusetyani,

Syifa’,S.Farm.,M.Sc.,Apt.,

Apt.,

Sp.FRS.,

dan

Nailis

selaku Dosen Penguji I dan II, yang telah

banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
8.

Ibu Arina Swastika, S.Farm., Apt., selaku Dosen wali. Terima kasih
banyak atas arahan, nasehat, dan bimbingannya selama ini.

9.

Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhamadiyah Malang yang
sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat
berguna, khususnya kepada Ibu Sendy Lia Yunita, S.Farm., Apt., selaku
Dosen penanggung jawab skripsi yang telah susah payah membantu
jalanya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi
dengan baik.

10. Untuk semua angggota tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak
membantu untuk kebutuhan administrasi kelengkapan skripsi.
11. Orang Tuaku tercinta Papa dan Mama, Bapak Syamsul Evendy dan Ibu
Siti Kholifah, yang tiada hentinya memotivasi dalam segala hal, dengan
sabar mendoakan untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya. Terima
kasih banyak atas didikan dan kerja keras untuk membuat anak-anaknya
bahagia serta mendapatkan ilmu yang bemanfaat.
12. Adik-adikku Ria Fransisca Ifa Evendy dan Indra Yuliarta Ifa Evendy,
terima kasih buat motivasi dan doanya sehingga skripsi ini dapat selesai
tepat waktu.
13. Sekeluarga besar Mama dan Nenekku tercinta, Ibu Maryam, terimakasih
atas doa, bantuan, motivasi, dan perhatiannya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.

v

14. Sahabat seperjuanganku skripsi Karyna Alviyah Malinda, Navila Azra,
dan Luluk Fauziah, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi,
semangat serta kerja samanya sehingga skripsi ini dapat terwujud.
15. Sahabat tersayang Oktavia Diyah Purnama Sari, Dinnia Imroatul
Kharimah, Ika Aries Sandi, Rezki Maulidia Rahmawati, dan Hervita
Meivenni dengan keceriaan dan semangat kalian selama ini sebagai
sahabat yang membantu dan mendukung saat senang maupun susah.
16. Teman-temanku Rizky Amalia, Roselly Yulianda Kristin, Farisa Diwi
Harsiwi, Eflinora Norma Furqia, Laili Ami Sulistio Rini, Luluk Indah
Suryaningsih, dan Wury Damayanti, terima kasih atas bantuan dan
perhatiannya selama ini sehingga aku dapat menyelesaikan studi kuliahku
tepat waktu.
17. Teman-temanku diskusi Enis Dwi Ismayanti, Randy Teja Permana, Angga
Isti Ayu Wibowo, dan Dedy Prayogo terimakasih atas kesabarannya
menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku selama perkuliahan.
18. Teman-teman Farmasi C UMM 2010, terima kasih atas kebersamaan,
kekompakan dan kenangan indah dan buruk selama ini, terima kasih atas
pelajaran hidup yang diberikan.
19. Teman-teman satu angkatan Farmasi UMM 2010, terima kasih
kebersamaan, perhatian dan batuan kalian selama perkuliahan.
20. Teman-teman KKN 07 2010, Lumbang-Probolinggo, atas kebersamaan,
dan bantuannya, berkat kalian banyak pelajaran, pengalaman berharga
yang tak terlupakan seumur hidupku.
21. Sahabat dan Temanku SMP dan SMA, Dewanti Berlian Rahmawati,
Faizzatur Rokhmah, Maya Wijayanti, Rahma Widayanti, Ika Winda, Sarah
dan Rheindra Rizky Nalendra, terimakasih atas kebersamaannya di masa
lalu yang kini menjadi motivasiku.
22. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf
dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput
dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.
Jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, penulis
tidak mampu membalas dengan apapun. Semoga amal baik semua pihak

vi

mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat
berguna bagi penelitian berikutnya, amiin.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Malang, 4 Juli 2014
Penyusun

(Faradina Zulaili Ifa Efendy)

vii

RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN
PROSTATIC HYPERPLASIA)
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah salah satu penyakit urologi,
dengan diagnosis adanya proliferasi sel prostat. Benign Prostatic Hyperplasia atau
dalam bahasa umumnya dinyatakan sebagai Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)
merupakan masalah yang sering terjadi pada kebanyakan pria berusia diatas 50
tahun dan insidennya semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Mekanisme
penyebab BPH belum diketahui pasti, namun berdasarkan patofisiologi terjadinya
BPH berkaitan dengan proses penuaan yang mengakibatkan penurunan kadar
hormon testosteron pria. Hormon testosteron dalam kelenjar prostat akan diubah
menjadi intraprostatic dihydrotestosterone (DHT) sebagai metabolit aktif.
Dihydrotestosterone inilah yang kemudian secara kronis merangsang
pertumbuhan kelenjar prostat sehingga membesar.
Pilihan pengobatan untuk penyakit BPH mencakup pemantauan penyakit
(watchfull waiting), medikametosa dan terapi intervensi. Pilihan pengobatan
tersebut dipilih berdasarkan tingkat keadaan pasien dengan skala yang telah
ditentukan oleh AUA (American Urological Association). Tujuan terapi BPH
adalah untuk mengembalikan kualitas hidup pasien, mencegah terjadinya
komplikasi BPH yang lebih berat pada pasien, menekan pertumbuhan
bakteri/mikroorganisme, dan mencegah terjadinya infeksi baik pada pasien yang
akan dilakukan tidakan pembedahan maupun pasien yang tidak dilakukan
intervensi pembedahan, dan mengobati penyakit infeksi penyerta pada pasien
BPH seperti infeksi saluran kemih , prostatitis, urosepsis, dan sebagainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan
antibiotik golongan aminoglikosida pada pasien BPH di RSU Dr. Saiful Anwar,
serta mengkaji hubungan terapi antibiotik aminoglikosida terkait dosis yang
diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, interval pemberian, dan lama
pemberian yang dikaitkan dengan data klinik.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Rancangan penelitian ini
bersifat deskriptif yaitu berupa studi retrospektif dengan metode pengambilan
sampel berdasarkan waktu. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosa BPH
di Rumah Sakit Umum Dr.Saiful Anwar Malang, dengan data Rekam Medik
Kesehatan (RMK) meliputi dengan atau tanpa penyakit penyerta maupun penyakit
infeksi, prabedah maupun pasca bedah dan mendapatkan terapi antibiotik
golongan aminoglikosida beserta obat lain penyertanya dan kombinasinya dengan
data yang lengkap data periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013
Hasil penelitian ini, diperoleh 25 data RMK yang memenuhi kriteria inklusi
dari 307 data populasi, meliputi 12 pasien (48%) pada tahun 2012 dan sebanyak
13 pasien (52%) pada tahun 2013. Insiden BPH memuncak pada pasien umur 6170 tahun sebanyak (56%). Penatalaksanaan terapi BPH berdasarkan RMK
didapatkan semua pasien mendapatkan terapi intervensi/bedah. TURP merupakan
pilihan operasi yang paling banyak digunakan dalam mengatasi BPH, sebanyak
19 pasien (76%). Pada pasien BPH perlu dilakukan identifikasi mikrobiologi
viii

untuk mengetahui pasien telah mengalami infeksi preoperasi BPH akibat
terganggunya saluran urinaria atau tidak. Berdasarkan RMK pasien, didapatkan
sebanyak 7 pasien (28%), yang dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
Mikroorganisme E. coli ditemukan paling banyak penyebab infeksi pada pasien
BPH, karena E. coli dalam jumlah normal merupakan flora normal yang hidup
dalam usus besar manusia. Terapi antibiotik pada pasien BPH selain sebagai
pengobatan infeksi, juga diberikan sebagai profilaksis bedah. Terapi antibiotik
yang diterima pasien BPH digolongkan menjadi dua jenis yaitu antibiotik tunggal
dan kombinasi dua antibiotik. Terapi antibiotika tunggal sebanyak (91%)
sedangkan kombinasi dua antibiotik sebanyak (9%). Distribusi terapi antibiotik
aminoglikosida secara tunggal yang paling banyak diterima pasien BPH yaitu
sebanyak (65%). Jenis antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan
meliputi dua jenis antibiotik saja yaitu gentamisin dan amikasin. Terapi
penggunaan gentamisin lebih banyak dibandingkan amikasin dengan persentase
masing-masing 53% dan 12%. Pemiliha gentamisin dibandingkan amikasin
dikarenakan faktor empiris atau penggalaman praktisi kesehatan lebih lama
penggunaan terapi gentamisin dibandingkan amikasin. Selain itu, juga
pertimbangan harga gentamisin yang lebih murah.

ix

ABSTRACT
DRUG UTILIZATION STUDY OF ANTIBIOTICS
AMINOGLYCOSIDE IN PATIENTS WITH BPH (BENIGN
PROSTATIC HYPERPLASIA)
(Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)
Background: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a disease with diagnosis of
excessive proliferation in prostate cells. Treatment of BPH disease include
watchfull waiting, surgical, and pharmacology therapy. In BPH patients as a
prophylactic antibiotic therapy in addition to surgery, is also given as the cause of
infectious complications of BPH treatment. Aminoglycoside class of antibiotics is
one antibiotics therapy designed to prevent and or treat infection.
Objective: The study aims to determine patterns of antibiotics aminoglycoside
utilization in patient with BPH and to examine the relationship antibiotics
aminoglycoside therapy related to the dose, route of administration, frequency of
administration, duration and timing of administration associated with clinical data
Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling
method in BPH patient from January 2011 to December 2013.
Results & Conclusion: single antibiotic therapy as much (91%), while a
combination of two antibiotics as (9%). Distribution of aminoglycoside antibiotic
therapy is the single most widely accepted BPH patients as many as 33 patients
(65%). Aminoglycoside class of antibiotics used include two types of antibiotics
are gentamicin and amikacin. Therapeutic use of antibiotics gentamicin amikacin
more than the percentage respectively 53% and 12%. The use of dose, route of
administration, intervals of administration, and duration of aminoglycoside class
of antibiotics given to patients with BPH is appropriate according to several
studies of the existing literature.
Keywords: Antibiotics, Aminoglycosides, BPH

x

ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA)
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

Latar Belakang: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan penyakit,
dengan diagnosis adanya proliferasi secara berlebihan pada sel prostat.
Pengobatan BPH meliputi watchfull waiting, terapi farmakologi, dan tindakan
pembedahan. Pada pasien BPH terapi antibiotik selain sebagai profilaksis bedah,
juga diberikan sebagai pengobatan infeksi penyebab komplikasi BPH. Antibiotik
golongan aminoglikosida merupakan salah satu terapi antibotik yang ditujukan
untuk mencegah dan atau mengobati infeksi.
Tujuan: untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan amnoglikosida
pada pasien BPH dan mengkaji hubungan terapi antibiotik aminoglikosida terkait
dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, interval pemberian,
dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik.
Metode: Penelitian ini bersifat observasional yaitu berupa studi retrospektif
dengan metode consecutive sampling pada pasien BPH periode 1 Januari 2011
sampai dengan 1 Januari 2013
Hasil & Kesimpulan: Terapi antibiotika tunggal sebanyak (91%) sedangkan
kombinasi dua antibiotik sebanyak (9%). Distribusi terapi antibiotik
aminoglikosida secara tunggal yang paling banyak diterima pasien BPH yaitu
sebanyak 33 pasien (65%). Jenis antibiotik golongan aminoglikosida yang
digunakan meliputi dua jenis antibiotik saja yaitu gentamisin dan amikasin. Terapi
penggunaan antibiotik gentamisin lebih banyak dibandingkan amikasin dengan
persentase masing-masing 53% dan 12%. Penggunaan dosis, rute pemberian,
interval pemberian, serta lama pemberian antibiotik golongan aminoglikosida
yang diberikan pada pasien BPH sudah sesuai menurut beberapa studi literatur
yang ada.
Kata Kunci: Antibiotik Aminoglikosida, BPH

xi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGUJIAN .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
RINGKASAN ...................................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1. Prostat ................................................................................................... 6
2.2. Benign Prostatic Hyperplasia ............................................................... 7
2.2.1. Definisi BPH ................................................................................. 7
2.2.2. Epidemiologi BPH ........................................................................ 7
2.2.3. Gejala dan Tanda-tanda BPH ....................................................... 8
2.2.4. Faktor Resiko BPH ....................................................................... 8
2.2.5. Patofisiologi BPH ........................................................................ 9
2.2.6. Manifestasi Klinis BPH ............................................................... 12
2.2.7 Pemeriksaan BPH ........................................................................ 12
2.2.8 Diagnosis BPH .............................................................................. 13
2.2.9 Tujuan Terapi BPH ....................................................................... 13

xii

2.2.10 Pengobatan BPH ......................................................................... 14
2.2.10.1 Watchfull Waiting................................................................. 14
2.2.10.2 Medikamentosa BPH .......................................................... 15
2.2.10.3. Terapi Intervensi ................................................................ 15
2.2.10.3.1 Pembedahan Terbuka (Open prostatectomy) .............. 16
2.2.10.3.2 Transurethral resection of the prostate (TURP) .......... 16
2.2.10.3.3 Transurethral incision of the prostate (TUIP) ............ 17
2.2.10.3.4 Transurethral vaporization of the prostate (TUVP) .... 17
2.2.10.3.5 Transurethral laser prostatectomy ............................... 17
2.2.10.3.6 Transurethral needle ablation (TUNA) ....................... 18
2.2.10.3.7 Transurethral microwave thermotherapy (TUMT)
....................................................................................................... 18
2.3 Infeksi Nosokomial ................................................................................. 18
2.4 Infeksi Luka Operasi (ILO) .................................................................... 19
2.5 Infeksi Saluran Kemih (ISK) ................................................................. 20
2.6 Bedah Urologi dan Resiko Infeksi ......................................................... 21
2.7 Antibiotika pada BPH ............................................................................. 24
2.8 Antibiotika Golongan Aminoglikosida ................................................... 25
2.8.1 Definisi Aminoglikosida ............................................................... 25
2.8.2 Mekanisme Kerja Aminoglikosida ............................................... 25
2.8.3 Spektrum Antibiotika Aminoglikosida ......................................... 29
2.8.4 Mekanisme Resisten Aminoglikosida ........................................... 29
2.8.5 Farmakokinetika Aminoglikosida ................................................. 31
2.8.6 Administrasi Aminoglikosida ....................................................... 32
2.8.7 Interaksi Aminoglikosida .............................................................. 32
2.8.8. Efek Samping Aminoglikosida .................................................... 33
2.8.8.1 Nefrotoksisitas ....................................................................... 33
2.8.8.2 Ototoksisitas .......................................................................... 33
2.8.8.3. Blokade Neuromuskular ....................................................... 34
2.8.9. Antibiotika Aminoglikosida pada BPH ....................................... 35
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ................................................................ 36
3.1. Kerangka Konseptual ............................................................................ 36

xiii

3.1. Skema Kerangka Konseptual ................................................................ 38
3.2. Skema Kerangka Operasional ............................................................... 39
BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................................... 40
4.1. Rancangan Penelitian ............................................................................ 40
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 40
4.3. Bahan Penelitian .................................................................................... 40
4.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ............................................... 40
4.5. Kriteria Inklusi ...................................................................................... 41
4.6. Kriteria Eksklusi .................................................................................... 41
4.7. Populasi ................................................................................................. 42
4.8. Sampel ................................................................................................... 42
4.9. Instrumen Penelitian .............................................................................. 42
4.10. Definisi Operasional Penelitian ........................................................... 42
4.11. Analisa Data ........................................................................................ 43
BAB 5 HASIL ..................................................................................................... 45
5.1. Jumlah Sampel Penelitian ...................................................................... 45
5.2. Data Demografi Pasien BPH .................................................................. 46
5.2.1 Distribusi Berdasarkan Umur ....................................................... 46
5.2.2 Status Pasien BPH ......................................................................... 46
5.3. Jenis Operasi BPH ................................................................................. 47
5.4. Identifikasi Mikrobiologi pada BPH ...................................................... 47
5.5. Terapi Antibiotika yang Diterima Pasien BPH ...................................... 49
5.5.1 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal pada Pasien BPH ............. 50
5.5.2 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika pada Pasien BPH . 51
5.6. Profil Penggunaan Antibiotik yang Dilakukan Pergantian .................... 52
5.7. Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) ......................................................... 53
5.8. Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien ............................................. 53
BAB 6 PEMBAHASAN ..................................................................................... 54
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 67
7.1. Kesimpulan ............................................................................................... 67
7.2. Saran ......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel .......................................................................................................... Halaman
II.1 Kelas Operasi dan Penggunaan Antibiotik ................................................. 21
II.2 Rekomendasi Antibiotik Profilaksis Perioperatif Urologi ......................... 22
II.3 Rekomendasi Jenis Antibiotik Profilaksis Perioperatif Urologi ................ 23
II.4 Daftar Jenis Antibiotik Golongan Aminoglikosida .................................... 27
V.1 Distribusi Berdasarkan Umur ..................................................................... 46
V.2 Status Pasien BPH ...................................................................................... 46
V.3 Jenis Operasi BPH ...................................................................................... 47
V.4 Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi pasien BPH......................................... 47
V.5 Distribusi Golongan Mikroorganisme dan Jenis Mikroorganisme
yang Ditemukan dari Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi pada pasien
BPH ........................................................................................................... 48
V.6 Distribusi Jenis Mikroorganisme pada pasien BPH ................................... 48
V.7 Komposisi Terapi Antibiotika yang Diterima Pasien BPH ....................... 49
V.8 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal pada Pasien BPH ......................... 50
V.9 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika pada Pasien BPH ............. 51
V.10 Profil Penggunaan Antibiotik yang Dilakukan Pergantian ..................... 52
V.11 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) Pasien BPH ...................................... 53
V.12 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien BPH ................................... 53

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar ..................................................................................................... Halaman
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Pria ................................................... 6
2.2 Anatomi Fisiologi Prostat ............................................................................. 7
2.3 Perbedaan Anatomi Prostat Normal dengan Prostat BPH. ........................... 7
2.4 Skema Aktivitas Hormon Testosteron dalam Sel Stroma dan Sel Epitel
pada BPH ................................................................................................... 10
2.5 Skema Perubahan Keseimbangan Hormon Estrogen – Testoteron..............10
2.6 Skema Perbandingan Homeostasis pada Kelenjar Prostat Normal
dengan Ketidakseimbangan pada BPH ...................................................... 11
2.7 Manifestasi BPH ......................................................................................... 12
2.8 Mekanisme Kerja Antibiotika Golongan Aminoglikosida ......................... 26
2.9 Rumus Struktur Antibiotik Golongan Aminoglikosida .............................. 28
2.10 Mekanisme Resisten Antibiotik Aminoglikosida ..................................... 30
3.2 Skema Kerangka Konseptual pada Benign Prostatic Hyperplasia .............. 38
3.3 Skema Kerangka Operasional pada Benign Prostatic Hyperplasia............. 39
5.1 Skema Inklusi dan Eksklusi Penelitian Pada Pasien BPH ......................... 45

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ............................................................................................... Halaman
1.Daftar Riwayat Hidup…………………………… ................................... 72
2. Surat Pernyataan....................................................................................... 73
3. Keterangan Kelayakan Etik...................................................................... 74
4. Surat Penghadapan Penelitian .................................................................. 75
5. Daftar Nilai Normal Data Klinikdan Data Laboratorium ........................ 77
6. Lembar Pengumpul Data Pasien BPH di Instalasi Rawat Inap
RSU Dr. Saiful Anwar Malang ............................................................... 79
7. Data Induk Pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful
Anwar Malang ........................................................................................ 93

xvii

DAFTAR SINGKATAN

APPT = Activated Partial Throboplastin Time
AUA = American Urological Association
BAK = Buang Air Kecil
BB = Berat Badan
BPH = Benign Prostatic Hyperplasia
BUN = Blood Urea Nitrogen
Chol. HDL = Cholesterol High Density Lipoprotein
Chol.LDL = Cholesterol Low Density Lipoprotein
CRP = C-Reactive Protein
DHT = Dihydrotestosterone
DRE = Digital Rectal Examination
GCS = Glasgow Coma Scale
GD2PP = Gula Darah 2 Jam Post Prandial
GDA = Gula Darah Acak
GDP = Gula Darah Puasa
Hb = Hemoglobin
Hct = Hematokrit
ILO = Infeksi Luka Operasi
IM = InttaMuskular
IPSS = International Prostatic Symptom Score
ISK = InfeksiSaluran Kemih
IV = Intra Vena
KRS = Keluar Rumah Sakit
LED = Laju Endap Darah
LUTS = Lower Urinary Tract Syndrome
MCH = Mean Corpuscular Hemoglobin
MCHC = Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
MCV = Mean Corpuscular volume

xviii

MIC = Minimum Inhibitory Concentration
MPV = Mean Platelet Volume
MRS = Masuk Rumah Sakit
p.o = Peroral
PCT = Procalcitonin
PDW = Platelet Distribution Width
PLT = Platelet
PPT = Plasma Protein Time
PSA = Prostate Spesific Antigen
RBC = Red Blood Cell
RDW = Red Distribution Width
RMK = Rekam Medik Kesehatan
RR = Respiration Rate
RSSA = Rumah Sakit Saiful Anwar
RSU = Rumah Sakit Umum
SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT = Serum Glutamic Piruvic Transaminase
TB = Tinggi Badan
TD = Tekanan Darah
TUIP = Transurethral Incision of the Prostate
TUMT = Transurethral Microwave Thermal Therapy
TUNA = Transurethral Resection of the Prostate
TURP = Transurethral Resection of the Prostate
TUVP = Transurethral of the Prostate
WBC = White Blood Cell

xix

DAFTAR PUSTAKA
Abdelwahab, O. El-Barky, E. and Khalil, M., 2012. Evaluation of The Resistive
Index of Prostatic Blood Flow in Benign Prostatic Hyperplasia. Int Braz
J Urol Vol. 3;, No. 2; p.250-257.
Amalia, R., 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Pembesaran Prostat
Jinak (Studi kasus di RS dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan
Agung Semarang), Tesis, Program Studi Magister Epidemiologi, Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Anonim, 2005. Handbook of Antimicrobial Therapy. Edisi ke-17. New York:
The Medical Letter, Inc.
Anonim, 2006. Prostate Enlargement: Benign Prostatic Hyperplasia. National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK).
Anonim, 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.2406/MENKES/PER/XII/2011.
diakses: 12/11/2013 09:02.
Anonim, 2011. Prostate Problems. National Institute on Aging. Gaithersburg:
National Institutes of Health U.S. Department of Health & Human Services.
Anonim, 2012. Alternatif Herbal untuk Kesehatan Prostat, Volume ke-13 edisi
5, hal 3-6, Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., 2010. The Gonads: Development &
Function of the Reproductive System. Ganong's Review of Medical
Physiology. Edisi ke-23, United States of America: McGraw-Hill, Chapter
25.
Chamber, H. F., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi ke11, New York : McGrawHill, chapter 45.
Chan, A., and Gray M., 2006. Antibiotics and Vaccines: A Practical Guide to
the Safe Use of Common Drugs in Adults. Canada.
Dallmuthe, A., 2009. Interaksi Pada Obat Antimikroba. Medan: Departemen
Farmakologi, Universitas Sumatera Utara.
Deep, A., Ingle, G., and Kishore, J., 2010. Benign Prostatic Hyperplasia:
Health Seeking Behaviour of Patients at a Tertiary Care Hospital.
Australasian Medical Journal AMJ 2010, 1, 3, 213-216
Donnell, R., 2004. Management of Benign Prostatic Hypertrophy:
Transurethral Incision of the Prostate. Totowa, New Jersey: Humana
Press.
Dzen, S., et al., 2005. Perbedaan Pola Resistensi Staphylococcus koagulase
negative Isolat Darah Terhadap Antibiotika di RSU Dr. Saiful Anwar
Malang Tahun 2000-2001 dengan 2004-2005. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. XXI, No. 3,hal 127-132.
Frymark, T., Leech, H., Mullen, R., et al, 2010. Evidence-Based Systematic
Review (EBSR): Drug Induced Hearing Loss—Aminoglycosides.
Rockville. National Center for Evidence-Based Practice in Communication
Disorders, American Speech-Language-Hearing Association (ASHA’s).
Heidelbaugh, J., 2008. Clinical Men’s Health, Evidence In Practice. United
State of America. Sauders Elsevier.

xx

Homma, Y., Gotoh, M., Yokoyama, O., et al., 2011. Outline of JUA Clinical
Guidelines for Benign Prostatic Hyperplasia. Tokyo:The Japanese
Urological Association. International Journal of Urology 18, 741–756.
Huth, M., Ricci, A., and Cheng, A., 2011. Mechanisms of Aminoglycoside
Ototoxicity and Targets of Hair Cell Protection. International Journal of
Otolaryngology.
Kapoor, A., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Management in
Primary care Setting. The Canadian Journal of Urology;19 (Supplement
1); p.10-17.
Kasmad, dkk, 2007. Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan
Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih. Semarang Universitas
Diponegoro.
Katzung, B.G., 2006. Basic And Clinical Pharmacology. Edisi ke-10, San
Francisco : McGraw-Lange, section 7.
Leibovici, L., Vidal, L., and Paul, L., 2009. Aminoglycoside Drugs in Clinical
Practice: an Evidence-Based Approach. Journal of Antimicrobial
Chemotherapy Vol.63; p.246 – 251.
Littlejohn, O. J., Kang, M. Y., and Kaplan, A. S., 2004. Management of Benign
Prostatic Hypertrophy: Transurethral Vaporizationof the Prostate.
Totowa, New Jersey: Humana Press.
Marschall, J., Zhang, L., Foxman, B., et al., 2012. Both Host and Pathogen
Factors Predispose to Escherichia coli Urinary-Source Bacteremia in
Hospitalized Patients. Clinical Infectious Diseases 2012;54(12):1692-1698
McVary, et al., 2010. Guideline:Management of Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH). San Francisco: American Urological Association Education and
Research, Inc 2010.
Norma, D. C., 2006. Aminoglycoside: Therapy for Geriatric Patient. Taylor &
Francis Group: New York
Oliveira, J., F., P., et al., 2009. Prevalence and Risk Factors for
Aminoglycoside Nephrotoxicity in Intensive Care Units. Brazil:
Antimicrobial Agens And Chemotherapy. Vol. 53, No. 7, hal 2887–2891.
Pakasi, R., 2009. Total Prostate Specific Antigen, Prostate Specific Antigen
Density and Hisphatologic Analysis on Benign Enlargment of Prostate.
Makassar: The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5, hal
263-274.
Pangalila, F. J. V., 2012. Antibiotics: Peranan Aminoglikosid Dalam
Mengatasi Infeksi Serius. Jakarta: Medicanus, Scientific Journal of
Pharmaceutical Develoment and Medical Application. Vol. 25, No.2, Edisi
Agustus 2012
Parkinson, R., and Soo, S., 2014. Guideline for Antibiotic Surgcal Prophylaxis
in Adult Urology. Cancer and associated specialties directorate. Urology
specialty
Petri, W.A., 2006. Antibiotic. In: Brunton, L. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basic of Therapeutic. Edisi ke11, New York : McGrawHill, chapter 44.
Pourmand, G., Abedi, A., Karami, A., et al., 2010. Urinary Infection Before
and After Prostatectomy. Saudi Journal of Kidney Diseases and
Transplantation; 21(2):290-294.

xxi

RISKESDAS., 2007. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Hal: 110-118
Roehrborn, C., 2008. Pathology of benign prostatic hyperplasia. Dallas.
International Journal of Impotence Research 20,S11–S18
Roehrborn, C., 2012. BPH Medical Management. San Francisco. American
Urological Association.
Rosette, J., de la, et al., 2008. Guidelines on Benign Prostatic Hyperplasia.
European Association of Urology.
Sarma, A., Wei, J., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia and Lower Urinary
Tract Symptoms. The New England Journal Medicine 2012;367:p.248257.
Shigemura, K., Tanaka, K., Haraguchi, T., et al., 2013. Postoperative Infectious
Complications in Our Early Experience With Holmium Laser
Enucleation of the Prostate for Benign Prostatic Hyperplasia. Korean
Journal of Urology2013;54:189-193.
Singodimedjo, P., 2008. Peran Urologi untuk Mencapai Visi Indonesia Sehat
2010 Bagi Penduduk Usia Lanjut di Dalam Manajemen Pasien Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH).Yogyakarta :Medika FK UGM..
Stamatiou, K., 2009. Management of Benign Prostatic Hypertrophy-Related
Urinary Retention. Urology Journal Vol. 6,No. 4,P.237-244.
Stern, et al., 2004. Management of Benign Prostatic Hypertrophy. Totowa,
New Jersey: Humana Press.
U.S. Department of Health and Human Services, 2006. Prostate Enlargement:
Benign Prostatic Hyperplasia. National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Disease (NIDDK).
Widodo, D., Astrawinata, D., 2004. Surveillance of nosocomial infections in
Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, 19992002. Majalah Kedokteran Indonesia;13(02):107-112.
Wolf, J. S., Bennett, C. J., Dmochowski, R. R., et al., 2008. Best Practice Policy
Statement on Urologic Surgery Antimicrobial Prophylaxis. San
Fransisco: American Urological Association (AUA). Diakses: 22/04/14
08.10.
Yoshida, M., Kudoh, J., Homma, Y., et al., 2011. Safety and Efficacy of
Silodosin for The Treatment of Benign Prostatic Hyperplasia. Clinical
Interventions in Aging 2011: Vol.6; p.161–172.

xxii

Dokumen yang terkait

Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperlasia (BPH) yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate (TURP) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Periode Januari 2012-Desember 2013

9 79 79

Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia yang Dilakukan Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Periode Bulan Juli 2012 Hingga Desember 2012

4 48 49

Gambaran Histopatologi Penyakit Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan Kanker Prostat di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum pusat Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, periode 2008-2009

2 33 78

STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN STATIN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK (Penelitian di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)

0 14 24

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) (Penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

2 32 30

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

0 6 26

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP PNEUMONIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

0 29 29

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

0 7 26

STUDI PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN STROKE ISKEMIK (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

0 9 30

STUDI PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ACE–INHIBITOR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

1 27 31