Pengertian dan Model Tajrid dan Tajdid

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rakhmat, taufik dan hidayahNya sehingga
saya dapat menyelesaikan

tugas membuat makalah untuk mata kuliah AIK 3

(Kemuhammadiyahan ) dengan lancar dan tepat

waktu. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabatnya, juga seluruh
pengikutnya di seluruh dunia, sejak awal kebangkitan islam hingga hari kiamat.
Makalah yang berjudul “Pengertian dan Model Tajdid & Tajrid”dengan bertujuan
untuk meningkatkan ketaqwaan mahasiswa dan mahasiswi kepada Allah SWT serta
memahami dan mengamalkan agama Islam sehingga menjadi seorang muslim yang beriman
dan berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun mungkin masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu saran dan krtitik sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dan tak lupa pula, saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu terselesainya makalah ini.


Sidoarjo, Oktober 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Saat ini, amalan-amalan dalam agama Islam di Indonesia banyak mengalami
percampuran dengan budaya Hindu-Budha. Hal ini menyebabkan melencengnya amalanamalan yang diajarkan Al-Qur’an dan perilaku Nabi Muhammad S.A.W yang tertuang dalam
hadist. Namun pada saat ini hadist-hadist yang adapun banyak yang diragukan.
Karena dahulu saat penyebaran agama Islam, masyarakat Indonesia sudah mengenal
kepercayaan Hindu-Budha yang telah menyebar lebih dahulu. Kemungkinan percampuran
budaya dapat terjadi, karena para pendahulu mungkin bersiasat untuk menyelipkan sedikit
budaya yang sudah tertanam dalam kehidupan bangsa untuk menyebarkan agama Islam.

B.


Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan
makalah sehingga materi tidak keluar dari yang akan dibahas:

C.

1.

Pengertian Tajdid dan Tajrid

2.

Model Tajdid dan Tajrid

Tujuan Penulisan
Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu:
1.

Memahami pengertian tajdid dan takhrij


2.

Mengetahui Model Tajdid dan Tajrid

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Tajdid dan Tajrid
Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar "JaddadaYujaddidu-Tajdiidan" yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam
gerakan pembaruan Islam agar terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat. At-Tajdid
menurut

bahasa,

maknanya

berkisar

pada


menghidupkan,

membangkitkan

dan

mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran tentang tiga unsur yaitu
keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian dihidupkan dan dikembalikan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata tajdid memiliki arti pembaruan,
modernisasi, restorasi. Adapun secara istilah, sebagaimana ditegaskan oleh Imam al-Syatibi,
seperti dikutip oleh Syaikh Alawi, tajdid berarti menghidupkan ajaran Quran dan Sunnah
yang telah banyak ditinggalkan umatnya, dan memurnikan pemahaman dan pengamalan
agama Islam dari hal-hal yang tidak berasal dari Islam. ( Alawy bin Abdul Qadir As Saqaf,
2001: 22 ).
Dengan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa tajdid adalah
mengembalikan ajaran agama Islam kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena
sekarang ini ajaran Islam mengalami penyimpangan dan pencampuran dengan pemahaman
yang bukan berasal dari Islam.
Sedangkan Tajrid, berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian,

pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan. (Atabik Ali, 1999:410). Sedangkan tajrid
dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se populer ketika menyebut
istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang bersifat husus.
Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi saw. dan tidak ada pembaruan. Sedang dalam
muamalah kita tajdid, yakni melakukan modernisasi dan pembaruan.

B.

Model-model Tajdid dan Tajrid
1) Model-model tajdid
Secara garis besar, prinsip dasar pembaharuan Islam termasuk Muhammadiyah
setidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan. Pertama, seruan terhadap
skriptualisme (Al-Qur'an dan Sunnah) dengan menekankan otoritas mutlak teks suci
dengan menemukan substansi ajaran baik yang bersifat aqidah maupun dengan
penerapan praksisnya. Kedua, upaya untuk mereinterpretasi ajaran-ajaran Islam yang
sesuai dengan pemahaman-pemahaman baru seiring dengan tuntutan zaman yang
kontemporer.
Dalam kaitan dengan pembaharuan (tajdid), terdapat lima agenda penting yang
menjadi fokus Muhammadiyah dengan melakukan gerakannya, yaitu:
a) Tajdid al-Islam yang menyangkut tandhifal-aqidah yaitu purifikasi terhadap

ajaran Islam (Sujarwanto 1990: 232).Tandhifal-aqidah ini berusaha untuk
membersihkan ajaran-ajaran Islam dari unsur takhayul, bid’ah dan khurafat
(TBC).
b) Pembaharuan yang menyangkut masalah teologi. Dalam bidang teologi,
Muhammadiyah sudah sewajarnya untuk mengkaji ulang konsep-konsep
teologi yang lebih responsif dan tanggap terhadap persoalan zaman.
Pembaharuan yang dilakukan adalah untuk membicarakan persoalanpersoalan kemanusiaan, di samping persoalan-persoalan ke-Tuhanan.
c) Karena Islam menyangkut persoalan dunia dan akherat, ideologi dan
pengetahuan serta dimensi yang menyangkut kehidupan manusia, maka tajdid
diorientasikan pada pengembangan serta peningkatan kualitas kemampuan
sumber daya manusia (Islam).
d) Pembaharuan Islam menyangkut organisasi. Gerakan umat Islam harus rapi,
terorgansir dan memiliki manajemen yang professional, sehingga mampu
bersaing dengan yang lainnya.
e) Pembaharuan dalam bidang etos kerja. Point ini juga menjadi focus perhatian
Muhammadiyah karena etos kerja umat Islam saat berdirinya Muhammadiyah
sangat rendah.
Sehingga berdasar BRM nomor khusus “Tanfidz Keputusan Muktamar Tarjih”
XXII: 47, menyebutkan bahwa gerakan tajdid merupakan karakter bagi organisasi
Muhammadiyah.


2) Model-model tajrid
a)

Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat dan
bid’ah. Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-Qur’an
dan al-Sunnah. Hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Sedangkan
bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual tetapi
pengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bukan
dari ajaran Islam. Misalnya selamatan dengan kenduri dan tahlil dengan
menggunakan lafal Islam.

b)

Realitas

sosio-agama

yang dipraktikkan


masyarakat

inilah

yang

mendorong Ahmad Dahlan melakukan pemurnian melalui organisasi
Muhammadiyah. munawir Syazali mengatakan bahwa Muhammadiyah
adalah gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari
semua unsur singkretis dan daki-daki tidak Islami lainnya
Muhammadiyah memandang tajdid sebagai salah satu watak dari ajaran Islam.
Tajdid dalam pandangan Muhammadiyah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
pemurnian (purifikasi) dan dimensi peningkatan, pengembangan, modernisasi atau
yang semakna dengan itu (dinamisasi). Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan
sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada AlQu’ran dan As- Sunnah Ash-Shahihah sedangkan dalam pengertian “peningkatan atau
pengembangan” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan dan perwujudan
ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah AshShahihah.
Beberapa tahun belakangan ini kritik maupun otokritik mengenai stagnasi
gerakan tajdid Muhammadiyah berhembus semakin kencang. Suara-suara kritis
tersebut hampir senada menyatakan bahwa gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh

Muhammadiyah selama hampir satu abad ini telah mengalami stagnasi dan belum
beranjak dari ide-ide besar KH Ahmad Dahlan. Gagasan-gagasan seperti pelurusan
arah kiblat, shalat hari raya di lapangan terbuka, khutbah jum’at dengan bahasa
Indonesia atau bahasa daerah yang dirintis oleh generasi awal Muhammadiyah dan
tercatat

dalam

keputusan-keputusan

permusyawaratan

Muhammadiyah, saat ini sudah dianggap suatu hal yang biasa.

di

awal

berdirinya


Gagasan pendirian sekolah Islam modern, rumah sakit, rumah miskin dan rumah
yatim yang dulu dikecam, dicemooh dan menjadi bahan tertawaan, sekarang sudah
banyak diikuti dan diteruskan dengan lebih baik oleh organisasi-organisasi Islam lain.
Pertanyaannya kemudian apakah ini merupakan sinyal bahwa tugas pembaharuan
Muhammadiyah sudah selesai dan selanjutnya akan digantikan oleh organisasi lain?
Ataukah Muhammadiyah masih bisa menunjukkan jati diri sebagai gerakan tajdid
setelah melewati siklus 100 tahun dari awal kelahirannya? Tentu ini pertanyaan yang
tidak mudah untuk dijawab. Jawabannya terletak pada kemampuan Muhammadiyah
untuk memunculkan gagasan-gagasan pembaharuan jilid kedua yangbukan hanya
melampaui gagasan KH Ahmad Dahlan tetapi juga mampu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi umat manusia saat ini dan di masa yang akan
datang.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Tajdid adalah mengembalikan ajaran agama Islam kembali kepada Al-Qur’an dan AsSunnah, karena sekarang ini ajaran Islam mengalami penyimpangan dan pencampuran
dengan pemahaman yang bukan berasal dari Islam, sedangkan tajrid berarti pengosongan,

pengungsian, pengupasan, pelepasan atau pengambil alihan.
Sebagai umat Islam, kita harus terus melaksanakan pembaharuan, agar konteks Islam
sesuai dengan tuntunan jaman dengan tanpa menghilangkan konteks agama Islam itu sendiri
sehingga Islampun mampu menjawab tantangan jaman.

B.

Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan.
Oleh sebab itu penulis akan sangat berterima kasih bila pembaca memberikan kritik dan saran
untuk kemajuan penulis dan perbaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://arifinismail.blogspot.co.id/2011/01/tajrid-kesungguhan.html
http://sariasriani.blogspot.co.id/2012/05/tajdid-dan-purifikasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Tajdid