Traditional Market Delivery Shopping Seb

Traditional Market Delivery Shopping ,
Sebuah Upaya Mengurangi Jumlah Sampah Plastik Pasar Tradisional
Dengan Konsep Socio-Greenpreneur Pemuda
1

Ghafiqi Amhariputra 1, Fazar Dinata2, Al Amin3
Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, Jawa Barat
Email : ghafiqi.amhariputra@ui.ac.id
2
Program Studi Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, Jawa Barat
Email : fazar.dinata@ui.ac.id
3
Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas Imu Komputer, Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, Jawa Barat
Email : al.amin@ui.ac.id
Abstrak
Pasar tradisional identik dengan keadaan yang kumuh, kotor dan banyak timbul permasalahan
lingkungan. Salah satunya adalah permasalahan mengenai sampah plastik yang setiap hari di
gunakan untuk belanja kebutuhan hidup sehari-hari. Pada pasar yang lumayan besar seperti Pasar

Kemiri Depok, hampir satu ton sampah plastik yang dihasilkan setiap harinya. Dengan
menggunakan metode observasi pasar, studi pustaka dan wawancara terhadap warga di
lingkungan pasar untuk dijadikan acuan dalam menganalisis masalah. Diharapkan dapat
ditemukan solusi yang tepat dan efisien pada permasalahan tersebut. Akhirnya ditemukan solusi
yang dirasa dapat bertahan dengan kondisi lingkungan pasar, iklim sistem perdagangan
tradisional pasar dan diharapkan menjadi sebuah upaya efektif, efisien sekaligus menguntungkan
warga pasar tradisional. Yakni dengan membuat usaha jasa pesan antar belanja kebutuhan seharihari pada pasar tradisional, semula seseorang belanja menggunakan kantong plastik untuk
membungkus, kini pada usaha jasa pesan antar digunakan tas ramah lingkungan dengan sistem
refill setiap kali belanja. Otomatis penggunaan kantong palstik menjadi berkurang karena pembeli
sekaligus pengguna jasa pesan antar memakai tas ini. Usaha ini juga menjadi ajang pengabdian
pemuda untuk masyarakat, khususnya dalam upaya tetap mengeksistensikan pasar tradisional
namun menggunakan sistem bisnis modern yang ramah lingkungan.
Kata kunci/Key words : plastik; green,; sosial; entrepreneur, pasar tradisional.

PENDAHULUAN
Sekilas Mengenai Sampah Plastik dari Pasar Tradisional yang Berbahaya
Keberadaan pasar tradisional saat ini identik dengan keadaan kumuh, kotor dan
banyak permasalahan lingkungan. Mulai dari jalan yang becek sampai dengan menumpuknya
sampah di sekitar lingkungan pasar tradisional. Sampah-sampah itu salah satunya adalah
sampah plastik. Seperti yang kita semua ketahui, sampah plastik adalah sampah non-organik

yang sangat sulit diurai secara alami oleh alam. Butuh setidaknya 1000 tahun agar sampah
plastik itu terurai sampai habis. Hasil survey mengatakan bahwa rata-rata masyarakat dunia
minimal menggunakan lima kantong plastik setiap berbelanja, dan apabila kita amati dari segi
pembuatannya, dibutuhkan setidaknya dua belas juta barel minyak dan empat belas juta
batang pohon sebagai bahan baku pembuatannya.

Banyak masyarakat yang mempertanyakan tentang bahaya limbah kantong plastik
yang tidak di daur ulang atau diolah dengan benar, berikut kami paparkan beberapa alasan
mengapa masyarakat harus mengurangi penggunaan kantong plastik (BBC News, 2008):
1. Kantong plastik adalah salah satu bagian terbesar dari sampah yang memenuhi
daratan dimana kondisi dari kantong plastik yang ringan tersebut sehingga
memudahkan untuk terbang kemana – mana dan dengan mudah dapat kita temukan
sampah kantong plastik yang berserakan baik di fasilitas umum, fasilitas niaga,
maupun komplek perumahan yang dapat menyebabkan banjir dan menimbulkan
penyakit dari lingkungan yang kotor.
2. Kantong plastik terbuat dari bahan yang tidak dapat diuraikan secara alami dengan
cepat yaitu minyak bumi. Konsumsi plastik dalam jumlah besar tentunya juga
berdampak pada konsumsi minyak bumi dan berujung pada semakin menipisnya
cadangan minyak bumi dunia.
3. Selain itu plastik sangat membahayakan bagi lingkungan dimana plastik yang terbakar

akan menciptakan polusi udara sedangkan plastik yang terbuat dari bahan polythene
membutuhkan waktu sekitar 1.000 tahun untuk dapat diuraikan secara alamiah di
tanah dan membutuhkan waktu sekitar 450 tahun untuk dapat diuraikan di air.
4. Apabila sampah plastik dapat terurai sekalipun maka partikel dari plastik tersebut
tetap akan mencemari air dan tanah. Hal yang sangat terbalik dengan sampah organik
yang dapat dengan mudah terurai dalam periode waktu 2 – 3 minggu.
5. Kantong plastik yang terdapat di air dapat membunuh kehidupan mamalia air dan juga
burung yang mencari makan di permukaan air. Menurut para pakar lingkungan,
diperkirakan terdapat 100.000 hewan mamalia air yang meninggal setiap tahun karena
menelan sampah plastik di samudra Pasifik Utara.
6. Hal yang sama juga dapat terjadi di daratan, dimana kantong plastik juga dapat secara
tidak sengaja termakan oleh hewan di darat dan meninggal karena tidak dapat
mencerna plastik tersebut.
7. Secara jelas tidak terdapat pasar untuk produk hasil daur ulang plastik sehingga
sedikit sekali organisasi yang bersedia untuk melakukan daur ulang atas sampah
plastik yang ada karena tidak memiliki nilai tambah.

8. Meskipun banyak usaha ritel seperti supermarket yang menerima kembali dan
memberikan kompensasi atas pengembalian kantong plastik atau botol plastik tetapi
hanya sedikit yang melakukan daur ulang atas produk plastik tersebut.

Perlu diketahui pula, Menurut survey yang dilakukan oleh Komisi Lingkungan Hidup
pada 10 kota besar di Indonesia, sebelum tahun 2000 terdapat komposisi sampah organik dan
sampah non organik adalah 30% berbanding 70%, maka di tahun 2008 ini komposisi sampah
non organik termasuk sampah plastik sudah meningkat 35%. Serta menurut Tutum Rahanta1
“pasar tradisional menyumbang 70% sampah plastik yang tersebar di seluruh Indonesia”. Itu
artinya, sebagian besar sampah plastik yang sudah jelas bahayanya terhadap lingkungan itu
berasal dari pasar tradisional.

Pengamatan Terhadap Pasar Kemiri Depok
Pasar Kemiri Depok terletak dibawah fly over stasiun Depok Baru sampai dengan
belakang D-mall, Pasar Kemiri merupakan pasar tradisional dengan berbagai macam
dagangan seperti pasar tardisional pada umumnya.. Di tengah pembangunan pusat
perbelanjaan dan bangunan-bangunan perdagangan yang megah di Depok, nyatanya tidak
membuat pasar ini tersisih dan sepi pembeli, setiap hari ratusan sampai ribuan pembeli datang
untuk membeli berbagai kebutuhan yang tersedia di pasar.

Gambar 1: Lokasi Pasar Kemiri Depok Yang Dikelilingi 3 Supermarket
Sumber : Google Map

.

1

KetuaAsosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo)

Dengan kondisi ramainya pengunjung setiap harinya, tentu saja banyak kantong
plastik

yang

digunakan

untuk

keperluan

membungkus

barang

kebutuhan


yang

diperdagangkan. Kantong plastik tersebut sudah tentu sebagian besar akan menjadi limbah
yang akan sangat berbahaya bagi lingkungan.

Gambar 2 : Pasar Kemiri Depok
Kantong-kantong plastik itu mengakibatkan kondisi lingkungan pasar Kemiri menjadi
kumuh dan kotor, karena banyak yang membuangnya di sekitar lingkungan pasar. Selain itu
kantong plastik tersebut juga dibawa pulang oleh konsumen yang berbelanja sehingga terjadi
pemindahan konsentrasi limbah pasar menjadi limbah rumah tangga.
Berdasarkan survey yang kami lakukan terhadap 50 orang yang berbelanja di pasar
kemiri depok dengan menghitung jumlah kantong plastik yang mereka gunakan, terdapat
lebih dari 40 orang atau lebih dari 80% yang jumlah kantong plastiknya lebih dari 5 buah.
Berikut ini diagram hasil survey kami.
Jumlah Penggunaan Kantong
Plastik
2%

4%


4%
8%

1
2
3

82%

4
>5

Gambar 3 : Diagram Jumlah Penggunaan Kantong Plastik Setiap Belanja
Jika masalah mengenai penggunaan kantong plastik yang berujung pada
meningkatnya limbah plastik terus dibiarkan, maka lambat laun bumi yang kita pijaki akan

semakin tercemar, dan pohon-pohon di hutan akan semakin banyak ditebangi untuk bahan
baku pembuatan kantong plastik. Dibutuhkan upaya dan soluysi yang efektif, efisien dan
sesuai dengan iklim keadaan pasar tradisional untuk menanggulangi masalah tersebut.


Beberapa Upaya Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik
Pasar tradisional termasuk dalam aktivitas usaha ritel. Secara praktis dan sederhana,
definisi ritel adalah segala aktivitas penjualan produk atau jasa secara langsung (tanpa
perantara) kepada konsumen. Aktivitas ritel merupakan bagian dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, hal itu baik disadari atau tidak melibatkan kita secara langsung.
Mengaitkan dengan permasalahan kantong plastik, pada aktivitas ritel di Indonesia
kantong plastik dibagikan dan digunakan secara bebas serta cenderung tidak peduli dengan
dampak yang akan ditimbulkan dari penggunaan tersebut. Padahal di beberapa Negara yang
sudah menerapkan Green technology dan konsep Green pada setiap usaha mereka, regulasi
tentang penggunaan kantong plastik diawasi secara ketat. Berikut ini beberapa contoh usaha
mengatur penggunaan kantong plastik di beberapa Negara.
1. Singapura mengkampanyekan ”Bring Your Own Bag” atau ”Bawa Kantong Anda
Sendiri” sejak April 2007, dan konsumen harus mengeluarkan ekstra biaya jika ingin
menggunakan kantong plastik. Hasil dari kampanye tersebut adalah di hari pertama
mampu mengurangi 100.000 penggunaan kantong plastik, terjualnya 200.000 kantong
non plastik yang dapat dipakai berulang kali, serta menurunnya konsumsi kantong
plastik sampai dengan 60%.
2. Hongkong mengkampanyekan ”No Plastic Bag Day” atau ”Hari Tanpa Kantong
Plastik” sejak 2006, dimana terdapat 30 usaha ritel besar serta sejumlah LSM yang

bergabung secara sukarela untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. (China
Daily News, 2006)
3. China mengenakan sanksi kepada usaha ritel yang memberikan kantong plastik secara
gratis sejak bulan Juni 2008. (China Retail News, 2008)
4. Belanda hanya memperbolehkan toko ritel non makanan yang memberikan kantong
plastik secara gratis sedangkan untuk toko ritel makanan harus mengenakan biaya
ekstra bagi konsumen yang menginginkan kantong plastik.
5. Taiwan melarang penggunaan kantong plastik serta memberlakukan pajak kantong
plastik sejak tahun 2003 serta menerapkan standar produksi kantong plastik yang
aman bagi lingkungan.
6. Belgia menerapkan pajak kepada usaha ritel atas kantong plastik sejak tahun 2007

7. Denmark menerapkan pajak kepada usaha ritel sejak tahun 1994.
8. India menerapkan pelarangan penggunaan kantong plastik serta penerapan pajak
kantong plastik pada usaha ritel sejak januari 2009 serta kriteria standar untuk
produksi kantong plastik yang aman bagi lingkungan.
Itu hanya beberapa dari Negara dengan kebijakan-kebijakan mereka mengenai
pengaturan penggunaan kantong plastik. Secara umum kebijakan beberapa Negara mengenai
pembatasan penggunaan kantong plastik adalah :
1. Menerapkan pajak bagi penggunaan kantong plastik

2. Menetapkan standar kantong plastik yang aman bagi lingkungan
3. Bekerja sama dengan semua usaha ritel untuk membatasi kantong plastik
4. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan kantong
plastik
5. Bekerja sama dengan LSM atau Organisasi kepemudaan untuk bersama-sama
mengurangi penggunaan kantong plastik.
Contoh-contoh di atas memberikan bukti bahwa betapa serius masyarakat dunia untuk
mengurangi penggunaan kantong plastik karena mereka sadar akan bahaya limpah plastik dan
pentingnya upaya itu dilakukan.

Peran Pemerintah, Pedagang Pasar Tradisional, Masyarakat dan Pemuda dalam Upaya
Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik
Pemerintah sebenarnya sudah menerapkan Undang-Undang No 18/2008 tentang
pengelolaan sampah melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH). Salah satu isi
dari Undang-Undang itu memaksa pemilik usaha ritel modern untuk membatasi penggunaan
kantong plastik. Namun regulasi ini hanya untuk ritel modern saja seperti hypermarket,
supermarket dan pasar modern. Untuk pasar tradisional tidak diterapkan pereturan seperti itu,
padahal penyumbang terbesar sampah plastik yakni berasal dari pasar tradisonal.
Indonesia pada faktanya sudah mengkomunikasikan akan berusaha untuk menekan
volume sampah dan pengelolaan sampah sejak tahun 1970-an dengan meluncurkan program

3-R , yakni Reduce atau mengurangi dan membatasi, reuse atau menggunakan kembali dan
recycle atau mendaur ulang kembali. Namun sayang realisasi program tersebut tidak tampak,

program itu hanya tampak sebagai teori dan wacana yang tidak ada tindakannya. (Silitonga,
2008).

Adanya peraturan tersebut tampaknya tidak berpengaruh sama sekali terhadap pasar
tradisional, ada beberapa hambatan bagi pedagang pasar tradisional untuk melaksanakan hal
tersebut diantaranya yaitu2 :
1. Budaya pedagang pasar yang sudah sering membagikan secara gratis dengan langsung
memasukan barang dagangan kedalam kantong plastik dan tanpa batasan kepada
konsumen
2. Ketakutan pedagang pasar tradisional akan kehilangan pelanggannya karena
menghentikan atau membatasi pemberian kantong plastik
3. Pola pandang konsumen yang pada umumnya meminta kantong plastik dalam
berbelanja
4. Wawasan akan kecintaan terhadap lingkungan hidup pasar tradisional masih rendah
Masyarakat yang telah menjadi pembeli atau konsumen di pasar tradisional saat ini
ada beberapa yang sadar untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, mereka biasanya
membawa tas belanja sendiri yang dapat mereka pergunakan kembali saat berbelanja di lain
waktu. Beberapa alasan mereka yang tidak mengurangi penggunaan terhadap sampah plastik3
adalah :
1. Kantong plastik masih dianggap sebagai pembungkus paling praktis yang mereka
biasa pakai
2. Kantong plastik tanpa repot-repot dibersihkan, cukup dibuang setelah selesai dipakai
3. Mereka tidak mengetahui atau tidak peduli akan bahaya limbah kantong plastik bagi
lingkungan
Untuk membuktikan alasan nomor tidak, ada beberapa wacana mengenai jajak
pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada 29-30 April 2008 dengan
mewawancarai 365 responden. Mereka semua warga Jakarta sebagai ibukota negara yang
menjadi tolok ukur penelitian dimana responden tersebut dipilih secara acak melalui buku
telepon. Responden yang menyatakan belum memisahkan sampah organik dan anorganik di
rumah mereka mencapai 73,2 persen.
Adapun alasan dari responden tersebut yang tidak melakukan pemilahan antara
sampah organik dan sampah non organik adalah sebagai berikut:

2
3

Sumber : wawancara terhadap beberapa pedagang Pasar Kemiri Depok
Sumber : wawancara terhadap beberapa pembeli Pasar Kemiri Depok

1. 27.1 % menyatakan bahwa aktivitas pemilahan sampah adalah merepotkan dan ada
banyak yang pesimis bahwa pada tahap selanjutnya tetap akan dicampur oleh
pemulung atau tukang sampah atau petugas kebersihan.
2. 2,7 % menyatakan bahwa aktivitas pemilahan sampah bukan merupakan tanggung
jawab mereka tetapi tanggung jawab dari pemulung atau tukang sampah atau petugas
kebersihan.
3. 20,5 % menyatakan belum tahu bagaimana cara pemilahan sampah yang baik dan
benar.
4. 2,7 % menyatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang aktivitas
pemilahan sampah tersebut
5. Hanya sebagian kecil (26,8 persen) responden yang menyatakan sudah memisahkan
sampah organik dan anorganik. Dari total prosentase yang kecil tersebut, hanya 15,6
persen responden yang menyatakan pemilahan dilakukan atas inisiatif pribadi.
Sedangkan responden lain (6,6 persen) melakukannya karena adanya kewajiban dari
lingkungan. Kemudian responden yang lain menyatakan pemisahan dilakukan agar
tempat sampah tidak berbau, sampah bisa dijadikan pupuk, dan ada pula mengatakan
pemilahan itu dilakukan anaknya yang menerapkan ajaran di sekolah (Silitonga,
2008).
Dari hasil jajak pendapat tersebut, dapat kita asumsikan masyarakat Indionesia yang sadar
akan kebersihan dan kenyamanan lingkungan masih sedikit.
Lalu bagaimana dengan peran pemuda?. Berdasarkan pengamatan dari penulis,
banyak pemuda yang mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa yang semakin sadar akan
kepedulian tentang lingkungan. Berkenaan dengan pembatasan dan pengurangan penggunaan
kantong plastik, berbagai program dan aksi sudah dilakasanakan di kampus Universitas
Indonesia, seperti program “Katakan

Tidak pada Kantong Plastik dan Stereofoam”,

pembagian gratis Tas Belanja yang bisa dipakai berulang kali sampai gerakan penggantian
kantong plastik pada makanan dengan kertas. Usaha yang jarang dilakukan oleh mahasiswa
yakni membuat suatu usaha ramah lingkungan yang dapat mereduksi secara signifikan
penggunaan kantong plastik, usaha rata-rata yang dijalankan adalah usaha mendaur-ulang
atau membuat produk dari sampah plastik. Menurut kami itu bukan mengurangi produksi
plastik, bahkan menambah produksi plastik yang artinya menguras kembali minyak bumi dan
menebang kembali pohon yang jadi bahan utama plastik. Kami menciptakan sebuah usaha
baru untuk membantu mengurangi penggunaan katong plastik dan jumlah sampah plastik

pada pasar tradisional dengan menciptakan usaha jasa pesan antar belanja di pasar tradisional
bernama Traditional Market Delivery Shopping. Usaha ini selain menghasilkan profit,
memberikan kontribusi terhadap kepedulian lingkungan, juga sebagai usaha sosial atau Social
Business yang membantu orang-orang sekitar pasar tradisional seperti tukang ojek dan tukang

sayur serta membantu mereka untuk mengeksiskan pasar tradisional yang kini tergerus oleh
keberadaan usaha ritel modern.

PEMBAHASAN
Gambaran Usaha Traditional Market Delivery Shopping
Traditional Market Delivery Shopping adalah usaha yang bergerak di bidang jasa belanja

pesan antar di Area Kota Depok. Jasa pesan antar berarti konsumen hanya memesan melalui
telepon atau jaringan online kemudian usaha ini yang akan mengantarkan barang kebutuhan
konsumen.
Dengan brand, “Mudah, Murah dan Berkualitas” usaha ini berupaya memberikan
pelayanan yang terbaik kepada konsumen dalam rangka mewujudkan mimpi-mimpi mereka
untuk berbelanja barang kebutuhan yang berkualitas secara online dan mudah dari rumah
mereka. Dalam operasinya usaha ini memiliki prinsip yaitu :
1.

Selalu mengedepankan pelayanan terhadap konsumen secara maksimal.

2.

Menjunjung tinggi profesionalitas dan disiplin.

3.

Memberikan inovasi dan kreasi baru dalam pelayanan.

4.

Memperbaiki pelayanan secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas pelayanan

“Traditional Market Delivery Shopping”.
Bentuk kepemilikan dari “Traditional Market Delivery Shopping” ini adalah
kemitraan, yakni para pencetus ide bergabung, menyerahkan modal, usaha, dan waktu untuk
menjalankan usaha ini. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat dalam bagan berikut :
Rincian dari deskripsi tugas masing-masing posisi dijelaskan dalam tabel berikut :
Hierarki

Deskripsi Tugas

Pemasaran

Melakukan strategi perencanaan pemasaran yang efektif baik secara online
maupun offline di dalam maupun di luar lingkungan Kota Depok serta
melakukan strategi branding “Mudah, Murah dan Berkualitas” demi
meningkatkan jumlah pelanggan.

Operasional

Mengatur seluruh jalannya proses pelayanan jasa belanja pesan antar. Selain
itu menciptakan inovasi dan kreasi baru demi meningkatkan kualitas
pelayanan jasa belanja pesan antar “ Traditional Market Delivery

Shopping ”.
Administrasi

Bertanggung jawab atas proses pencatatan laporan pelayanan, proses
akuntasi perusahaan, dan membuat dokumen resmi perusahaan. Serta
menjadi customer services usaha ini.

Tabel 1 : Rincian Deskripsi Tugas Perusahaan pada Masing-Masing Posisi

Survey Pasar
Memulai usaha “Traditional Market Delivery Shopping” ini sebelumnya dilakukan

dengan serangkaian penelitian tentang kondisi pasar. Kami melakukan kuisioner pada 50
responden yang merupakan ibu-ibu dari tempat yang berbeda, mereka rata-rata merupakan
wanita karir dan ibu rumah tangga, Pertanyaan kami yakni berapa kali mereka berbelanja ke
pasar tradisional dalam seminggu, berapa waktu yang dihabiskan dalam berbelanja selama di
pasar tradisional dan berapa biaya yang dikeluarkan saat berbelanja di pasar tradisional. Hasil
kuisioner tersaji dalam diagram batang sebagai berikut :
Belanja ke pasar dalam Seminggu
40

1 s/d 2
kali ; 30

10

>200 rb;
30

40

30
20

Biaya yang dihabiskan tiap kali
belanja di pasar
30

Setiap
Hari; 11

3 s/d 4
kali ; 9

20
10

0

2 jam;
35

40
30
20
10

1-2 jam;
10

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Kepuasan dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Bauran Pemasaran Ritel Swalayan Golden Market Jember

0 13 14

The Contest for Market in Java during the 1930s Crisis, dalam Novi Anoegrajekti dkk (ed), Dinamika Budaya Indonesia dalam Pusaran Pasar Global

0 6 11

Hubungan Tingkat Kecemasan pada Pasien Multigravida dalam Persalinan Normal dengan Lama Persalinan di RSD dr.Soebandi Kabupaten Jember (The Relationship between Anxiety Level in Multigravida on Facing Normal Delivery and Length of Delivery at dr.Soebandi

2 46 4

Analisis Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Emiten Syariah : Studi Kasus pada Emiten Syariah yang Listing di Jakarta Islamic Index

1 15 114

Market orientation and pruduct innovation and the effect on competitive advantage : (survey on angklung craftsmen in Padasuka Bandung)

0 15 23

Perancangan Tata Letak Halaman Isi Majalah Bandung Shopping Edisi 28

0 18 17

Analisis Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Tekstil dan Garment yang Terdaftar Di BEI 2010-2014

0 4 1

Penerapan Data Mining pada Transaksi Penjualan Menggunakan Metode Association Rules di Mini Market HD Mart

0 5 1

Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Logam yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2013

0 9 1

Disclosure of Origin pada Pengakuan dan Publikasi Traditional Knowledge dalam Upaya Perlindungan Hukum

0 0 21