Globalisasi dalam Islam dan globalisasi

MAKALAH
“Islam dalam mengahdapi Isu-isu Globalisasi”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Ruhadi

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Arfan Habibi
Romi Hayu Prasasti
Satriya Bayu Sasongko
Yulia Fegy Cahyani
Intan Wahyu Pinanti
Virsa Aulia

(3111416025)

(3111416028)
(3111416029)
(3201416048)
(3101416051)
(7141141075)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan RahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan Agama
Islam ini yang berjudul “Islam dalam mengahdapi Isu-isu Globalisasi”. Penulis berterima
kasih kepada dosen pengampuh yang sudah memberikan bimbingannya kepada penulis.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan pihak-pihak yang terkait begitu
juga mungkin dalam penyajiannya jauh dari kesempurnaan karena masih banyak
terdapat kekurangan serta kelemahan dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Semarang,

Penulis

1

November 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3

A.

Konsep Globalisasi........................................................................................... 3

B.

Dampak Globalisasi.......................................................................................... 7

C.

Transformasi Peradaban Islam Kepada Dunia.......................................................8

D.

Islam dan Lingkungan...................................................................................... 9

E.

Pendidikan Karakter...................................................................................... 14


F.

Perempuan dan Fenimisme dalam Islam.............................................................17

G.

Korupsi..................................................................................................... 22

H.

Islam dan Perlindungan Anak.......................................................................25

I.

Pandangan Islam Tentang Globalisasi................................................................29

BAB III PENUTUUP............................................................................................... 33
A.

Kesimpulan................................................................................................... 33


B.

Saran........................................................................................................... 33

Daftar Pustaka........................................................................................................ 35
Lampiran:................................................................................................................. i

2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu seputar globalisasi mulai marak sekitar dekade 1990-an, pada masa ini
sering disebut sebagai zaman globalisasi atau the age of globalization. Ramainya
diskursus seputar globalisasi pada dekade ini tidak lepas dari booming ekonomi yang
melanda dunia. Era pasar bebas (free trade) yang tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat
geografi, budaya, dan ideologi politik sebuah negara, seolah sudah menjadi suatu
kepastian yang harus terjadi. Meski berangkat dari persoalan ekonomi, namun
globalisasi tidak hanya didominasi oleh masalah ekonomi saja, tetapi juga berkaitan

dengan persoalan-persoalan lain seperti sosial, budaya, agama, politik, pendidikan,
dan lain sebagainya.
Sebagaimana telah kita ketahui, era globalisasi ditandai dengan kemajuan di
bidang teknologi komunikasi, transportasi dan informasi yang sedemikian cepat.
Kemajuan di bidang ini membuat segala kejadian di negeri yang jauh bahkan di benua
yang lain dapat kita ketahui saat itu juga, sementara jarak tempuh yang sedemikian
jauh dapat dijangkau dalam waktu yang singkat sehingga dunia ini menjadi seperti
sebuah kampung yang kecil, segala sesuatu yang terjadi bisa diketahui dan tempat
tertentu bisa dicapai dalam waktu yang amat singkat.
Persoalan-persoalan yang terjadi di suatu negara yang semula disembunyikan
atau ditutup-tutupi menjadi transparan dan dapat diketahui secara detail, begitu juga
dengan persoalan-persoalan pribadi seseorang yang dipublikasikan melalui media
massa. Dalam konteks ekonomi-politik, kenyataan tersebut bahkan dijadikan faktor
penting untuk melihat kemungkinan memudarnya batas-batas teritorial negara-bangsa.
Proses globalisasi

ini

memiliki


pengaruh

yang

sangat

besar

bagi

perkembangan nilai-nilai agama. Realitas ini mendapat respon yang cukup beragam
dari kalangan pemikir dan aktivis agama. Agama sebagai sebuah pandangan yang
terdiri dari berbagai doktrin dan nilai memberikan pengaruh yang besar bagi
masyarakat. Hal ini diakui oleh para pemikir, antara lain Robert N. Bellah dan Jose
Casanova, mereka mengakui pentingnya peran agama dalam kehidupan sosial politik
masyarakat dunia. Dalam konteks ini agama memainkan peranan yang penting di
dalam proses globalisasi. Agama bukan hanya pelengkap tetapi menjadi salah satu
1

komponen penting yang cukup berpengaruh di dalam berbagai proses globalisasi.

Karena begitu pentingnya peran agama dalam kehidupan masyarakat, maka perlu
kiranya kita memahami sejauh mana posisi agama di dalam merespon berbagai
persoalan kemasyarakatan.
Ketika berbicara globalisasi maka yang terlintas dalam pemikiran kita adalah
borderless world. Semua negara bebas untuk melakukan kerjasama dengan negara
mana pun dan batas negara bukan penghambat untuk melakukan kegiatan kerjasama.
Banyak sekali pemahaman tentang globalisasi yang ditanggapi dengan pendekatan
yang berbeda-beda. Namun secara umum istilah globalisasi mengindikasikan bahwa
dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan yang terkonstruksi sebagai kesatuan utuh.
Marshall McLuhans menyebut dunia yang diliputi kesadaran globalisasi dengan
istilah global village. Dunia menjadi sangat transparan sehingga seolah tanpa batas
administrasi suatu negara. Batas-batas geografis suatu negara menjadi kabur.
Globalisasi membuat negara menjadi transparan akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Konsep Globalisasi?
2. Menjelaskan Transformasi peradaban islam kepada dunia?
3. Menjelakan islam dan lingkungan?
4. Menjelaskan pandangan islam tentang globalisasi?
1.3 Tujuan

Untuk memberikan pemahaman mengenai:
1. Konsep Globalisasi
2. Transformasi peradaban islam kepada dunia
3. Islam dan lingkungan
4. Pandangan islam tentang globalisasi

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Globalisasi
1. Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu
proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari
sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial,
atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan

baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif
atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan
kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali
menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
2. Globalisasi dan tantangannya
Revolusi teknologi media informasi dan tranportasi telah merubah dunia yang
demikian luas menjadi hanya sebesar sebuah desa. Apa yang diprediksi oleh Marshal
McLuhan tentang “Desa Buana”(Global Village) telah dirasakan sekarang. Peristiwa
yang terjadi jauh di sebuah benua lain dalam hitungan detik dapat diketahui di benua
lainya., bahkan kadangkala lebih cepat daripada informasi tentang peristiwa yang
terjadi di desa sebelah.
Globalisasi secara umum, sebagaimana diungkapkan Sztompka, dapat diartikan
sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Artinya, masyarakat di seluruh

3

dunia menjadi saling tergantung pada semua aspek kehidupan baik secara budaya,
ekonomi, maupun politik, sehingga cakupan saling ketergantungan benar-benar
mengglobal. Misalnya, dalam bidang politik, globalisasi ditandai dengan adanya
kesatuan supranasional dengan berbagai cakupan blok politik dan militer dalam
NATO (North Atlantic Organizatioan), koalisi kekuasaan dominan, dan organisasi
berskala internasional seperti PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa).
Selanjutnya, globalisasi dalam bidang ekonomi ditandai dengan peningkatan
peran koordinasi dan integrasi supranasional, seperti EFTA (European Free Trade
Association), EC (European Commission), OPEC (Organization of the Petroleum
Exporting Countries), perjanjian kerja sama ekonomi regional serta dunia, pembagian
kerja dunia, dan peningkatan peran kerja sama multinasional). Globalisasi di bidang
ekonomi dapat dipahami sebagai suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional
berbagai bangsa ke dalam sistem ekonomi global. Oleh karena itu, sejak
dicanangkannya penandatanganan kesepakatan GATT (General Agreement on Tariff
and Trade), ditandatanganinya aneka kesepakatan lainnya, seperti NAFTA (The North
American Free Trade Agreement), APEC (Asia Pasific Economi Conference), serta
WTO (World Trade Organization), dan dilaksanakannya Structural Adjustment
Program oleh Bank Dunia, pertanda globalisasi tengah berlangsung. Sebenarnya,
ditinjau dari sejarah perkembangan ekonomi, pada dasarnya globalisasi merupakan
salah satu fase perjalanan panjang perkembangan kapitalisme liberal, yang secara
teoritis

telah

dikembangkan

sesungguhnyaglobalisasi

oleh

merupakan

Adam
kelanjutan

Smith.
dari

Dengan

demikian,

kolonialisme

dan

developmentalism.
Sementara itu, globalisai di bidang budaya ditandai dengan kemajuan menuju
keseragaman. Dalam hal ini, media massa, terutama televisi, mengubah dunia menjadi
sebuah “dusun global”. Informasi dan gambaran peristiwa yang terjadi di tempat yang
sangat jauh dapat ditonton jutaan orang pada waktu hampir bersamaan, sehingga
pengalaman budaya, seperti selera, persepsi, dan pilihan relatif sama. Di samping itu,
muncul juga bahasa Inggris sebagai bahasa global yang berperan sebagai alat
komunikasi profesional di bidang bisnis, ilmu pengetahuan, komputer, teknologi,
transportasi, dan digunakan sebagai alat komunikasi pribadi dalam berpergian. Di
bidang teknologi komputer, program yang sama digunakan di seluruh dunia sebagai
pola umum dalam menyusun dan memproses data serta informasi. Akhirnya, tradisi
4

budaya pribumi atau lokal semakin terkikis dan terdesak, serta menyebabkan budaya
konsumen atau budaya massa model Barat menjadi budaya universal yang menjalar
ke seluruh dunia.
Budaya global memaksa individu tanpa sadar untuk mengikuti pola yang
ditawarkan oleh penguasa informasi. Budaya global secara perlahan mencerabut
budaya lokal dan nasional, sehingga jatidiri bangsa dapat tergeser dengan sendirinya.
Hal yang terjadi dalam globalisasi adalah homogenitas budaya. Upacara adat, musik
tradisional, kesenian lokal, atau makanan khas daerah semakin tidak diminati oleh
sebagian besar masyarakat. Penanaman nilai-nilai budaya oleh orang tua sulit diterima
oleh generasi berikutnya yang lebih memilih pola hidup yang ditawarkan media
massa. Globalisasi mampu mengubah pandangan hidup masyarakat, bahkan ideologi
sekalipun. Runtuhnya ideologi komunisme tidak terlepas dari globalisasi yang
dimainkan oleh kaum kapitalis. Demikian pula ideologi Pancasila dapat
dimungkinkan hilang dari benak bangsa Indonesia jika tidak ditanamkan lebih kuat.
Hal yang mengkhawatirkan adalah jika globalisasi menggeser nilai-nilai agama yang
tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.
Dalam globalisasi telah terumuskan aturan dan etika internasional yang mengikat
semua masyarakat dunia. Pengabaian terhadap etika global akan sebagai negara
terkorup oleh media internasional akan berimplikasi pada ketidakpercayaan investor
dan negara asing untuk menjalin kerja sama dengan negara tersebut. Dengan
hilangnya kepercayaan itu, sulit bagi suatu negara untuk melakukan perdagangan
internasional. Persoalan etika global yang menjadi wacana publik juga ikut
mempengaruhi kebijakan suatu negara, seperti hak asasi manusia, emansipasi wanita,
demokratisasi, kebebasan pers, dan sebagainya.
Pendidikan Islam dituntut menanamkan nilai agama yang berfungsi sebagai filter
dari budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam juga sebagai pengendali dari
berbagai kecenderungan kehidupan konsumtif. Islam has played a prominent role in
globalization processes since it’s very origin. This role is not accidental to Islam, but
was instead one of its fundamental attributes. It affected political, economic and
cultural life (Meuleman,2001:14). Selama ini pendidikan Islam yang tiada henti
membangun moral peserta didik harus berlomba dengan berbagai ideologi dan budaya
destruktif yang jauh lebih kuat. Siapa yang kalah dalam lomba ini? Jawabannya sudah
5

jelas: pendidikan Islam. Pada umumnya lembaga pengelola pendidikan Islam
memiliki berbagai keterbatasan dana, media dan SDM yang berkualitas.
3. Fakta Penting Mengenai
Apabila kita mengkaji secara mendalam tentang globalisasi, akan ditemui
beberapa fakta penting:
a. Pertama: Globalisasi hanya baru dari sudut istilah, tidak dari sudut
maksudnya. Ini kerana pertukaran, pemindahan dan perkongsian dalam
berbagai tempat sudah berlaku di antara manusia. Bahkan antara tujuan
Allah Subhanahu wa Ta‘ala menciptakan manusia adalah untuk
mereka saling “berglobalisasi” seperti firman-Nya:

‫نياأ ني نكنها ال نناكس مإ ننا نخل نمقنناك كمم مممن نذك نرر نوكأننثى نونجنعل منناك كمم‬
‫كشكعوببا‬
‫نونقنبامئنل لمتننعانركفوا مإ نن أ نك منرنمك كمم معن مند الل نمه أ نتمنقاك كمم مإ نن الل ننه‬
‫ن‬
‫عمليمم‬
‫نخمبيمر‬.
Artinya: Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan
kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu
berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan
(dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya
semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di
antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya).
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam
PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu.
b. Kedua: Globalisasi tidak seluruhnya membawa manfaat dan tidak
seluruhnya membawa mudarat. Ia bercampur aduk antara manfaat dan
mudarat, antara positif dan negatif. Globalisasi pasar-pasar yang besar
misalnya, membawa

manfaat peluang pekerjaan, peningkatan

ekonomi negara dan kemudahan kepada pelanggan. Akan tetapi ia juga
membawa mudarat seperti penindasan kepada pedagang kecil yang
kecil dan pmbuangan uang bagi pelanggan yang tidak berhemat dalam
membeli barang.

6

c. Ketiga: Sekali pun globalisasi pada mulanya bermaksud pertukaran,
pemindahan dan kerjasama antara negara, kenyataannya menunjukkan
bahwa ia tidak berwujud dalam bentuk dua hal yang adil. Sebaliknya,
ada negara yang bersifat “mengglobalisasi” dan ada negara yang
bersifat “diglobalisasi”.
B. Dampak Globalisasi
Globalisasi ini membawa dampak positif dan negatif bagi kepentingan bangsa
dan ummat kita.

Dampak positif, misalnya, makin mudahnya kita memperoleh

informasi dari luar sehingga dapat membantu kita menemukan alternatif-alternatif
baru dalam usaha memecahkan masalah yang kita hadapi. (Misalnya, melalui internet
kini kita dapat mencari informasi dari seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan
banyak dana seperti dulu. Demikian pula, dalam hal tenaga kerja, dana, maupun
barang).

Di bidang ekonomi, perdagangan bebas antar negara berarti makin

terbukanya pasar dunia bagi produk-produk kita, baik yang berupa barang atau jasa
(tenaga kerja).
Dampak negatifnya adalah masuknya informasi-informasi yang tidak kita
perlukan atau bahkan merusak tatanan nilai yang selama ini kita anut. Misalnya,
budaya perselingkuhan yang dibawa oleh film-film Italy melalui TV, gambar-gambar
atau video porno yang masuk lewat jaringan internet, majalah, atau CD ROM,
masuknya faham-faham politik yang berbeda dari faham politik yang kita anut, dsb.
di bidang ekonomi, perdagangan bebas juga berarti terbukanya pasar dalam negeri
kita bagi barang dan jasa dari negara lain.
Dalam kaitannya dengan ummat Islam Indonesia, dampak negatif yang paling
nyata adalah perbenturan nilai-nilai asing, yang masuk lewat berbagai cara, dengan
nilai-nilai agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa kita. Mengingat agama
Islam adalah agama yang berdasarkan hukum (syari’ah), maka perbenturan nilai itu
akan amat terasa di bidang syari’ah ini. Globalisasi informasi telah membuat ummat
kita mengetahui praktek hukum (terutama hukum keluarga) di negeri lain, terutama di
negeri maju, yang sebagian sama dan sebagian lagi berbeda dari hukum Islam.
Keberhasilan negara maju yang sekuler dalam bidang ekonomi telah membuat
segala yang berasal dari negara tersebut tampak baik dan hal ini dapat menimbulkan
keraguan atas praktek yang selama ini kita anut. Contoh hukum Islam yang berbeda
dari hukum sekuler di negeri maju antara lain: hukum waris, kedudukan wanita dan
pria dalam perkawinan, kedudukan anak pungut/anak angkat dalam keluarga, hak
asasi anak, hak asasi manusia, hukum rajam, hukum potong tangan, definisi zina,
7

perkawinan campur, dlsb. Kemajuan teknologi di bidang rekayasa genetik (cloning),
misalnya, juga telah menimbulkan persoalan hukum keluarga (waris dan perwalian).
C. Transformasi Peradaban Islam Kepada Dunia
Peradaban Islam Telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang
khususnya bagi dunia barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia.
Kontribusi tersebut antara lain:
1. Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13 karya-karya kaum Muslim dalam
bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin,
khsususnya dari Spanyol.
2. Kaum muslimin telah memberikan sumbangan eksperimental mengenai metode
dan teori sains ke dunia barat.
3. Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama telah dikenalkan ke
dunia barat
4. Karya-karya dalam bentuk terjemahan, khususnya karya Ibnu Sina (Avicema)
dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga pendidikan tinggi
sampai pertengahan abad ke-17 M
5. Para ilmuawan muslim dengan berbagai karyanya telah merangsang kebangkitan
Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Romawi Kuno serta literatur klasik
yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.
6. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa
bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu universitas dan
perguruan tinggi yang ada di Eropa.
7. Para ilmuan muslim berhasil melestarikan pemikiran dan tradisi ilmiah RomawiPersi (Greco Helenistic) sewaktu Eropa dalam kegelapan
8. Para ilmuan muslim telah menyumbangkan pengetahuan tentang rumah sakit,
sanitasi, dan makanan kepada Eropa.
9. Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi islam dan
mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.
Pada kondisi-kondisi tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun
tradisi Islam yang diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara
ilmu-ilmu yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam,
matematika, dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu
mendamaikan akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan bangsa Barat
pada masa itu masih terdapat stereotipe yang memisahkan antara akal dan iman serta
filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam, yang
mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan kemandirian

8

akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian Tuhan dengan
alam.
Hingga akhirnya filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah
didukung oleh adanya pilar Islam dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa
yang diadopsi dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini merupakan evolusi dari
illuminisme biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi.
Dan kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama
Averoisme Paris. Pada saat yang sama terjadi perubahan kecenderungan pemikiran
dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika ke filsafat dan
pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian Tuhan sebagai
pemikiran Islam.
Demikianlah sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang
selanjutnya jusru dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini
dikarenakan kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga
kini masih dapat kita teukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya di
Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya.[9] Sehingga para
umat Muslim di masa kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah
Islam tersebut, harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali
“permata” yang sementara ini telah mereka pinjam.
Proses transformasi intelektual Islam ke dunia Barat terjadi secara perlahan dan
memakan waktu yang cukup panjang. Proses tersebut tidaklah berjalan dengan mulus.
Kendala yang paling besar adalah dari persoalan teologis, yaitu doktrin Kristen yang
telah lama didominasi oleh penafsiran-penafsiran kaum geraja yang sering kali
berbenturan dengan realitas dan norma-norma ilmu pengetahuan sebagaimana yang
telah diuraikan sebelumnya.
D. Islam dan Lingkungan
1. Islam Memandang Masalah Lingkungan
Manusia sebagai makhluk dibumi tidak bisa terlepas dengan lingkungannya
dimana manusia memanfaakan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bagi

lingkungan

keeradaan

manusia

diharapkan

mampu

merawat

dan

melestarikannya dengan baik sehingga apa yang disebut keseimbangan alam dapat
terwujud. Hubungan antara manusia dengan lingkungan dapat dikatakan sebagai
simbiosis mutualisme yaitu hubungan yang saling menguntungkan antara manusia
dengan lingkungan namun yang terlihat sekarang ini manusia cenderung berperilaku
9

tidak peduli terhadap lingkungan. Manusia sekarang beranggapan lingkungan
sebagai pemenuh kebutuhan tanpa harus meletarikannya. Banyak orang belum
memahami pentingnya menjaga lingkungan. Sebagai contoh adalah sampah,
mayoritas masyarakat indonesia menganggap sampah merupakan hal yang sepele,
namun dengan mengabaikan masalah ini, berarti kita sedang dihadapkan dengan
suatu masalah yang besar. Sudah banyak dampak yang terjadi akibat sampah, seperti
banjir dan lain-lain.
Tanpa kita sadari, setiap kegiatan yang kita lakukan pasti berinteraksi dengan
lingkungan. Selalu ada potensi bagi manusia untuk merusak alamnya sendiri.
Misalnya, kita lihat dari aspek ekonomi yang merupakan kebutuhan hidup mendasar
manusia. Tindakan manusia dalam membangun perekonomian yang berorientasi
pada pengelolaan sumber daya alam, dengan dukungan industri telah meningkatkan
eksploitasi terhadap sumber daya alam. Dan kebutuhan energi yang mengganggu
kestabilan ekosistem, misalnya pencemaran air sungai akibat limbah buangan
industri dan aplikasi pestisida, kerusakan ekosistem pantai akibat penebangan
vegetasi mangrove, pencemaran udara oleh CO2 hasil pembakaran bahan fosil,
kerusakan tanah akibat pemupukan yang berlebihan, dan masih banyak yang
lainnya. Tanda-tada kerusakan lingkungan tampak dari peristiwa-peristiwa bencana
yang tak heti melanda Indonesia. Kerusakan alam dan lingkungan hidup yang kita
saksikan sekarang ini merupakan akibat dari perbuatan umat manusia. Allâh Azza
wa Jalla menyebutkan firmanNya :
‫عممكلوا ل ننعل نكهمم ي نمرمجكعونن‬
‫ت أ ني ممدي ال ننامس لمي كمذينقكهمم بنمعنض ال نمذي ن‬
‫حمر مبنما ك ننسبن م‬
‫نظنهنر ال منفنساكد مفي ال مبنمنر نوال مبن م‬
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusi, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [ar-Rûm/30:41]
Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam memberikan pedoman bagi
manusia dalam seluruh apek kehidupannya, termasuk dalam menjamin hubungan
dengan alam. Perintah berbuat baik pada alam dan tidak merusaknya merupakan
cerminan misi manusia di bumi, yaitu sebagai khalifah Allah yang bertugas
memakmurkan bumi, sebagaimana tersebut dalam Q.S Al A’raaf (8) ayat 56: “Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
10

dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak terima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya Rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik”. Ajaran islam tidak hanya berisi perintah dan larangan, tetapi juga
pandangan hidup yang dapat membentuk sikap hidup para pemeluknya. Pandangan
hidup tersebut memberikan pemahaman bagi manusia tentang makna alam semesta
dan lingkungan, kedudukan baik alam maupun manusia sebagai ciptaan Allah SWT
yang sempurna, peran alam dalam kehidupan dan peribadahan manusia, dan
sebagainya. Itu semua berpengaruh enimbulkan penghargaan terhadap alam ciptaan
Allah yang besar dalam diri manusia sehingga dalam hati merasa enggan untuk
merusaknnya atau berbuat yang melampaui batas.
2. Posisi alam dan Manusia dalam Islam
Dalam perspektif Islam, alam semesta adalah segala sesuatu selain Allah
SWT. Oleh karenanya, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi meliputi
segala sesuatu yang ada dan berada diantara keduanya. Secara umum, alam itu bisa
dibedakan kedalam dua jenis, yaitu alam syahadah dan alam ghaib. Alam
syahadahadalah wujud yang konkrit dan dapat diinderakan, dimana alam syahadah
tunduk kepada hukum evolusi, yang berkembang dan berubah-ubah. Sedangkan
alam ghaibadalah wujud yang tidak dapat diinderakan.
Terdapat perbedaan pandangan dikalangan umat muslim, tentang asal mula
penciptaan alam semesta. Ada yang menyatakan bahwa alam semesta ini
diciptakandari tiada menjadi ada, sementara pendapat lain mengemukakan bahwa
alam semesta diciptakan dari materi atau sesuatu yang sudah ada. Pendapat yang
pertama, selalu didasarkan pada kata khalaqa, yang digunakan dalam penciptaan
alam semesta.
Masalah lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global karena
menyangkut berbagai sektor dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini
terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer
terdengar. Diantaranya isu efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis, kenaikan
suhu udara, mencairnya es di kutub, dll. Mungkin sebagian besar orang baru
menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa lampau yang
terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.

11

Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini bisa dikatakan telah menyebar di
berbagai belahan dunia. Khususnya Indonesia yang memiliki potensi alam yang
sangat melimpah. Dengan potensi alam yang sedemikian melimpahnya telah
membuat orang-orang berusaha untuk mengolah secara maksimal. Bahkan potensi
alam tersebut dapat menarik masuk investor-investor asing untuk berbisnis di negeri
ini. Dengan adanya potensi yang begitu melimpahnya memang kita akui dapat
membantu memajukan perekonomian negara, tapi di sisi lain keadaan ini dapat
membuat orang untuk mengeksploitasinya secara maksimal untuk kepentingan
pribadi. Inilah yang kita takutkan, akan banyak pengusaha yang bergerak disektor
pengolahan

lingkungan

yang

tidak

mengindahkan

prinsip

pembangunan

berkelanjutan.
Sejumlah ilmuwan berpandangan bahwa kerusakan alam dan lingkunga yang
terjadi berakar dari cara pandang manusia terhadap alam yang bersifat antroposentis
(berpusat pada manusia). Cara pandang seperti itu tidak sesuai dengan ajaran islam.
Islam menempatkan alam sebagai ciptaan Allah yang keberadaannya tergantung
pada Allah yang menciptakan dan memeliharanya. Manusia pun sama seperti alam
yaitu sebagai ciptaan Allah dalam fungsinya sebagai khalifah Allah boleh
memanfaatkan alam demi kepentingannya, namun dakam hal itu ia bukanlah
penguasa alam dan harus memperlakukan alam sesuai pedoman yang Allah berikan
demi kebaikan dirinya sendiri.
Dalam kitab suci Al’Quran manusia diajarkan untuk memahami sejumlah
konsep islam tentang alam dan penciptaannya yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dan lam semesta adalah untuk menyempurnakan nikmat dan menjadi
ujian bagi semua manusia, utuk mengetahui siapa yang lebih baik amalnya dalam
hidup. Sebagai khalifah dibumi manusia memiliki dua tugas yaitu :

a. Beribadah kepada Allah

12

“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku ”. QS Adzariyat 51-56.
Mausia sebagai hamba Allah dibumi memiliki tugas untuk mengabdi
kepada Allah, secara khusus dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang telah
ditetapkan Allah perinciannya, seperti shalat, zakat, dan puasa, dan secara umum
dengan melaksanakan segala amalan yang diizinkan Allah dengan niat ikhlas
karena Allah, termasuk segala aktivitas manusia yang bertujuan memanfaatkan
dan memelihara lingkungan tempat hidup.
b. Sebagai Khalifah Allah, Memakmurkan Bumi.
Tugas manusia sebagai khalifah adalah menegakkan agama dan syariat
islam dimuka bumi, terutama dalam konteks lingkungan, sebagai pemakmur
bumi, terutama dalam konteks lingkungan, sebagai pemakmur bumi, bukan
perusaknya. Untuk dapat melakukan itu manusia perlu menanakan nilai-nilai
kebenaran dan keadilan dalam hidupnya, menyiarkan kebaikan, dan tidak
memperturutkan hawa nafsu, demi kemaslahatan bersama antara manusia dan
lingkungan.

Dalam

mengelola

bumi,

manusia

tidak

diperkenankan

memperturutkan hawa nafsuya sehingga melakukan perbuatan yang dilarang
oleh agama. Posisi manusia sebagai khalifah atau penguasa dibumi bukanlah
izin baginya untuk berbuat apa saja terhadap alam, meskipun alam diciptakan
demi kepentingan manusia. Manusia berhak memanfaatkan alam, tetapi bukan
memilikinya, sehingga dalam memanfaatkan alam ia tidak boleh melampaui
batas dan merusak. Posisi sebagai khalifah adalah amanat bagi manusia untuk
menjaga kelestarian, keseimbangan, dan keteraturan di alam.
c. Tuntutan Islam terkait Pemanfaatn dan Perlindungan Lingkungan
Di dalam Al Quran, manusia dilarang untuk melakukan perbuatan yang
berakibat merusak lingkungan. Perbuatan-perbuatan itu adalah :
 Merusak alam yang telah Allah ciptakan dan pelihara bagi kepentingan



manusia.
Berbuat kecurangan.
Pemanfaatan yang tidak seimbang, memanfaatkan alam secara berlebihan
dibumi.

13

Memperturutkan dorongan hawa nafsu yang menyuruh untuk melanggar



hak orang lain, hidup berlebihan, bermewah-mewahan, boros dan
sebagainya.
E. Pendidikan Karakter
1. Pengertian pendidikan karakter
Secara umum, istilah karakter sering diasosiasikan dengan apa yang
disebut dengan temperamen yang memberinya, seolah definisi yang menekankan
unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Dari segi etimologi, karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to
mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak
jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral disebut dengan
berkarakter mulia. Sedangkan dari segi istilah, karakter sering dipandang sebagai
cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang
ia buat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter pada
hakekatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang
dapat menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan
orang lain dan dunianya dalam komunitas pendidikan. Dengan demikian
pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu
bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus
mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama.
2. Tujuan pendidikan karakter
Manusia secara natural memang memiliki potensi didalam dirinya.
Untuk bertumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan manusia dan
keterbatasan budayanya. Di pihak lain manusia juga tidak dapat abai terhadap
lingkungan sekitarnya. Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan
14

dalam kerangka gerak dinamis diakletis, berupa tanggapan individu atau
impuls natural (fisik dan psikis), sosial, kultural yang melingkupinya, untuk
dapat menempa dirinya menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada
dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi
manusiawi. Semakin menjadi manuusiawi berarti membuat ia juga semakin
menjadi makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar
dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya, sehingga ia menjadi
manusia yang bertanggungjawab.
Pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral individu
yang ada dalam lembaga pendidikan. Untuk ini, dua paradigma pendidikan
karakter merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Peranan nilai
dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih
menghargai kebebasan individu merupakan kedua wajah pendidikan karakter
dalam lembaga pendidikan.
3. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam
Pendidikan karakter merupakan langkah penting dan strategis dalam
membangun kembali jati diri individu maupun bangsa. Tetapi penting untuk
segera dikemukakan bahwa pendidikan karakter harusah melibatkan semua
pihak; rumahtangga dan keluarga; sekolah; dan lingkungan sekolah lebih luas
(masyarakat). Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menyambung kembali hubungan dan educational network yang nyaris terputus
antara ketiga lingkungan pendidikan ini.
Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Anas r.a, keluarga yang
baik memiliki empat ciri. Pertama, keluarga yang memiliki semangat (ghirah)
dan kecintaan untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan
sebaik-baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualitaskannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, keluarga dimana setiap anggotanya saling
menghormati dan menyayangi;saling asah dan asuh. Ketiga, keluarga yang dari
segi nafkah (konsumsi) tidak berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah
dalam usaha mendapatkan nafkah; sederhana atau tidak konsumtif dalam
pembelanjaan.

Keempat,

keluarga

yang

sadar

akan

kelemahan

dan

kekurangannya.
Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, dengan
demikian, tidak bisa dilakukan semata-mata melalui membelajaran pengetahuan,
tetapi melalui penanaman atau pendidikan nilai-nilai.
15

Lingkungan masyarakat luas juga memiliki pengaruh besar terhadap
keberhasilan penanaman nilai-nilai estetika dan etika untuk pembentukan
karakter. Dari perspektis Islam, menurut Quraish Shihab (1996:321), situasi
kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan
cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan
mereka terbatas pada “kini dan di sini”, maka upaya dan ambisinya terbatas pada
kini dan di sini pula.
Dalam konteks itu, Al-Qur’an dalam banyak ayatnya menekankan
tentang kebersamaan anggota masyarakat menyangkut pengalaman sejarah yang
sama, tujuan bersama, gerak langkah yang sama, solidaritas yang sama.
Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak
dinamis diakletis, berupa tanggapan individu atau impuls natural (fisik dan
psikis), sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa dirinya
menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada dalam dirinya berkembang
secara penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi.
4. Ahlak dalm Islam
Kata akhlaq berasal dari kata khalaqa dengan akar kata khuluqan
(Bahasa Arab), yang berarti: perangai, tabi'at, dan adat; atau dari kata khalqun
(Bahasa Arab), yang berarti: kejadian, buatan, atau ciptaan. Jadi secara
etimologis akhlaq berarti perangai, adab, tabi'at, atau sistem perilaku yang
dibuat.
Dengan demikian, secara kebahasaan akhlaq bisa baik dan bisa buruk,
tergantung kepada tata nilai yang dijadikan landasan atau tolok ukurnya. Di
Indonesia, kata akhlak selalu berkonotasi positif. Orang yang baik seringkali
disebut orang yang berakhlak, sementara orang yang tidak baik seringkali
disebut orang yang tidak berakhlak.
Adapun secara istilah, akhlaq adalah sistem nilai yang mengatur pola
sikap dan tindakan manusia di atas bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah
ajaran Islam, dengan Al-Quran dan Sunah Rasul sebagai sumber nilainya serta
ijtihad sebagai metode berfikir Islami. Pola sikap dan tindakan yang dimaksud
mencakup pola-pola hubungan dengan Allah, sesama manusia (termasuk
dirinya sendiri), dan dengan alam.
F. Perempuan dan Fenimisme dalam Islam
1. Pengertian feminisme
Feminisme (tokohnya disebut Feminis) dikalangan orang Indonesia
lebih sering dikenal dengan istilah emansipasi (kemerdekaan, pembebasan).
16

Menurut bahasa, feminism berasal dari bahasa latin, femina yang artinya
perempuan. Sekarang ini, kepustakaan Internasioanal mendifinisikan sebagai
pembedaan terhadap hak-hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan
perempuan dan laki-laki. Sehingga feminism dapat diartikan sebagai gerakan
emansipasi yang menuntut persamaan hak anatar laki-laki dan perempuan
dibidang social, poliyik dan ekonomi.
Tiga ciri feminism, yaitu
a) sebuah gerakan atau doktrin yang menyadari adanya ketidakadilan
jender di masyarakat maupun di keluarga. Antara lain dalam bentuk
penindasan dan pemerasan terhadap perempuan.
b) Memaknai bahwa jender bukan sebagai sifat kodrati melainkan sebagai
hasil proses sosialisasi.
c) Memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
2. Sejarah Feminisme
Gerakan feminis dimulai sejak akhir abad ke-18 di Eropa tepatnya di
Prancis yang didorong oleh ideology pencerahan (Aufklarung) yang
menekankan pentingnya peran rasio dalam mencapai kebenaran, namun
diakhiri abad ke 20, suara wanita dalam hukum, khususnya dalam teori
hukum, muncul dan berarti. Hukum feminis yang dilandasi sosiologi feminis,
filsafat femiinis dan sejarah feminism adalah perluasan perhatianwanita
dikemudian hari.
Gerakahn feminis di Barat penyebab utamanya adlah pandangan
meremehkan bahkan membenci perempuan (misogymy), bermacam-macam
anggapan buruk (stereotype) yang dilekatkan kepadanya., serta aneka citra
negative yang terwujud dalam tata nilai masyarakat, kebudayaan, hukum dan
politik.
Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam sejarah
kelahirannya dengan kelahiran Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh
Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Kata feminism
dikenalkan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada
tahun 1837.
Setelah terjadi revolusi social dan politik di Amerika Serikat, perhatian
terhadap hak-hak kaum perempuan mulai mencuat. Gerakan ini pindah ke
Amerika dan berkembang pesat disana sejak publikasi John Stuart Mill, The
Subjection of Women (1869). Tahun 1882 di Inggris ditetapkan undangundang yang menetapkan perempuan berhak memiliki uang yang mereka
peroleh.
17

3. Jenis-jenis feminisme
a) Feminisme Liberal
Aliran feminisme liberal berakar dari filsafat liberalisme yang
memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga ia
harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang oleh pendapat umum
dan hukum. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan
rasionalitas.
b) Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik
kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi
kelas dan cara produksi. Status perempuan jatuh karena adanya konsep
kekayaan pribadi (private property) kegiatan produksi yang semula bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran
(exchange).
c) Feminisme Radikal
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap
perepmpuan terjadi akibat sistem patriarki (sistem yang berpusat pada lakilaki). Pada pokoknya, aliran ini berupaya menghancurkan sistem patriarki,
yang fokusnya terkait fungsi biologis tubuh perempuan.
d) Feminisme social
Feminisme social muncul sebagai kritik terhadap feminism Marxis.
Aliran ini mengatakan bahwa partriarki sudah muncul sebelum kapitalisme
dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Feminism social
menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan
perempuan.
e) Femiinisme Teologis
Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi pembebasan yang
mengatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan ideology, agama
dan norma-norma masyarakat. Mereka berpendapat bahwa pemyebab
tertindasnya perempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideology masyarakat
yang menempatkan perempuan dibawah laki-laki (subordinasi).
f) Ekofeminisme
Aliran ini merupakan jenis feminism yang menyalahi arus utama
ajaran feminism, sebab cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya
yang menggunakan prinsip maskulinitas-ldeology untuk menguasai dalam
usaha untuk mengakhiri penindasan perempuan akibat sistem patriarki.
4. Respon masyarakat Musliam
18

Penyebaran ide-ide feminism secara sistematis dan besar-besaran
memunculkan beraneka respon dari masyarakat muslim, diantaranya semakin
banyak jumlah penganut dan pangajur feminisme, baik secara individual
maupun kelompok, dari lembaga pemerintahan maupun LSM. Di Indonesia
terdapat tiga kelompok masyarakat Islam yang muncul.
Pertama, kelompok konservatif adalah mereka yang menolak isu-isu
jender dan feminisme, baik yang dikemukakan oleh feminis Muslim apalagi
feminis Barat. Bagi kelompok ini feminisme adalah ambisi kaum perempuan
Barat yang ingin melepaskan diri dari cengkraman kaum laki-laki.
Kedua, kelompok moderat adalah mereka yang menerima ide-ide
feminism dan jender selam masih berada dalam koridor ajaran islam. Menurut
mereka, islam justru diturunkan untuk mengatasai ketidakadilan jender.
Ketiga, kelompok liberal, adalah mereka yang menerima secara umum
ide-ide feminism, utamanya ide keseteraan laki-laki dan perempuan dalam
berbagai segi. Menurut mereka, ide kesetaraan jender tidak bertentangan
dengan ajaran islam.
5. Konsep Islam tentang perempuan
Pembahasan tentang konsep islam diawali dengan pandangan sejumlah
peradaban lain tentang perempuan sebelum datangnya Islam. Masyarakat
Yunani

yang

terkenal

dengan

pemikiran

filsafatnya,

tidak

banyak

membicarakan perempuan. Dikalangan elite, para perempuan ditempatkan
(disekap0 dalam istana-istana. Dikalangan bawah, nasib mereka sangat
menyedihkan, bahkan mereka diperjualbelikan.
Dalam peradaban romawi, wanita sepenuhnya berada dibawah
kekuasaan ayahnya. Setelah kawin, kekuasaan tersebut pindah kepada sang
suami. Peradaban Hindhu dan China tidak lebih baik dari pada peradaban
Yunani dan Romawi. Hak hidup seseorang perempuan yang bersuami harus
berakhir pada saat kematian suaminya, istri harus dibakar hidup-hidup pada
saat mayat suaminya dibakar.
Dalam ajaran Yahudi, martabat perempuan sama dengan pembantu.
Dalam pandangan sementara pemuka Nasrani ditemukan bahwa perempuan
adalah senjata iblis untuk menyesatkan manusia. Sementara itu, di
semenanjung Arabia sebelum datangnya Islam, terdapat kebudayaan yang
disebut jahiliyah. Di zaman ini perempuan dipandang sangat rendah.
Islam datang tidak melepaskan perempuan dari perlakuan yang tidak
manusiawi dari berbagai kebudayaan manusia, sebagaimana disebutkan diatas.
19

Islam memandang perempuan sebagai makhluk yang mulia dan terhormat,
memiliki hak dan kewajiban yang disyaratkan Allah. Dalam Islam, haram
hukumnya menganiaya dan memperbudak perempuan dan pelakunya diancam
dengan siksaan yang pedih.
Dalam buku yang saya pelajari dari perpustakaan, dengan judul
“Kodrat Perempuan Dalam Islam” karya Nasaruddin Umar, MA. Beliau
mengatakan kehadiran Islam kemudian mengangkat harkat perempuan dalam
suatu posisi yang sepadan dengan kaum laki-laki. Al-Quran memberikan
pandangan optimis terhadap perempua, salah satunya, dengan menekankan
suatu prinsip bahwa ukuran kemuliaan di sisi Tuhan adalah prestasi dan
kualitas tanpa membedakan etnik dan jenis kelamin. Al-Quran berusaha
memandang perempuan dalam suatu struktur kesetaraan jender dengan kaum
laki-laki.
Buku tersebut menjelaskan dalam hadis diterangkan:
“Jagalah perempuan itu baik-baik, karena wanita diciptakan dari tulang
rusuk. Bagian tulang rusuk yang paling rapuh adalah bagian atasnya. Jika
engkau berusaha meluruskannya, ia akan patah, jika engkau membiarkannya
maka ia akan terus bengkok, oleh karena itu jagalah wanita itu baik-baik.”
a) Kesamaan kedudukan perempuan dengan laki-laki
Dari Q.S Annisa menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan berasal
dari

satu

jenis

yang

sama

dan

bahwa

dari

keduanya,

Allah

mengembangbiakkan keturunannya baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda “Bahwasannya para wanita itu
saudara kandung para pria” (HR.Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Kesamaan lain antara permpuan dan laki-laki adalah dalam hal
menerima beban taklifi (melaksanakan hukum) dan balasannya kelak di
akhirat. Q.S Al-Mukmin:40 menyebutkan bahwa siapa saja laki-laki maupun
perempuan yang beriman dan mengerjakan alam shaleh, maka akan masuk
surge.
b) Perbedaan laki-laki dan perempuan
Q.S Ali Imran : 36 Allah menegaskan bahwa secara kodrati laki-laki
memang berbeda dengan perempuan. Letak perbedaan ini menurut K.H Ali
Yafie, sebagian besar menyangkut dua hal, yaitu : perbedaan biologis dan
perbedaan fungsional dalam kehidupan social.
Dalam hal aurat, Islam mewajibkan perempua menutup seluruh
tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya, sementara alaki-laki hanya
pusar sampai lutut. Perbedaan lainnya nbahwa khatib atau imam dalam sholat
20

Jum’at adalah laki-laki sedangkan perempuan tidak, bahkan keikutsertaannya
dianggap sunnah. Terdapat pula hukum perempuan tentang hukum daid dan
masa iddah, kehamilan dan penyusuan.
Dalam konteks kepemimpinan keluarga, islam memandang istri bukan
hanya mitra suami, melainkan juga sahabatnya, artinya keduanya bukan hanya
harus bekerjasama dan tolong menolong dalam urusan rumah tangga, tetapi
juga saling mencurahkan sinta dan kasih saying (Q.S Al-A’raf:189, An-nisa :9,
Ar-rum:21)
c) Hak-hak perempuan
Disamping kesamaan dan perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
Islam juga memberikan sejumlah hak-hak kepada perempuan.
 Hak politik
Tidak ditemukan ayat Al-Qur’an yang melarang perempuan untuk
aktif dalam dunia politik. Seperti yang tertera dalam Q.S At-taubah:71 yang
artinya “Dan orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan,
sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka
menyuruh mengerjakan amar makruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan
rasulnya mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah sesungguhnya Allah maha
perkasa lagi maha bijaksana”
Artinya sebagai laki-laki dan perempuan diharuskan untuk bekerja samsa dalam
berbagai bidang kehidupan yang dilukiskan dengan kalimat “menyuruh
mengerjakan yang makruf”
 Hak profesi
Dalam hal memilih pekerjaan, secara singkat dapat dikemukakan bahwa
perempuan mempunyai hak untuk bekerja selama pekerjaan tersebut
membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan tersebut.
 Hak dan kewajiban belajar
Hak dan kewajiban belajar perempuan (dan laki-laki) sangat banyak
dibicarakan dalam ayat al-Quran dan Al-Hadist. Wahyu pertama Al-Quran
memerintahkan untuk belajar.
 Hak Sipil
Menurut Muhammad Ustman Al-Huyst, perempuan dalam islam
memiliki hak-hak sipil sebagaimana laki-laki, seperti: hak kepemilikan, hak
mengatur hartanya sendiri, melakukan perjanjian, jual-beli, wasiat, hibah,
mewakili atau menjamin orang lain, serta hak memilih suami.
 Hak berpendapat

21

Perempuan juga boleh berpendapat dan dipertimbangka