Contoh Artikel Ilmiah Kesehatan AKADEMI

Contoh Artikel Ilmiah Kesehatan
AKADEMI KEBIDANAN PRIMA INDONESIA
KTI, April 2012
Nur Rachmatur Rauufah
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD
KABUPATEN BEKASI TAHUN 2011
ABSTRAK
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007),
Angka Kematian Neonatal (0-18 hari) di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (0-12 bulan) sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Balita (0-60 bulan) sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Proporsi penyebab
kematian Bayi baru lahir usia 0-6 hari yaitu gangguan pernapasan 37%, prematuritas 34%, sepsis
12 %, hipotermi 7%, kelainan darah/ ikterus 6%, post matur 3% dan kelainan kongenital 1% .
Proporsi penyebab kematian bayi baru lahir 7-28 hari (Neonatal) yaitu sepsis 20,5%, kelainan
kongenital 19%, pneumonia 17%, RDS 14 %, prematuritas 14%, ikterus 3%, cedera lahir 3%,
tetanus 3%, defisiensi nutrisi 3%, SIDS 3%. (Sumber: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun
2007) (dr.Awi Muliadi Wijaya,MKM, 2011).
Terjadinya BBLR itu sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti, Faktor ibu
yaitu gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil
dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah
dll). Faktor pekerjaan yang terlalu berat. Faktor kehamilan yaitu hamil dengan hidramnion, hamil

ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil (pre-eklamsi atau eklamsi, ketuban pecah dini).
Faktor janin yaitu cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan berbagai faktor yang masih belum
diketahui (Manuaba, IBG 2010 hal: 436).
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Variabel terdiri
dari variabel dependen yaitu kejadian BBLR, dan independen variabel umur ibu, paritas, jarak
kehamilan, frekuensi kunjungan ANC, kadar Hb dan riwayat penyakit. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 171 bayi yang terdiri dari 57 bayi yang BBLR dan 114 bayi yang tidak
BBLR. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sampel dua
proporsi untuk pengujian hipotesis. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis univariat dan bivariat dengan pendekatan chi-square, selain itu dihitung pula nilai odds
ratio (OR) untuk memprediksi faktor resiko.
Dari enam independen yang diteliti : variabel umur ibu mendapatkan nilai p = 0,401 OR
= 0,670 (95% CI : 0,307-1,459), variabel paritas mendapatkan nilai p = 0,871 OR = 1,111 (95%
CI : 0,588-2,100) , variabel jarak kehamilan mendapatkan nilai p = 0,183 OR = 2,565 (95% CI :
0,748-8,797) , variabel frekuensi kunjungan ANC mendapatkan nilai p = 0,786 OR = 0,868 (95%
CI : 0,459-1,643) , variabel kadar Hb mendapatkan nilai p = 0,072 OR = 0,361 (95% CI : 0,1301,002) dan variabel riwayat penyakit mendapatkan nilai p = 0,335 OR = 3,111 (95% CI : 0,50519,171 ).
Disarankan kepada ibu-ibu hamil agar merencanakan kehamilannya pada umur ibu < 35
tahun, merencanakan jumlah anak maksimal 2 anak. Jarak kehamilan > 2 tahun, melakukan

kunjungan anc lebih dari 4 kali kunjungan atau minimal 4 kali kunjungan sesuai dengan yang

telah ditetapkan WHO, disarankan pula kepada ibu hamil. Disarankan kepada ibu hamil yang
memiliki riwayat penyakit untuk selalu mengontrol keadaan kesehatannya ke tenaga kesehatan.
Kata kunci : bblr, kejadian bblr.
Kepustakaan : 30 (1997 – 2012)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan masalah besar

di negara berkembang dan biasanya kematian pada saat proses persalinan menjadi faktor utama
terjadinya AKI dan AKB tersebut. Angka kematian bayi di Indonesia sendiri masih tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainya, Negara Indonesia
menduduki rangking ke-6 dalam urutan di ASEAN. Indonesia menduduki rangking ke-6 setelah
Singapura (3 per 1.000), Brunei Darussalam (8 per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18
per 1.000) dan Thailand (20 per 1.000). (Artikel: Anonim, 2011).
Dalam hal ini, hampir semua negara anggota telah berupaya menurunkan kematian ibu
dan anak dengan meningkatkan penyediaan pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan terampil.

Namun demikian, semua negara masih harus bekerja keras untuk mewujudkan akses universal
pelayanan persalinan berkualitas oleh tenaga kesehatan terampil supaya bisa mencapai target
Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), menurunkan separuh angka kematian ibu dan anak
tahun 1990 menjadi berkurang di tahun 2015 (Anonim, 2008). Target Millenium Development
Goals (MDGs) tahun 2015 adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup untuk angka kematian balita dan
17 per 1.000 kelahiran hidup untuk angka kematian bayi (Artikel: Anonim, 2011).
Masalah yang dihadapi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yaitu, derajat
kesehatan anak di Indonesia masih memprihatinkan, dilihat masih tingginya angka kematian dan
kesakitan anak. Indikator-indikator untuk mengukur derajat kesehatan adalah angka kematian
bayi, angka kematian balita, angka kesakitan, angka kecelakaan anak, serta status gizi anak.
Salah satu kegunaan indikator derajat kesehatan adalah untuk memantau dan hasil upaya
kesehatan. Dengan adanya indikator tersebut kita dapat menilai seberapa jauh derajat kesehatan
telah meningkat (Artikel: Ryan, 2012).

Dalam rangka Peringatan 100 Tahun Boedi Oetomo, di Gedung Auditorium Fakultas
Kedokteran UGM Sabtu (24/5/2009) Menteri Kesehatan RI Dr. Siti Fadilah Supari mengatakan
Departemen Kesehatan Indonesia menargetkan pengurangan angka kematian ibu dari 26,9 persen
menjadi 26 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi berkurang dari 248
menjadi 206 per 100 ribu kelahiran yang dicapai pada tahun 2009 sementara angka harapan
hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun (Artikel: Gusti, 2008).

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007),
Angka Kematian Neonatal (0-18 hari) di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (0-12 bulan) sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Balita (0-60 bulan) sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Proporsi penyebab
kematian Bayi baru lahir usia 0-6 hari yaitu gangguan pernapasan 37%, prematuritas 34%, sepsis
12 %, hipotermi 7%, kelainan darah/ ikterus 6%, post matur 3% dan kelainan kongenital 1% .
Proporsi penyebab kematian bayi baru lahir 7-28 hari (Neonatal) yaitu sepsis 20,5%, kelainan
kongenital 19%, pneumonia 17%, RDS 14 %, prematuritas 14%, ikterus 3%, cedera lahir 3%,
tetanus 3%, defisiensi nutrisi 3%, SIDS 3%. (Sumber: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun
2007) (dr.Awi Muliadi Wijaya,MKM, 2011).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Bandung Tahun 2008, Kab. Bekasi yang
memiliki luas wilayah 1273,88 km2 dengan 23 kecamatan, 122 desa, 65 kelurahan, dengan
jumlah penduduk 2.032.008 pada tahun 2007 tertulis data dari 37 puskesmas di Kabupaten
Bekasi terdapat 46.182 bayi dengan jumlah bayi yang lahir hidup ada 46.165 bayi dengan total
BBLR yang ditangani 261 bayi. Sedangkan berdasarkan pola penyakit penyebab kematian
penderita rawat inap di rumah sakit umur 0-28 hari di provinsi jawa barat tahun 2007 yaitu pada
bayi bblr sendiri ada 402 orang dengan presentase 11,25 % sedangkan pada umur 29 hari –
kurang dari 1 tahun ada 18 kasus baru dengan presentase 1,44% (Depkes RI, 2008).
Terjadinya BBLR itu sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti, Faktor ibu
yaitu gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil

dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah
dll). Faktor pekerjaan yang terlalu berat. Faktor kehamilan yaitu hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil (pre-eklamsi atau eklamsi, ketuban pecah dini).
Faktor janin yaitu cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan berbagai faktor yang masih belum
diketahui (Manuaba, IBG 2010 hal: 436).

Berdasarkan uraian diatas yang menyatakan bahwa masih tingginya angka kematian bayi
yang disebabkan oleh BBLR dan dari beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa umur ibu,
paritas, jarak kehamilan, frekuensi kunjungan ANC, kadar hemoglobin dan riwayat penyakit
berhubungan dengan kejadian BBLR. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk
melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR di
RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2011”.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.BBLR
2.1.1. Definisi BBLR
WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
bukan bayi prematur. (Rustam, 1998 hal 448).

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Saifuddin, 2006 hal: 376).
Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) karena
terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu
karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya,
sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya (Manuaba. I.B.G, 2010 hal 436).
Bayi prematur sedang (33-38 minggu) atau BBLR (1500- 2500 gram) dapat mempunyai
masalah segera setelah lahir (Saifuddin, 2002 hal: M-123).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir (Anonim, 2008).
2.1.2. Frekuensi
WHO pada tahun 2003 menyatakan bahwa setiap tahun diperkirakan neonatus yang lahir
sekitar 20 juta adalah BBLR (Maryunani, 2009 hal: 23). Frekuensi BBLR di negara maju
berkisar antara 3,6-10,8 %, di negara berkembang berkisar antara 10-43%. Rasio antara negara
maju dan negara berkembang adalah 1: 4. (Rustam, 1998 hal 449).

2.1.3. Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada
umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah.

Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi
neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila
bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan
bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya (Rustam, 1998 hal 450-451).
2.1.4. Jenis dan Karakteristik BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir