Penyusutan Aset Berwujud dan Amortisasi (1)
Penyusutan Aset Berwujud dan Amortisasi Aset Tidak Berwujud
A. PENYUSUTAN
Pengertian penyusutan menurut PSAK Nomor 17 adalah alokasi jumlah suatu aset
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Besarnya penyusutan
untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Aset yang disusutkan adalah aset yang :
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau pemasok barang
dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Masa manfaat diukur dengan periode suatu aset yang diharapkan digunakan oleh
perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa, sehingga diharapkan diperoleh dari aset
oleh perusahaan. Jumlah yang dapat disusutkan (depriciable amount) adalah biaya
perolehan suatu aset, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan
keuangan, dikurangi nilai sisanya.
Menurut pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan ditegaskan bahwa penyusutan
atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau penambahan
harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna
Usaha, dan Hak Pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dilakukan
dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi
harta tersebut. Persyaratan aset tetap yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan,
meliputi :
1. Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud
2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Metode Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokkan menurut akuntansi komersial, yaitu :
1. Berdasarkan kriteria waktu
a. Metode garis lurus
b. Metode pembebanan angka menurun
- Metode jumlah angka tahun
- Metode saldo menurun/saldo menurun ganda
2. Bedasarkan kriteria penggunaannya
a. Metode jam jasa
b. Metode jumlah unit produksi
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
b. Metode anuitas
Metode
penyusutan
menurut
ketentuan
perundang-undangan
perpajakan
sebagaimana telah diatur dalam pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah :
1. Metode garis lurus (straight line method), atau metode saldo menurun (decline balance
method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.
Penggunaan metode penyusutan Aset Tetap Berwujud diisyaratkan taat asas
(konsisten).
Kelompok harta dan tarif penyusutan, penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta
berwujud didasarkan pada pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut.
Kelompok Harta Berwujud
I. Kelompok bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
II. Bangunan Permanen
Tidak Permanen
Masa
Manfaat
Tarif Penyusutan
berdasarkan Metode
Garis Lurus
Tarif Penyusutan
berdasarkan
Metode Saldo
Menurun
4 tahun
25%
50%
8 tahun
12.5%
25%
16 tahun
6.25%
12.5%
20 tahun
5%
10%
20 tahun
5%
-
10 tahun
10%
-
Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman dalam
pengelompokan harta tetap berwujud, terakhir keluarlah Keputusan Menteri keuangan Nomor
96/PMK.03/2009 yang berlaku sejak 1 januari 2009 mengatur tentang pengelompokan jenisjenis Harta Berwujud, secara rinci sebagai berikut :
Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok I
Nomor
Urut
1.
Jenis Usaha
Semua jenis usaha
Jenis Harta
a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan
termasuk meja, bangku, kursi, lemari, dan
sejenisnya
yang
bukan
bagian
dari
bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin ketik, mesin
hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer, printer,
scanner, dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier,
tape/cassete, video recorder, televisi dan
sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda, dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould
g. Alat-alat komunikasi, seperti
pesawat
telepon, faksimile, telepon seluler, dan
sejenisnya.
Alat yang digerakan bukan dengan mesin, seperti
cangkul, peternakan, perikanan, garu, dan lain-lain.
2.
Pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan
Mesin ringan yang dapat dipindahkan-pindahkan
seperti huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering,
3.
Industri makanan dan
pullet dan sejenisnya.
minuman
Mobil taksi, bus, da truk yang digunakan sebagai
angkutan umum.
4.
Transportasi dan pergudangan
Flash memory tester, write machine, biporar test
Industri semi konduktor
system, eliminatio (PE8-1) pose checker.
5.
Anchor, anchor chains, polyester rope, steel buays,
Jasa persewaan peralatan
steel wire ropes, moorning accesoris.
6.
tambat dalam
Base station controller
Jasa telekomunikasi selular
7.
Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Kelompok II
Nomor
Urut
1.
Jenis Usaha
Semua jenis usaha
Jenis Harta
a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan
termasuk meja, bangku, kursi, lemari, dan
sejenisnya
yang
bukan
bagian
dari
bangunan. Alat pengatur udara seperti AC,
kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speedboat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor
2.
Pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan
atau mesin bajak, penggaruk, penanaman,
penebar benih, dan sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan
atau memproduksi bahan atau barang
pertanian, perkebunan, dan perikanan.
a. Mesin
3.
Industri makanan dan
minuman
yang
mengolah
produk
asal
binatang, unggas dan perikanan misalnya
pabrik susu atau pengalengan ikan.
b. Mesin yang mengolah produk nabati,
mislanya mesin minyak kelapa, margarin,
penggilingan kopi, kembang gula, mesin
pengolah biji-bijian seperti penggilingan
beras, gandum, dan tapioka
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi
minuman
dan
bahan-bahan
minuman
segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi
bahan-bahan makanan dan makanan segala
jenis.
Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin
ringan seperti mesin jahhit, pompa air.
4.
Industri mesin
a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan
5.
Perkayuan, kehutanan
atau memproduksi bahan atau barang
kehutanan.
Peralatan yang dipergunakannya seperti truk berat,
dump, truk, crane bulldozer, dan sejenisnya.
6
Konstruksi
B. PENGELOMPOKAN
HARTA
BERWUJUD
BUKAN
BANGUNAN
UNTUK
KEPERLUAN PENYUSUTAN ATAS USAHA JASA TELEKOMUNIKASI SELULER
Terhadap pengelompokan Harta Berwujud bukan bangunan untuk kepentingan
penyusutan telah diatur setelah dilakukan perubahan terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 138/KMK/03/2002 tanggal 18 april 2002, acuan lain yang dapat
dipergunakan yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 138 tahun 2000
tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam
tahun Berjalan, dan Keputusan Direktur Jendral Pajak No. Kep. 520/Pj/2002 tanggal 11
desember 2002 tentang Jenis-Jenis Harta yang Dipergunakan dalam Usaha Jasa
Telekomunikasi Seluler yang termasuk dalam kelompok Harta berwujud Bukan bangunan
untuk keperluan penyusutan.
Jenis Harta yang Disusutkan dan Pengelompokannya
Nomor
Kelompok Harta
Urut
1.
2.
Berwujud
1
2
Jenis Harta
Base Station Controller
Mobile Switching Center, Homer Location Register,
Visitor
Location
Register,
Authentication
Centre,
equipment Identity Register, Intelligent Network Service
Control Point, Intelligent Network Service Management
Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal
SDH/Mini Link, Antena
Tata Cara Penghitungan Penyusutan Fiskal
Untuk penghitungan penyusutan fiskal atas jenis-jenis harta tersebut diatur sebagai
berikut :
1. Keputusan Direktur Jendral Pajak tersebut dimulai pada tahun 2002
2. Atas jenis-jenis harta sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tersebut yang telah dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan sejak sebelum tahun
pajak/tahun buku 2002, penghitungan penyusutan bakal sampai dengan tahun
pajak/tahun buku 2001 menggunakan tarif penyusutan kelompok 3.
3. Penghituungan penyusutan fiskal atas harta yang dimaksud pada butir 2 mulai tahun
pajak 2002 menggunakan tarif penyusutan kelompoknya yang baru (kelompok 1 atau
kelompok 2) dengan metode penyusutan/dasar penyusutan yang tetap sama, yaitu :
a. Metode garis lurus, dasar penyusutan adalah harga perolehan
b. Metode saldo menurun, dasar penyusutan adalah nilai sisa buku fiskal
4. Masa manfaat yang tersisa atas harta dimaksud pada butir 2 setelah perpindahan dari
kelompok 3 ke kelompok 1 atau kelompok 2 akan mengalami penyesesuaian otamatis
karena beban penyusutan semakin besar. Masa maanfaat yang tersisa dalam :
a. Kelompok 1 akan berakhir paling lama pada tahun keempat sejak tahun pajak 2002
(nilai sisa buku fiskal disusutkan sekaligus).
b. Kelompok 2 akan berakhir paling lama tahun kedelapan sejak tahun pajak 2002
(nilai sisa buku fiskal disusutkan sekaligus).
C. AMORTISASI
Undang-Undang Pajak Penghasilan menggunakan istilah Harta Tidak Berwujud
tidak dengan aset tetapi mempunyai pengertian yang sama dengan aset dalam SAK.
Seperti yang telah dilakukan pada Aset Tetap Berwujud, nilai Aset Tetap Tidak Berwujud
harus juga dilakukan penyusutan yang disebut dengan amortisasi. Pengertian aset tidak
berwujud adalah aset tidak lancar (non-current asset) dan tidak berbentuk hak yang
memberikan keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan
tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aset yang lain (PSAK Nomor 19).
Termasuk dalam aset tidak berwujud seperti hak paten, hak merek, goodwill, biaya
pendirian, dan lain-lain.
Metode Amortisasi dan Cara Penghitungannya
Metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud menurut akuntansi
pajak, yaitu :
1. Metode garis lurus
2. Metode saldo menurun
Pengaturan amortisasi dalam undang-undang Pajak penghasilan bahwa harga
perolehan harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk perpanjangan hak-hak
atas tanah (seperti hak usaha, hak guna bangunan dan hak pakai) dan muhibah (goodwill)
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, diamortisasi dengan metode :
1. Dalam bagian yang sama setiap tahun selama masa manfaat
2. Dalam bagian yang menurun setiap tahun dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas
nilai sisa buku.
Pengelompokan Aset Tetap Tidak Berwujud dan Tarif Amortisasi
Kelompok Harta
Tidak Berwujud
Kelompok 1
Masa Manfaat
4 Tahun
Tarif Amortisasi
Garis Lurus
Saldo Menurun
25%
50%
Kelompok 2
8 Tahun
12.5%
25%
Kelompok 3
16 Tahun
6.25%
12.5%
Kelompok 4
20 Tahun
5%
10%
Ketentuan Lain
1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan
dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai ketentuan yangg
berlaku.
2. Amortisasi pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun dibidang penambangan minyak dan gas bumi
dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. metode satuan produksi
dilakukan dengan menerapkan persentase tarif amorttisasi yang besarnya setiap tahun
sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas
bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak
dan gas bumi dilokasi tersebut diproduksi. Apabila ternyata jumlah produksi yang
sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa
pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran
dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Pengalihan Hak Aset Tetap Tidak Berwujud
Apabila terjadi pengalihan hak Aset Tetap Tidak Berwujud seperti tersebut dalam
pasal 11A ayat (1), ayat (4), ayat (5), nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan
penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan.
Kemungkinan terjadi pengalihan Aset Tetap Tidak Berwujud yang memenuhi syarat
pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan, maka nilai sisa
buku aset tersebut boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
A. PENYUSUTAN
Pengertian penyusutan menurut PSAK Nomor 17 adalah alokasi jumlah suatu aset
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Besarnya penyusutan
untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Aset yang disusutkan adalah aset yang :
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau pemasok barang
dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Masa manfaat diukur dengan periode suatu aset yang diharapkan digunakan oleh
perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa, sehingga diharapkan diperoleh dari aset
oleh perusahaan. Jumlah yang dapat disusutkan (depriciable amount) adalah biaya
perolehan suatu aset, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan
keuangan, dikurangi nilai sisanya.
Menurut pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan ditegaskan bahwa penyusutan
atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau penambahan
harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna
Usaha, dan Hak Pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dilakukan
dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi
harta tersebut. Persyaratan aset tetap yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan,
meliputi :
1. Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud
2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Metode Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokkan menurut akuntansi komersial, yaitu :
1. Berdasarkan kriteria waktu
a. Metode garis lurus
b. Metode pembebanan angka menurun
- Metode jumlah angka tahun
- Metode saldo menurun/saldo menurun ganda
2. Bedasarkan kriteria penggunaannya
a. Metode jam jasa
b. Metode jumlah unit produksi
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
b. Metode anuitas
Metode
penyusutan
menurut
ketentuan
perundang-undangan
perpajakan
sebagaimana telah diatur dalam pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah :
1. Metode garis lurus (straight line method), atau metode saldo menurun (decline balance
method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.
Penggunaan metode penyusutan Aset Tetap Berwujud diisyaratkan taat asas
(konsisten).
Kelompok harta dan tarif penyusutan, penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta
berwujud didasarkan pada pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut.
Kelompok Harta Berwujud
I. Kelompok bangunan
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
II. Bangunan Permanen
Tidak Permanen
Masa
Manfaat
Tarif Penyusutan
berdasarkan Metode
Garis Lurus
Tarif Penyusutan
berdasarkan
Metode Saldo
Menurun
4 tahun
25%
50%
8 tahun
12.5%
25%
16 tahun
6.25%
12.5%
20 tahun
5%
10%
20 tahun
5%
-
10 tahun
10%
-
Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman dalam
pengelompokan harta tetap berwujud, terakhir keluarlah Keputusan Menteri keuangan Nomor
96/PMK.03/2009 yang berlaku sejak 1 januari 2009 mengatur tentang pengelompokan jenisjenis Harta Berwujud, secara rinci sebagai berikut :
Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok I
Nomor
Urut
1.
Jenis Usaha
Semua jenis usaha
Jenis Harta
a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan
termasuk meja, bangku, kursi, lemari, dan
sejenisnya
yang
bukan
bagian
dari
bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin ketik, mesin
hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer, printer,
scanner, dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier,
tape/cassete, video recorder, televisi dan
sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda, dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould
g. Alat-alat komunikasi, seperti
pesawat
telepon, faksimile, telepon seluler, dan
sejenisnya.
Alat yang digerakan bukan dengan mesin, seperti
cangkul, peternakan, perikanan, garu, dan lain-lain.
2.
Pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan
Mesin ringan yang dapat dipindahkan-pindahkan
seperti huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering,
3.
Industri makanan dan
pullet dan sejenisnya.
minuman
Mobil taksi, bus, da truk yang digunakan sebagai
angkutan umum.
4.
Transportasi dan pergudangan
Flash memory tester, write machine, biporar test
Industri semi konduktor
system, eliminatio (PE8-1) pose checker.
5.
Anchor, anchor chains, polyester rope, steel buays,
Jasa persewaan peralatan
steel wire ropes, moorning accesoris.
6.
tambat dalam
Base station controller
Jasa telekomunikasi selular
7.
Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk Kelompok II
Nomor
Urut
1.
Jenis Usaha
Semua jenis usaha
Jenis Harta
a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan
termasuk meja, bangku, kursi, lemari, dan
sejenisnya
yang
bukan
bagian
dari
bangunan. Alat pengatur udara seperti AC,
kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speedboat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor
2.
Pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan
atau mesin bajak, penggaruk, penanaman,
penebar benih, dan sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan
atau memproduksi bahan atau barang
pertanian, perkebunan, dan perikanan.
a. Mesin
3.
Industri makanan dan
minuman
yang
mengolah
produk
asal
binatang, unggas dan perikanan misalnya
pabrik susu atau pengalengan ikan.
b. Mesin yang mengolah produk nabati,
mislanya mesin minyak kelapa, margarin,
penggilingan kopi, kembang gula, mesin
pengolah biji-bijian seperti penggilingan
beras, gandum, dan tapioka
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi
minuman
dan
bahan-bahan
minuman
segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi
bahan-bahan makanan dan makanan segala
jenis.
Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin
ringan seperti mesin jahhit, pompa air.
4.
Industri mesin
a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan
5.
Perkayuan, kehutanan
atau memproduksi bahan atau barang
kehutanan.
Peralatan yang dipergunakannya seperti truk berat,
dump, truk, crane bulldozer, dan sejenisnya.
6
Konstruksi
B. PENGELOMPOKAN
HARTA
BERWUJUD
BUKAN
BANGUNAN
UNTUK
KEPERLUAN PENYUSUTAN ATAS USAHA JASA TELEKOMUNIKASI SELULER
Terhadap pengelompokan Harta Berwujud bukan bangunan untuk kepentingan
penyusutan telah diatur setelah dilakukan perubahan terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 138/KMK/03/2002 tanggal 18 april 2002, acuan lain yang dapat
dipergunakan yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 138 tahun 2000
tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam
tahun Berjalan, dan Keputusan Direktur Jendral Pajak No. Kep. 520/Pj/2002 tanggal 11
desember 2002 tentang Jenis-Jenis Harta yang Dipergunakan dalam Usaha Jasa
Telekomunikasi Seluler yang termasuk dalam kelompok Harta berwujud Bukan bangunan
untuk keperluan penyusutan.
Jenis Harta yang Disusutkan dan Pengelompokannya
Nomor
Kelompok Harta
Urut
1.
2.
Berwujud
1
2
Jenis Harta
Base Station Controller
Mobile Switching Center, Homer Location Register,
Visitor
Location
Register,
Authentication
Centre,
equipment Identity Register, Intelligent Network Service
Control Point, Intelligent Network Service Management
Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal
SDH/Mini Link, Antena
Tata Cara Penghitungan Penyusutan Fiskal
Untuk penghitungan penyusutan fiskal atas jenis-jenis harta tersebut diatur sebagai
berikut :
1. Keputusan Direktur Jendral Pajak tersebut dimulai pada tahun 2002
2. Atas jenis-jenis harta sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
tersebut yang telah dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan sejak sebelum tahun
pajak/tahun buku 2002, penghitungan penyusutan bakal sampai dengan tahun
pajak/tahun buku 2001 menggunakan tarif penyusutan kelompok 3.
3. Penghituungan penyusutan fiskal atas harta yang dimaksud pada butir 2 mulai tahun
pajak 2002 menggunakan tarif penyusutan kelompoknya yang baru (kelompok 1 atau
kelompok 2) dengan metode penyusutan/dasar penyusutan yang tetap sama, yaitu :
a. Metode garis lurus, dasar penyusutan adalah harga perolehan
b. Metode saldo menurun, dasar penyusutan adalah nilai sisa buku fiskal
4. Masa manfaat yang tersisa atas harta dimaksud pada butir 2 setelah perpindahan dari
kelompok 3 ke kelompok 1 atau kelompok 2 akan mengalami penyesesuaian otamatis
karena beban penyusutan semakin besar. Masa maanfaat yang tersisa dalam :
a. Kelompok 1 akan berakhir paling lama pada tahun keempat sejak tahun pajak 2002
(nilai sisa buku fiskal disusutkan sekaligus).
b. Kelompok 2 akan berakhir paling lama tahun kedelapan sejak tahun pajak 2002
(nilai sisa buku fiskal disusutkan sekaligus).
C. AMORTISASI
Undang-Undang Pajak Penghasilan menggunakan istilah Harta Tidak Berwujud
tidak dengan aset tetapi mempunyai pengertian yang sama dengan aset dalam SAK.
Seperti yang telah dilakukan pada Aset Tetap Berwujud, nilai Aset Tetap Tidak Berwujud
harus juga dilakukan penyusutan yang disebut dengan amortisasi. Pengertian aset tidak
berwujud adalah aset tidak lancar (non-current asset) dan tidak berbentuk hak yang
memberikan keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan
tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aset yang lain (PSAK Nomor 19).
Termasuk dalam aset tidak berwujud seperti hak paten, hak merek, goodwill, biaya
pendirian, dan lain-lain.
Metode Amortisasi dan Cara Penghitungannya
Metode yang digunakan dalam amortisasi aset tidak berwujud menurut akuntansi
pajak, yaitu :
1. Metode garis lurus
2. Metode saldo menurun
Pengaturan amortisasi dalam undang-undang Pajak penghasilan bahwa harga
perolehan harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk perpanjangan hak-hak
atas tanah (seperti hak usaha, hak guna bangunan dan hak pakai) dan muhibah (goodwill)
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, diamortisasi dengan metode :
1. Dalam bagian yang sama setiap tahun selama masa manfaat
2. Dalam bagian yang menurun setiap tahun dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas
nilai sisa buku.
Pengelompokan Aset Tetap Tidak Berwujud dan Tarif Amortisasi
Kelompok Harta
Tidak Berwujud
Kelompok 1
Masa Manfaat
4 Tahun
Tarif Amortisasi
Garis Lurus
Saldo Menurun
25%
50%
Kelompok 2
8 Tahun
12.5%
25%
Kelompok 3
16 Tahun
6.25%
12.5%
Kelompok 4
20 Tahun
5%
10%
Ketentuan Lain
1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan
dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai ketentuan yangg
berlaku.
2. Amortisasi pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun dibidang penambangan minyak dan gas bumi
dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. metode satuan produksi
dilakukan dengan menerapkan persentase tarif amorttisasi yang besarnya setiap tahun
sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas
bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak
dan gas bumi dilokasi tersebut diproduksi. Apabila ternyata jumlah produksi yang
sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa
pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran
dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Pengalihan Hak Aset Tetap Tidak Berwujud
Apabila terjadi pengalihan hak Aset Tetap Tidak Berwujud seperti tersebut dalam
pasal 11A ayat (1), ayat (4), ayat (5), nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan
penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan.
Kemungkinan terjadi pengalihan Aset Tetap Tidak Berwujud yang memenuhi syarat
pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan, maka nilai sisa
buku aset tersebut boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.