LI hasil pemetaan populasi kunci tahun 2014 kpap dki jakarta 20151126114144

2014
Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci
Provinsi DKI Jakarta

Dukungan Teknis Oleh

Komisi Penanggulangan AIDS
Provinsi DKI Jakarta

Daftar Isi
Kata Pengantar

4

Tim Pemetaan

5

Tim Penyusun Laporan

9


Daftar Istilah

10

Ringkasan Eksekutif

11

Bagian Satu | Konteks dan Kebutuhan Pemetaan

12

1. Latar Belakang

12

2. Definisi Pemetaan

12


3. Tujuan Pemetaan

12

4. Jenis dan Ruang Lingkup Pemetaan

13

5. Manfaat Pemetaan

13

Bagian Dua | Metode Pemetaan

15

1.

Pendekatan Pemetaan


15

2.

Waktu dan Lokasi Pemetaan

15

3.

Tim Pemetaan

15

4.

Tahapan Pemetaan

16


5.

Definisi Operasional

16

6.

Populasi dan Sampel Pemetaan

17

7.

Metode Pengumpulan Data

17

8.


Teknik Pengolahan dan Analisis Data

17

Bagian Tiga | Hasil-Hasil Pemetaan Geografis
1.

Hasil-Hasil Pemetaan Geografis WPS

18
18

a.

Jumlah Populasi W PS

18

b.


Jenis-Jenis Hotspot WPS

20

c.

Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis WPS

24

2.

Hasil-Hasil Pemetaan Geografis LSL

24

a.

Jumlah Populasi L SL


24

b.

Jenis-Jenis Hotspot LSL

25

c.

Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LSL

27

3.

Hasil-Hasil Pemetaan Geografis Waria

28


a.

Jumlah Populasi Waria

28

b.

Jenis-Jenis Hotspot Waria

29

c.

Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis Waria

30

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I


Hal 2

4.

Hasil-Hasil Pemetaan Geografis LBT

31

a.

Jumlah Populasi LBT

31

b.

Jenis-Jenis Hotspot LBT

33


c.

Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LBT

34

5.

Hasil-Hasil Pemetaan Geografis Penasun

35

a.

Jumlah Populasi Penasun

35

b.


Jenis-Jenis Hotspot Penasun

36

c.

Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis Penasun

37

Bagian Empat | Hasil-Hasil Pemetaan Sosial

39

1.

Hasil Pemetaan Sosial WPS

39

2.

Hasil Pemetaan Sosial LSL

44

3.

Hasil Pemetaan Sosial Waria

48

4.

Hasil Pemetaan Sosial LBT

53

5.

Hasil Pemetaan Sosial Penasun

57

Bagian Lima | Hasil -Hasil Pemetaan Sumber Daya

60

1.

Hasil Pemetaan Lembaga yang Bekerja Untuk Penanggulangan HIV dan AIDS (LSM)

60

2.

Hasil Pemetaan Fasilitas Layanan Kesehatan

60

Bagian Enam | Kesimpulan dan Rekomendasi

63

1.

Kesimpulan

63

2.

Rekomendasi

64

3.

Keterbatasan Pemetaan

65

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 3

Kata Pengantar
Proses pemetaan dan laporannya ini tidak akan terwujud tanpa kerja sama yang baik antara KPAP DKI
Jakarta, KPAK enam wilayah, LSM, Forum LSM dan Program SUM I. Terima kasih saya ucapkan atas kerja
keras semua tim pemetaan yang terlibat. Tanpa kontribusi anda semua, pemetaan ini tidak akan pernah
terjadi dan mendapatkan hasilnya seperti saat ini.
Kita sudah lama menyadari bahwa data pemetaan sangat penting untuk proses perencanaan dan
evaluasi program. Pada tahun 2014 ini kita melakukan pemetaan dengan cara berbeda dan metode
yang lebih sistematis mengacu pada buku ‘Petunjuk Teknis Pemetaan Untuk Perencanaan Intervensi’
yang diterbitkan KPAN dan Kemenkes RI. Mudah-mudahan informasi hasil pemetaan seperti yang
tertuang dalam laporan ini dapat membantu kita membuat perencanaan dan evaluasi program yang
lebih baik.
Dalam hal perencanaan, data pemetaan dapat digunakan antara lain u ntuk menetapkan target program,
menghitung jumlah logistik yang diperlukan (misalnya kondom, pelicin, LAS), memperkirakan kebutuhan
capacity building bagi staf pelaksana program dan menghitung dukungan anggaran yang diperlukan
untuk mencapai target-target program.
Dalam hal evaluasi, data pemetaan dapat digunakan sebagai denominator untuk melihat kemajuan
program (misalnya dengan membandingkan antara jumlah orang yang sudah dijangkau/mengakses
layanan dengan hasil pemetaan yang ditetapkan sebagai target), melihat efektivitas program
berdasarkan jumlah dan sebaran hotspot, melihat pemerataan program secara geografis dan
sebagainya.
Catatan khusus sengaja saya berikan dalam hal pemanfaatan data-data ini bagi monitoring, evaluasi dan
pengembangan program. Semua jerih payah mengumpulkan data rasanya baru memadai jika kita
memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data
yang sudah kita kumpulkan hanya akan mengisi rak-rak buku kantor kita tetapi tidak berdampak bagi
penguatan dan pengembangan program. Ini fenomena umum di Indonesia. Tetapi kita harus memulainya
di Jakarta: memanfaatkan semua data yang ada untuk memandu kita menjalanlan program.
Dalam rangka itu, KPAP Provinsi DKI Jakarta berencana mengembangkan fact sheet untuk beberapa
laporan dan data yang sangat kaya menjadi bagian-bagian kecil yang lebih menarik. Sebab kebanyakan
dari kita mungkin cukup repot untuk membaca laporan suatu penelitian secara lengkap. Mudah mudahan dengan langkah ini, kita bisa memanfaatkan data yang ada secara lebih baik. Pengembagan
fact sheet akan kita mulai dengan laporan hasil pemetaan ini. Saya berharap, bidang-bidang lain dan
KPAK yang melakukan riset, asesmen atau semacamnya juga dapat mengembangkan fact sheet agar
informasi yang ada lebih menarik untuk dibaca dan ditelaah.
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kerja keras dan partisipasi semua pihak. Semoga setiap
proses kegiatan memberi pembelajaran terbaik bagi kita untuk menjalankan inovasi-inovasi lain yang
berdampak.
Jakarta, Desember 2014

Hj. Dra. Rohana Manggala, M.Si
Sekretaris KPAP DKI Jakarta

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 4

Tim Pemetaan
Provinsi

Jakarta Pusat

Jakarta Utara

John Alubwaman
Catur Prasetyo
Lili Fitriyah
Adrie Admira
Ida Kusumaningrum
Erlian Rista Aditya
Miko
Susi Hidayah
Adi Sumari
Sabilan Muhtadin
Corry Kedarsari
Ballqis
Bunda Joyce
Ria Dwi S. Pangayow
Budi Mulia
Ahmad SP
Sika Anggrani
Lolly Joselly
Soeradji
Anggraeny
Ati Susilowati
Wulan
Muji
Topan
Benny Hamidi
Peter DS
Frederick Scott
T. Hadi
Taufik H
Yulitanti
Eri Kurnia
Arman Aedy
Yanuar R
Syarif
Wiwik Anggraini
Imanita
Yanti
Sri
M. Sofian
dr. I Gede Subagia
Rizky Rahmatia
Okky Darmianto. R
Orin
Ella Mantika
Donna
Zaenal Ramadhan
Abdul. S
Yuwana. E
Mulya. A
Adhy. N
Evan
Neni. L
Hafids

Kabid Monev dan Pengembangan
Bidang Monev dan Pengembangan
Bidang Monev dan Pengembangan
Bidang Monev dan Pengembangan
Bidang Promosi dan Pencegahan
SUM I DKI Jakarta
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Layak
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Yayasan Pelita Harapan Bangsa
Yayasan Pelita Harapan Bangsa
Karisma
Karisma
Karisma
Karisma
Gema
KAKI
KAKI
KAKI
KPAK Jakarta Pusat
KPAK Jakarta Pusat
KPAK Jakarta Pusat
KPAK Jakarta Pusat
KPAK Jakarta Pusat
KPAK Jakarta Pusat
KPAK Jakarta Pusat
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
LPA Karya Bhakti
LPA Karya Bhakti
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
Jakarta Plus Center
PKBI Jakarta Utara

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 5

Jakarta Barat

Noviya
Cecep Septiyansah
S. Rahayu
Elyana
Sukmaji
Elia
Sarnan
Endang. S
Dayat. F
Deni
Magda Lena
Syukron. M
Ujang Jatmika
Heri Pianah
Wahyu. S
Budy. M
Nur Aini
Nani
Imanudin
M. Sukmarajaya
Putra Indrayana
Azis Fauzi
Asep
Edi
Bahroni
Djadjang Djunaedi
Fahmi Arizal
Risman Sofian
Yayan Baskarah
Sadon Kuswara
Julius Tambunan
Elfeida Sardiana
Sutarko Candi
Theokusita. M Da Gomez
Martinus Zangga
Nanda
Teto
Henny Pawaka
Kristina
Agustin
Acung
Zulham
Voni Istirani
Zakaria
Sahroni
Budi. HS
Sugeng
Ali Paruq
Yuli
Zaenal
Iwan. T
Firman
Rohmat Noviar
Benny Hamidi
Peter
Putera
Fahrul

PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
PKBI Jakarta Utara
Bandung Wangi
Bandung Wangi
PENA
PENA
PENA
PENA
Yayasan Anak dan Perempuan
Yayasan Anak dan Perempuan
Yayasan Anak dan Perempuan
KIOS Atmajaya
KIOS Atmajaya
KIOS Atmajaya
KIOS Atmajaya
KPAK Jakarta Utara
KPAK Jakarta Utara
KPAK Jakarta Utara
KPAK Jakarta Utara
KPAK Jakarta Utara
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
ICODESA
ICODESA
ICODESA
ICODESA
ICODESA
ICODESA
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
GEMA
GEMA
GEMA
GEMA
GEMA
GEMA
GEMA
GEMA
Yayasan Kusuma Buana
Yayasan Kusuma Buana
Yayasan Kusuma Buana
Yayasan Kusuma Buana
Yayasan Pelita Harapan Bangsa
Yayasan Pelita Harapan Bangsa
KIOS Atmajaya
KIOS Atmajaya

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 6

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Bayu
Paldy
Aprizal
Rino. A
Windi. AM
Syamsul. M
dr. Aryani. S
Yusup
Diah
Slamet Febrianto
Andhika
Al
Saiful
Sendi
Tayen
Aldi
Mario
Hadi
Jiran
Hendra
M.T. Hanny H.S.Pd
Ahmad Pramono
Ragil Wahyono
Aurie
Wahyu
Paridan
Budi Setiawan
Teus Lugulanten
Mario Sinatra
Indhi Sadira
Rosa
Puni
Dewi. R
Andika. PW
Mulya
Zaenal Suhendi
Hartono
Abdul Rohim
Eka Aditya
Seila
Yola Anggun
Vira
Erwin Nugrogho
Tovan Agus
Heri Santoso
Kanti Lituhayu
Tri Witjaksono
Nancy Iskandar
Minul
Yuni
Nuke Ayu Amelia
Dian
Uchi
Adin
Tono
Salaludin
Koko

KIOS Atmajaya
KIOS Atmajaya
Yayasan Mutiara Maharani
Yayasan Mutiara Maharani
KPAK Jakarta Barat
KPAK Jakarta Barat
KPAK Jakarta Barat
KPAK Jakarta Barat
KPAK Jakarta Barat
KPAK Jakarta Barat
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
Yayasan Intermedika
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
KAPETA
Pokja Faletehan
PPK-UI
PPK-UI
PPK-UI
PPK-UI
Stigma
Stigma
Stigma
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
YHP
YHP
Sudinkes
KPAK Jakarta Selatan
KPAK Jakarta Selatan
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
Yayasan Srikandi Sejati
LPA-Karya Bhakti
LPA-Karya Bhakti
LPA-Karya Bhakti
LPA-Karya Bhakti

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 7

Kepulauan Seribu

Kevin
Agus
Sony
Syeni Alfianti
Tasinah
Chanra Ely Jhonatan . M
Jumadi Galingging
Devi
Irma
Rian Wulandari
Eva Rosita
Mirnawati
Suherman
Heni
Saimah
Maryati
Ai Yuniati
Yuli Risciani
Nurdjanah
Iyan
Satya Hadi
Indra A. Gunawan
Faizin
Maya
Hodland Silalahi
Djaenal Arifin
Suryana
Reza Novalino
H. Anwar
Ahmad Gojali
Anton
Muclis
Ahmad Nuryani
Hilmansyah
Bhaskar J
dr. Heldy
Arif R.A
Palupi

LPA-Karya Bhakti
LPA-Karya Bhakti
LPA-Karya Bhakti
PKBI Jakarta Timur
PKBI Jakarta Timur
PKBI Jakarta Timur
PKBI Jakarta Timur
PKBI Jakarta Timur
PKBI Jakarta Timur
Yayasan Hidup Positif
Yayasan Hidup Positif
Yayasan Hidup Positif
Bandungwangi
Bandungwangi
Bandungwangi
Bandungwangi
Bandungwangi
Rempah
Rempah
Rempah
Rempah
Rempah
Rempah
Rempah
Karisma
Karisma
Karisma
Karisma
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu
KPAK Kepulauan Seribu

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 8

Tim Penyusun Laporan
Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur
Kepulauan Seribu
Provins DKI Jakarta

Wiwik Anggraini
Ria Dwi S. Pangayow
Fahmi Arizal
Djadjang Djunaedi
Samsul
Windi
Daniel Upay
Tri Witjaksono
Kanti Lituhayu
Aldy
Imam Mulyadi
Aminullah
Hilmansyah
John Alubwaman
Catur Prasetyo
Ida Kusumaningrum
Lili Fitriyah
Adrie Admira
Erlian Rista Aditya

Editor
Erlian Rista Aditya
John Alubw am an

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 9

Daftar Istilah
ABK
Champion
CST
Fasyankes
GIS
GPS
Hotspot
Hotzone
HCT
Informan
Informan Kunci
KIE
KT HIV
KTH
KTS
KPP
LASS
LBT
LJSS
LSL
Lokasi
Media KPP
Media KIE
MOU
MMT
Nyebong
Outlet
PDP
PE
Penasun
Penapisan
PMTS
PMTCT
PPSK
PPIA
PTRM
Pokja
Pokmas
Popkun
Populasi Kunci
RR
STBP
TKBM
VCT
WPS
WPSL/WPSTL

Anak Buah Kapal
Tokoh komunitas yang secara sukarela aktif/potensial aktif melakukan kegiatan
pencegahan HIV di komunitasnya
Care, Support and Treatment = PDP
Fasilitas Layanan Kesehatan
Geographical Information System
Geographic Positioning System
Tempat negosiasi dan/atau transaksi seks dan penggunaan narkoba suntik
Pengelompokkan beberapa hotspot terdekat (dalam radius 300) meter menjadi satu
HIV Counseling and Testing
Sumber informasi yang berasal dari populasi kunci dan dianggap kredibel serta
mengetahui informasi tentang populasi kunci di suatu hotspot
Sumber informasi yang berasal dari luar populasi kunci dan dianggap kredibel serta
mengetahui informasi tentang populasi kunci di suatu hotspot
Komunikasi, Informasi, Edukasi
Konseling dan Tes HIV
Konseling dan Tetsing HIV
Konseling dan Testing Sukarela
Komunikasi Perubahan Perilaku
Layanan Alat Suntik Steril = LJSS
Lelaki Berisiko Tinggi
Layanan Jarum Suntik Steril
Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki
Hotspot
Media cetak (leaflet, sticker, poster dll) dan non cetak untuk mendukung proses KPP
(Komunikasi Perubahan Perilaku)
Media cetak (leaflet, sticker, poster dll) dan non cetak untuk mendukung proses KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Memorandum of Understanding
Methadone Maitenance Treatment = PTRM
Bahasa slang di kalangan Waria untuk menyebut proses mencari tamu/klien
di suatu hotspot
Penjua/distributor/pengecer kondom baik kondom komersial/subsidi
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
Peer Educator/Pendidik Sebaya
Pengguna Napza Suntik
Pemeriksaan rutin IMS kepada populasi kunci tanpa melihat ada/tidaknya gejala
Pencegahan Penularan IMS Melalui Transmisi Seksual
Prevention Mother To Child Transmission = PPIA
Program Pemasaran Sosial Kondom
Pencegahan Penularan Ibu ke Anak
Perawatan Terapi Rumatan Metadon
Kelompok Kerja
Kelompok Masyarakat
Populasi Kunci
Populasi paling berisiko terhadap penularan HIV yaitu Penasun, W PS, LSL, Waria dan
LBT
Reporting dan Recording
Survey Terpadu Biologis dan Perilaku
Tenaga Bongkar Muat Barang
Voluntary Counseling and Testing
Wanita Pekerja Seks
Wanita Pekerja Seks Langsung/Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 10

Ringkasan Eksekutif
Pemetaan populasi kunci tahun 2014 menggunakan metode yang berbeda dan jauh lebih sistematis
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berkat adanya Panduan Teknis Pemetaan Populasi Kunci
Untuk Perencanaan Intervensi yang dikeluarkan KPAN dan Kemenkes RI tahun 2014.
Jumlah populasi kunci di DKI Jakarta berdasarkan hasil pemetaan ini adalah sebanyak 4.193 WPSL,
7.669 WPSTL, 4.465 LSL, 1.206 Waria, 122.096 LBT dan 2.004 Penasun. Rata-rata mobilitas setiap
populasi kunci adalah 1-3 hotspot per hari. Artinya setiap hari terdapat kemungkinan populasi kunci
berpindah hotspot ke 1 sampai 3 hotspot lain. Pemetaan ini juga berhasil mengidentifikasi jumlah
hotspot untuk setiap populasi yakni 352 hotspot WPSL, 523 hotspot WPSTL, 281 hotspot LSL, 217
hotspot Waria, 890 hotspot LBT dan 229 hotspot Penasun.
Terdapat tiga jenis/bentuk hotspot paling utama pada populasi WPSL yakni wisma, rumah kost dan
warung, pada WPSTL hotspot paling banyak berupa panti pijat, café dan karaoke, pada LSL adalah mall,
minimarket dan salon, pada Waria adalah salon, rumah kontrakan dan rumah kost, pada LBT hotspot
utamanya berupa pangkalan ojek, pangkalan truk dan pabrik dan pada populasi Penasun hotspot
utamanya kebanyakan berupa pinggir jalan, rumah/kost dan gang. Jika semua hotspot
dikelompokkan(clustering) menggunkan aplikasi GIS, dalam radius 300 meter (disebut dengan hotzone)
maka akan terdapat 78 hotzone LSL, 97 hotzone Waria, 126 hotzone WPS, 213 hotzone LBT dan 99
hotzone Penasun.
Dua indikator utama dalam pilar satu PMTS (penguatan dan pelibatan pemangku kepentingan) yakni
adanya Pokja Lokasi dan kesepakatan lokasi masih belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk
tingkat provinsi) baru 43% hotspot WPS, 15% hotspot LSL, 14% hotspot Waria dan 22% hotspot LBT yang
mempunyai Pokja Lokasi dan baru 39% hotspot WPS, 15% hotspot LSL, 34% hotspot Waria, dan 21%
hotspot LBT yang mempunyai kesepakatan lokasi.
Dua indikator utama dalam pilar dua PMTS (komunikasi perubahan perilaku) yakni adanya jumlah PE
aktif dan media KPP yang cukup juga masih belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk tingkat
provinsi) baru 26% hotspot WPS, 24% hotspot LSL, 34% hotspot Waria dan 14% hotspot LBT yang
mempunyai jumlah PE aktif cukup dan baru 47% hotspot WPS, 35% hotspot LSL, 37% hotspot Waria, dan
23% hotspot LBT yang mempunyai distribusi Media KPP cukup.
Dua indikator utama dalam pilar tiga PMTS (penyediaan dan distribusi kondom) yakni adanya jumlah
outlet kondom dan jumlah kondom terdistribusi belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk
tingkat provinsi) baru 53% hotspot WPS, 43% hotspot LSL, 74% hotspot Waria dan 16% hotspot LBT yang
mempunyai jumlah outlet kondom cukup dan baru 40% hotspot WPS, 39% hotspot LSL, 65% hotspot
Waria, dan 15% hotspot LBT yang mempunyai distribusi kondom cukup.
Tiga indikator utama dalam pilar empat PMTS (pemeriksaan IMS dan HCT) yakni adanya pemeriksaan
rutin di setiap hotspot, semua populasi kunci dalam hotspot mengikuti pemeriksaan dan keramahan
petugas Kesehatan. Rata-rata (keseluruhan untuk tingkat provinsi) 44% hotspot WPS, 28% hotspot LSL,
82% hotspot Waria dan 25% hotspot LBT yang mempunyai pemeriksaan rutin IMS dan HCT d an baru 34%
hotspot WPS, 14% hotspot LSL, 33% hotspot Waria, dan 16% hotspot LBT yang 100% populasi kuncinya
mengikuti pemeriksaan rutin. Sementara itu rata-rata 70% hotspot WPS, 41% hotspot LSL, 81% hotspot
Waria dan 34% hotspot LBT melihat penyedia layana sudah aman.
Terdapat 23 LSM aktif yang bekerja untuk penanggulangan HIV dan AIDS. Variasi layanan mereka antara
lain penjangkauan, pendampingan, rujukan ke Fasyankes dan pendampingan ODHA. Terdapat 74
Fasyankes yang dipetakan di Jakarta dengan variasi layanan antara lain IMS, VCT, LAS, PTRM, kesdas, IO
dan ARV.

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 11

Bagian Satu | Konteks dan Kebutuhan Pemetaan
1. Latar Belakang
Mengetahui jumlah dan dimana populasi kunci biasa berada, bekerja, berkumpul atau tinggal (hotspot)
menjadi kebutuhan mendasar untuk dapat menjalankan program pencegahan HIV yang efektif. Data ini
diperlukan untuk menghitung anggaran yang diperlukan bagi program pencegahan HIV, bentuk kegiatan yang
sesuai dengan karakateristik hotspot yang ada, cara paling efektif menjangkau mereka dan prioritas-prioritas
program yang perlu ditetapkan.
Pemetaan merupakan salah satu cara untuk mengetahui besaran jumlah dan letak hotspot populasi kunci. Di
DKI Jakarta, kegiatan pemetaan populasi kunci telah menjadi agenda rutin program KPAP DKI Jaka rta.
Pemetaan populasi kunci yang pertama telah dilakukan pada 2009, kemudian diperbaharui pada 2010 dan
2012.
Pemetaan populasi kunci 2014 ini adalah proses pembaharuan data dari pemetaan sebelumnya.
Pembaharuan data pemetaan perlu dilakukan karena adanya faktor mobilitas atau turn-over populasi kunci
baik antar wilayah di DKI Jakarta maupun dari dan ke luar Jakarta. Hal ini menyebabkan jumlah populasi kunci
yang selalu fluktuatif. Pembaharuan data pemetaan juga dilakukan untuk mengidentifikasi kemunculan
hotspot baru dan hilangnya hotspot lama, perubahan tipe/bentuk hotspot dan karakteristik demografi
populasi kunci.
Berbeda dengan proses-proses pemetaan sebelumnya, pemetaan populasi kunci 2014 dilakukan lebih
sistematis secara metode karena mendasarkan diri pada Petunjuk Teknis Pemetaan Populasi Kunci Untuk
Perencanaan Intervensi Program HIV, Kemenkes RI dan KPAN, 2014. Pemetaan 2014 berusaha memetakan
lima populasi kunci yakni LSL, Waria, WPS, Penasun dan LBT.

2. Definisi Pemetaan
Sampai saat ini tidak ada definisi baku yang berlaku secara nasional tentang makna pemetaan. Untuk tujuan
praktis, pemetaan atau lebih tepat disebut pemetaan komunitas di DKI Jakarta didefinisikan sebagai:
“Proses partisipatoris menggam barkan situasi lingkungan geografis, sosial dan sumber daya penanggulangan
HIV dan AIDS, terutama jumlah populasi kunci, lokasi fisik di mana populasi kunci biasanya berada, situasi
sosial khas populasi kunci yang ada dan layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV dan
AIDS tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan program”.

3. Tujuan Pemetaan
Ada beberapa tujuan mengapa pemetaan perlu dilakukan, yakni:
 Untuk mengetahui jumlah dan sebaran populasi kunci penerima manfaat program.
 Untuk mengetahui situasi lingkungan fisik di mana populasi kunci penerima manfaat program biasanya
berada (tempat nongkrong, tempat kerja, tempat tinggal, tipe/bentuk hotspot).
 Untuk mengetahui peta sosial populasi kunci penerima manfaat program (karakter istik demografi dasar,
aktivitas sehari-hari, mobilitas, orang-orang berpengaruh di komunitas dll).
 Untuk mengetahui keberadaan layanan kesehatan dan LSM pencegahan HIV terdekat dan yang biasa
diakses populasi kunci.

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 12

4. Jenis dan Ruang Lingkup Pemetaan
Sesuai dengan definisi dan tujuan pemetaan, maka terdapat tiga jenis pemetaan yang dilakukan dalam
pemetaan populasi kunci 2014 di DKI Jakarta ini, yakni pemetaan geografis, sosial dan sumber daya program
dengan ruang lingkup sbb:
Diagram 1 .1 Ruang Lingk up Pem etaan
Estimasi Jumlah

Geografis

Nama & Jenis
Hotspot

Mobilitas

Keterlibatan
Pemangku
Kepentingan
Pengetahuan dan
Kegiatan Pencegahan

Pemetaan

Sosial
Penggunaan
Kondom
Akses ke
Fasyankes

Sumber Daya
Program

LSM
Penanggulangan
HIV & AIDS
Fasilitas Layanan
Kesehatan

5. Manfaat Pemetaan
Data pemetaan dapat dimanfaatkan untuk:
 Perencanaan Program
o Untuk menentukan prioritas hotspot yang perlu dijangkau terlebih dahulu, biasanya yang jumlah
populasi kuncinya banyak dan ukuran hotspotnya besar atau mulai dari mudah dijangkau terlebih
dahulu
o Untuk menghitung target program sesuai jumlah populasi kunci yang benar-benar ada di
lapangan
o Untuk menghitung kebutuhan dan kualifikasi petugas lapangan sesuai karakteristik populasi
kunci dan jenis hotspot
o Untuk menghitung kebutuhan materi pencegahan (kondom, pelicin, alat suntik) dan media KIE

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 13





Implementasi Program
o Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penjangkaun populasi kunci, misalnya dengan
membagi wilayah penjangkauan berdasarkan kesamaan jenis hotspot, ukuran hotspot atau jarak
antar hotspot.
o Untuk meningkatkan penerimaan program oleh komunitas dan melibatkan komunitas dalam
program dengan melibatkan tokoh-tokoh kunci di hotspot
Monitoring dan Evaluasi Program
o Untuk memonitor berapa banyak populasi kunci yang telah dijangkau dibandingkan jumlah hasil
pemetaan sebagai target
o Untuk menilai kemajuan program, misalnya program PMTS yang mempunyai komponen
penguatan pemangku kepentingan lokal dengan melihat berapa banyak lokasi yang telah
mempunyai Pokja lokasi dibandingkan total jumlah lokasi yang ada.

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 14

Bagian Dua | Metode Pemetaan
1. Pendekatan Pemetaan
Pemetaan ini menggunakan dua pendekatan penelitian yakni kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk menghitung jumlah populasi kunci dan sebagian pemetaan sosial. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk memetakan sumber daya penanggulangan HIV dan AIDS dan sebagian pemetaan sosial.

2. Waktu dan Lokasi Pemetaan
Pemetaan dilakukan selama empat minggu untuk lima populasi kunci yakni LSL, Waria, WPS, Penasun dan
LBT. Setiap populasi dipetakan selama satu minggu serentak di enam kota/kab di DKI Jakarta.

W ak tu
13 – 17 Oktober 2014
20 – 24 Oktober 2014
27 – 31 Oktober 2014
3 – 7 November 2014

Tabel 2 .1 W ak tu, Sasaran dan Lok asi Pem etaan
Populasi
Sasaran
Lok asi
Pem etaan
Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur dan Kep.
LSL dan Waria
Seribu
WPS
Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan dan Timur
Penasun
Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan dan Timur
Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur dan Kep.
LBT
Seribu

Pemetaan dilakukan di semua kecamatan di semua kota/kab di DKI Jakarta.

3. Tim Pemetaan
Tim pemetaan terdiri dari berbagai komponen yakni KPAP, KPAK, Sudinkes dan LSM. Struktur tim pemetaan
dibuat menjadi seperti ini:
Diagram 2.1 Struktur Tim Pemetaan

Tim Pemetaan
Provinsi

Tim Pemetaan
Kota/Kab

Tim pemetaan provinsi berperan
menyiapkan
tim
pemetaan
kota/kabupaten, melatih mereka,
menyiapkan instrumen dan form ,
menyediakan anggaran, melakukan
supervisi
ke
kota/kab
dan
menganalisis data.

Tim pemetaan kota/kab be rtugas
sebagai koordinator dan supervisor
dalam pelaksanaan pemetaan yang
sebenarnya. Selama pelaksanaan
Tim Lapangan
Tim Lapangan
Tim Lapangan
pemetaan tim pemetaan kota/kab
bertugas merekrut tim lapangan,
memberikan
orientasi
kepada
mereka, mensupervisi tim lapangan di lapangan, memutuskan apakah kunjungan lapangan perlu dilakukan
ulang atau perlu ada cek silang dari tim lapangan lain, memeriksa kelengkapan isian dan akurasi data pada

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 15

form hasil pemetaan, mengelola pertemuan data entry bersama tim lapangan dan bersama tim pemetaan
provinsi melakukan analisis data hasil pemetaan.
Tim lapangan bertugas mengumpulkan data ke lapangan menggunakan berbagai instrumen yang telah
disediakan termasuk melakukan wawancara dengan informan dan informan kunci, melakukan observasi
langsung ke lapangan, menggunakan GPS untuk menitik koordinat setiap hotspot dan menginput data ke
dalam worksheet excel yang telah disediakan.

4. Tahapan Pemetaan
Untuk meningkatkan kualitas data hasil pemetaan dan pemanfaatannya, proses pemetaan ini mengikuti
beberapa tahap seperti yang direkomendasikan dalam Petunjuk Teknis Pemetaan, namun dengan beberapa
penyesuaian sesuai kebutuhan di DKI Jakarta.
Diagram 2 .1 Tahapan Um um Pem etaan

•Pembentukan tim
kota/kab
•Pelatihan tim kota/kab
•Rekrutmen tim lapangan
•Orientasi tim lapangan

Pelaksanaan
•Listing data hotspot
•Pengumpulan data ke
lapangan
•Data entry dan verifikasi

Persiapan

•Pertemuan konsensus
hasil pemetaan bersama
stakeholder
•Workshop penulisan
hasil pemetaan

Pemanfaatan
Hasil
•Workshop akhir tahun
program 2014
•Rancangan kegiatan
APBD 2015

Penulisan
Laporan

5. Definisi Operasional
Penasun adalah orang yang menyuntikkan napza minimal satu kali menyuntik dalam satu tahun terakhir.
Kelompok ini tidak mencakup penasun yang sedang dalam terapi subtitusi opiat atau dalam program
abstinen.
Lebih banyak penasun laki-laki daripada perempuan, dengan lama menggunakan napza suntik dan frekuensi
menyuntik beragam. Pada umumnya penasun mempunyai kesamaan karakteristik sebagai berikut yaitu
menyukai tempat yang tersembunyi, berkumpul hanya dengan kelompoknya, persaudaraan yang kuat di
antara mereka, dan pekerjaan yang beragam seperti wiraswasta, freelance, tukang oje k dan lain lain.
Wanita Pekerja Seks Langsung adalah perempuan yang menjual seks untuk uang atau barang sebagai
sumber utama pendapatan mereka, Sumber utama artinya ada kepastian memperoleh pendapatan, bukan
besar/kecilnya pendapatan. Para perempuan ini termasuk mereka yang bekerja di rumah

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 16

bordil,lokalisasi,jalanan atau tempat-tempat um um di mana pelanggan datang untuk membeli Seks. Para
perempuan ini mungkin bekerja atau tidak bekerja untuk makelar atau mucikari.
Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah perempuan bekerja di tempat hiburan (seperti karaoke, bar, panti
pijat dan lain-lain) dan yang menjual Seks kepada pelanggan mereka yang ditemui di tempat hiburan.
Transaksi seks dapat terjadi di tempat hiburan atau diluar tempat hiburan dan pemilik/man ajer tempat
hiburan mungkin memfasilitasi atau tidak memfasilitasi transaksi seks tersebut.
Lelaki yang berhubungan Seks dengan Lelaki adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan pasangan lakilakinya. Kelompok ini termasuk orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai gay,biseksual atau
heteroseksual. Kategori ini termasuk orang-orang yang menjual dan/atau membeli seks dengan laki-laki lain.
(pekerja seks laki-laki).
Waria adalah transgender (laki-laki menjadi perempuan)atau laki-laki secara biologis yang mengidentifikasi
dirinya sebagai perempuan dan/atau berperilaku dan berpakaian seperti perempuan.
Lelaki Berisiko Tinggi ( LBT) adalah laki-laki potensial pembeli jasa seks W PS seperti ABK/Pelaut,
Nelayan,Tenaga Bongkar Muat Barang (TKBM), Pegawai Industri Pabrikan (pada industri yang mayoritas lakilaki dengan karyawan lebih dari 500 orang), Pekerja Kontruksi pada proyek konstruksi jangka panjang lebih
dari satu tahun, Sopir Truk, Sopir Taxi dan Ojek (khusus yang berada pada radius 100 m dari hotspot WPS).
Daftar ini merujuk kepada hasil-hasil STBP 2007 dan 2011 dengan penyesuaian.
Hotspot adalah tempat transaksi dan/atau negosiasi seks dan/atau pemakaian narkoba suntik.

6. Populasi dan Sampel Pemetaan
Populasi yang dipetakan dalam pemetaan ini adalah lima kelompok populasi kunci paling berisiko terhadap
penularan HIV yakni LSL, Waria, WPS, Penasun dan LBT sesuai dengan definisi operasional yang ditetapkan.
Sampel pemetaan adalah masing-masing 2 – 3 orang anggota populasi kunci yang dianggap mengetahui
seluk-beluk populasi kunci di hotspot yang dipetakan dan 2 – 3 orang informan kunci yaitu tokoh komunitas
bukan populasi kunci yang dianggap mengetahui seluk-beluk populasi kunci di hotspot yang dipetakan.

7. Metode Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara terstruktur menggunakan kuesioner singkat (untuk
pemetaan geografis) dan panduan wawancara mendalam (untuk pemetaan sosial dan sumber daya) serta
observasi. Semua pengumpulan data dilakukan langsung di lapangan ke setiap hotspot, LSM dan Fasyankes.
Data sekunder pendukung dikumpulkan berdasarkan katalog data koleksi KPAP DKI, SUM I dan hasil
penelusuran internet.

8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data hasil pemetaan menggunakan excel worksheet, pivot table dan kategorisasi pendapat
khusus untuk merangkum hasil wawancara mendalam dengan informan dan informan kunci pada pemetaan
sosial.

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 17

Bagian Tiga | Hasil-Hasil Pemetaan Geografis
1. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis WPS

a. Jumlah Populasi WPS
Berikut hasil pemetaan geografis terutama estimasi jumlah WPSL di berbagai wilayah:

Kab/
Kota

Jumlah
Hotspot

Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kepulauan Seribu
Total Provinsi

74
142
12
34
90
0
352

Tabel 3 .1 Hasil Pem etaan W PSL Jak arta 2 0 1 4
Rerata
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Koreksi
Populasi
Populasi
Perkiraan
Populasi
Mobilitas
Hasil
Dikoreksi
Populasi
Per
Diterapkan
Observasi
Mobilitas
Hotspot
1.991
1.682
27
0.98
1.961
1.257
1.236
9
0.89
1.122
332
287
28
0.66
222
137
106
4
0.85
117
872
704
10
0.88
771
0
0
0
0
0
4 .5 8 9
4 .0 1 5
13
4 .1 9 3

Keputusan
Hasil
Pem etaan
1 .9 6 1
1 .1 2 2
222
117
771
0
4 .1 9 3

Berdasarkan hasil pemetaan ini, maka disimpulkan jumlah W PSL di Jakarta adalah 4 .193 orang. Jumlah WPSL
terbanyak terdapat di Jakarta Pusat sebesar 1.961 orang. Jumlah ini telah memperhitungkan kemungkinan
mobilitas diantara mereka yang menyebabkan sebagian populasi terhitung ulang selama proses pemetaan.
Kemungkinan mobilitas ini direpresentasikan dalam bentuk angka ‘koreksi mobilitas yang diterapkan’.
Meskipun demikian diperkirakan jumlah populasi W PSL di Jakarta mencapai 4.589. Jumlah ini adalah jumlah
yang diperkirakan oleh para informan dan informan kunci berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
mereka langsung di hotspot. Tim pemetaan melakukan wawancara mendalam paling tidak kepada 2 informan
dan 1 informan kunci di setiap hotspot. Sementara itu berdasarkan hasil observasi langsung tim pemetaan,
diperkirakan terdapat 4.015 WPSL di Jakarta. Diperkirakan rata-rata terdapat 13 orang W PSL di setiap
hotspot.
Berdasarkan pemetaan ini, tidak ditemukan adanya hotspot WPSL di Kepulauan Seribu. Hal ini disebabkan
rata-rata LBT asal Kepulauan Seribu melakukan transaksi seks di Jakarta atau kota -kota lain di sepanjang
jalur penangkapan ikan para nelayan Kep. Seribu. Nelayan , seperti yang akan dijelakan berikutnya,
merupakan populasi LBT terbesar di Kep. Seribu.
Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah WPSL di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai
terbesar menurut wilayah:

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 18

Grafik 3 .1 Kesim pulan Jum lah W PSL Hasil Pem etaan
2500
1 9 61

2000

N 4.193
1500

1 1 22
1000

771

500
117

0

222

0

Kep. Seribu

JKT Selatan

JKT Barat

JKT Timur

JKT Utara

JKT Pusat

Selanjutnya adalah hasil pemetaan geografis terutama estimasi jumlah pada populasi WPSTL di berbagai
wilayah. Angkanya adalah sebagai berikut:

Kab/
Kota

Jumlah
Hotspot

Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kepulauan Seribu
Total Provinsi

33
113
144
114
119
0
523

Tabel 3 .2 Ha sil Pem etaan W PSTL Jak arta 2 0 1 4
Jumlah
Jumlah
Rerata
Koreksi
Perkiraan
Populasi
Jumlah
Mobilitas
Populasi
Hasil
Populasi
Diterapkan
Observasi
Per
Hotspot
1.474
1.382
45
1
2.327
1.437
21
0.81
2.228
1.895
15
0.9
1.437
771
13
0.85
1.307
976
11
0.82
0
0
0
0
8 .7 7 3
6 .4 6 1
16

Jumlah
Populasi
Dikoreksi
Mobilitas

Keputusan
Hasil
Pem etaan

1.474
1.887
2.005
1.222
1.081
0
7 .6 6 9

1 .4 7 4
1 .8 8 7
2 .0 0 5
1 .2 2 2
1 .0 8 1
0
7 .6 6 9

Berdasarkan tabel 3.2 disimpulkan terdapat 7 .669 orang W PSTL di Jakarta. Namun demikian rentang
perkiraannya adalah antara 6.461 orang (jumlah populasi hasil observasi) sampai 8.773 orang (jumlah
perkiraan populasi) . Jumlah perkiraan pop ulasi diperoleh berdasarkan hasil wawancara tim pemetaan dengan
informant dan key informant di setiap hotspot yang dipetakan. Sementara jumlah populasi hasil observasi
adalah hasil pengamatan langsung tim pemetaan ketika melakukan kunjungan pemetaan di se tiap hotspot.
Melalui pemetaan ini diketahui juga bahwa total jumlah hotspot WPSTL di Jakarta adalah 523 hotspot dengan
rata-rata jumlah WPSTL per hotspot sebanyak 16 orang. Tidak ditemukan hotspot WPSTL di Kepulauan Seribu.
Jumlah WPSTL sebanyak 7.669 merupakan pengalian antara ‘jumlah perkiraan populasi’ dengan angka
‘koreksi mobilitas diterapkan’. Hal ini dilakukan untuk memperkecil angka double counting populasi selama
proses pemetaan karena pengaruh mobilitas. Dengan menerapkan angka koreksi mobili tas, WPSTL yang
melakukan mobilitas diperkecil kemungkinannya untuk terhitung ulang di hotspot lain.
Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah W PSTL di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai
terbesar menurut wilayah:

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 19

Grafik 3 .2 Kesim pula n Jum lah W PSTL Hasil Pem etaan
2500
2000

2 0 05

1 8 87

N 7669
1 4 74

1500
1 0 81

1 2 22

1000
500
0
0
Kep. Seribu

JKT Timur

JKT Selatan

JKT Pusat

JKT Utara

JKT Barat

b. Jenis-Jenis Hotspot WPS
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam, terdapat 352 hotspot WPSL di Jakarta. Jika diurutkan
berdasarkan jumlahnya, maka Jakarta Utara memilik hotspot W PSL terbanyak. Figurnya lengkapnya adalah
sebagai berikut:
Grafik 3 .3 Distribusi Jum lah Hotspot W PSL Berdasark an W ilayah
160

142

140
120

N 352

100

90

74

80

60
34

40

12

20
0
0
Kep. Seribu

JKT Barat

JKT Selatan

JKT Pusat

JKT Timur

JKT Utara

Namun jika dilihat dari jenis hotspotnya tanpa membedakan wilayah, maka wisma adalah jenis hotspot WPSL
terbanyak di Jakarta disusul rumah kost, warung, café dan jalan. Figur lengkapnya adalah sebagai berikut:

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 20

Grafik 3 .4 Distribusi Jenis Hotspot W PSL Hasil Pem etaan 2 0 1 4
100

90

90
80

70

N 352

70

73

62

60
50
40
30
20
10

11
1

2

2

2

2

3

3

12

16

3

0

Catatan perlu diberikan terhadap beberapa jenis hotspot yang biasanya didefinisikan sebagai hotspot W PSTL
tetapi dalam pemetaan ini masuk dalam kategori hotspot WPSL.
Dalam pengertian konvensional hotspot-hotspot seperti bar, spa, hotel, karaoke, panti pijat dan café biasanya
dikategorikan sebagai hotspot W PSTL. Namun tim pemetaan di setiap wilayah melihat bahwa di beberapa bar,
café dan tempat-tempat yang disebutkan di atas ternyata tidak ada aktivitas lain selain negosiasi dan
transaksi seks secara langsung. Syarat bahwa kerja seks bukan kerja utama untuk mengatakan bahwa orangorang di dalam bisnis ini adalah W PSTL dengan demikian tidak terpenuhi. Sebaliknya, meski namanya bar dan
café tetapi ternyata hanya nama belaka dan tidak ada aktivitas bar dan café pada umumnya. Oleh karena itu,
dalam pemetaan ini beberapa bar dan café serta tempat-tempat semacam nya tetap dimasukkan sebagai
hotspot WPSL.
Namun demikian tidak semua bar dan café otomatis adalah hotspot W PSL. Sebagian besar bar dan café tetap
merupakan hotspot W PSTL. Hanya sebagian kecil yang merupakan hotspot WPSL dan hal ini dijustifikasi
berdasarkan observasi dan hasil wawancara mendalam tim pemetaan dengan informant dan key informant di
setiap hotspot.
Selanjutnya pada tabel 3.3 di bawah ini diuraikan persentase setiap jenis hotspot di setiap wilayah. Di Jakarta
Pusat jenis hotspot W PSL terbanyak berupa warung (95 %). Sementara di Jakarta Utara jenis hotspot WPSL
terbanyak adalah wisma (57%). Untuk Jakarta Barat jenis hotspot warung adalah hotspot WPSL yang
terbanyak (25%) dan di Jakarta Selatan jenis hotspot terbanyak adalah berupa jalan (47%). Sementara di
Jakarta Timur 79% hotspot WPSL berupa rumah kost.

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 21

Grafik 3 .5 Distribusi Jenis Hotspot W PSL Berdasark an W ilayah
95%

100%
90%

N JP 74, N JU 143, N JB 12, N JS 34, N JT 90, N Kep. Seribu 0

79%

80%
70%
57%

60%
50%

47%

42%

40%

33%
25%
17%

30%
20%
10%

8% 8%

3% 1% 1% 1%

8% 6%

1%

6%

3%

6%

9%
3%

11%

10%

9%
3%

3%

JKT Pusat

JKT Utara

JKT Barat

JKT Selatan

Lainnya

Rumah Kost

Wisma

Lainnya

Minimart

Mall

Panti Pijat

Rumah Kost

Café

Hotel

Stasiun

Jalan

Taman

Jembatan

Pergudangan

Stasiun

Jalan

Taman

Warung

Panti Pijat

Café

Wisma

Panti Pijat

Café

Hotel

Bioskop

Warung

0%

JKT Timur

Sementara itu pada WPSTL, gambaran jumlah hotspotnya adalah sebagai berikut:
Grafik 3 .6 Distribusi Jum lah Hotspot W PSTL Berdasark an W ilayah
160

144

140
120
100

113

114

119

JKT Utara

JKT Selatan

JKT Timur

N 523

80
60
33

40
20
0
0
Kep. Seribu

JKT Pusat

JKT Barat

Jakarta Barat memiliki jumlah hotspot WPSTL terbanyak dibandingkan wilayah lain. Sampai pemetaan ini
selesai dilakukan, tidak ditemukan hotspot WPSTL di Kepulauan Seribu. Dilihat dari jenis hotspot pada
populasi WPSTL, figurnya cukup beragam seperti tampak pada tabel berikut ini.
Jika dilihat dari sebaran jenis-jenis hotspotnya, maka berikut figurnya di tiap wilayah:

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 22

Grafik 3 .7 Distribusi Jenis Hotspot W PSTL Hasil Pem etaan 2 0 1 4
250

233

200

N 523
150
98

100
70

49

50

28

1

1

2

1

2

3

2

4

4

10

4

11

0

Tiga jenis hotspot WPSTL terbanyak adalah panti pijat, café dan karaoke. Panti pijat merupakan jenis hotspot
terbanyak tidak saja di tingkat provinsi, namun juga di setiap wilayah. Berdasarkan situasi ini, tampaknya
program pencegahan HIV pada WPSTL perlu lebih difokuskan ke panti pijat.
Berikut adalah informasi lebih lengkap terkait sebaran jenis hotspot WPSTL di setiap wilayah.
Grafik 3 .8 Distribusi Jenis Hotspot W PSTL Berdasark an W ilayah
70%
60%

60%

58%

56%

N JP 33, N JU 113, N JB 144,
N JS 114 , N JP 119

50%

42%

40%

30%
20%

18%

15%

10%

34%

31%
30%

27%
24%

13% 14%
10%
5%

6%
2%

2% 1%

2%

1%

8%

9%

8%
3%

2%

8%
1% 1% 1%

4%

1%

4%

1%

Panti Pijat
Karaoke
Bar
Panti Pijat
Karaoke
Café
Wisma
Hotel
Penginapan
Diskotik
Spa
Panti Pijat
Karaoke
Bar
Diskotik
Spa
Stasiun
Panti Pijat
Karaoke
Café
Hotel
Spa
Stasiun
Salon
Rumah Kost
Terminal
Pasar
Mall
Minimart
Lainnya
Panti Pijat
Karaoke
Café
Salon

0%

JKT Pusat

JKT Utara

JKT Barat

JKT Selatan

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

JKT Timur

Hal 23

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis WPS
Indikator pengendalian mutu digunakan sebagai kontrol dan deskripsi atas kualitas proses pemetaan pada
setiap populasi kunci. Proses pemetaan ini dianggap memenuhi kualitas minimal yang diharapkan jika:
 Jumlah hari kerja efektif dianggap cukup untuk memetakan sebaran hotspot di berbagai wilayah
 Ada keterlibatan populasi kunci dalam pelaksanaan pemetaan.
 Miniman 20% hotspot yang dipetakan dikunjungi supervisor pemetaan dari total hotspot yang dipetakan.
 Minimal 10% hotspot di cek silang oleh tim pemetaan lain dari total hotspot yang dipetakan.
Berikut gambaran beberapa indikator pengendalian mutu pemetaan untuk pemetaan populasi WPS.

Kab/Kota

Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kepulauan Seribu

Tabel 3 .3 Indik ator Pengendalian M utu Pem etaan
Jumlah
% Anggota
Rerata Jumlah
Jumlah (%)
Hari Kerja
Tim dr
Hotspot
Hotspot
Popkun
Dipetakan/Hari
Dikunjungi
Pengawas
5
33%
25
88%
5
0%
36
20%
5
0%
32
20%
5
10%
21
45%
5
28%
40
20%
0
0%
0
0%

Jumlah (%)
Hotspot Dicek
Silang
64%
10%
0%
10%
6%
0%

Pada pemetaan WPS, total hari kerja efektif di setiap wilayah adalah 5 hari untuk memetakan semua hotspot
WPS di semua kota/kab sampai tingkat kecamatan. Populasi kunci terlibat dalam pemetaan di Ja karta Pusat,
Selatan dan Timur tetapi tidak ada populasi kunci WPS yang terlibat di tiga wilayah lain. Para anggota tim
pemetaan kota/kab sebagai tim supervisor melakukan supervisi ke minimal 20% hotspot yang dipetakan.
Bahkan 88% hotspot yang dipetakan di Jakarta Pusat disupervisi oleh tim pemetaan kota/kab.
Persentase hotspot yang dicek silang memadai khusus nya di Jakarta Pusat, Utara dan Selatan, Kurang
memadai di Jakarta Timur (6% dari harapan 10 %) dan tidak memadai di Jakarta Barat (0%). Kepulauan Seribu
dikeluarkan dari semua analisis pengendalian mutu pemetaan karena tidak ada program W PS di sana, tidak
ada LSM pendamping W PS di sana dan berdasarkan proses listing awal ketika membuat daftar master
hotspot, tidak ditemukan adanya hotspot WPS sehingga pemetaan pada populasi WPS tidak dilakukan di
Kepulauan Seribu.
Secara keseluruhan di lihat dari level provinsi, mutu pemetaan pada populasi WPS dianggap memadai, tetapi
belum bisa dikatakan baik atau sangat baik. Memadai karena secara umum (dianalisis pada level provinsi)
rata-rata kriteria mutu yang dijalankan sama dengan indikator minimal yang diharapkan, meskipun di
beberapa wilayah terdapat beberapa indikator mutu minimal yang tidak terpenuhi.

2. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis LSL

a. Jumlah Populasi LSL
Berikut hasil pemetaan geografis terutama estimasi jumlah LSL di berbagai wilayah:

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 24

Tabel 3 .4 Hasil Pem etaan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Hotspot
Perkiraan
Populasi
Populasi
Hasil
Observasi

Kab/
Kota

Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kepulauan Seribu
Total Provinsi

30
50
62
55
84
0
281

1.212
523
1.555
1.947
714
0
5 .9 5 1

997
444
1.344
1.771
496
0
5 .0 5 2

LSL Jak arta 2 0 1 4
Rerata
Koreksi
Jumlah
Mobilitas
Populasi
Diterapkan
Per
Hotspot
40
0.78
10
0.7
25
0.67
35
0.78
20
0.85
0
0
21

Jumlah
Populasi
Dikoreksi
Mobilitas

Keputusan
Hasil
Pem etaan

918
373
1.044
1.518
612
0
4 .4 6 5

918
373
1 .0 4 4
1 .5 1 8
612
0
4 .4 6 5

Berdasarkan hasil pemetaan ini, maka disimpulkan jumlah LSL di Jakarta adalah 4 .465 orang. Jumlah LSL
terbanyak terdapat di Jakarta Selatan sebesar 1.947 orang. Jumlah ini telah memperhitungkan kemungkinan
mobilitas diantara mereka yang menyebabkan sebagian populasi terhitung ulang selama proses pemetaan.
Kemungkinan mobilitas ini direpresentasikan dalam bentuk angka ‘koreksi mobilitas yang diterapkan’. Total
jumlah hotspot LSL di Jakarta adalah 281.
Meskipun demikian diperkirakan jumlah populasi LSL di Jakarta mencapai 5 .951 orang. Jumlah ini adalah
jumlah yang diperkirakan oleh para informan dan informan kunci berdasarkan hasil wawancara mendalam
dengan mereka langsung di hotspot. Tim pemetaan melakukan wawancara mendalam paling tidak kepada 2
informan dan 1 informan kunci di setiap hotspot. Sementara itu berdasarkan hasil observasi langsung tim
pemetaan, diperkirakan terdapat 5.052 LSL di Jakarta. Diperkirakan rata-rata terdapat 21 orang LSL di setiap
hotspot. Pemetaan ini juga mengkonfirmasi bahwa sejauh ini tidak ada hotspot LSL di Kepulauan Seribu.
Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah LSL di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai
terbesar menurut wilayah:
Grafik 3 .9 Kesim pulan Jum lah LSL Hasil Pem etaan
1 5 18

1600
1400

N 4465

1200

1 0 44

918

1000

800

612

600

373

400

200
0
0
Kep. Seribu

JKT Utara

JKT Timur

JKT Pusat

JKT Barat

JKT Selatan

b. Jenis-Jenis Hotspot LSL
Jakarta Timur memiliki jumlah hotspot LSL terbanyak dibandingkan wilayah-wilayah lainnnya. Total hotspot LSL
di DKI Jakarta adalah 281. Berikut grafik jumlah hotspot diurutkan berdasarkan jumlahnya untuk setiap
wilayah.
Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 25

Grafik 3 .1 0 Distribusi Jum lah Hotspot LSL Berdasark an W ilayah

90

84

80

N 281

70

62

60

55

50

50

40

30

30
20

10

0

0

Kep. Seribu

JKT Pusat

JKT Utara

JKT Selatan

JKT Barat

JKT Timur

Dilihat dari jenis-jenis hotspot yang ada tanpa melihat wilayahnya, maka mall, minimarket dan salon
merupakan tiga jenis hotspot LSL dengan jumlah terbanyak. Grafik … menunjukkan informasi dimaksud.
Grafik 3 .1 1 Distribusi Jenis Hotspot LSL Hasil Pem etaan 2 0 1 4
70
58

60

N 281

50
40

30
26 26 28

30
17 17

20

10

1

1

1

1

1

4

4

4

4

4

5

6

6

6

8

11 12

0

Intervensi perubahan perilaku pada LSL sampai saat ini masih dianggap yang paling sulit. Oleh karena itu
memfokuskan diri pada hostpot-hotspot dimana LSL banyak berada bisa menjadi satu langkah program yang
penting. Logikanya dengan menyasar hotspot yang paling banyak berarti menyasar banyak LSL dari sisi
cakupan. Jika hal ini berhasil, maka epidemi akan terpengaruh karena mayoritas LSL terjankau program
secara baik.

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 26

Seperti ditunjukkan pada Grafik … setiap wilayah mempunyai jenis hotspot dengan jumlah terbanyak yang
kurang lebih sama. Hal ini akan memperm udah pengembangan desain intervensi di tingkat provinsi. Berikut
data lebih rinci jenis-jenis hotspot LSL di setiap wilayah:
Grafik 3 .1 2 Distribusi Jenis Hotspot LSL Berdasark an W ilayah
25

N JP 30, N JU 50, N JB 62, N JS 55, N JT 84

21

20
15

16

15

15

13

13

9

8

7
5

1

3

1

3

11

1

2

1

1

2

8

8

6
4

22

1

2

2

111

2

1

11
Bioskop

4

5 3

6

10

9

8

Spa

10

55
3

11

2

22

111

33

7
5

5
3

1

1

2

2

3

JKT Pusat

JKT Utara

JKT Barat

JKT Selatan

JKT Timur

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LSL
Berikut gambaran beberapa indikator pengendalian mutu pemetaan untuk pemetaan populasi LSL.

Kab/Kota

Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Kepulauan Seribu

Tabel 3 .5 Indik ator Pengendal ian M utu Pem etaan Geografis LSL
Jumlah
% Anggota
Rerata Jumlah
Jumlah (%)
Jumlah (%)
Hari Kerja
Tim dr
Hotspot
Hotspot
Hotspot Dicek
Popkun
Dipetakan/Hari
Dikunjungi
Silang
Pengawas
7
83%
6
20%
27%
5
100%
13
20%
10%
5
100%
13
0%
0%
5
100%
8
20%
7%
5
100%
12
20%
4%
0
0%
0
0%
0%

Pada pemetaan LSL, total hari kerja efektif di setiap wilayah adalah 5 hari untuk memetakan semua hotspot
WPS di semua kota/kab sampai tingkat kecamatan, kecuali di Jakarta Pusat yang sampai 7 hari. Semua tim
pemetaan di Jakarta Utara, Barat, Selatan dan Timur adalah populasi kunci. Hanya di Jakarta Pusat yang tim
pemetaannya kombinasi antara populasi kunci dan staf KPAK. Namun demikian jumlah anggota tim pemetaan
dari populasi kunci mendapai 83% dari total tim pemetaan yang terlibat.
Para anggota tim pemetaan kota/kab sebagai tim supervisor melakukan supervisi ke mini mal 20 % hotspot
yang dipetakan. Persentase hotspot yang dicek silang memadai khususnya di Jakarta Pusat dan Utara dan
kurang memadai di Jakarta Selatan (7% dari harapan 10%) dan Timur (4%) dan tidak memadai di Jakarta
Barat (0%). Kepulauan Seribu dikeluarkan dari semua analisis pengendalian mutu pemeta an karena tidak
ada program LSL di sana, tidak ada LSM pendamping LSL di sana dan berdasarkan proses listing awal ketika

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I

Hal 27

Rusun

Bioskop

Minimarket

Rel

Mall

Warung

Rumah Kost

Fitnes Center

Sauna, Kolam Renang

Pasar

Minimarket

Taman

Salon

Karaoke

Cafe

Mini Market

Salon

Taman

Hotel

Cafe

Fitnes

Minimarket

Rumah Kost

Salon

Bioskop

Warnet

Bioskop

Minim