PPh Pasal 25 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

PPh Pasal
25

Pendahuluan
 PPh Pasal 25 mengatur tentang

penghitungan besarnya angsuran pajak
dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap
bulan.

Ketentuan PPh Pasal 25
 Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh

WP sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang
dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar

negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak.

Ketentuan PPh Pasal 25
Contoh:
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 th 2002 adalah:
 PPh terutang 2002
Rp. 30 jt
 Pengurangan:
PPh Ps 21
Rp. 8 jt
PPh Ps 22
Rp. 2 jt
PPh Ps 23
Rp. 2 jt
Rp. 12 jt
 Dasar perhitungan PPh Ps 25 th 2002 Rp. 18 jt
 Besarnya PPh Ps 25 per bulan:


Rp. 18 jt / 12 bulan = Rp. 1.500.000,-

Ketentuan PPh Pasal 25
 Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri

oleh WP untuk bulan-bulan sebelum Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan
disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT
Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran
pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
 Contoh:
Tuan Dias menyampaikan SPT PPh 2001 pada Maret
2002. Angsuran PPh Desember 2001 adalah
Rp1.500.000. Maka, besarnya angsuran PPh ps 25
untuk bulan Januari dan Pebruari masing-masing
adalah Rp1.500.000.

Ketentuan PPh Pasal 25
 Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat


ketetapan pajak (SKP) untuk tahun pajak yang lalu,
besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP
tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan
penerbitan SKP.
Contoh:
Berdasarkan SPT PPh 2001 yg disampaikan WP pada Maret
2002, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar adalah sebesar Rp1.250.000. Pada Juni 2002
diterbitkan SKP 2001 yg menghasilkan besarnya angsuran
pajak Rp 2 jt/bulan. Maka, besarnya angsuran pajak mulai
Juli 2002 adalah sebesar Rp 2jt.
 Penetapan besarnya pajak berdasarkan SKP tsb bisa sama,

lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak
sebelumnya berdasarkan SPT.

Ketentuan PPh Pasal 25
Dirjen Pajak berwenang untuk menetapkan
penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun

pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai
berikut:
 Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
 Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
 SPT PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat
batas waktu yang ditentukan;
 WP diberikan perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT PPh;
 WP membetulkan sendiri SPT PPh yang
mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari
angsuran bulanan sebelum pembetulan;
 terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP.

Contoh
 Penghasilan PT Dira th 2001 Rp. 150jt. Sisa kerugian th

lalu yg masih dpt dikompensasikan adl Rp. 200 jt. Sisa
kerugian yg belum dikompensasikan th 2001 Rp. 50 jt.
 Pd th 2001 PPh yg dipotong/dipungut pihak lain Rp.
3,250 jt dan tdk ada pajak yg dibayar/terutang di LN.

Penghitungan PPh Ps 25 th 2002:
 Penghasilan yg dipakai sbg dasar penghitungan
angsuran PPh Ps 25 adalah Rp 150jt – Rp 50jt = Rp 100
jt.
 PPh Terutang (UU 17/2000) : 10% x Rp. 50jt = Rp 5 jt
15% x Rp. 50jt = Rp 7,5 jt
Rp. 12,5 jt
Hitung PPh terutang berdasarkan UU No. 36/2008!

Contoh
 Pada 2001 Abbas memperoleh penghasilan

teratur Rp 12 jt, sedangkan penghasilan
tidak teratur Rp 8 jt.
 Penghasilan yg dipakai sbg dasar
penghitungan PPh Pasal 25 pada tahun 2002
Abbas adalah hanya dari PPh teratur saja,
yaitu Rp. 12 jt.

Contoh

 PT Luwes yg bergerak di bidang konveksi

pada th 2002 membayar angsuran bulanan
sebesar Rp 18 jt. Pada Juli 2002 pabrik milik
PT Luwes terbakar. Oleh karena itu,
berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak mulai
bulan Agustus 2002 dapat disesuaikan
menjadi lebih kecil daripada Rp. 18 jt.

Contoh
 PT Trendy yang juga bergerak di bidang

konveksi dalam tahun 2002 membayar
angsuran bulanan sebesar Rp. 18 jt. Mulai
Mei 2002 PT Trendy mengalami peningkatan
penjualan yang sangat besar dan
diperkirakan PKP-nya akan lebih besar
dibanding th sebelumnya. Oleh karena itu,
berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak mulai
Agustus 2002 dapat disesuaikan menjadi

lebih besar daripada Rp 18 jt.

Ketentuan PPh Pasal 25
Menteri Keuangan menetapkan penghitungan
besarnya angsuran pajak bagi:
 Wajib Pajak baru;
 Bank, BUMN, BUMD, WP masuk bursa, dan
WP lainnya yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan harus
membuat laporan keuangan berkala;
 WP orang pribadi pengusaha tertentu
(melakukan kegiatan usaha di bid.
Perdagangan grosir dan atau eceran barang
konsumsi melalui gerai/outlet yg tersebar di
bbrp lokasi, tdak termasuk kendaraan
bermotor dan restoran) dengan tarif paling
tinggi 0,75% dari peredaran bruto.

Ketentuan PPh Pasal 25
 PPh Ps 25 bagi WP baru: dihitung berdasarkan jml


pajak yg diperoleh dari penerapan tarif umum atas
penghasilan netto sebulan yg disetahunkan dibagi 12.
 Bagi Bank: dihitung berdasarkan penerapan tarif
umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan
keuangan triwulan terakhir yg disetahunkan dikurang
PPh Ps 24 yg dibayar/terutang di LN utk th pajak yg
lalu dibagi 12.
 Bagi Bank sbg WP baru: PPh ps 25 Triwulan I
dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas
perkiraan laba-rugi fiskal triwulan I yg disetahunkan
dibagi 12.

Ketentuan PPh Pasal 25
 Bagi BUMN/D: dihitung berdasarkan penerapan

tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut Rencana
Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) th pajak
ybs yg telah disahkan oleh RUPS dikurangi dengan
pemotongan/pemungutan PPh 22, 23, 24 pada tahun

pajak yg lalu dibagi 12.
 Jika RKAP belum disahkan, maka besarnya
angsuran PPh 25 tiap bulan adalah sama dg
angsuran PPh 25 bulan terakhir tahun pajak
sebelumnya.
 Jika ada sisa kerugian yg msh dpt dikompensasikan:
penghasilan neto menurut RKAP dikurangi jml sisa
kerugian yg blm dikompensasikan tsb.

Ketentuan PPh Pasal 25
 Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang

tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan
telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun yang
bertolak ke luar negeri wajib membayar
pajak yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah (UU no 36/2008 pasal
25 ayat 8).

SOAL

 PPh atas Penghasilan yang diterima selama

bulan Juli – Desember 2009 adalah
Rp50.000.000. PPh yang dipotong pemberi
Kerja (Pasal 21) Rp15.000.000. PPh yang
dipungut oleh pihak lain (Pasal 22)
Rp10.000.000. PPh yang dipotong oleh pihak
lain (Pasal 23) Rp 2.500.000. Kredit PPh
luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000.
 Hitung besarnya angsuran pajak yang harus

dibayar sendiri tiap bulan untuk tahun 2010!

SOAL
 Angsuran pajak Joni setiap bulan pada tahun

2009 adalah Rp1.000.000. Pada bulan
September 2009 diterbitkan keputusan
pengurangan angsuran pajak menjadi nihil.
 Berapa besarnya angsuran pajak sejak bulan

Oktober sampai dengan Desember 2009?
 Berapa besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar Wajib Pajak untuk bulan Januari
2010?

Referensi
 Mardiasmo. 2004. Perpajakan. Yogyakarta:

Penerbit Andi
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan.

Terima Kasih
Slide ini dapat anda download di:

http://Andiwijayanto.blog.undip.ac.id