Buletin 1 2012 for Email
Pengantar Redaksi
Penanggungjawab
Moehammad Aman Wirakartakusumah
Pemimpin Redaksi
Edy Tri Baskoro
Redaksi Eksekutif
Richardus Eko Indrajit
Djemari Mardapi
Teuku Ramli Zakaria
Weinata Sairin
Pembaca yang budiman. Alhamdulillah, Buletin BSNP
edisi perdana tahun 2012 dapat terbit dan hadir di tangan
pembaca sesuai dengan yang direncanakan. Pada edisi perdana
ini ada tiga artikel utama yaitu Paradigma Pendidikan Nasional
Abad XXI (bagian ketiga), Peranan Pendidikan Agama Kristen
(PAK) Menurut PP 55 Tahun 2007, dan Penyelenggaraan Ujian
Nasional (UN) tahun 2012. Pada tahun 2012 kriteria kelulusan UN
masih menggunakan formula gabungan seperti tahun yang lalu,
yaitu gabungan antara nilai sekolah/madrasah (40%) dan nilai
UN (60%). Namun untuk pencetakan naskah soal UN SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK dilakukan secara terpusat.
Edisi kali ini juga menghadirkan berita dan gambar kegiatan
BSNP. Selamat membaca!
Redaksi Pelaksana
Bambang Suryadi
Penyunting/Editor
Mungin Eddy Wibowo
Zaki Baridwan
Djaali
Furqon
Johannes Gunawan
Jamaris Jamna
Kaharuddin Arafah
3-6
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI
(Bagian III)
7-9
Peranan Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Dalam Nafas PP 55 Tahun 2007
Desain Grais & Fotografer
Djuandi
Ibar Warsita
10-13
Ujian Nasional Tahun 2012
Jujur Harus Prestasi Yes
Sekretaris Redaksi
Ning Karningsih
14-17
Berita BSNP:
- Pemilihan Ketua dan Sekretaris BSNP
- Kegiatan BSNP Tahun 2012
- Ujian Kompetensi Kejuruan
18-20
Lensa BSNP
Alamat:
BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN
Gedung D Lantai 2,
Mandikdasmen
Jl. RS. Fatmawati, Cipete
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7668590
Fax. (021) 7668591
Email: [email protected]
Website: http://www.bsnp-indonesia.org
2
Daftar Isi
Keterangan Gambar Cover
Para nara sumber menyampaikan materi sosialisasi Ujian Nasional
tahun 2012 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (atas).
Suasana rapat persiapan penyelenggaraan Ujian Nasional tahun
2012 di BSNP yang dihadiri oleh anggota BSNP, Kepala Balitbang, dan
Kepala Puspendik (bawah).
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
PARADIGMA PENDIDIKAN
NASIONAL ABAD XXI (Bagian III)
2.3 Catatan tentang Pendidikan Nasional
Dewasa Ini
2.3.1. Kebijakan Pendidikan
erbagai kebijakan pendidikan telah
dibuat dan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh hasil pendidikan
yang lebih baik, sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang diharapkan.
Antara lain desentralisasi, standardisasi,
peningkatan anggaran dan sebagainya.
Sayangnya kebijakan ini terkesan kurang
memperhatikan kesesuaian dengan keadaan maupun tuntutan perkembangan
zaman, sebagaimana dikemukakan dalam
pembahasan paradigma masa yang berlaku
sekarang. Demikian pula pemanfaatan peningkatan anggaran terkesan tidak disertai
dengan perencanaan penggunaan yang terpadu secara menyeluruh.
B
2.3.2. Pelaksana dan Pelaksanaan
Pendidikan
Berbagai lembaga pendidikan telah
mempunyai tenaga pengajar yang cukup,
baik kuantitas maupun kualitasnya,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Di samping pengetahuan dan keterampilan melaksanakan pendidikan,
yang tidak kurang pentingnya adalah
kesadaran akan fungsinya sebagai
pendidik dan kesungguhan untuk melaksanakannya. Tercakup dalam hal
ini adalah antara lain sikap dan tata
nilai yang mempengaruhi disiplin dan
kejujuran. Namun, tidak sedikit pula
yang masih jauh dari ini, baik kuantitas
maupun kualitasnya sebagai pendidik.
Ini tercermin antara lain dalam berbagai
kecurangan dalam pelaksanaan ujian,
dan cara melaksanakan pembelajaran.
Semua ini sangat mempengaruhi kualitas
hasil pendidikan yang diperoleh. Segala
kekurangan ini terutama disebabkan oleh
kesejahteraan guru yang kebanyakan masih jauh dari yang seharusnya. Banyak
orang yang berpotensi sebagai pendidik
enggan menggeluti profesi ini.
Kenyataan ini juga terjadi karena
diabaikannya pengawasan dan evaluasi
yang teratur dan berkesinambungan
atas pelaksanaan pendidikan. Sebagai
contoh, masih banyak pelaksanaan
pendidikan yang berorientasi pada
kuantitas kelulusan ujian, termasuk
ujian nasional, daripada pengutamaan
pada kualitas penguasaan ilmu yang
diajarkan. Fenomena ini tidak termonitor dengan baik.
Dua contoh kecil ini hanya sekelumit
contoh yang memperlihatkan, bahwa
kualitas pelaksana dan pelaksanaan
pendidikan kita dewasa ini belum
seperti yang seharusnya ada.
2.3.3. Hasil Pendidikan
Berbagai catatan positif dapat dikemukakan mengenai hasil pendidikan
kita selama ini, antara lain berupa
banyaknya sarjana lulusan perguruan
tinggi kita dalam berbagai profesi,
ataupun bidang akademis yang menunjukkan kualitas berbagai perguruan
tinggi kita. Demikian pula halnya dengan
keberhasilan mereka dalam melanjutkan
studi di berbagai perguruan tinggi terkenal di luar negeri. Hal yang sama diikuti pula oleh lulusan pendidikan menengah kita.
Berbagai lulusan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi telah
berkiprah dengan baik pula di berbagai
profesi atau jabatan, walaupun tidak
terkait dengan keahlian bidang pendidikannya. Ini menunnjukkan, bahwa
selama pendidikan mereka tidak hanya memperoleh ilmu, melainkan juga memperoleh kearifan, memiliki sikap dan menyerap nilai-nilai yang ditumbuhkan selama belajar, baik melalui hakikat ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya, maupun melalui proses
belajar atau kehidupan yang bermakna
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
3
yang mereka alami dalam masyarakat
kampus atau sekolah mereka.
Berbagai prestasi keilmuan telah
ditunjukkan siswa dalam berbagai
kontes keilmuan yang diadakan setiap
tahun, baik dalam lingkup nasional,
regional, ataupun internasional, yang
namun demikian tidak dapat dikatakan
sebagai menunjukkan pula keberhasilan
pendidikan kita. Ini adalah prestasi
sekelumit siswa pandai yang dilatih
secara khusus dan intensif dalam jangka
waktu tertentu. Untuk ini dilakukan
upaya yang luar biasa, jauh melebihi
yang diberikan kepada anak-anak yang
justru memerlukan bantuan belajar.
Ini merupakan kejanggalan dalam paradigma pendidikan yang seharusnya
adil.
Pengalaman menunjukkan, bahwa
banyak lulusan sekolah menengah termasuk mahasiswa yang tahu banyak,
tetapi tidak paham apa yang mereka
ketahui. Ini menunjukkan motivasi belajar para siswa yang lebih pada mencari
ijazah daripada mencari ilmu atau
pengetahuan.
Berbagai fenomena yang berkembang
dalam masyarakat, seperti banyaknya
korupsi dan KKN, serta maraknya tawuran dan kekerasan di berbagai lapisan masyarakat, menunjukkan ketidakberhasilan pendidikan kita menanamkan nilai-nilai luhur dan sikap
terpuji di setiap jenjang pendidikan.
Mahasiswa lebih suka mengutarakan
pendapat melalui unjuk rasa daripada
menyampaikan sikap berdasarkan hasil
analisis atas sesuatu permasalahan dan
berbagai alternatif penyelesaian yang
dapat mereka rumuskan secara santun.
Ini adalah suatu contoh lain tentang
ketidak-berhasilan tersebut.
Ini mengungkapkan dengan jelas
belum sepenuhnya tepenuhi apa yang
dirumuskan dalam paradigma pendidikan nasional: pendidikan nasional yang
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, ....
dst.
2.4. Relevansi Faktor Geodemografi bagi Paradigma
Pendidikan
2.4.1. Profil Demografis
Wilayah Republik Indonesia terdiri dari 17.504 pulau dengan luas
4
keseluruhan 1.900.000 km persegi.1
Indonesia pada awal abad XXI merupakan
negara dengan populasi keempat terbesar
di dunia, namun mempunyai sekitar
500 sukubangsa dengan bahasanya
masing-masing. Pembahasan tentang
kebhinnekaan masyarakat Indonesia
dalam dimensinya yang faktual harus
bersedia menghadapi suatu besaran
yang
berdimensi
geo-demografis,
geo-ekonomis dan bahkan juga geopolitik yang paradoksal. Pluralitas dan
heterogenitas dari kebudayaan dan
masyarakat di Indonesia itu dalam kenyataannya juga bertumpang-tindih
dengan
ketidak-seimbangan
dalam
struktur demografis dan potensi kinerja ekonomis dari berbagai daerah
di Indonesia. Pada tanggal 23 Juni
2010 Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2010 mencapai 234,2 juta
jiwa.2 Data tahun 2004 yang belum
berubah kuantitatif signifikan pada
tahun 2010 memperlihatkan komposisi
sbb.: Di pulau Jawa yang merupakan
6,89% luas wilayah daratan Indonesia
berkumpul 59,9% penduduk Indonesia
(kira kira 115 juta orang), sementara
Papua Barat yang merupakan 21,99%
luas wilayah Indonesia dihuni oleh
0,92% penduduk (Turner, 1997: 49).
Selengkapnya adalah seperti gambar
1.:
2.4.2. Konsekuensi Geo-demografis
Pulau Jawa telah memperoleh reputasi
sebagai pusat transit dan komunikasi
semenjak penjelajah-penjelajah asing
yang pertama mendatangi Nusantara,
sehingga tidaklah mengherankan jika
secara ekonomi dan politik, pulau
Jawa lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dengan wilayah Indonesia
lainnya. Akibat penjajahan yang “fokus” pada pulau Jawa inilah maka
tercipta suatu fenomena yang lebih
mengutamakan pembangunan di pulau
ini dibandingkan dengan pulau-pulau
lainnya, terutama semenjak Indonesia
menyatakan kemerdekaannya. Pada
akhirnya, kita menghadapi ketimpangan
besar dalam alokasi dan distribusi dari
1
Jurnal Kementerian Luar Negeri RI, 27 Mei
2004: pada tahun 1987 diketahui bahwa
5.407 pulau memiliki nama, pada tahun 2004
ada 7.810 pulau yang bernama. Selebihnya
adalah pulau tidak bernama.
2
http://www.antaranews.com/berita/1277272415/penduduk-indonesia-diperkirakan-234-2-juta-jiwa (21 Juli 2010)
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Gambar 1.
Ketidakseimbangan Struktur
Demografis
berbagai sumber-daya alam serta energi,
yang pada gilirannya akan berpengaruh
langsung pada tingkat kecerdasan rakyat
maupun usaha pendidikan nasional.
Konstelasi seperti itu mula-mula merupakan akibat dari perkembangan
sejarah. Kesuburan pulau Jawa nampaknya merupakan faktor pertama
yang membuatnya mampu mendukung
suatu hunian yang bersandar kepada
perekonomian agraris, baik sebagai
pertanian rakyat maupun sebagai perkebunan. Akibatnya, pembangunan infra
struktur setempat seperti menjadi suatu
konsekuensi yang otomatis. Sehingga
ketika Indonesia mulai terseret ke dalam
proses industrialisasi pada awal abad
XX, pulau Jawa juga langsung nampak
lebih siap untuk menyikapinya.
2.4.3. Tantangan bagi Pendidikan
Nasional
Kesenjangan geo-demografis antara
pulau Jawa dan pulau-pulau Indonesia
lainnya sudah merupakan persoalan
besar bagi pemerintah kolonial Belanda.
Kesenjangan sosio-geografis antara pulau Jawa dan pulau-pulau Indonesia
lainnya dapat difahami sebagai kesenjangan dalam hal kepadatan penduduk,
kemajuan pendidikan dan tingkat kemakmuran, serta keterlibatan dalam komunikasi serta telekomunikasi nasional
maupun internasional. Kesenjangan
antarpulau itu sebenarnya juga dapat
diamati di antara pulau-pulau Indonesia
lain selain pulau Jawa.
Di samping itu, posisi Indonesia yang
sedemikian strategis karena memiliki
kedekatan geografis dengan negara
lain seperti Malaysia, Singapura, Brunei,
Filipina, Papua Nugini, dan Australia
juga memberikan tantangan tersendiri,
terutama terhadap daerah atau provinsi
yang berbatasan langsung dengan negara-negara tersebut. Jika gagal menjalin hubungan komunikasi efektif antardaerah di wilayah Nusantara, tidak
mustahil akan dimanfaatkan negara
lain yang dekat secara geografis untuk
mengambil keuntungan. Proksimitas geografis itu pada gilirannya menentukan
tingkat intensitas komunikasi dan telekomunikasi antar-daerah di Indonesia,
yang dapat diukur dari frekuensi hubungan telepon di antara penduduk dari
berbagai daerah.
Masa depan Indonesia yang bersatu,
stabil dan seimbang karenanya akan
banyak tergantung dari usaha-usaha yang
sungguh-sungguh untuk menyetarakan
mutu sumber-daya manusianya dalam
skala nasional. Kepincangan dalam aspek
ini akan dengan mudah menjadi sumber
ketidak-puasan yang disebabkan oleh
perbedaan kesempatan hidup makmur
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
5
dan bermartabat, yang pada gilirannya
akan bermuara dalam letusan-letusan
sosial-regional.
Oleh karena itulah maka kebijakan
pendidikan Indonesia harus memperhatikan keanekaragaman, dengan tetap memperhatikan secara seksama kesenjangan sosial budaya yang terjadi
saat ini, sehingga kelak dapat tertwujud
sistem dan program pendidikan yang adil
dan merata, sesuai dengan amanat UUD
1945 sebagaimana telah diamandemen.
Usaha penyetaraan serta penyerasian
pendidikan karenanya memang akan
menjadi padat biaya, tetapi itu adalah
risiko dari dua faktor geo-demografis
yang dihadapi Indonesia: pertama adalah keanekaragaman demo-kultural yang
diskrepan dan tersebar dalam struktur
geo-maritim yang tersebar. Kedua adalah
desakan untuk mengejar kemajuan
dalam banyak hal, jika dibandingkan
dengan negara-negara berkembang
lain yang mempunyai dimensi besaran
politik serupa dengan Indonesia.
2.5. Sistem dan Kategorisasi
Pendidikan
Sistem pendidikan nasional dewasa
ini terdiri dari jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Di samping itu sekarang sedang
gencar digalakkan pendidikan anak usia
dini, yang mencakup kelompok bermain
dan taman kanak-kanak.
Adapun jalur pendidikan meliputi
pendidikan formal, informal, dan nonformal untuk saling melengkapi dan
memperkaya. Untuk jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan umum, kejuruan,
akademik, provesi, vokasi, keagamaan,
dan khusus.
Mulai dari SMP, para lulusan dapat
melanjutkan ke jenjang berikutnya yang
mempersiakan diri untuk terjun ke dalam
masyarakat, atau mempersiapkan diri ke
jenjang pendidikan berikutnya, Sesudah
SMP peserta didik dapat melanjutkan ke
SMK atau ke SMA,,sesudah SMA ke S1
atau ke pendidikan vokasi,(D3 dan D4),
sesudah S1 ke pendidikan professional
(dokter, apoteker, notaris, dsb), atau
ke S2, atau ke pendidikan professional
setingkat S2.
Sesudah pendidikan profesi seorang
dapat melanjutkan ke jenjang S2 untuk
diteruskan ke S3, atau melanjutkan ke
pendidikan spesialis.
Namun, sering dikaburkan falsafah
6
pendidikan akademis dan pendidikan
professional, dan pendidikan vokasi.
Biasa saja setelah pendidikan vokasi D3
yang tiga tahun, dengan menambahkan
sejumlah kredit yang setara dengan
kuliah setahun, dipandang sama dan
diberi ijazah S1. Ini seharusnya tidak
boleh terjadi.
Akhir-akhir ini sangat digalakkan
pendidikan anak usia dini, baik berupa
Kelompok Bermain sebagai pendidikan
non formal, maupun Taman Kanakkanak sebagai pendi-dikan formal.
2.6. Peraturan
Perundang-undangan
Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, semua peraturan hukum harus
mengacu pada UUD 1945 sebagaimana
telah diamandemen. Di bidang pendidikan, peraturan perundang-undangan
yang utama yakni UU 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dari Undang-Undang tersebut diturunkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri,
dan turunan lainnya.l
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Peranan Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Dalam Nafas PP 55 Tahun 2007
Weinata Sairin
Signifikansi Pendidikan
endidikan adalah salah satu aspek
yang sangat penting dan strategis bagi
kehidupan manusia. Sebagai sesuatu yang
khas dan spesifik bagi manusia, pendidikan
berperan amat signifikan dalam membekali
manusia untuk menyongsong masa depan yang
akan dijalani yang diwarnai dengan berbagai
tantangan dan perubahan.
P
Penulis
adalah teolog,
menulis tesis
S2 Tentang
Gerakan
Pembaruan
Muham
madiyah,
anggota BSNP
Dalam perspektif Kristen, pendidikan
memiliki aspek yang penting dan
mendasar. Adalah sesuatu yang tidak
bisa dipungkiri dan disangkal bahwa
gereja memainkan peran yang signifikan
dan kontributif dalam pelayanan di
bidang pendidikan. Pendidikan dilihat sebagai bidang yang strategis dalam konteks penyiapan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, yang
memungkinkan manusia mampu menjawab tantangan zamannya, bahkan
mampu menjadi insan bermakna di tengah-tengah sejarah. Perintah Yesus
yang menyatakan, “Ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu”, (Mat. 28:20),
telah menjadi referensi bagi gereja
untuk menjadikan bidang pendidikan
sebagai agenda dalam program-program
pelayanan.
Referensi Alkitab dan teladan Yesus sendiri dalam pelayanan-Nya memberikan dasar yang kuat mengapa
kekristenan peduli terhadap pendidikan.
Penyebutan Yesus sebagai Guru memberikan contoh yang sangat jelas tentang hal ini. Di antara banyak gelar dan
sebutan yang mengacu pada Yesus,
maka gelar Guru dan Gembala (Agung)
menarik untuk didalami dan dikaji. Penampilan dan kinerja Yesus sebagai
Guru dan Gembala yang amat positif
telah memungkinkan terbentuknya komunitas kristiani yang kuat, solid, dan
tegar dalam menapaki perjalanan hidup
di tengah sejarah. Bahkan figur (sosok)
Guru dan Gembala yang ditindakkan
oleh Yesus menjadi sumber inspirasi
yang tak pernah kering bagi gereja dalam
mewujudkan pelayanannya, termasuk
di bidang pendidikan.
Visi pendidikan Kristen adalah
menciptakan manusia yang memiliki
kedewasaan rohani, mampu untuk bertumbuh secara utuh sebagai ciptaan
Allah, mampu menjalankan tugastugasnya sebagai manusia yang bertanggungjawab terhadap Allah, manusia
dan masyarakat, serta dunia secara
keseluruhan, dan memiliki kemampuan
yang andal dalam ilmu pengetahuan
teknologi dan kesenian. Gereja dan
lembaga-lembaga pendidikan Kristen
telah berupaya seoptimal mungkin
mengimplementasikan visi dan misi
pendidikan Kristen dalam ruang lingkup
mereka masing-masing, dalam berbagai
kondisi yang mereka hadapi.
Isi Pokok PP 55 Tahun 2007
PP ini terdiri dari 51 pasal disertai
dengan penjelasan, dan ditandatangani
Presiden tanggal 5 Oktober 2007.
Dalam ketentuan umum (Pasal 1)
dirumuskan:
a. Pendidikan agama adalah pendidikan
yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
7
melalui metepelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.
b. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama
dan/atau menjadi ahli agama dan
mengamalkan ajaran agamanya.
Dari kedua rumusan ini jelas bahwa
angka 1 menunjuk pada pendidikan agama yang dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan, baik di sekolah negeri
maupun swasta. Sedangkan angka 2
menunjuk pada sekolah-sekolah keagamaan seperti sekolah teologi, sekolah
pendeta, sekolah penginjil, dan sebagainya. Artinya, angka 1, ayat (1)
bersumber pada UU Sisdiknas Pasal 12
ayat (1), dan angka 2 bersumber pada
UU Sisdiknas Pasal 30.
Dalam pasal 3, 4, ditegaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib
menyelenggarakan pendidikan agama,
dan setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapat
pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajar oleh
pendidik yang seagama. Ditegaskan
juga kewajiban penyediaan tempat
penyelenggaraan pendidikan agama
karena kekhasan agama dapat bekerja
sama dengan satuan pendidik yang
setingkat
atau
menyelenggarakan
pendidikan agama bagi peserta didik.
Lembaga-lembaga/sekolah Kristen
menurut Pasal 3 dan 4 harus memberikan pendidikan agama kepada peserta
didik sesuai dengan agama mereka
dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Tetapi sekolah Kristen tidak berkewajiban membangun rumah ibadah
lain, selain rumah ibadah Kristen (Pasal
4 ayat (7)). Perintah PP ini khususnya
tentang pendidikan agama tidak senafas
dengan penjelasan Pasal 55 ayat (1)
Sisdiknas yang berbunyi: “kekhasan satuan pendidikan yang diselenggarakan
masyarakat tetap dihargai dan dijamin
oleh undang-undang ini”.
Rumusan tersebut perlu dikaji dengan baik karena pada Pasal 7 telah
ditetapkan sanksi administratif. Lembaga
Pendidikan Kristen perlu mendalami
pewajiban tersebut. Namun harus juga
dicatat bahwa dalam Penjelasan PP 55
Tahun 2007disebutkan bahwa RPP ini
merupakan kesepakatan bersama pihak-
8
pihak yang mewakili umat Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu,
dan mereka telah memvalidasi rumusan
tersebut.
Pasal 12 ayat (2) perlu didalami lebih
baik agar pemerintah tidak melakukan
intervensi terhadap pendidikan keagamaan dengan dalih bahwa sekolah/
lembaga pendidikan tersebut melakukan
tindakan yang bertentangan dengan
tujuan pendidikan nasional.
Pasal 27 sampai dengan Pasal 30 mengatur tentang pendidikan keagamaan
Kristen (sekolah-sekolah teologi). Pasalpasal ini memberi kemungkinan bagi
gereja/lembaga keagamaan Kristen, pemerintah untuk mendirikan sekolah keagamaan Kristen. Hal yang harus digaris
bawahi di sini adalah peran Menteri
Agama sebagai pembina (Pasal 27 ayat
(3)) dan bagaimana gereja/lembaga keagamaan Kristen merumuskan secara
bersama apa yang dimaksud dengan
Sekolah Dasar Teologi Kristen, Sekolah
Menengah Pertama Teologi Kristen,
Sekolah Menengah Agama Kristen, dan
Sekolah Menengah Teologi Kristen (Pasal
29). Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Kristen Kementerian Agama
perlu duduk bersama dengan lembagalembaga keagamaan Kristen diaras
nasional untuk membicarakan hal ini
sehingga ada kesatuan persepsi dalam
melaksanakan PP 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan.
Peranan PAK
Fungsi dan peranan Pendidikan
Agama Kristen menurut PP 55 tahun
2007, amat penting, mendasar, dan
strategis. Rumusan Pasal 2 ayat (1) dan
(2) menegaskan hal tersebut:
(1) Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa serta berakhlak mulia
dan mampu menjaga kedamaian
dan kerukunan hubungan inter dan
antarumat beragama.
(2) Pendidikan agama bertujuan untuk
berkembangnya kemampuan peserta
didik dalam memahami, menghayati,
dan mengamalkan nilai-nilai agama
yang menyerasikan penguasaannya
dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
Pasal 5 ayat (3) sampai dengan (7)
memberikan penegasan tentang hal-hal
yang ingin dicapai dalam pendidikan
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Perwakilan
dari Direktorat
Jenderal
Pembinaan
Agama Kristen
Kementerian
Agama Republik
Indonesia
berdialog
dengan anggota
BSNP tentang
pendidikan agama
Kristen
agama dan bagaimana metode yang
dilakukan dalam menyampaikan pendidikan agama.
(3) Pendidikan agama mendorong peserta didik untuk taat menjalankan
ajaran agamanya dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan
moral dalam kehidupan pribadi,
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(4) Pendidikan agama mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan rasa
hormat di antara sesama pemeluk
agama yang dianut dan terhadap
pemeluk agama lain.
(5) Pendidikan agama membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berperilaku jujur, amanah,
disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, tulus, dan bertanggung jawab.
(6) Pendidikan agama menumbuhkan
sikap kritis, inovatif, dan dinamis,
sehingga menjadi pendorong peserta
didik untuk memiliki kompetensi
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga.
(7) Pendidikan agama diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, mendorong
kreativitas dan kemandirian, serta
menumbuhkan
motivasi
untuk
hidup sukses.
Rumusan tekstual tentang pendidikan agama sebagai mana dirumuskan dalam Pasal 5 diatas menempatkan
pendidikan agama dalam posisi yang
sentral bagi kehidupan manusia. Internalisasi ajaran agama, aplikasi ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari, pengembangan kerukunan, perwujudan
karakter dan mental yang bernafaskan
ahlak mulia, adalah hal-hal substantif
yang mesti dikedepankan oleh peserta
didik sebagai warga bangsa.
Dalam konteks itu keteladanan para
guru, metode pembelajaran pendidikan
agama perlu mendapat perhatian
utama.
Sebuah pendidikan agama yang
mampu menempa peserta didik cerdas,
inklusif, berkarakter, rukun dan mandiri
amat diperlukan dalam masyarakat dan
bangsa Indonesia yang majemuk. l
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
9
UJIAN NASIONAL TAHUN 2012
Jujur Harus Prestasi Yes
Bambang Suryadi
Anggota BSNP
membahas
bahan sosialisasi
UN dengan
mencermati
secara bersamasama setiap
bahan yang akan
disosialisasikan.
Acara ini dipimpin
langsung oleh
Ketua BSNP
Muhammad Aman
Wirakartakusumah
(kedua dri kanan)
dan Ketua
Penyelenggara
UN Pusat Djemari
Mardapi (ketiga
dari kiri).
B
adan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kembali akan menyelenggarakan Ujian Nasional (UN)
tahun 2012. Untuk UN SMA/MA, SMALB,
dan SMK diselenggarakan mulai dari
tanggal 16 sampai dengan 19 April
2012, UN SMP/MTs dan SMPLB mulai
dari tanggal 23 sampai dengan 26 April
2012, dan UN SD/MI dan SDLB mulai dari
tanggal 7 sampai dengan 9 Mei 2012.
UN Susulan SMA/MA, SMALB dan SMK
mulai dari tanggal 23 sampai dengan 26
April 2012, untuk SMP/MTs dan SMPLB
mulai dari tanggal 30 April sampai 4 Mei
2012 dan untuk SD/MI dan SDLB mulai
dari tanggal 14 sampai dengan 16 Mei
2012. Jadwal UN secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 1.
Kriteria kelulusan UN tahun 2012
masih sama dengan kriteria kelulusan
UN tahun 2011 yaitu menggunakan formula gabungan dengan bobot 40% untuk
nilai sekolah/madrasah dan 60% untuk
nilai UN. Kebijakan ini merupakan hasil
kesepakatan antara Panitia Kerja (Panja)
UN Komisi X DPR-RI dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun
2011 yang lalu.
Pengumuman UN SMA/MA, SMALB
10
dan SMK pada tanggal 26 Mei 2012, UN
SMP/MTs dan SMPLB pada tanggal 2
Juni 2012 dan UN SD/MI dan SDLB pada
tanggal 16 Juni 2012. Pengumuman
dari satuan pendidikan dilakukan oleh
masing-masing sekolah/madrasah.
Tabel 1
JADWAL UN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
a. SMA dan MA
Mata pelajaran
No
Hari dan Tanggal
UN
1. Senin, 16 April 2012
Jam
Program
IPS
Program
Bahasa
MA Program
Keagamaan
Bahasa
Bahasa
Bahasa
Indonesia Indonesia Indonesia
Bahasa
Indonesia
UN
08.00
2. Selasa, 17 April 2012 – 10.00
UN Susulan
Selasa, 24 April 2012 11.00
– 13.00
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Fisika
Ekonomi
Bahasa
Asing
Tafsir
UN
3. Rabu, 18 April 2012
08.00
– 10.00
Matema
tika
Matema
tika
Matema
tika
Matematika
08.00
– 10.00
Kimia
Sosiologi
Antropo
logi
Fikih
11.00
– 13.00
Biologi
Geograi
Sastra
Indonesia
Hadis
UN Susulan
Senin, 23 April 2012
08.00
– 10.00
Program
IPA
UN Susulan
Rabu, 25 April 2012
UN
4. Kamis, 19 April 2012
UN Susulan
Kamis, 26 April 2012
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
b. SMK
No
1.
2.
3.
Hari dan Tanggal
Jam
UN: Senin, 16 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Senin, 23 April 2012
UN: Selasa, 17 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Selasa, 24 April 2012
UN: Rabu, 18 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Rabu, 25 April 2012
Mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
c. SMP, MTs, dan SMPLB
No
1.
2.
3.
Hari dan Tanggal
Jam
UN: Senin, 23 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Senin, 30 April 2012
UN: Selasa, 24 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Selasa, 1 Mei 2012
UN: Rabu, 25 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Kamis, 3 Mei 2012
UN: Kamis, 26 April 2012
4.
UN Susulan: Jumat, 4 Mei 2012
08.00 – 10.00
Mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
Ilmu
Pengetahuan
Alam
d. SMALB
No
1.
2.
3.
Hari dan Tanggal
Jam
UN: Senin, 16 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Senin, 23 April 2012
UN: Selasa, 17 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Selasa, 24 April 2012
UN: Rabu, 18 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Rabu, 25 April 2012
Mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
e. SD, MI, dan SDLB
No.
1.
2.
3.
Jenis UN
Hari dan Tanggal
UN
UN Susulan
UN
UN Susulan
UN
Pukul
Senin, 7 Mei 2012
08.00 – 10.00
Senin, 14 Mei 2012
Selasa, 8 Mei 2012
08.00 – 10.00
Selasa, 15 Mei 2012
Rabu, 9 Mei 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan Rabu, 16 Mei 2012
Mata Pelajaran
Bahasa
Indonesia
Matematika
Ilmu
Pengetahuan
Alam (IPA)
Sosialisasi UN
BSNP bersama Badan Pengembangan
dan Penelitian (Balitbang), dan Pusat
Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah melakukan sosialisasi UN di 33
provinsi mulai pertengahan sampai
dengan akhir Desember 2011. Kegiatan sosialisasi diselenggaran di Dinas
Pendidikan Provinsi dengan mengundang Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Wilayah
KementerianAgama, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, dan wartawan.
Materi sosialisasi meliputi Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 59 tahun 2011 tentang tentang
Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari
Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan
Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional, Prosedur Operasional Standar
(POS) UN, kisi-kisi UN, dan daya serap
UN tahun 2011. Materi sosialisasi ini
tersedia dan dapat diunduh di website
BSNP: http://www.bsnp-indonesia.org
Djemari Mardapi anggota BSNP sekaligus sebagai Ketua Penyelenggara UN
Tingkat Pusat mengatakan bahwa tolak
ukur kesuksesan penyelenggaraan UN
adalah kualitas, kredibilitas, dan aksebtabilitas. UN merupakan suatu proses
yang harus dilewati oleh anak didik.
Kisi-kisi UN, lanjut Djemari, merupakan bagian yang penting untuk
diketahui guru-guru dan peserta UN.
“Untuk mensinergikan antara kurikulum
yang diajarkan di sekolah/madrasah
dan materi yang diujikan maka dibuat
kisi-kisi UN”, ungkap Djemari Mardapi.
Oleh karena itu, tambah Djemari
Mardapi, perlu dipastikan setiap satuan
pendidikan telah menerima kisi-kisi UN
tersebut.
Direktorat SMP, SMA, dan SMK telah
melakukan sosialisasi UN dengan target
yang lebih luas lagi karena sosialisasi
yang dilakukan BSNP hanya terbatas
sampai Dinas Pendidikan Provinsi.
Dari Direktorat Pembinaan SMA dan
Direktorat Pembinaan SMP dilaporkan
bahwa informasi tentang UN telah diupload di website kedua direktorat tersebut sehingga dapat diakses oleh guru,
siswa, sekolah/madrasah dan masyarakat umum.
Direktorat Pembinaan SMA telah
melakukan pembinaan kepada 60 sekolah untuk persiapan UN, sedangkan
Direktorat Pembinaan SMP selain memuat kisi-kisi UN di website, juga mengirimkannya ke 1.800 sekolah. Selain
itu Direktorat Pembinaan SMP dengan
mempertimbangkan hasil UN tahun
lalu dan daerah yang terisolir, telah
melakukan pelatihan kepada guru-guru
SMP, dan bedah soal UN tahun lalu.
Informasi dari Direktorat Madrasah
Kemenag mengatakan sosialisasi dilaksanakan akhir Desember 2011 dengan
mengundang BSNP dan Puspendik dan
dihadiri oleh Kanwil Kemenag dari 33
provinsi. Pada saat pemantauan UN, pihak Kemenag memohon BSNP juga turut
memantau pelaksanaan UN di madrasah
(tidak hanya di sekolah saja).
Dalam rapat pleno BSNP di Jakarta
(24/1/2012) telah disepakati tagline
UN tahun 2012 adalah JUJUR HARUS
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
11
PRESTASI YES. Artinya kejujuran yang
merupakan salah satu karakter bangsa
perlu dipegang kuat dalam pelaksanaan
UN, sedangkan prestasi yang baik merupakan salah satu indikator kemajuan pendidikan nasional. Prestasi yang
dicapai tanpa kejujuran hanya bersifat
semu dan sama sekali tidak bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain.
Prestasi yang dicapai tanpa
kejujuran hanya bersifat
semu dan sama sekali tidak
bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain.
Menurut Sukemi Staf Khusus Menteri, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan juga akan melakukan
sosialisasi UN melalui media massa yang
berupa talk show di radio dan televisi,
pariwara media cetak, spot iklan di
televisi dan radio, poster atau spanduk,
12
stiker dan PIN. “Inti pesan sosialisai
adalah membangun kepercayaan diri
peserta UN, jangan stres, jadwal UN,
pembobotan 40% untuk nilai sekolah/
madrasah dan 60% untuk nilai UN, tidak
ada UN Ulangan, lima paket soal untuk
setiap ruang ujian, dan kisi-kisi UN”,
ungkap Sukemi.
Masih bagian dari sosialisasi, tambah Sukemi, adalah pembacaan ikrar
UN yang dikemas dalam acara apel
atau upacara di lapangan/alun-alun.
Peserta apel/upacara adalah pimpinan
perguruan tinggi, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kanwil Kemenag,
Kepala sekolah/madrasah, guru, siswa,
tenaga kependidikan, kepolisian, dan
orang tua (Komite Sekolah/Madrasah).
“Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan
dari tanggal 11 - 25 Februari 2012 dengan
menyesuaikan jadwal kegiatan Menteri,
Wakil Menteri, Kepala Balitbang, dan para
Dirjen dalam lingkungan Kemdikbud”,
ungkap Sukemi seraya menambahkan
acara tersebut dilaksanakan di delapan
wilayah, yaitu Sumatera Utara, Nusa
Tenggara Timur, Jawa Timur, Sumatera
Barat, Sulawesi Selatan, Yogyakarta,
Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Barat.
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Khairil Anwar
Notodiputro
Kepala Balitbang
(kiri) dan
Sukemi Staf
Khusus Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan
menjelaskan
konsep sosialisasi
UN dalam rapat
pleno BSNP di
Jakarta.
Teks Ikrar Untuk Melaksanakan Ujian Nasional Dengan Jujur Dan Berprestasi
IKRAR UNTUK MELAKSANAKAN UJIAN NASIONAL
JUJUR DAN BERPRESTASI
Kami, peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah/madrasah,
dewan pendidikan, dan pejabat pengelola pendidikan, dengan ini menyatakan:
(1)
Bahwa dalam proses pembelajaran, penilaian harus dilakukan untuk meng
ukur capaian kompetensi peserta didik.
(2)
Bahwa Ujian Nasional dilakukan untuk mengukur capaian standar kompetensi
lulusan peserta didik secara nasional.
Untuk itu kami berikrar:
(1)
SIAP MEMBANGUN BUDAYA PEMBELAJARAN BERDASARKAN AJARAN
AGAMA DAN NILAINILAI UTAMA KARAKTER BANGSA, YAITU BERIMAN,
BERTAKWA, JUJUR, BERSIH, SANTUN, CERDAS, DISIPLIN, KREATIF, KERJA
KERAS, DAN BERTANGGUNG JAWAB.
(2)
SIAP MENSUKSESKAN UJIAN NASIONAL DENGAN JUJUR DAN BER
PRESTASI.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kekuatan lahir dan batin
untuk mewujudkan komitmen ini.
Jakarta, Januari 2012
Kami, Peserta Didik, Pendidik, Tenaga Kependidikan, Komite Sekolah/
Madrasah, Dewan Pendidikan, dan Pejabat Pengelola Pendidikan
Pencetakan Naskah Soal UN
Mulai tahun 2012 ini, sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59
tahun 2011 tentang tentang Kriteria
Kelulusan Peserta Didik dari Satuan
Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian
Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional,
pencetakan naskah soal UN SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK dilakukan secara terpusat di bawah
Koordinasi Badan Pengembangan dan
Penelitian (Balitbang) Kemdikbud.
Terkait dengan penggandaan naskah
soal UN, Muhammad Nuh mengatakan
bahwa mulai tahun 2012 penggandaan
naskah soal UN akan dilakukan secara sentralisasi. “Tahun yang lalu penggandaan naskah soal diserahkan ke
masing-masing
penyelenggara
UN
tingkat provinsi, tetapi pada tahun
2012 pencetakan naskah soal UN akan
disentralisasikan”, ungkap Mendikbud
pada saat peluncuran UN di Jakarta
(29/11/ 2011) dengan memberikan
alasan semakin banyak jumlah percetakan, semakin susah melakukan
pengawasannya.
Untuk menjaga kerahasiaan dan
memastikan pendistribusian naskah
soal UN tepat waktu, penyelenggara UN
Tingkat Pusat bersama Perguruan Tinggi
Negeri Koordinator UN melakukan pengawasan selama proses pencetakan
dan pendistribusian naskah soal UN.
“Keterlibatan Dinas PendidikanProvinsi
terbatas dalam penyediaan data peserta
UN dan tidak dalam pengawasan proses
pencetakan”, ungkap Djemari Mardapi
dalam rapat Pleno BSNP di Jakarta
(31/1/2012) seraya menambahkan Polri
tetap dilibatkan dalam pengamanan
naskah soal UN. l
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
13
Berita BSNP*
PEMILIHAN KETUA DAN SEKRETARIS BSNP
S
alah satu keputusan rapat pleno BSNP
tanggal 10 Januari 2012 adalah penetapan
Ketua dan Sekretaris BSNP untuk tahun 2012.
Sesuai dengan keputusan rapat, Ketua dan
Sekretaris BSNP tahun 2012 adalah Muhammad
AmanWirakartakusumah dan Richardus Eko
Indrajit yang telah menjadi Ketua dan Sekretaris
BSNP pada tahun 2011. Penetapan ini dilakukan
secara mufakat, sebagai bukti betapa solid dan
kuatnya keanggotaan BSNP yang menerapkan
sistem kolegial dalam menjalankan tugas dan
kewajiban.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 067/P/2009 tentang Pengangkatan Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan dan Penunjukan Kepala
Sekretariat BadanStandar Nasional Pendidikan
selama 1 (satu) tahun dan sesudahnya dapat
dipilih untk satu kali masa jabatan secara
berurutan.
Pada periode kedua ini, kepemimpinan
BSNP tahun pertama dipegang oleh Djemari
Mardapi (Ketua) dan Edy Tri Baskoro (Sekretaris).
Untuk tahun kedua dan ketiga dipegang oleh
Muhammad Aman Wirakartakusumah (Ketua)
dan Richardus Eko Indrajit (Sekretaris).
Muhammad Aman Wirakartakusumah
ketika menyampaikan refleksi kepemimpinannya selama satu tahun yang lalu mengatakan karena keterbatasan waktu dari
Ketua dan Sekretaris BSNP, selama satu tahun
kepemimpinan 2011 ada beberapa program
yang berjalan belum maksimal. Namun sifat
kolegial dari anggota BSNP kendala tersebut
menyebutkan masa bakti anggota BSNP adalah
4 (empat) tahun. Dalam Bab II Pasal 3 ayat (2)
dan (3) Peraturan Badan Standar Nasional
Pendidikan Nomor 0010/P/BSNP/VII/2011
tentang Tata Kelola Badan Standar Nasional
Pendidikan disebutkan bahwa Ketua dan
Sekretaris dipilih dari dan oleh para anggota.
Ketua dan Sekretaris memangku jabatannya
dapat diatasi sehingga kegiatan BSNP dapat
berjalan dengan baik.
Selamat menjalankan amanat dan menjaga kepercayaan dalam langkah perjuangan
memajukan mutu pendidikan nasional.
Semoga tahun ini dan tahun-tahun berikutnya
BSNP dapat menjalankan seluruh program
kerjanya dengan baik dan sukses. Amin. l
14
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Muhammad Aman
Wirakartakusumah
Ketua BSNP
(kanan) dan
Richardus Eko
Indrajit Sekretaris
BSNP (kiri).
* Bambang
Suryadi
Berita BSNP
KEGIATAN BSNP TAHUN 2012
Pembahasan
rencana kegiatan
BSNP tahun 2012
dalam rapat pleno
di ruang sidang
BSNP
K
egiatan BSNP tahun 2012 difokuskan pada
pemantauan dan evaluasi implementasi
standar nasional pendidikan untuk pendidikan
dasar dan menengah. Hal ini karena seluruh standar pendidikan nasional untuk
pendidikan dasar dan menengah telah selesai
dikembangkan BSNP dan telah ditetapkan
sebagai Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Karena sifat standar ini mengikat
seluruh satuan pendidikan, maka kini saatnya
untuk dilakukan pemantauan dan evaluasi
implementasi standar nasional pendidikan.
Menurut M.Aman Wirakartakusumah Ketua
BSNP ada tujuh standar yang akan dipantau
ditambah buku teks pelajaran pendidikan dasar
dan menengah. “Tujuh standar pendidikan
dasar dan menengah yang akan dipantau
adalah Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Biaya, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan,
Standar Penilaian Pendidikan, dan Standar
Pendidikan Nonformal”, ungkap M. Aman seraya
menambahkan selain mengevaluasi standar
tersebut BSNP juga meyelenggarakan Ujian
Nasional (UN) tahun 2012.
Untuk setiap kegiatan pemantauan, tambah M. Aman Wirakartakusumah, ada sembilan
langkah atau tahapan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Langkah-langkah kegiatan tersebut
adalah Penyusunan Desain (Jakarta), Kajian
Bahan Dasar (Jakarta), Penyusunan draf
instrumen pemantauan dan evaluasi (Jakarta),
Reviu dan perbaikan instrumen (Jakarta), Uji
coba instrumen (8 provinsi) , Analisis hasil
uji coba dan perbaikan instrumen (Jakarta),
Pemantauan dan evaluasi implementasi
standar (16 provinsi), Analisis hasil pemantauan
dan evaluasi (Jakarta), dan Penyusunan laporan
dan rekomendasi (Jakarta).
Mengingat keterbatasan anggota BSNP,
maka sesuai dengan kewenangannya, BSNP
menunjuk tim ahli yang bersifat adhoc untuk
melakukan kegiatan tersebut. “Untuk setiap
kegiatan terdiri atas 19 tim ahli dan 5 anggota
BSNP”,ungkap M. Aman dalam rapat pleno BSNP
di Jakarta seraya menambahkan komposisi tim
ahli adalah dari Luar Jawa 5 orang, DKI 7 orang,
dan Jawa 12 orang.
Pada setiap kegiatan, BSNP menetapkan
seorang koordinator dan wakil koordinator
dari anggota BSNP. Keterlibatan anggota
BSNP dalam kegiatan dan jadwal pelaksanaan
kegiatan dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.
Selain itu, BSNP juga telah menetapkan
jadwal kegiatan tahun 2012. Jadwal ini disusun
berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan
tahun 2011 dengan mempertimbangkan
keterlibatan anggota BSNP dalam setiap
kegiatan. Secara konseptual, delapan kegiatan
BSNP dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama terdiri atas standar sarana dan
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
15
Berita BSNP
Tabel 1. Keterlibatan anggota BSNP dalam kegiatan 2012
1
2
3
4
BLOK 1
(Minggu 1)
Standar Sarana dan Prasarana
(Minggu 1)
Standar Proses
BLOK 2
Edy Tri Baskoro (Koordinator)
Gunawan Indrayanto (Wakil Koord.)
Zaki Baridwan
Farid Anfasa Moeloek
Teuku Ramli Zakaria
(Minggu 2)
Standar Biaya
Mungin Eddy Wibowo (Koordinator)
Johannes Gunawan (Wakil Koord.)
Jamaris Jamna
R. Eko Indrajit
Weinata Sairin
(Minggu 2)
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Zaki Baridwan (Koordinator)
Edy Tri Baskoro (Wakil Koordinator)
Gunawan Indrayanto
Weinata Sairin
M. Aman Wirakartakusumah
(Minggu 3)
Standar Pengelolaan
Djaali (Koordinator)
Djemari Mardapi (Wakil Koordinator)
Mungin Eddy Wibowo
Jamaris Jamna
Johannes Gunawan
(Minggu 3)
Standar Penilaian
R. Eko Indrajit (Koordinator)
Mungin Eddy Wibowo (Wakil Koord.)
Farid Anfasa Moeloek
Johannes Gunawan
M. Aman Wirakarkusumah
(Minggu 4)
Standar Pendidikan Nonformal
Djemari Mardapi (Koordinator)
Djaali (Wakil Koordinator)
Zaki Baridwan
Teuku Ramli Zakaria
Furqon
(Minggu 4)
Buku Teks Pelajaran
Jamaris Jamna (Koordinator)
Farid Anfasa Moeloek (Wakil Koord.)
R. Eko Indrajit
Edy Tri Baskoro
M. Aman Wirakartakusumah
Weinata Sairin (Koordinator)
Teuku Ramli Zakaria (Wakil Koord.)
Gunawan Indrayanto
Djemari Mardapi
Djaali
prasarana, standar biaya, standar pengelolaan,
dan standar pendidikan nonformal. Sedangkan
kelompok kedua terdiri atas standar proses,
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar penilaian, dan buku teks pelajaran.
Dalam pelaksanaannya, setiap minggu
ada dua kegiatan yang diselenggarakan pada
tanggal yang sama. Setiap anggota BSNP
terlibat maksimal dalam tiga jenis kegiatan
dengan catatan jika yang bersangkutan
berhalangan dapat digantikan oleh anggota
BSNP lainnya. Jadwal kegiatan BSNP tahun
2012 dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini. l
Tabel 2. Jadwal kegiatan BSNP tahun 2012
Minggu 1
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 4
PENILAIAN
BUKU
NONFORMAL
22-24 Feb
30 Mar-1
April
No
PROSES
SARANA
BIAYA
TENAGA
PENGELOLAAN
1
17-19 Feb
17-19 Feb
22-24 Feb
24-26 Feb
22-24 Feb
17-19 Feb
2
2-4 Maret
2-4 Maret
7-9 Maret
9-11 Maret
16-18 Maret
16-18 Maret
25-27 Feb
30 Mar-1
April
3
13-15 April 13-15 April 20-22 April 20-22 April
27-29 April
27-29 April
4-6 Mei
4-6 Mei
4
11-13 Mei
11-13 Mei
18-20 Mei
18-20 Mei
25-27 Mei
25-27 Mei
5
8-10 Juni
8-10 Juni
13-15 Juni
15-17 Juni
22-24 Juni
22-24 Juni
1-3 Juni
29 Juni-1
Juli
1-3 Juni
29 Juni-1
Juli
6
6-8 Juli
3-5
Agustus
6-8 Juli
11-13 Juli
20-22 Juli
27-29 Juli
8-10 Agust
31 Agu-2 Sep
20-22 Juli
31 Agu-2
Sept
27-29 Juli
3-5 Agust
13-15 Juli
10-12
Agustus
7-9 Sept
7-9 Sept
14-16 Sep
12-14
Oktober
14-16 Sep
12-14
Oktober
19-21 Sep
21-23 Sep
28-30 Sep
28-30 Sep
5-7 Okt
5-7 Okt
17-19 Okt
19-21 Okt
2-4 Nov
2-4 Nov
9-11 Nov
9-11 Nov
7
8
9
16
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Berita BSNP
UJIAN KOMPETENSI KEJURUAN
D
alam beberapa bulan terakhir ini prestasi
siswa SMK menghiasi berita nasional
karena kreativitas mereka dalam membuat
mobil nasional. Hal ini merupakan bukti
konkrit atas kompetensi dan prestasi siswa
SMK. Sampai saat ini ada sekitar 135 program
keahlian di SKM. Kurikulum SMK didesain
berbasis kompetensi maka ujian SMK juga
didesain berbasis kompetensi. Terkait dengan
kompetensi siswa SMK, Direktorat Pembinaan
SMK selalu melakukan Ujian Kompetensi
dua jenis paket soal ujian teori kejuruan.
Nilai Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah
gabungan antara nilai Ujian Praktik Keahlian
Kejuruan dan nilai Ujian Teori Kejuruan dengan
pembobotan 70% untuk nilai Ujian Praktik
Keahlian Kejuruan dan 30% untuk nilai Ujian
Teori Keahlian Kejuruan. Kriteria Kelulusan
Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah
minimum 6,0.
Sehubungan dengan pelaksanaan Ujian
Teori Kejuruan SMK tahun 2012, BSNP telah
Kejuruan setiap tahun. Ujian ini merupakan
bagian dari Ujian Nasional (UN) dan nilainya
akan dijadikan salah satu penentu kelulusan
dalam UN.
Menurut Djemari Mardapi Ketua Penyelenggara UN Tingkat Pusat, ujian kompetensi
kejuruan SMK terdiri atas dua jenis, yaitu ujian
teori dan ujian praktik kejuruan. Ujian praktik
kejuruan dilaksanakan mulai dari tanggal 16
Februari sampai dengan 16 Maret 2012. Ujian
dilaksanakan dalam bentuk penugasan individu
(individual task) dengan alokasi waktu antara
18 sampai dengan 24 jam, kecuali program
keahlian tertentu. Penguji ujian praktik terdiri
atas penguji internal yang berasal dari SMK
dan penguji eksternal yang berasal dari dunia
usaha dan dunia industri (DUDI).
Ujian teori kejuruan (tertulis) dilaksanakan
secara serentak pada tanggal 19 Maret 2012
dan ujian susulan pada tanggal 26 Maret 2010.
Terdapat 40 butir soal dalam bentuk pilihan
ganda dengan alokasi waktu 120 menit. Ada
mengeluarkan surat edaran Nomor 0002/
SDAR/BSNP/II/2012. tanggal 3 Februari 2012
yang isinya sebagai berikut:
1. Bagi siswa SMK Program 3 tahun, ujian
teori kejuruan dilaksanakan setelah ujian
praktik kejuruan, sedangkan bagi siswa
SMK Program 4 tahun , ujian teori kejuruan
dilaksanakan sebelum ujian praktik kejuruan.
2. Bagi siswa SMK Program 4 tahun bisa
mengikuti ujian teori kejuruan pada saat
duduk di kelas III (tahun ketiga) karena pada
tahun keempat mereka mengikuti kegiatan
praktik di dunia usaha dan industri.
Menurut Yunus dari Direktorat Pembinaan
SMK, alumni SMK terserap dalam dunia kerja
dengan masa tunggu yang sangat pendek.
Bahkan sebelum luluspun mereka sudah
dipesan oleh perusahaan dan dunia industri.
Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi
alumni SMK telah memenuhi kriteria yang
diperludikan di dunia usaha dan industri. l
Siswa SMKN
9 Padang
Sumatera Barat
mengikuti ujian
praktik kejuruan
di bawah
pengawasan
guru dan penguji
eksternal dari
dunia industri.
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
17
Lensa BSNP
Peserta sosialisasi Ujian Nasional
di Dinas Pendidikan Provinsi
Jambi.
Rapat Koordinasi antara BSNP,
Puspendik, dan Direktorat
terkait di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan membahas tentang
penyelenggaraan UN tahun 2012.
Dari kiri ke kanan, M. Khairil
Notodiputro Kepala Balitbang,
Sukemi Staf Khusus Menteri,
Hendarman Sekretaris Balitbang,
dan Hari Setiadi Kepala
Puspendik membahas konsep
sosialisasi UN tahun 2012.
18
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Lensa BSNP
Dalam kesederhanaan namun
penuh makna anggota BSNP
merayakan ulang tahun Sekretaris
BSNP R. Eko Indrajit (kanan) yang
ke 43 di kantor BSNP.
Sukemi Staf Khusus Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
(depan) menjelaskan rencana
pembacaan ikrar UN yang JUJUR
dan BERPRESTASI yang dikemas
dalam bentuk upacara atau apel di
beberapa provinsi.
Pembahasan POS Pencetakan
dan Pendistribusian bahan UN
di BSNP.
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
19
Lensa BSNP
Peserta peluncuran Ujian Nasional (UN) mendengarkan
pengarahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang kebijakan UN tahun 2012 di Jakarta.
Penanggungjawab
Moehammad Aman Wirakartakusumah
Pemimpin Redaksi
Edy Tri Baskoro
Redaksi Eksekutif
Richardus Eko Indrajit
Djemari Mardapi
Teuku Ramli Zakaria
Weinata Sairin
Pembaca yang budiman. Alhamdulillah, Buletin BSNP
edisi perdana tahun 2012 dapat terbit dan hadir di tangan
pembaca sesuai dengan yang direncanakan. Pada edisi perdana
ini ada tiga artikel utama yaitu Paradigma Pendidikan Nasional
Abad XXI (bagian ketiga), Peranan Pendidikan Agama Kristen
(PAK) Menurut PP 55 Tahun 2007, dan Penyelenggaraan Ujian
Nasional (UN) tahun 2012. Pada tahun 2012 kriteria kelulusan UN
masih menggunakan formula gabungan seperti tahun yang lalu,
yaitu gabungan antara nilai sekolah/madrasah (40%) dan nilai
UN (60%). Namun untuk pencetakan naskah soal UN SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK dilakukan secara terpusat.
Edisi kali ini juga menghadirkan berita dan gambar kegiatan
BSNP. Selamat membaca!
Redaksi Pelaksana
Bambang Suryadi
Penyunting/Editor
Mungin Eddy Wibowo
Zaki Baridwan
Djaali
Furqon
Johannes Gunawan
Jamaris Jamna
Kaharuddin Arafah
3-6
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI
(Bagian III)
7-9
Peranan Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Dalam Nafas PP 55 Tahun 2007
Desain Grais & Fotografer
Djuandi
Ibar Warsita
10-13
Ujian Nasional Tahun 2012
Jujur Harus Prestasi Yes
Sekretaris Redaksi
Ning Karningsih
14-17
Berita BSNP:
- Pemilihan Ketua dan Sekretaris BSNP
- Kegiatan BSNP Tahun 2012
- Ujian Kompetensi Kejuruan
18-20
Lensa BSNP
Alamat:
BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN
Gedung D Lantai 2,
Mandikdasmen
Jl. RS. Fatmawati, Cipete
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7668590
Fax. (021) 7668591
Email: [email protected]
Website: http://www.bsnp-indonesia.org
2
Daftar Isi
Keterangan Gambar Cover
Para nara sumber menyampaikan materi sosialisasi Ujian Nasional
tahun 2012 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (atas).
Suasana rapat persiapan penyelenggaraan Ujian Nasional tahun
2012 di BSNP yang dihadiri oleh anggota BSNP, Kepala Balitbang, dan
Kepala Puspendik (bawah).
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
PARADIGMA PENDIDIKAN
NASIONAL ABAD XXI (Bagian III)
2.3 Catatan tentang Pendidikan Nasional
Dewasa Ini
2.3.1. Kebijakan Pendidikan
erbagai kebijakan pendidikan telah
dibuat dan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh hasil pendidikan
yang lebih baik, sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yang diharapkan.
Antara lain desentralisasi, standardisasi,
peningkatan anggaran dan sebagainya.
Sayangnya kebijakan ini terkesan kurang
memperhatikan kesesuaian dengan keadaan maupun tuntutan perkembangan
zaman, sebagaimana dikemukakan dalam
pembahasan paradigma masa yang berlaku
sekarang. Demikian pula pemanfaatan peningkatan anggaran terkesan tidak disertai
dengan perencanaan penggunaan yang terpadu secara menyeluruh.
B
2.3.2. Pelaksana dan Pelaksanaan
Pendidikan
Berbagai lembaga pendidikan telah
mempunyai tenaga pengajar yang cukup,
baik kuantitas maupun kualitasnya,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Di samping pengetahuan dan keterampilan melaksanakan pendidikan,
yang tidak kurang pentingnya adalah
kesadaran akan fungsinya sebagai
pendidik dan kesungguhan untuk melaksanakannya. Tercakup dalam hal
ini adalah antara lain sikap dan tata
nilai yang mempengaruhi disiplin dan
kejujuran. Namun, tidak sedikit pula
yang masih jauh dari ini, baik kuantitas
maupun kualitasnya sebagai pendidik.
Ini tercermin antara lain dalam berbagai
kecurangan dalam pelaksanaan ujian,
dan cara melaksanakan pembelajaran.
Semua ini sangat mempengaruhi kualitas
hasil pendidikan yang diperoleh. Segala
kekurangan ini terutama disebabkan oleh
kesejahteraan guru yang kebanyakan masih jauh dari yang seharusnya. Banyak
orang yang berpotensi sebagai pendidik
enggan menggeluti profesi ini.
Kenyataan ini juga terjadi karena
diabaikannya pengawasan dan evaluasi
yang teratur dan berkesinambungan
atas pelaksanaan pendidikan. Sebagai
contoh, masih banyak pelaksanaan
pendidikan yang berorientasi pada
kuantitas kelulusan ujian, termasuk
ujian nasional, daripada pengutamaan
pada kualitas penguasaan ilmu yang
diajarkan. Fenomena ini tidak termonitor dengan baik.
Dua contoh kecil ini hanya sekelumit
contoh yang memperlihatkan, bahwa
kualitas pelaksana dan pelaksanaan
pendidikan kita dewasa ini belum
seperti yang seharusnya ada.
2.3.3. Hasil Pendidikan
Berbagai catatan positif dapat dikemukakan mengenai hasil pendidikan
kita selama ini, antara lain berupa
banyaknya sarjana lulusan perguruan
tinggi kita dalam berbagai profesi,
ataupun bidang akademis yang menunjukkan kualitas berbagai perguruan
tinggi kita. Demikian pula halnya dengan
keberhasilan mereka dalam melanjutkan
studi di berbagai perguruan tinggi terkenal di luar negeri. Hal yang sama diikuti pula oleh lulusan pendidikan menengah kita.
Berbagai lulusan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi telah
berkiprah dengan baik pula di berbagai
profesi atau jabatan, walaupun tidak
terkait dengan keahlian bidang pendidikannya. Ini menunnjukkan, bahwa
selama pendidikan mereka tidak hanya memperoleh ilmu, melainkan juga memperoleh kearifan, memiliki sikap dan menyerap nilai-nilai yang ditumbuhkan selama belajar, baik melalui hakikat ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya, maupun melalui proses
belajar atau kehidupan yang bermakna
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
3
yang mereka alami dalam masyarakat
kampus atau sekolah mereka.
Berbagai prestasi keilmuan telah
ditunjukkan siswa dalam berbagai
kontes keilmuan yang diadakan setiap
tahun, baik dalam lingkup nasional,
regional, ataupun internasional, yang
namun demikian tidak dapat dikatakan
sebagai menunjukkan pula keberhasilan
pendidikan kita. Ini adalah prestasi
sekelumit siswa pandai yang dilatih
secara khusus dan intensif dalam jangka
waktu tertentu. Untuk ini dilakukan
upaya yang luar biasa, jauh melebihi
yang diberikan kepada anak-anak yang
justru memerlukan bantuan belajar.
Ini merupakan kejanggalan dalam paradigma pendidikan yang seharusnya
adil.
Pengalaman menunjukkan, bahwa
banyak lulusan sekolah menengah termasuk mahasiswa yang tahu banyak,
tetapi tidak paham apa yang mereka
ketahui. Ini menunjukkan motivasi belajar para siswa yang lebih pada mencari
ijazah daripada mencari ilmu atau
pengetahuan.
Berbagai fenomena yang berkembang
dalam masyarakat, seperti banyaknya
korupsi dan KKN, serta maraknya tawuran dan kekerasan di berbagai lapisan masyarakat, menunjukkan ketidakberhasilan pendidikan kita menanamkan nilai-nilai luhur dan sikap
terpuji di setiap jenjang pendidikan.
Mahasiswa lebih suka mengutarakan
pendapat melalui unjuk rasa daripada
menyampaikan sikap berdasarkan hasil
analisis atas sesuatu permasalahan dan
berbagai alternatif penyelesaian yang
dapat mereka rumuskan secara santun.
Ini adalah suatu contoh lain tentang
ketidak-berhasilan tersebut.
Ini mengungkapkan dengan jelas
belum sepenuhnya tepenuhi apa yang
dirumuskan dalam paradigma pendidikan nasional: pendidikan nasional yang
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, ....
dst.
2.4. Relevansi Faktor Geodemografi bagi Paradigma
Pendidikan
2.4.1. Profil Demografis
Wilayah Republik Indonesia terdiri dari 17.504 pulau dengan luas
4
keseluruhan 1.900.000 km persegi.1
Indonesia pada awal abad XXI merupakan
negara dengan populasi keempat terbesar
di dunia, namun mempunyai sekitar
500 sukubangsa dengan bahasanya
masing-masing. Pembahasan tentang
kebhinnekaan masyarakat Indonesia
dalam dimensinya yang faktual harus
bersedia menghadapi suatu besaran
yang
berdimensi
geo-demografis,
geo-ekonomis dan bahkan juga geopolitik yang paradoksal. Pluralitas dan
heterogenitas dari kebudayaan dan
masyarakat di Indonesia itu dalam kenyataannya juga bertumpang-tindih
dengan
ketidak-seimbangan
dalam
struktur demografis dan potensi kinerja ekonomis dari berbagai daerah
di Indonesia. Pada tanggal 23 Juni
2010 Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2010 mencapai 234,2 juta
jiwa.2 Data tahun 2004 yang belum
berubah kuantitatif signifikan pada
tahun 2010 memperlihatkan komposisi
sbb.: Di pulau Jawa yang merupakan
6,89% luas wilayah daratan Indonesia
berkumpul 59,9% penduduk Indonesia
(kira kira 115 juta orang), sementara
Papua Barat yang merupakan 21,99%
luas wilayah Indonesia dihuni oleh
0,92% penduduk (Turner, 1997: 49).
Selengkapnya adalah seperti gambar
1.:
2.4.2. Konsekuensi Geo-demografis
Pulau Jawa telah memperoleh reputasi
sebagai pusat transit dan komunikasi
semenjak penjelajah-penjelajah asing
yang pertama mendatangi Nusantara,
sehingga tidaklah mengherankan jika
secara ekonomi dan politik, pulau
Jawa lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dengan wilayah Indonesia
lainnya. Akibat penjajahan yang “fokus” pada pulau Jawa inilah maka
tercipta suatu fenomena yang lebih
mengutamakan pembangunan di pulau
ini dibandingkan dengan pulau-pulau
lainnya, terutama semenjak Indonesia
menyatakan kemerdekaannya. Pada
akhirnya, kita menghadapi ketimpangan
besar dalam alokasi dan distribusi dari
1
Jurnal Kementerian Luar Negeri RI, 27 Mei
2004: pada tahun 1987 diketahui bahwa
5.407 pulau memiliki nama, pada tahun 2004
ada 7.810 pulau yang bernama. Selebihnya
adalah pulau tidak bernama.
2
http://www.antaranews.com/berita/1277272415/penduduk-indonesia-diperkirakan-234-2-juta-jiwa (21 Juli 2010)
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Gambar 1.
Ketidakseimbangan Struktur
Demografis
berbagai sumber-daya alam serta energi,
yang pada gilirannya akan berpengaruh
langsung pada tingkat kecerdasan rakyat
maupun usaha pendidikan nasional.
Konstelasi seperti itu mula-mula merupakan akibat dari perkembangan
sejarah. Kesuburan pulau Jawa nampaknya merupakan faktor pertama
yang membuatnya mampu mendukung
suatu hunian yang bersandar kepada
perekonomian agraris, baik sebagai
pertanian rakyat maupun sebagai perkebunan. Akibatnya, pembangunan infra
struktur setempat seperti menjadi suatu
konsekuensi yang otomatis. Sehingga
ketika Indonesia mulai terseret ke dalam
proses industrialisasi pada awal abad
XX, pulau Jawa juga langsung nampak
lebih siap untuk menyikapinya.
2.4.3. Tantangan bagi Pendidikan
Nasional
Kesenjangan geo-demografis antara
pulau Jawa dan pulau-pulau Indonesia
lainnya sudah merupakan persoalan
besar bagi pemerintah kolonial Belanda.
Kesenjangan sosio-geografis antara pulau Jawa dan pulau-pulau Indonesia
lainnya dapat difahami sebagai kesenjangan dalam hal kepadatan penduduk,
kemajuan pendidikan dan tingkat kemakmuran, serta keterlibatan dalam komunikasi serta telekomunikasi nasional
maupun internasional. Kesenjangan
antarpulau itu sebenarnya juga dapat
diamati di antara pulau-pulau Indonesia
lain selain pulau Jawa.
Di samping itu, posisi Indonesia yang
sedemikian strategis karena memiliki
kedekatan geografis dengan negara
lain seperti Malaysia, Singapura, Brunei,
Filipina, Papua Nugini, dan Australia
juga memberikan tantangan tersendiri,
terutama terhadap daerah atau provinsi
yang berbatasan langsung dengan negara-negara tersebut. Jika gagal menjalin hubungan komunikasi efektif antardaerah di wilayah Nusantara, tidak
mustahil akan dimanfaatkan negara
lain yang dekat secara geografis untuk
mengambil keuntungan. Proksimitas geografis itu pada gilirannya menentukan
tingkat intensitas komunikasi dan telekomunikasi antar-daerah di Indonesia,
yang dapat diukur dari frekuensi hubungan telepon di antara penduduk dari
berbagai daerah.
Masa depan Indonesia yang bersatu,
stabil dan seimbang karenanya akan
banyak tergantung dari usaha-usaha yang
sungguh-sungguh untuk menyetarakan
mutu sumber-daya manusianya dalam
skala nasional. Kepincangan dalam aspek
ini akan dengan mudah menjadi sumber
ketidak-puasan yang disebabkan oleh
perbedaan kesempatan hidup makmur
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
5
dan bermartabat, yang pada gilirannya
akan bermuara dalam letusan-letusan
sosial-regional.
Oleh karena itulah maka kebijakan
pendidikan Indonesia harus memperhatikan keanekaragaman, dengan tetap memperhatikan secara seksama kesenjangan sosial budaya yang terjadi
saat ini, sehingga kelak dapat tertwujud
sistem dan program pendidikan yang adil
dan merata, sesuai dengan amanat UUD
1945 sebagaimana telah diamandemen.
Usaha penyetaraan serta penyerasian
pendidikan karenanya memang akan
menjadi padat biaya, tetapi itu adalah
risiko dari dua faktor geo-demografis
yang dihadapi Indonesia: pertama adalah keanekaragaman demo-kultural yang
diskrepan dan tersebar dalam struktur
geo-maritim yang tersebar. Kedua adalah
desakan untuk mengejar kemajuan
dalam banyak hal, jika dibandingkan
dengan negara-negara berkembang
lain yang mempunyai dimensi besaran
politik serupa dengan Indonesia.
2.5. Sistem dan Kategorisasi
Pendidikan
Sistem pendidikan nasional dewasa
ini terdiri dari jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Di samping itu sekarang sedang
gencar digalakkan pendidikan anak usia
dini, yang mencakup kelompok bermain
dan taman kanak-kanak.
Adapun jalur pendidikan meliputi
pendidikan formal, informal, dan nonformal untuk saling melengkapi dan
memperkaya. Untuk jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan umum, kejuruan,
akademik, provesi, vokasi, keagamaan,
dan khusus.
Mulai dari SMP, para lulusan dapat
melanjutkan ke jenjang berikutnya yang
mempersiakan diri untuk terjun ke dalam
masyarakat, atau mempersiapkan diri ke
jenjang pendidikan berikutnya, Sesudah
SMP peserta didik dapat melanjutkan ke
SMK atau ke SMA,,sesudah SMA ke S1
atau ke pendidikan vokasi,(D3 dan D4),
sesudah S1 ke pendidikan professional
(dokter, apoteker, notaris, dsb), atau
ke S2, atau ke pendidikan professional
setingkat S2.
Sesudah pendidikan profesi seorang
dapat melanjutkan ke jenjang S2 untuk
diteruskan ke S3, atau melanjutkan ke
pendidikan spesialis.
Namun, sering dikaburkan falsafah
6
pendidikan akademis dan pendidikan
professional, dan pendidikan vokasi.
Biasa saja setelah pendidikan vokasi D3
yang tiga tahun, dengan menambahkan
sejumlah kredit yang setara dengan
kuliah setahun, dipandang sama dan
diberi ijazah S1. Ini seharusnya tidak
boleh terjadi.
Akhir-akhir ini sangat digalakkan
pendidikan anak usia dini, baik berupa
Kelompok Bermain sebagai pendidikan
non formal, maupun Taman Kanakkanak sebagai pendi-dikan formal.
2.6. Peraturan
Perundang-undangan
Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, semua peraturan hukum harus
mengacu pada UUD 1945 sebagaimana
telah diamandemen. Di bidang pendidikan, peraturan perundang-undangan
yang utama yakni UU 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dari Undang-Undang tersebut diturunkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri,
dan turunan lainnya.l
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Peranan Pendidikan Agama Kristen (PAK)
Dalam Nafas PP 55 Tahun 2007
Weinata Sairin
Signifikansi Pendidikan
endidikan adalah salah satu aspek
yang sangat penting dan strategis bagi
kehidupan manusia. Sebagai sesuatu yang
khas dan spesifik bagi manusia, pendidikan
berperan amat signifikan dalam membekali
manusia untuk menyongsong masa depan yang
akan dijalani yang diwarnai dengan berbagai
tantangan dan perubahan.
P
Penulis
adalah teolog,
menulis tesis
S2 Tentang
Gerakan
Pembaruan
Muham
madiyah,
anggota BSNP
Dalam perspektif Kristen, pendidikan
memiliki aspek yang penting dan
mendasar. Adalah sesuatu yang tidak
bisa dipungkiri dan disangkal bahwa
gereja memainkan peran yang signifikan
dan kontributif dalam pelayanan di
bidang pendidikan. Pendidikan dilihat sebagai bidang yang strategis dalam konteks penyiapan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, yang
memungkinkan manusia mampu menjawab tantangan zamannya, bahkan
mampu menjadi insan bermakna di tengah-tengah sejarah. Perintah Yesus
yang menyatakan, “Ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu”, (Mat. 28:20),
telah menjadi referensi bagi gereja
untuk menjadikan bidang pendidikan
sebagai agenda dalam program-program
pelayanan.
Referensi Alkitab dan teladan Yesus sendiri dalam pelayanan-Nya memberikan dasar yang kuat mengapa
kekristenan peduli terhadap pendidikan.
Penyebutan Yesus sebagai Guru memberikan contoh yang sangat jelas tentang hal ini. Di antara banyak gelar dan
sebutan yang mengacu pada Yesus,
maka gelar Guru dan Gembala (Agung)
menarik untuk didalami dan dikaji. Penampilan dan kinerja Yesus sebagai
Guru dan Gembala yang amat positif
telah memungkinkan terbentuknya komunitas kristiani yang kuat, solid, dan
tegar dalam menapaki perjalanan hidup
di tengah sejarah. Bahkan figur (sosok)
Guru dan Gembala yang ditindakkan
oleh Yesus menjadi sumber inspirasi
yang tak pernah kering bagi gereja dalam
mewujudkan pelayanannya, termasuk
di bidang pendidikan.
Visi pendidikan Kristen adalah
menciptakan manusia yang memiliki
kedewasaan rohani, mampu untuk bertumbuh secara utuh sebagai ciptaan
Allah, mampu menjalankan tugastugasnya sebagai manusia yang bertanggungjawab terhadap Allah, manusia
dan masyarakat, serta dunia secara
keseluruhan, dan memiliki kemampuan
yang andal dalam ilmu pengetahuan
teknologi dan kesenian. Gereja dan
lembaga-lembaga pendidikan Kristen
telah berupaya seoptimal mungkin
mengimplementasikan visi dan misi
pendidikan Kristen dalam ruang lingkup
mereka masing-masing, dalam berbagai
kondisi yang mereka hadapi.
Isi Pokok PP 55 Tahun 2007
PP ini terdiri dari 51 pasal disertai
dengan penjelasan, dan ditandatangani
Presiden tanggal 5 Oktober 2007.
Dalam ketentuan umum (Pasal 1)
dirumuskan:
a. Pendidikan agama adalah pendidikan
yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
7
melalui metepelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.
b. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama
dan/atau menjadi ahli agama dan
mengamalkan ajaran agamanya.
Dari kedua rumusan ini jelas bahwa
angka 1 menunjuk pada pendidikan agama yang dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan, baik di sekolah negeri
maupun swasta. Sedangkan angka 2
menunjuk pada sekolah-sekolah keagamaan seperti sekolah teologi, sekolah
pendeta, sekolah penginjil, dan sebagainya. Artinya, angka 1, ayat (1)
bersumber pada UU Sisdiknas Pasal 12
ayat (1), dan angka 2 bersumber pada
UU Sisdiknas Pasal 30.
Dalam pasal 3, 4, ditegaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib
menyelenggarakan pendidikan agama,
dan setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapat
pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajar oleh
pendidik yang seagama. Ditegaskan
juga kewajiban penyediaan tempat
penyelenggaraan pendidikan agama
karena kekhasan agama dapat bekerja
sama dengan satuan pendidik yang
setingkat
atau
menyelenggarakan
pendidikan agama bagi peserta didik.
Lembaga-lembaga/sekolah Kristen
menurut Pasal 3 dan 4 harus memberikan pendidikan agama kepada peserta
didik sesuai dengan agama mereka
dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Tetapi sekolah Kristen tidak berkewajiban membangun rumah ibadah
lain, selain rumah ibadah Kristen (Pasal
4 ayat (7)). Perintah PP ini khususnya
tentang pendidikan agama tidak senafas
dengan penjelasan Pasal 55 ayat (1)
Sisdiknas yang berbunyi: “kekhasan satuan pendidikan yang diselenggarakan
masyarakat tetap dihargai dan dijamin
oleh undang-undang ini”.
Rumusan tersebut perlu dikaji dengan baik karena pada Pasal 7 telah
ditetapkan sanksi administratif. Lembaga
Pendidikan Kristen perlu mendalami
pewajiban tersebut. Namun harus juga
dicatat bahwa dalam Penjelasan PP 55
Tahun 2007disebutkan bahwa RPP ini
merupakan kesepakatan bersama pihak-
8
pihak yang mewakili umat Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu,
dan mereka telah memvalidasi rumusan
tersebut.
Pasal 12 ayat (2) perlu didalami lebih
baik agar pemerintah tidak melakukan
intervensi terhadap pendidikan keagamaan dengan dalih bahwa sekolah/
lembaga pendidikan tersebut melakukan
tindakan yang bertentangan dengan
tujuan pendidikan nasional.
Pasal 27 sampai dengan Pasal 30 mengatur tentang pendidikan keagamaan
Kristen (sekolah-sekolah teologi). Pasalpasal ini memberi kemungkinan bagi
gereja/lembaga keagamaan Kristen, pemerintah untuk mendirikan sekolah keagamaan Kristen. Hal yang harus digaris
bawahi di sini adalah peran Menteri
Agama sebagai pembina (Pasal 27 ayat
(3)) dan bagaimana gereja/lembaga keagamaan Kristen merumuskan secara
bersama apa yang dimaksud dengan
Sekolah Dasar Teologi Kristen, Sekolah
Menengah Pertama Teologi Kristen,
Sekolah Menengah Agama Kristen, dan
Sekolah Menengah Teologi Kristen (Pasal
29). Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Kristen Kementerian Agama
perlu duduk bersama dengan lembagalembaga keagamaan Kristen diaras
nasional untuk membicarakan hal ini
sehingga ada kesatuan persepsi dalam
melaksanakan PP 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan.
Peranan PAK
Fungsi dan peranan Pendidikan
Agama Kristen menurut PP 55 tahun
2007, amat penting, mendasar, dan
strategis. Rumusan Pasal 2 ayat (1) dan
(2) menegaskan hal tersebut:
(1) Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa serta berakhlak mulia
dan mampu menjaga kedamaian
dan kerukunan hubungan inter dan
antarumat beragama.
(2) Pendidikan agama bertujuan untuk
berkembangnya kemampuan peserta
didik dalam memahami, menghayati,
dan mengamalkan nilai-nilai agama
yang menyerasikan penguasaannya
dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
Pasal 5 ayat (3) sampai dengan (7)
memberikan penegasan tentang hal-hal
yang ingin dicapai dalam pendidikan
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Perwakilan
dari Direktorat
Jenderal
Pembinaan
Agama Kristen
Kementerian
Agama Republik
Indonesia
berdialog
dengan anggota
BSNP tentang
pendidikan agama
Kristen
agama dan bagaimana metode yang
dilakukan dalam menyampaikan pendidikan agama.
(3) Pendidikan agama mendorong peserta didik untuk taat menjalankan
ajaran agamanya dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan
moral dalam kehidupan pribadi,
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(4) Pendidikan agama mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan rasa
hormat di antara sesama pemeluk
agama yang dianut dan terhadap
pemeluk agama lain.
(5) Pendidikan agama membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berperilaku jujur, amanah,
disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, tulus, dan bertanggung jawab.
(6) Pendidikan agama menumbuhkan
sikap kritis, inovatif, dan dinamis,
sehingga menjadi pendorong peserta
didik untuk memiliki kompetensi
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga.
(7) Pendidikan agama diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, mendorong
kreativitas dan kemandirian, serta
menumbuhkan
motivasi
untuk
hidup sukses.
Rumusan tekstual tentang pendidikan agama sebagai mana dirumuskan dalam Pasal 5 diatas menempatkan
pendidikan agama dalam posisi yang
sentral bagi kehidupan manusia. Internalisasi ajaran agama, aplikasi ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari, pengembangan kerukunan, perwujudan
karakter dan mental yang bernafaskan
ahlak mulia, adalah hal-hal substantif
yang mesti dikedepankan oleh peserta
didik sebagai warga bangsa.
Dalam konteks itu keteladanan para
guru, metode pembelajaran pendidikan
agama perlu mendapat perhatian
utama.
Sebuah pendidikan agama yang
mampu menempa peserta didik cerdas,
inklusif, berkarakter, rukun dan mandiri
amat diperlukan dalam masyarakat dan
bangsa Indonesia yang majemuk. l
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
9
UJIAN NASIONAL TAHUN 2012
Jujur Harus Prestasi Yes
Bambang Suryadi
Anggota BSNP
membahas
bahan sosialisasi
UN dengan
mencermati
secara bersamasama setiap
bahan yang akan
disosialisasikan.
Acara ini dipimpin
langsung oleh
Ketua BSNP
Muhammad Aman
Wirakartakusumah
(kedua dri kanan)
dan Ketua
Penyelenggara
UN Pusat Djemari
Mardapi (ketiga
dari kiri).
B
adan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kembali akan menyelenggarakan Ujian Nasional (UN)
tahun 2012. Untuk UN SMA/MA, SMALB,
dan SMK diselenggarakan mulai dari
tanggal 16 sampai dengan 19 April
2012, UN SMP/MTs dan SMPLB mulai
dari tanggal 23 sampai dengan 26 April
2012, dan UN SD/MI dan SDLB mulai dari
tanggal 7 sampai dengan 9 Mei 2012.
UN Susulan SMA/MA, SMALB dan SMK
mulai dari tanggal 23 sampai dengan 26
April 2012, untuk SMP/MTs dan SMPLB
mulai dari tanggal 30 April sampai 4 Mei
2012 dan untuk SD/MI dan SDLB mulai
dari tanggal 14 sampai dengan 16 Mei
2012. Jadwal UN secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 1.
Kriteria kelulusan UN tahun 2012
masih sama dengan kriteria kelulusan
UN tahun 2011 yaitu menggunakan formula gabungan dengan bobot 40% untuk
nilai sekolah/madrasah dan 60% untuk
nilai UN. Kebijakan ini merupakan hasil
kesepakatan antara Panitia Kerja (Panja)
UN Komisi X DPR-RI dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun
2011 yang lalu.
Pengumuman UN SMA/MA, SMALB
10
dan SMK pada tanggal 26 Mei 2012, UN
SMP/MTs dan SMPLB pada tanggal 2
Juni 2012 dan UN SD/MI dan SDLB pada
tanggal 16 Juni 2012. Pengumuman
dari satuan pendidikan dilakukan oleh
masing-masing sekolah/madrasah.
Tabel 1
JADWAL UN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
a. SMA dan MA
Mata pelajaran
No
Hari dan Tanggal
UN
1. Senin, 16 April 2012
Jam
Program
IPS
Program
Bahasa
MA Program
Keagamaan
Bahasa
Bahasa
Bahasa
Indonesia Indonesia Indonesia
Bahasa
Indonesia
UN
08.00
2. Selasa, 17 April 2012 – 10.00
UN Susulan
Selasa, 24 April 2012 11.00
– 13.00
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Bahasa
Inggris
Fisika
Ekonomi
Bahasa
Asing
Tafsir
UN
3. Rabu, 18 April 2012
08.00
– 10.00
Matema
tika
Matema
tika
Matema
tika
Matematika
08.00
– 10.00
Kimia
Sosiologi
Antropo
logi
Fikih
11.00
– 13.00
Biologi
Geograi
Sastra
Indonesia
Hadis
UN Susulan
Senin, 23 April 2012
08.00
– 10.00
Program
IPA
UN Susulan
Rabu, 25 April 2012
UN
4. Kamis, 19 April 2012
UN Susulan
Kamis, 26 April 2012
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
b. SMK
No
1.
2.
3.
Hari dan Tanggal
Jam
UN: Senin, 16 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Senin, 23 April 2012
UN: Selasa, 17 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Selasa, 24 April 2012
UN: Rabu, 18 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Rabu, 25 April 2012
Mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
c. SMP, MTs, dan SMPLB
No
1.
2.
3.
Hari dan Tanggal
Jam
UN: Senin, 23 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Senin, 30 April 2012
UN: Selasa, 24 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Selasa, 1 Mei 2012
UN: Rabu, 25 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Kamis, 3 Mei 2012
UN: Kamis, 26 April 2012
4.
UN Susulan: Jumat, 4 Mei 2012
08.00 – 10.00
Mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
Ilmu
Pengetahuan
Alam
d. SMALB
No
1.
2.
3.
Hari dan Tanggal
Jam
UN: Senin, 16 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Senin, 23 April 2012
UN: Selasa, 17 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Selasa, 24 April 2012
UN: Rabu, 18 April 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan: Rabu, 25 April 2012
Mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
e. SD, MI, dan SDLB
No.
1.
2.
3.
Jenis UN
Hari dan Tanggal
UN
UN Susulan
UN
UN Susulan
UN
Pukul
Senin, 7 Mei 2012
08.00 – 10.00
Senin, 14 Mei 2012
Selasa, 8 Mei 2012
08.00 – 10.00
Selasa, 15 Mei 2012
Rabu, 9 Mei 2012
08.00 – 10.00
UN Susulan Rabu, 16 Mei 2012
Mata Pelajaran
Bahasa
Indonesia
Matematika
Ilmu
Pengetahuan
Alam (IPA)
Sosialisasi UN
BSNP bersama Badan Pengembangan
dan Penelitian (Balitbang), dan Pusat
Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah melakukan sosialisasi UN di 33
provinsi mulai pertengahan sampai
dengan akhir Desember 2011. Kegiatan sosialisasi diselenggaran di Dinas
Pendidikan Provinsi dengan mengundang Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Wilayah
KementerianAgama, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, dan wartawan.
Materi sosialisasi meliputi Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 59 tahun 2011 tentang tentang
Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari
Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan
Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional, Prosedur Operasional Standar
(POS) UN, kisi-kisi UN, dan daya serap
UN tahun 2011. Materi sosialisasi ini
tersedia dan dapat diunduh di website
BSNP: http://www.bsnp-indonesia.org
Djemari Mardapi anggota BSNP sekaligus sebagai Ketua Penyelenggara UN
Tingkat Pusat mengatakan bahwa tolak
ukur kesuksesan penyelenggaraan UN
adalah kualitas, kredibilitas, dan aksebtabilitas. UN merupakan suatu proses
yang harus dilewati oleh anak didik.
Kisi-kisi UN, lanjut Djemari, merupakan bagian yang penting untuk
diketahui guru-guru dan peserta UN.
“Untuk mensinergikan antara kurikulum
yang diajarkan di sekolah/madrasah
dan materi yang diujikan maka dibuat
kisi-kisi UN”, ungkap Djemari Mardapi.
Oleh karena itu, tambah Djemari
Mardapi, perlu dipastikan setiap satuan
pendidikan telah menerima kisi-kisi UN
tersebut.
Direktorat SMP, SMA, dan SMK telah
melakukan sosialisasi UN dengan target
yang lebih luas lagi karena sosialisasi
yang dilakukan BSNP hanya terbatas
sampai Dinas Pendidikan Provinsi.
Dari Direktorat Pembinaan SMA dan
Direktorat Pembinaan SMP dilaporkan
bahwa informasi tentang UN telah diupload di website kedua direktorat tersebut sehingga dapat diakses oleh guru,
siswa, sekolah/madrasah dan masyarakat umum.
Direktorat Pembinaan SMA telah
melakukan pembinaan kepada 60 sekolah untuk persiapan UN, sedangkan
Direktorat Pembinaan SMP selain memuat kisi-kisi UN di website, juga mengirimkannya ke 1.800 sekolah. Selain
itu Direktorat Pembinaan SMP dengan
mempertimbangkan hasil UN tahun
lalu dan daerah yang terisolir, telah
melakukan pelatihan kepada guru-guru
SMP, dan bedah soal UN tahun lalu.
Informasi dari Direktorat Madrasah
Kemenag mengatakan sosialisasi dilaksanakan akhir Desember 2011 dengan
mengundang BSNP dan Puspendik dan
dihadiri oleh Kanwil Kemenag dari 33
provinsi. Pada saat pemantauan UN, pihak Kemenag memohon BSNP juga turut
memantau pelaksanaan UN di madrasah
(tidak hanya di sekolah saja).
Dalam rapat pleno BSNP di Jakarta
(24/1/2012) telah disepakati tagline
UN tahun 2012 adalah JUJUR HARUS
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
11
PRESTASI YES. Artinya kejujuran yang
merupakan salah satu karakter bangsa
perlu dipegang kuat dalam pelaksanaan
UN, sedangkan prestasi yang baik merupakan salah satu indikator kemajuan pendidikan nasional. Prestasi yang
dicapai tanpa kejujuran hanya bersifat
semu dan sama sekali tidak bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain.
Prestasi yang dicapai tanpa
kejujuran hanya bersifat
semu dan sama sekali tidak
bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain.
Menurut Sukemi Staf Khusus Menteri, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan juga akan melakukan
sosialisasi UN melalui media massa yang
berupa talk show di radio dan televisi,
pariwara media cetak, spot iklan di
televisi dan radio, poster atau spanduk,
12
stiker dan PIN. “Inti pesan sosialisai
adalah membangun kepercayaan diri
peserta UN, jangan stres, jadwal UN,
pembobotan 40% untuk nilai sekolah/
madrasah dan 60% untuk nilai UN, tidak
ada UN Ulangan, lima paket soal untuk
setiap ruang ujian, dan kisi-kisi UN”,
ungkap Sukemi.
Masih bagian dari sosialisasi, tambah Sukemi, adalah pembacaan ikrar
UN yang dikemas dalam acara apel
atau upacara di lapangan/alun-alun.
Peserta apel/upacara adalah pimpinan
perguruan tinggi, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kanwil Kemenag,
Kepala sekolah/madrasah, guru, siswa,
tenaga kependidikan, kepolisian, dan
orang tua (Komite Sekolah/Madrasah).
“Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan
dari tanggal 11 - 25 Februari 2012 dengan
menyesuaikan jadwal kegiatan Menteri,
Wakil Menteri, Kepala Balitbang, dan para
Dirjen dalam lingkungan Kemdikbud”,
ungkap Sukemi seraya menambahkan
acara tersebut dilaksanakan di delapan
wilayah, yaitu Sumatera Utara, Nusa
Tenggara Timur, Jawa Timur, Sumatera
Barat, Sulawesi Selatan, Yogyakarta,
Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Barat.
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Khairil Anwar
Notodiputro
Kepala Balitbang
(kiri) dan
Sukemi Staf
Khusus Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan
menjelaskan
konsep sosialisasi
UN dalam rapat
pleno BSNP di
Jakarta.
Teks Ikrar Untuk Melaksanakan Ujian Nasional Dengan Jujur Dan Berprestasi
IKRAR UNTUK MELAKSANAKAN UJIAN NASIONAL
JUJUR DAN BERPRESTASI
Kami, peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah/madrasah,
dewan pendidikan, dan pejabat pengelola pendidikan, dengan ini menyatakan:
(1)
Bahwa dalam proses pembelajaran, penilaian harus dilakukan untuk meng
ukur capaian kompetensi peserta didik.
(2)
Bahwa Ujian Nasional dilakukan untuk mengukur capaian standar kompetensi
lulusan peserta didik secara nasional.
Untuk itu kami berikrar:
(1)
SIAP MEMBANGUN BUDAYA PEMBELAJARAN BERDASARKAN AJARAN
AGAMA DAN NILAINILAI UTAMA KARAKTER BANGSA, YAITU BERIMAN,
BERTAKWA, JUJUR, BERSIH, SANTUN, CERDAS, DISIPLIN, KREATIF, KERJA
KERAS, DAN BERTANGGUNG JAWAB.
(2)
SIAP MENSUKSESKAN UJIAN NASIONAL DENGAN JUJUR DAN BER
PRESTASI.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kekuatan lahir dan batin
untuk mewujudkan komitmen ini.
Jakarta, Januari 2012
Kami, Peserta Didik, Pendidik, Tenaga Kependidikan, Komite Sekolah/
Madrasah, Dewan Pendidikan, dan Pejabat Pengelola Pendidikan
Pencetakan Naskah Soal UN
Mulai tahun 2012 ini, sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59
tahun 2011 tentang tentang Kriteria
Kelulusan Peserta Didik dari Satuan
Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian
Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional,
pencetakan naskah soal UN SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK dilakukan secara terpusat di bawah
Koordinasi Badan Pengembangan dan
Penelitian (Balitbang) Kemdikbud.
Terkait dengan penggandaan naskah
soal UN, Muhammad Nuh mengatakan
bahwa mulai tahun 2012 penggandaan
naskah soal UN akan dilakukan secara sentralisasi. “Tahun yang lalu penggandaan naskah soal diserahkan ke
masing-masing
penyelenggara
UN
tingkat provinsi, tetapi pada tahun
2012 pencetakan naskah soal UN akan
disentralisasikan”, ungkap Mendikbud
pada saat peluncuran UN di Jakarta
(29/11/ 2011) dengan memberikan
alasan semakin banyak jumlah percetakan, semakin susah melakukan
pengawasannya.
Untuk menjaga kerahasiaan dan
memastikan pendistribusian naskah
soal UN tepat waktu, penyelenggara UN
Tingkat Pusat bersama Perguruan Tinggi
Negeri Koordinator UN melakukan pengawasan selama proses pencetakan
dan pendistribusian naskah soal UN.
“Keterlibatan Dinas PendidikanProvinsi
terbatas dalam penyediaan data peserta
UN dan tidak dalam pengawasan proses
pencetakan”, ungkap Djemari Mardapi
dalam rapat Pleno BSNP di Jakarta
(31/1/2012) seraya menambahkan Polri
tetap dilibatkan dalam pengamanan
naskah soal UN. l
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
13
Berita BSNP*
PEMILIHAN KETUA DAN SEKRETARIS BSNP
S
alah satu keputusan rapat pleno BSNP
tanggal 10 Januari 2012 adalah penetapan
Ketua dan Sekretaris BSNP untuk tahun 2012.
Sesuai dengan keputusan rapat, Ketua dan
Sekretaris BSNP tahun 2012 adalah Muhammad
AmanWirakartakusumah dan Richardus Eko
Indrajit yang telah menjadi Ketua dan Sekretaris
BSNP pada tahun 2011. Penetapan ini dilakukan
secara mufakat, sebagai bukti betapa solid dan
kuatnya keanggotaan BSNP yang menerapkan
sistem kolegial dalam menjalankan tugas dan
kewajiban.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 067/P/2009 tentang Pengangkatan Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan dan Penunjukan Kepala
Sekretariat BadanStandar Nasional Pendidikan
selama 1 (satu) tahun dan sesudahnya dapat
dipilih untk satu kali masa jabatan secara
berurutan.
Pada periode kedua ini, kepemimpinan
BSNP tahun pertama dipegang oleh Djemari
Mardapi (Ketua) dan Edy Tri Baskoro (Sekretaris).
Untuk tahun kedua dan ketiga dipegang oleh
Muhammad Aman Wirakartakusumah (Ketua)
dan Richardus Eko Indrajit (Sekretaris).
Muhammad Aman Wirakartakusumah
ketika menyampaikan refleksi kepemimpinannya selama satu tahun yang lalu mengatakan karena keterbatasan waktu dari
Ketua dan Sekretaris BSNP, selama satu tahun
kepemimpinan 2011 ada beberapa program
yang berjalan belum maksimal. Namun sifat
kolegial dari anggota BSNP kendala tersebut
menyebutkan masa bakti anggota BSNP adalah
4 (empat) tahun. Dalam Bab II Pasal 3 ayat (2)
dan (3) Peraturan Badan Standar Nasional
Pendidikan Nomor 0010/P/BSNP/VII/2011
tentang Tata Kelola Badan Standar Nasional
Pendidikan disebutkan bahwa Ketua dan
Sekretaris dipilih dari dan oleh para anggota.
Ketua dan Sekretaris memangku jabatannya
dapat diatasi sehingga kegiatan BSNP dapat
berjalan dengan baik.
Selamat menjalankan amanat dan menjaga kepercayaan dalam langkah perjuangan
memajukan mutu pendidikan nasional.
Semoga tahun ini dan tahun-tahun berikutnya
BSNP dapat menjalankan seluruh program
kerjanya dengan baik dan sukses. Amin. l
14
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Muhammad Aman
Wirakartakusumah
Ketua BSNP
(kanan) dan
Richardus Eko
Indrajit Sekretaris
BSNP (kiri).
* Bambang
Suryadi
Berita BSNP
KEGIATAN BSNP TAHUN 2012
Pembahasan
rencana kegiatan
BSNP tahun 2012
dalam rapat pleno
di ruang sidang
BSNP
K
egiatan BSNP tahun 2012 difokuskan pada
pemantauan dan evaluasi implementasi
standar nasional pendidikan untuk pendidikan
dasar dan menengah. Hal ini karena seluruh standar pendidikan nasional untuk
pendidikan dasar dan menengah telah selesai
dikembangkan BSNP dan telah ditetapkan
sebagai Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Karena sifat standar ini mengikat
seluruh satuan pendidikan, maka kini saatnya
untuk dilakukan pemantauan dan evaluasi
implementasi standar nasional pendidikan.
Menurut M.Aman Wirakartakusumah Ketua
BSNP ada tujuh standar yang akan dipantau
ditambah buku teks pelajaran pendidikan dasar
dan menengah. “Tujuh standar pendidikan
dasar dan menengah yang akan dipantau
adalah Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Biaya, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan,
Standar Penilaian Pendidikan, dan Standar
Pendidikan Nonformal”, ungkap M. Aman seraya
menambahkan selain mengevaluasi standar
tersebut BSNP juga meyelenggarakan Ujian
Nasional (UN) tahun 2012.
Untuk setiap kegiatan pemantauan, tambah M. Aman Wirakartakusumah, ada sembilan
langkah atau tahapan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Langkah-langkah kegiatan tersebut
adalah Penyusunan Desain (Jakarta), Kajian
Bahan Dasar (Jakarta), Penyusunan draf
instrumen pemantauan dan evaluasi (Jakarta),
Reviu dan perbaikan instrumen (Jakarta), Uji
coba instrumen (8 provinsi) , Analisis hasil
uji coba dan perbaikan instrumen (Jakarta),
Pemantauan dan evaluasi implementasi
standar (16 provinsi), Analisis hasil pemantauan
dan evaluasi (Jakarta), dan Penyusunan laporan
dan rekomendasi (Jakarta).
Mengingat keterbatasan anggota BSNP,
maka sesuai dengan kewenangannya, BSNP
menunjuk tim ahli yang bersifat adhoc untuk
melakukan kegiatan tersebut. “Untuk setiap
kegiatan terdiri atas 19 tim ahli dan 5 anggota
BSNP”,ungkap M. Aman dalam rapat pleno BSNP
di Jakarta seraya menambahkan komposisi tim
ahli adalah dari Luar Jawa 5 orang, DKI 7 orang,
dan Jawa 12 orang.
Pada setiap kegiatan, BSNP menetapkan
seorang koordinator dan wakil koordinator
dari anggota BSNP. Keterlibatan anggota
BSNP dalam kegiatan dan jadwal pelaksanaan
kegiatan dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.
Selain itu, BSNP juga telah menetapkan
jadwal kegiatan tahun 2012. Jadwal ini disusun
berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan
tahun 2011 dengan mempertimbangkan
keterlibatan anggota BSNP dalam setiap
kegiatan. Secara konseptual, delapan kegiatan
BSNP dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama terdiri atas standar sarana dan
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
15
Berita BSNP
Tabel 1. Keterlibatan anggota BSNP dalam kegiatan 2012
1
2
3
4
BLOK 1
(Minggu 1)
Standar Sarana dan Prasarana
(Minggu 1)
Standar Proses
BLOK 2
Edy Tri Baskoro (Koordinator)
Gunawan Indrayanto (Wakil Koord.)
Zaki Baridwan
Farid Anfasa Moeloek
Teuku Ramli Zakaria
(Minggu 2)
Standar Biaya
Mungin Eddy Wibowo (Koordinator)
Johannes Gunawan (Wakil Koord.)
Jamaris Jamna
R. Eko Indrajit
Weinata Sairin
(Minggu 2)
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Zaki Baridwan (Koordinator)
Edy Tri Baskoro (Wakil Koordinator)
Gunawan Indrayanto
Weinata Sairin
M. Aman Wirakartakusumah
(Minggu 3)
Standar Pengelolaan
Djaali (Koordinator)
Djemari Mardapi (Wakil Koordinator)
Mungin Eddy Wibowo
Jamaris Jamna
Johannes Gunawan
(Minggu 3)
Standar Penilaian
R. Eko Indrajit (Koordinator)
Mungin Eddy Wibowo (Wakil Koord.)
Farid Anfasa Moeloek
Johannes Gunawan
M. Aman Wirakarkusumah
(Minggu 4)
Standar Pendidikan Nonformal
Djemari Mardapi (Koordinator)
Djaali (Wakil Koordinator)
Zaki Baridwan
Teuku Ramli Zakaria
Furqon
(Minggu 4)
Buku Teks Pelajaran
Jamaris Jamna (Koordinator)
Farid Anfasa Moeloek (Wakil Koord.)
R. Eko Indrajit
Edy Tri Baskoro
M. Aman Wirakartakusumah
Weinata Sairin (Koordinator)
Teuku Ramli Zakaria (Wakil Koord.)
Gunawan Indrayanto
Djemari Mardapi
Djaali
prasarana, standar biaya, standar pengelolaan,
dan standar pendidikan nonformal. Sedangkan
kelompok kedua terdiri atas standar proses,
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar penilaian, dan buku teks pelajaran.
Dalam pelaksanaannya, setiap minggu
ada dua kegiatan yang diselenggarakan pada
tanggal yang sama. Setiap anggota BSNP
terlibat maksimal dalam tiga jenis kegiatan
dengan catatan jika yang bersangkutan
berhalangan dapat digantikan oleh anggota
BSNP lainnya. Jadwal kegiatan BSNP tahun
2012 dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini. l
Tabel 2. Jadwal kegiatan BSNP tahun 2012
Minggu 1
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 4
PENILAIAN
BUKU
NONFORMAL
22-24 Feb
30 Mar-1
April
No
PROSES
SARANA
BIAYA
TENAGA
PENGELOLAAN
1
17-19 Feb
17-19 Feb
22-24 Feb
24-26 Feb
22-24 Feb
17-19 Feb
2
2-4 Maret
2-4 Maret
7-9 Maret
9-11 Maret
16-18 Maret
16-18 Maret
25-27 Feb
30 Mar-1
April
3
13-15 April 13-15 April 20-22 April 20-22 April
27-29 April
27-29 April
4-6 Mei
4-6 Mei
4
11-13 Mei
11-13 Mei
18-20 Mei
18-20 Mei
25-27 Mei
25-27 Mei
5
8-10 Juni
8-10 Juni
13-15 Juni
15-17 Juni
22-24 Juni
22-24 Juni
1-3 Juni
29 Juni-1
Juli
1-3 Juni
29 Juni-1
Juli
6
6-8 Juli
3-5
Agustus
6-8 Juli
11-13 Juli
20-22 Juli
27-29 Juli
8-10 Agust
31 Agu-2 Sep
20-22 Juli
31 Agu-2
Sept
27-29 Juli
3-5 Agust
13-15 Juli
10-12
Agustus
7-9 Sept
7-9 Sept
14-16 Sep
12-14
Oktober
14-16 Sep
12-14
Oktober
19-21 Sep
21-23 Sep
28-30 Sep
28-30 Sep
5-7 Okt
5-7 Okt
17-19 Okt
19-21 Okt
2-4 Nov
2-4 Nov
9-11 Nov
9-11 Nov
7
8
9
16
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Berita BSNP
UJIAN KOMPETENSI KEJURUAN
D
alam beberapa bulan terakhir ini prestasi
siswa SMK menghiasi berita nasional
karena kreativitas mereka dalam membuat
mobil nasional. Hal ini merupakan bukti
konkrit atas kompetensi dan prestasi siswa
SMK. Sampai saat ini ada sekitar 135 program
keahlian di SKM. Kurikulum SMK didesain
berbasis kompetensi maka ujian SMK juga
didesain berbasis kompetensi. Terkait dengan
kompetensi siswa SMK, Direktorat Pembinaan
SMK selalu melakukan Ujian Kompetensi
dua jenis paket soal ujian teori kejuruan.
Nilai Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah
gabungan antara nilai Ujian Praktik Keahlian
Kejuruan dan nilai Ujian Teori Kejuruan dengan
pembobotan 70% untuk nilai Ujian Praktik
Keahlian Kejuruan dan 30% untuk nilai Ujian
Teori Keahlian Kejuruan. Kriteria Kelulusan
Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah
minimum 6,0.
Sehubungan dengan pelaksanaan Ujian
Teori Kejuruan SMK tahun 2012, BSNP telah
Kejuruan setiap tahun. Ujian ini merupakan
bagian dari Ujian Nasional (UN) dan nilainya
akan dijadikan salah satu penentu kelulusan
dalam UN.
Menurut Djemari Mardapi Ketua Penyelenggara UN Tingkat Pusat, ujian kompetensi
kejuruan SMK terdiri atas dua jenis, yaitu ujian
teori dan ujian praktik kejuruan. Ujian praktik
kejuruan dilaksanakan mulai dari tanggal 16
Februari sampai dengan 16 Maret 2012. Ujian
dilaksanakan dalam bentuk penugasan individu
(individual task) dengan alokasi waktu antara
18 sampai dengan 24 jam, kecuali program
keahlian tertentu. Penguji ujian praktik terdiri
atas penguji internal yang berasal dari SMK
dan penguji eksternal yang berasal dari dunia
usaha dan dunia industri (DUDI).
Ujian teori kejuruan (tertulis) dilaksanakan
secara serentak pada tanggal 19 Maret 2012
dan ujian susulan pada tanggal 26 Maret 2010.
Terdapat 40 butir soal dalam bentuk pilihan
ganda dengan alokasi waktu 120 menit. Ada
mengeluarkan surat edaran Nomor 0002/
SDAR/BSNP/II/2012. tanggal 3 Februari 2012
yang isinya sebagai berikut:
1. Bagi siswa SMK Program 3 tahun, ujian
teori kejuruan dilaksanakan setelah ujian
praktik kejuruan, sedangkan bagi siswa
SMK Program 4 tahun , ujian teori kejuruan
dilaksanakan sebelum ujian praktik kejuruan.
2. Bagi siswa SMK Program 4 tahun bisa
mengikuti ujian teori kejuruan pada saat
duduk di kelas III (tahun ketiga) karena pada
tahun keempat mereka mengikuti kegiatan
praktik di dunia usaha dan industri.
Menurut Yunus dari Direktorat Pembinaan
SMK, alumni SMK terserap dalam dunia kerja
dengan masa tunggu yang sangat pendek.
Bahkan sebelum luluspun mereka sudah
dipesan oleh perusahaan dan dunia industri.
Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi
alumni SMK telah memenuhi kriteria yang
diperludikan di dunia usaha dan industri. l
Siswa SMKN
9 Padang
Sumatera Barat
mengikuti ujian
praktik kejuruan
di bawah
pengawasan
guru dan penguji
eksternal dari
dunia industri.
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
17
Lensa BSNP
Peserta sosialisasi Ujian Nasional
di Dinas Pendidikan Provinsi
Jambi.
Rapat Koordinasi antara BSNP,
Puspendik, dan Direktorat
terkait di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan membahas tentang
penyelenggaraan UN tahun 2012.
Dari kiri ke kanan, M. Khairil
Notodiputro Kepala Balitbang,
Sukemi Staf Khusus Menteri,
Hendarman Sekretaris Balitbang,
dan Hari Setiadi Kepala
Puspendik membahas konsep
sosialisasi UN tahun 2012.
18
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
Lensa BSNP
Dalam kesederhanaan namun
penuh makna anggota BSNP
merayakan ulang tahun Sekretaris
BSNP R. Eko Indrajit (kanan) yang
ke 43 di kantor BSNP.
Sukemi Staf Khusus Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
(depan) menjelaskan rencana
pembacaan ikrar UN yang JUJUR
dan BERPRESTASI yang dikemas
dalam bentuk upacara atau apel di
beberapa provinsi.
Pembahasan POS Pencetakan
dan Pendistribusian bahan UN
di BSNP.
Vol. VII/No. 1/Maret 2012
19
Lensa BSNP
Peserta peluncuran Ujian Nasional (UN) mendengarkan
pengarahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang kebijakan UN tahun 2012 di Jakarta.